MANAGEMEN ASI EKSKLUSIF PADA PENDERITA TUBERKULOSIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

1

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDHULUAN. dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan yaitu dengan mengawasi dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB III METODE PENELITIAN. kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perdarahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization),

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan susu yang tepat untuk bayi karena susu ini khusus diproduksi ibu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

GAMBARAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU DI KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Pencapaian derajat kesehatan ditandai dengan menurunnya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh

PROGRAM KERJA PENERAPAN STRATEGI DOTS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

HIV/AIDS 1 : 2 : 3 : 4 : ( PPRA

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Kata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. ASI (Air Susu Ibu) adalah nutrisi terbaik untuk bayi yang baru lahir, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

1 Universitas Kristen Maranatha

Diterbitkan melalui:

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

Transkripsi:

MANAGEMEN ASI EKSKLUSIF PADA PENDERITA TUBERKULOSIS (RINGKASAN BUKU No. ISBN: 979-498-525-2) Oleh: DIFFAH HANIM*) SURADI**) Pengembangan ASI Eksklusif enam bulan bagi ibu menyusui penderita TB Paru tentu memerlukan dukungan semua anggota keluarga, masyarakat dan strategi fund raising guna membangun kerjasama lintas sektor sehingga ibu menyusui penderita TB Paru tidak putus obat. Oleh karena itu perlu pemahaman manfaat ekonomi ASI Eksklusif enam bulan pada ibu menyusui penderita TB Paru yang tidak putus obat enam bulan melalui program obat TB Paru gratis. Artinya pengembangan ASI eksklusif enam bulan pada ibu menyusui penderita TB Paru memiliki efek ganda, yaitu secara ekonomi akan menurunkan biaya kesehatan dan meningkatkan status gizi bayinya. Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama Tuberkulosis dan Diare. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi dan zat imun bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi. Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi, mengandung karbohidrat dan rendah lemak, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Berdasarkan rekomendasi WHO (2002), maka apabila Departemen Kesehatan RI akan menerapkan anjuran ASI ekslusif 6 (enam) bulan, masih memerlukan beberapa kajian pendukung. Beberapa pertanyaan yang harus dijawab diantaranya adalah: a. Apakah kualitas kolostrum ASI pada ibu menyusui yang menderita TB-Paru masih sama dengan kualitas kolostrum ASI pada ibu menyusui yang sehat? b. Bagaimana peran Puskesmas, Klinik bersalin, BBKPM dan RSUD Muwardi Surakarta dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu penderita TB-Paru?, c. Bagaimana pemantauan penggunaan susu formula dan dampaknya terhadap keluarga yang ibunya menderita TB-Paru?,

d. Apa saja faktor pendukung dan pengambat yang dijumpai oleh ibu penderita TB-Paru dalam pemberian ASI dan dampaknya terhadap status gizi dan kesehatan bayi?, Untuk mencapai target Millennium Development Goal (MDG) tahun 2015, WHO mencanangkan strategi baru yang disebut Strategi Stop TB, untuk menjangkau semua pasien, dan mengintensifkan pengendalian TB. Strategi Stop TB bertujuan untuk menjawab tantangan-tantangan baru bagi keberhasilan pengendalian TB pasca DOTS. Salah satu strategi nasional adalah melibatkan pasien TB dan komunitas dalam pengendalian TB. Hasil survei menunjukkan, keterlibatan pasien dan komunitas dalam perencanaan dan implementasi kegiatan pengendalian TB masih terbatas (Suradi, 2009) Laktasi tidak dipengaruhi oleh status gizi ibu. Laktasi ASI eksklusif enam bulan hanya terpengaruh jika ada kelaparan dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, dalam situasi darurat apapun ibu seharusnya tetap mampu memberikan ASI kepada bayi secara eksklusif selama enam bulan. Meskipun demikian, makanan ibu menyusui tetap harus diperhatikan agar memenuhi gizi seimbang sehingga dapat menghasilkan ASI yang cukup bagi bayinya. Khusus bagi ibu menyusui yang sedang menderita penyakit tropis seperti tuberkulosis tidak perlu khawatir tentang kualitas ASInya namun dalam pemberian ASI eksklusif selama enam bulan perlu perilaku khusus yang mendukung kualitas keamanan ASI. Ada beberapa teknik managemen laktasi ASI secara eksklusif bagi ibu menyusui yang sedang menderita penyakit tropis seperti tuberkulosis (TB) paru, yaitu: 1. Memberikan perhatian khusus pada kebutuhan bayi, terutama dalam program ketahanan pangan sehingga sejalan dengan konvensi hak-hak bayi yaitu memperoleh ASI secara eksklusif selama enam bulan. 2. Memberikan kontribusi khusus kepada ibu menyusui baik yang sehat maupun yang sedang menderita penyakit tropis khususnya tuberkulosis untuk tetap dapat menjamin kebutuhan gizi bayinya. 3. Pada tahun kedua dan seterusnya, selain ASI bayi juga mendapat MP-ASI, namun keunggulan ASI masih tetap diperoleh, yaitu ASI merupakan sumber protein yang melengkapi serealia dan makanan lainnya dalam MP-ASI. 4. Kolostrum, susu pertama yang dikeluarkan oleh ibu bersalin memenuhi kebutuhan gizi bayi baru lahir karena mengandung anti virus, anti bakteri, memperkuat daya tahan bayi dan merupakan sumber vitamin A. Dengan demikian bayi yang mendapat ASI eksklusif enam bulan akan memiliki

daya tahan tubuh yang tinggi. Oleh karena itu ASI sekaligus berfungsi sebagai immunisasi pertama bagi bayi usia kurang dari tujuh hari yang belum kuat menerima suntikan imunisasi. 5. Bayi yang mendapat ASI eksklusif enam bulan akan memiliki risiko terkena infeksi lebih rendah. 6. Bayi yang mendapat ASI secara eksklusif selama enam bulan akan dapat terbebas dari penyakit atopik termasuk atopik eksim, alergi terhadap makanan, dan alergi pernafasan (Asma) pada bayi. Selanjutnya bayi akan terbebas dari target organ dari penyakit alergi. 7. Bayi prematur yang mendapat ASI eksklusif enam bulan dan masih dilanjutkan hingga usia dua tahun akan mempunyai skor IQ lebih tinggi pada usia 7 8 tahun dibandingkan dengan bayi yang mendapat MP-ASI / makanan buatan lebih awal. Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Tim peneliti dari Bagian Ilmu Kesehatan masyarakat/institute of Health Economic and Policy Study FK UNS bekerjasama dengan Puslitbang Pangan, Gizi, Kesehatan Masyarakat LPPM UNS dan RSUD Muwardi Surakarta maka dapat disimpulkan bahwa ASI Eksklusif enam bulan sangat penting bagi kelangsungan hidup Bayi. Disamping itu hasil analisis kandungan zat gizi dan antibodi dalam ASI dari ibu penderita TB-Paru menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dalam hal jumlah setiap zat gizi dan antibodinya. Sehingga perlu dilakukan uji klinis MP-ASI yang paling cocok untuk bayi yang ibunya menderita TB-Paru guna pembuktian empirik bahwa kandungan ASI dari Ibu Penderita TB-Paru Tetap Terbaik bagi Bayinya. Kandungan ASI dari ibu penderita TB-Paru menunjukkan bahwa hasil preparasi sampel ASI yang akan diukur dan dianalisis kandungan selenium, iodium, besi dan seng (Zn) yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Maju BATAN, Yogyakarta dengan menggunakan APN (Analisis Pengaktif Neutron) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Zat Gizi pada ASI dari ibu penderita TB Paru Jenis zat gizi * n Mean Median SD Min Max p Besi (Fe) Sehat 16 15.85 18.3 4.127 9.19 24.3 0.025 Menderita TB 16 14.85 18.3 4.125 8.19 24.8 Seng (Zn) Sehat 16 28.16 31.57 6.041 10.8 38.3 0.025 Menderita TB 16 22.16 28.57 5.046 10.9 39.3 Selenium (Se) Sehat 16 108.75 113.293 5.5434 45.4 123.8 0.045 Menderita TB 16 104.75 103.293 3.5434 45.4 123.8

Iodium (I) Sehat 16 154.59 166.84 12.781 67.8 179.9 0.045 Menderita TB 16 151.54 161.64 10.761 61.9 199.2 *) hasil analisis menggunakan APN, BATAN Yogyakarta (2009) Gambar 1. Preparasi sampel ASI pada ibu menderita TB sebelum dianalisis menggunakan Analisis Pengaktif Neutron (APN) di BATAN Hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi selenium (Se) ASI antara kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat ternyata secara statistik berbeda sangat nyata (p<0.001). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2 Hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi selenium (Se) ASI antara kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat N Mean SD t p Kelompok ibu Sehat 16 29.0175 8.8925 18.305 0.000 Kelompok ibu 16 28.5175 8.8127 penderita TB Tabel 3 menunjukkan hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi iodium (I) ASI antara kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat secara statistik bermakna (p<0.001). Tabel 3 Hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi iodium (I) ASI antara kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat N Mean SD t p

Kelompok ibu Sehat 16 3.1288 0.9468 12.731 0.000 Kelompok ibu 16 2.6288 1.1680 penderita TB Tabel 4 menunjukkan hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi zinc (Zn) ASI antara kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat secara statistik bermakna (p<0.001). Tabel 4. Hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi zinc (Zn) ASI antara kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat N Mean SD t p Kelompok ibu Sehat 16 2.124 0.581-13.581 0.000 Kelompok ibu 16-1.624 0.663 penderita TB Hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi besi (Fe) ASI antara kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat ternyata secara statistik berbeda sangat nyata (p<0.001). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5 Tabel 5 Hasil uji t tentang perbedaan kandungan gizi besi (Fe) ASI antara kelompok ibu penderita TB dan ibu menyusui yang sehat N Mean SD t p Kelompok ibu Sehat 16 4.495 0.651-28.132 0.000 Kelompok ibu 16-3.995 0803 penderita TB PROGRAM TATALAKSANA DOTS DI RSUD MUWARDI Penanggulangan TB dengan strategi DOTS di RS Dr. Moewardi sejak tahun 2004 2009 memberikan hasil yang cukup, walaupun angka keberhasilan masih belum sesuai dengan standar yang sudah

ditetapkan. Hal ini salah satu faktor penyebabnya dikarenakan ada sejumlah pasien yang mendapat terapi OAT di RS Dr. Moewardi tetapi setelah akhir pengobatan tidak datang untuk evaluasi. Perlu monitoring program tatalaksana DOTS di pelayanan primer RSUD Muwardi Surakarta. Adapun Alur Pelayanan Strategi DOTS RS. Dr. Moewardi dapat dilihat pada Gambar 2 Alur Pelayanan Strategi DOTS RS. Dr. Moewardi Pasien Datang PENDAFTARAN LOKET POLI PARU/ANAK/INTERNAL/BEDAH/KULIT KELAMIN/OBSGYN/... DOKTER PELAKSANA PERAWAT PENANGGUNG JAWAB DOTS Laboratorium Petugas Pelaksana DINKES KOTA/PROPINSI APOTEK PASIEN MENDAPAT PELAYANAN DOTS

Gambar 2. Alur Pelayanan Strategi DOTS RS. Dr. Moewardi Faktor faktor yang mempengaruhi penanggulangan TB dengan strategi DOTS pada ibu menyusui: a. Adanya SOP (Standart Operasional Pelayanan) bagi Ibu menyusui b. Kebijakan Direktur RSDM khusus strategi DOTS pada ibu menyusui c. Adanya Sumber Daya Manusia yang mengerti tentang strategi DOTS pada ibu menyusui d. Adanya fasilitas penunjang dalam strategi DOTS pada ibu menyusui e. Tidak adanya komunikasi yang baik tentang pelaksanaan strategi DOTS pada ibu menyusui f. Sistem pelaporan yang kurang baik untuk strategi DOTS pada ibu menyusui g. PMO (Pengawas Minum Obat) strategi DOTS pada ibu menyusui h. Ketidakpatuhan penderita khususnya pada ibu menyusui i. Suplai obat yang tidak kontinyu pada strategi DOTS pada ibu menyusui Faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari strategi DOTS pada ibu menyusui di RS Dr.Moewardi perlu ditingkatkan, sedangkan faktor-faktor yang dapat menghambat strategi DOTS harus dapat dikendalikan. Perlu komunikasi efektif antara pihak medis, paramedis dan semua staf RS dalam melaksanakan strategi DOTS pada ibu menyusui dengan baik agar setiap orang punya presepsi yang sama mengenai strategi DOTS pada ibu menyusui.