BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek berasal dari bahasa Yunani apotheca, yang secara harfiah berarti

dokumen-dokumen yang mirip
Maria Ulfa Pjt Maria Lalo Reina Fahwid S Riza Kurnia Sari Sri Reny Hartati Yetti Vinolia R

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat-obatan tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan bagian dari upaya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DEFENISI. Merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya gangguangangguan. peradangan, infeksi dan kejang otot.

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para orang tua menjadi khawatir ketika anak menderita sakit. Ibu. ketika anak terserang penyakit (Widodo, 2009).

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa definisi pengobatan sendiri menurut beberapa sumber adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. racun yang jika tidak digunakan sebagaimana mestinya dapat membahayakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 386/MEN.KES/SK/IV/1994, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. benda asing eksternal seperti debu dan benda asing internal seperti dahak.

KEDARURATAN LINGKUNGAN

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TELUK WONDAMA

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

St.Aniah Hardiyanti Sitti Hajar Irmawati Sri Rezeki Amalia Suci Febriyani Suparmin Romi Tuti Ernawati Ulmi fajri Vera Febrianti Yanti Sari Syam

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

Perpustakaan Unika LAMPIRAN- LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN WARGA DALAM MEMILIH OBAT BEBAS UTUK PENGONATAN SENDIRI MELALUI PEMBERIAN INFORMASI LISAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi

Mengapa disebut sebagai flu babi?

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2. Parotitis. Diare. Apendisitis. Konstipasi

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Paguyaman kabupaten Boalemo pada

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

APA ITU REMATIK...??? Rematik adalah penyakit peradangan. pada sendi yang bersifat menahun. atau kronis yang menyebabkan. perubahan dari bentuk sendi

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK PANASEA BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CARA BIJAK MEMILIH OBAT BATUK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peningkatan kesehatan masyarakat. Definisi swamedikasi menurut

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

POLA PEMILIHAN OBAT SAKIT MAAG PADA KONSUMEN YANG DATANG DI APOTEK DI KECAMATAN DELANGGU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya?

DAFTAR PENYAKIT YANG MAMPU DISEMBUHKAN SIRUP HERBAL FIDES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

2. Bentuk setengah Padat contohnya salep,krim,pasta,cerata,gel,salep mata. 3. Bentuk cair/larutan contohnya potio,sirop,eliksir,obat tetes,dan lotio.

TUGAS BIOLOGI DASAR DIARE. Oleh : Nama : Yunika Dewi Wulaningtyas NIM : Prodi : Pendidikan Matematika (R) Angkatan : 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempunyai kemampuan melakukan tugas fisiologis maupun psikologis

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAGIAN 1: MENGAPA PERLU DETOKS?

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

DRA. HELNI, APT, M.KES

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Apotek 2.1.1 Pengertian Apotek Apotek berasal dari bahasa Yunani apotheca, yang secara harfiah berarti penyimpanan. Dalam bahasa Belanda, apotek disebut apotheek, yang berarti tempat menjual dan meramu obat. Apotek juga merupakan tempat apoteker melakukan praktik profesi farmasi sekaligus menjadi peritel. Sementara menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI) No. 1332/Menkes/SK/X/2002, tentang perubahan atas Peraturan Menkes RI No. 992/Menkes/PER/X/1993 mengenai ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Sedangkan, menurut PP No. 51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian atau tempat dilakukannya praktik kefarmasian oleh apoteker (Bogadenta, 2012). Menurut ketentuan umum Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat; pengadaan, penyiapan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya, serta pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang terdri atas obat, bahan obat, obat asli Indonesia (simplisia), alat kesehatan, dan kosmetika. Sedangkan pelayanan kefarmasian adalah suatu layanan langsung dan 19

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi, dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Oleh sebab itu, sebagai salah satu sarana kesehatan, dalam pelayanannya, apotek harus mengutamakan kepentingan masyarakat, yaitu menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik (Bogadenta, 2012). 2.1.2 Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah 1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. 2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian. 3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan sediaan farmasi, antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika. 4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Bogadenta, 2012). 2.2 Prinsip-prinsip dasar dalam swamedikasi. Masyarakat dibanjiri dengan berbagai obat, ditawarkan oleh produsen melalui iklan-iklan. Semua iklan meyatakan produknyalah yang paling manjur, paling cepat menyembuhkan, rasa yang enak, dan sebagainya. Belum lagi suatu obat dikenal dengan baik, obat baru yang sejenis sudah muncul lagi. Mungkin sudah sulit dihitung berapa macam obat untuk sakit kepala, flu, batuk, pegalpegal, vitamin, yang membuat konsumen sulit memilihnya. Barangkali mereka 20

akan selalu mencoba produk baru yang ditawarkan dan membandingkan khasiatnya berdasarkan pengalaman dan perasaan. Sesunggunya dari sekian banyak merek obat tersebut seringkali mengandung isi yang sama atau hampir sama dan bahwa tidak semua obat memiliki kemanjuran yang sama untuk pribadi yang berbeda (Widodo, 2004) Leaflet obat merupakan informasi singkat berkaitan dengan obat. Biasanya berupa tulisan pada kertas kecil yang ditempelkan pada tiap strip obat atau lembaran lepas dalam tiap dos, atau bisa juga tertera pada kemasan obat. Informasi yang diberikan umumnya meliputi: a. Komposisi, yakni obat/zat aktif apa saja yang terkandung dalam obat beserta jumlah masing-masing. b. Cara kerja obat, sebagai apa atau dengan cara bagaimana obat bekerja. c. Indikasi, yaitu kegunaan obat dalam pengobatan penyakit. d. Dosis atau cara pemakaian, besarnya obat yang boleh digunakan dalam sekali pakai dan dalam sehari sesuai berat badan atau umur pengguna. e. Kontraindikasi, yaitu siapa yang tidak boleh menggunakan obat berkaitan kondisi tubuh pengguna. f. Efek samping, efek-efek tidak diinginkan yang dapat muncul akibat penggunaan obat. g. Peringatan dan perhatian, hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh pengguna. h. Interaksi obat, yaitu pengaruh yang disebabkan oleh obat ataupun makanan bila digunakan bersamaan dengan obat tersebut. 21

i. Waktu kadaluarsa, yaitu waktu yang menunjukkan batas akhir obat masih memenuhi persyaratan seperti semula, sehingga sebaiknya obat digunakan sebelum batas waktu tersebut. Selain informasi tersebut sering pula ada beberapa informasi tambahan lain seperti cara penyimpanan, mekanisme kerja dan lain sebagainya yang perlu diketahui sebelum memilih obat (Widodo, 2004). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat adalah: a. Pilihlah obat yang paling khusus untuk penyakit. Sangat penting mengetahui secara cermat penyakit yang akan diobati. Ketepatan dalam memahami penyakit adalah separuh jalan menuju pengobatan yang tepat. Contohnya penyakit batuk, harus diperjelas apakah berjenis batuk berdahak ataukah batuk kering. b. Mengacu kepada kondisi tubuh. Adalah tidak benar anggapan yang menyatakan bahwa obat yang manjur untuk seseorang akan selalu manjur bagi orang lain. Hal ini karena kondisi tubuh yang berbeda antara satu dengan yang lain. Kondisi tubuh meliputi keadaan jantung, ginjal, hati, kepekaan tubuh, penyakit yang diderita, berat badan, umur, sedang hamil, dan lain sebagainya. Termasuk dalam hal memilih obat, perlu penyesuaian dengan kondisi tubuh, karena obat memiliki sifat dan cara kerja masing-masing yang pada suatu kondisi tubuh tertentu menjadi kurang efektif atau bahkan berbahaya. c. Pilihlah yang efek samping paling ringan. Hampir semua obat memiliki efek samping, misalnya mual, muntah, diare, mengantuk, badan lemah, namun demikian terjadinya efek samping obat juga bergantung kepada kepekaan seseorang. Sebagian orang merasakan efek samping berat, sementara sebagian 22

lain hanya merasakan ringan saja. Bila mungkin pilihlah obat yang memiliki efek samping paling ringan. d. Pilih bentuk sediaan obat yang paling sesuai dan nyaman. Suatu obat seringkali tersedia dalam berbagai bentuk, misalnya tablet, sirup, salep sehingga bisa memilih bentuk obat yang paling aman dan nyaman, misalnya bila menderita penyakit ringan yang cukup diobati dengan obat luar, sebaiknya jangan memilih obat yang diminum (berefek sistemik), karena efek samping obat luar lebih ringan dari pada obat yang diminum. e. Pilihlah yang harganya murah. Obat dengan harga tinggi tidak selalu menunjukkan kualitas yang lebih baik. Kenyataannya obat-obat dengan isi yang sama, antar merek obat bisa berbeda harga hingga 3 kali lipat bahkan lebih. Produsen obat berlomba membuat iklan yang memikat, dan biaya iklan yang tinggi ini akan dibebankan kepada harga produk obat tersebut. Salah satu cara mendapatkan obat bermutu dan relatif murah adalah dengan membeli obat generik(widodo, 2004). 2.3 Penggolongan Obat Oleh undang-undang, obat dibagi menurut tingkat keamanannya menjadi beberapa kelompok. Kelompok-kelompok ini selanjutnya menentukan mudah sukarnya obat didapatkan di pasaran. Obat relatif aman (relatif kurang beracun). Makin kurang aman atau makin berbahanya suatu obat, makin ketat obat itu diawasi peredarannya dan pemakaiannya oleh pemerintah. Sehingga untuk mendapat obat-obat tersebut harus dengan resep dokter dan hanya dapat dibeli di apotek (Anief, 2007). 23

Ada empat kelompok obat berdasarkan keamanannya: 1. Kelompok obat bebas Sesuai dengan namanya, obat-obat dalam golongan tersebut di atas dapat dijualbelikan dengan bebas, tanpa resep dokter dan dapat dibeli di apotek, toko obat maupun warung-warung kecil. Sebagai tanda obat bebas, pada pembungkusnya diberi tanda khusus, warna hijau di dalam lingkaran warna hitam. Termasuk dalam kelompok ini ialah: Vitamin B compleks, vitamin B 1, tablet vitamin A, vitamin C, multivitamin dan sebagainya. Golongan obat bebas ini biasanya tidak membahayakan jiwa, dalam arti kata agak luas: bila makan jumlah 10-20 biji sekaligus pun belum tentu sampai mati saat itu juga. 2. Kelompok obat bebas terbatas Pada zaman belanda, kelompok ini juga disebut obat daftar W (W = Waarschuing = peringatan). Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini dapat diperjual belikan secara bebas dengan syarat hanya dalamjumlah yang telah ditentukan dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda peringatan ditulis dengan huruf putih di atas kertas yang umumnya berwarna hitam. Ada enam macam tanda peringatan yang dipilih sesuai dengan obatnya: Peringatan No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan memakainya. Peringatan No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Peringatan No. 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar badan. Peringatan No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar (untuk rokok asma). Peringatan No. 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Peringatan No. 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. 24

Gambar 2.1 Peringatan obat golongan bebas terbatas Tanda lain untuk obat bebas terbatas ini, pada pembungkusnya diberi tanda khusus, warna biru di dalam lingkaran warna hitam. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah tablet antimo, merkurokrom, Vitamin E 9 (maksimal 120 mg), kreosol dan lain-lain. 3. Kelompok obat keras Di dalam kefarmasian dan di zaman belanda dahulu obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini terkenal dengan obat-obat golongan daftar G (gevaarlijk = berbahaya) atau daftar obat keras. Obat-obat golongan ini sangat berbahaya, mempunyai kerja sampingan yang sangat besar dan untuk mendapatkannya di perlukan resep dokter dan hanya dapat dibeli di apotek. Pada pemakaian yang tidak berhati-hati dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat mengakibatkan maut, misalnya menimbulkan gangguan pada metabolisme, gangguan pada saluran kencing, mengakibatkan penyakit kurangnya pembentukan bentuk darah tertentu (agranulocytosis) dan lain-lainnya. Lebih dari 100 bahan obat termasuk dalam kelompok ini, meliputi antibiotika, obat-obat yang tercantum dalam daftar obat bebas terbatas, bila jumlahnya melebihi dari apa yang ditentukan oleh daftar itu, obat-obat yang 25

berpengaruh pada susunan saraf seperti obat penenang, obat-obat yang digunakan dengan cara penyuntikan dan masih banyak lagi yang lainnya. Sebagai tanda obat keras, pada pembungkusnya diberi tanda khusus, huruf K dengan latar belakang warna merah, di dalam lingkaran warna hitam. 4. Kelompok narkotika. Obat ini seperti halnya dengan obat daftar G, hanya dapat diperoleh di apotek dengan resep dokter. Dalam dunia kefarmasian terkenal dengan obat golongan O (O = Opium). Berbeda dengan obat keras, peredaran obat narkotika ini sangat ketat dan di awasi oleh badan pengawasan obat. Di apotek, keluar masuknya obat-obat narkotika ini dicatat dan dilaporkan kepada badan pengawasan obat. Obat-obat narkotika ini mempunyai akibat buruk, tidak hanya pada badan pemakainya, tetapi juga pada masyarakat sekelilingnya. Hal ini disebabkan karena mengakibatkan kecanduan, ketergantungan pada obat tersebut dan dapat merusak kepribadian pemakainya. Jadi masalah narkotika ini bukan hanya merupakan masalah medis tetapi juga merupakan masalah sosial. Contoh obat narkotika: morfina, kokaina, petidina dan sebagainya.sebagai tanda narkotika, pada pembungkusnya diberi tanda khusus, palang merah dengan latar belakang putih, di dalam lingkaran warna merah (Anief, 2007). Gambar 2.2 Penggolongan obat berdasarkan keamanan. 26

Tidak semua golongan obat dapat diberikan kepada pasien yang melakukan pengobatan sendiri. Hanya golongan obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek yang dapat diberikan (Sartono, 1996). Obat wajib apotek (SK No. 347/Menkes/SK/VII/1990) yaitu obat keras yang dapat diserahkan apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Apoteker di apotek dalam melayani pasien yang memerlukan obat diwajibkan: a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien. b. Membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan. c. Memberi informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontarindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien (Sartono, 1996). 2.4 Keluhan Penyakit Ringan dan Penanggulangan 2.4.1 Demam Demam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya atau diatas 37 0 Celsius; dan merupakan gejala dari suatu penyakit. Pada anak-anak dapat terjadi kejang demam dengan gejala-gejala antara lain: tangan dan kaki kejang, mata melirik ke atas, gigi dan mulut menutup rapat, kesadaran menurun. Penyebab: dapat disebabkan oleh karena infeksi dan non-infeksi. Penyebab infeksi antara lain: kuman, virus, parasit atau mikroorganisme lain. Penyebab non-infeksi antara lain: tirotoksikosis, dehidrasi pada anak dan orang tua, alergi, stress, trauma, kelainan kulit yang luas, penyakit keganasan atau kanker dan sebagainya (Depkes RI, 2007). Pada demam karena infeksi kemungkinan dapat disertai menggigil. Namun menggigil itu sendiri bukan merupakan suatu gejala infeksi karena menggigil 27

dapat juga terjadi karena demam yang disebabkan alergi atau keganasan. Keringat yang berlebihan umumnya terjadi pada saat temperatur tubuh turun secara tibatiba dan sering terjadi pada dini hari (Depkes RI, 2007). Penanggulangan: a. Terapi non-obat: biasanya untuk mengatasi demam ringan dapat dilakukan antara lain banyak minum, kompres es atau alkohol di daerah lipatan permukaan tubuh, memakai pakaian yang tipis. b. Terapi obat: obat penurun demam atau antipiretik hanya dianjurkan digunakan jika dengan cara terapi non-obat, demam tidak dapat diatasi. Obat penurun demam yang dapat digunakan adalah parasetamol dan asetosal. Kedua obat ini selain mempunyai efek penurun demam juga mempunyai efek pereda nyeri yang setara (Depkes RI, 2007). 2.4.2 Nyeri Nyeri adalah suatu gejala subjektif yang kompleks berupa emosional yang tidak menyenangkan dan pengalaman sensori yang terjadi karena adanya rangsangan ujung-ujung saraf yang sangat peka pada jaringan tubuh. Bila terjadi rangsangan pada ujung saraf maka senyawa kimia prostaglandin akan terbentuk. Zat inilah yang bekerja pada ujung-ujung saraf jaringan yang rusak, dan akan mengalirkan kesan nyeri sepanjang serabut saraf menuju ke otak sehingga timbul rasa nyeri tersebut. Rasa nyeri disebabkan oleh rangsangan pada ujung saraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan, antara lain oleh: a. trauma, misalnya karena benda tajam, benda tumpul, bahan kimia, dan sebagainya. b. Proses infeksi atau peradangan. 28

Radang adalah respon atau reaksi protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan tubuh karena suatu rangsangan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi atau mengurung, baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Radang dapat ditimbulkan oleh rangsangan fisik, kimiawi, biologis, kombinasi ketiga agen tersebut. Radang mempunyai tandatanda yang khas yaitu: dolor, rubbor, color, tumor, fungsiolesa. Penanggulangan a. Terapi non-obat: rasa nyeri sebagian dapat dikurangi dengan cara antara lain: memijat atau kompres hangat pada nyeri otot, pada trauma karena luka bakar dapat disiram dengan air dingin. b. Terapi obat: obat pereda nyeri atau yang dikenal dengan analgesik (yang biasanya juga memiliki khasiat penurun demam atau antipiretik) bekerja dengan mengurangi respon atau persepsi rasa nyeri yang dialami. Asetosal, parasetamol, dan ibuprofen (200 mg) adalah obat pereda nyeri yang dapat digunakan untuk rasa nyeri ringan sampai sedang pada otot dan tulang. Dari ketiga obat tersebut, asetosal disamping memiliki efek pereda nyeri dan penurun demam juga memiliki efek antiradang yang cukup kuat dibanding parasetamol, tetapi mempunyai efek terhadap lambung. Obat pereda nyeri lainnya adalah ibuprofen dengan dosis 200 mg. Obat ini juga mempunyai efek antipiretik. Pada dosis besar (>200 mg) ibuprofen mempunyai efek antiradang yang digunakan sebagai antirematik (Depkes RI, 2007). 2.4.3 Diare Yang dimaksud dengan diare adalah bila penderita buang air mengalami perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan 29

bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 24 jam). Wujud tinja merupakan ukuran yang lebih penting dibanding frekuensi buang air. Meski sering buang air, tapi wujud tinja lunak dan berisi, tidak dapat dikatakaan diare (Depkes RI, 2007). Diare dapat dibedakan menjadi: a. Diare akut (mendadak): diare yang berlangsung kurang dari dua minggu. Gejala: tinja cair, biasanya terjadi mendadak, disertai rasa lemas, kadangkadang demam atau muntah, biasanya berhenti/ berakhir dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Diare akut biasanya terjadi akibat infeksi virus, infeksi bakteri, akibat obat-obat tertentu, makanan tertentu atau penyakit lain. b. Diare kronik: diare yang menetap atau berulang dalam jangka waktu lama, umumnya berlangsung lebih dari 2 minggu atau bahkan beberapa bulan. Penanggulangan: oralit merupakan satu-satunya obat yang dianjurkan untuk mengatasi diare karena kehilangan cairan tubuh. Oralit tidak menghentikan diare, tetapi menggantikan cairan tubuh yang hilang bersama tinja. Dengan menggantikan cairan tubuh tersebut, terjadinya dehidrasi dapat dihindarkan. Obat diare jenis lain yang beredar di pasaran kebanyakan merupakan absorben (menyerap cairan dalam usus). Penggunaan obat ini untuk diare tidak dianjurkan karena penggunaan oralit telah terbukti yang paling efektif (Depkes RI, 2007). 2.4.4 Gastritis Gastritis adalah radang selaput lendir lambung. Dapat disertai tukak lambung usus 12 jari, atau tanpa tukak. Dikenal juga sebagai sakit maag. Penyebab: selain karena infeksi bakteri Helicobacter, gastritis disebabkan oleh rangsangan kelebihan asam lambung. Adapun kelebihan asam lambung dapat 30

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: faktor kecemasan, emosi, stress; obat-obat tertentu misalnya obat pereda nyeri atau radang; makanan atau minuman yang merangsang produksi asam lambung. Gejala: nyeri dan rasa panas pada perut bagian atas atau ulu hati, mual, muntah dan banyak gas (kembung). Penanggulangan: a. Terapi non-obat: makan secara teratur, hindari makanan/minuman yang merangsang lambung, hindari stress dan penyebab lain. b. Terapi obat: gastritis dapat diobati dengan obat antasida (Depkes RI, 2007). 2.4.5 Infeksi Berbagai penyakit yang diakibatkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa, dan cacing, seringkali memerlukan obat-obat anti infeksi (cara pengobatannya disebut kemoterapi). Antibiotik yang banyak dikenal masyarakat merupakan bagian dari pengobatan infeksi ini, obat lain yang juga termasuk dalam kelompok ini misalnya adalah obat-obat TBC, lepra, malaria, Sulfonamida (misalnya Kotrimoxazole), jamur, kanker dan antiseptik. Pengobatan infeksi dimaksudkan untuk memusnahkan mikroorganisme penyebab penyakit itu, atau mengeluarkannya tanpa merusak jaringan tubuh penggunanya (Widodo, 2004). Kesalahan dalam penggunaan obat-obat anti infeksi selain menyebabkan obat tidak manjur, juga dapat mengakibatkan: a. Kepekaan berlebihan setelah digunakan secara lokal, pengguna menjadi sangat peka (hipersensitif) dengan obat tersebut, misalnya pada penggunaan Penisilin, Klorampenikol, Streptomisin, dan Sulfonamida. Setelah penggunaan lokal (misalnya salep kulit), maka apabila menggunakan obat yang sama untuk pengobatan sistemik dapat terjadi reaksi alergi. 31

b. Bakteri menjadi lebih kebal dan tidak dapat dibunuh lagi dengan obat tersebut. Hal ini disebabkan dosis obat yang digunakan terlalu rendah atau waktu pengobatan kurang lama. Kebiasaan untuk tidak minum obat secara penuh, dan berhenti minum obat sebelum habis obat sebagaimana yang ditetapkan dokter, dapat menyebabkan hal ini. c. Terjadi infeksi lain (sekunder) yang muncul selama penggunaan obat berjalan. Anak-anak dibawah 3 tahun, penderita penyakit paru-paru, dan telinga bagian tengah, sangat peka terhadap terjadinya infeksi sekunder ini (Widodo, 2004). 2.4.6 Batuk Batuk merupakan suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari saluran napas. Batuk juga membantu melindungi paru dari aspirasi yaitu masuknya benda asing dari saluran cerna atau saluran napas bagian atas. Yang dimaksud dengan saluran napas mulai dari tenggorokan, trakhea, bronkhus, bronkhioli sampai ke jaringan paru. Penyebabnya: a. Penyakit infeksi bakteri atau virus. Misalnya: tuberkulosa, influenza, campak, batuk rejan. b. Bukan infeksi. Misalnya: debu, asma, alergi, makanan yang merangsang tenggorokan, batuk pada perokok dan sebagainya. Batuk dapat dibedakan menjadi: a. Batuk berdahak yaitu batuk yang terjadi karena adanya dahak pada tenggorokan. Batuk berdahak lebih sering terjadi pada saluran napas yang peka terhadap paparan debu, lembab berlebihan, dan sebagainya. 32

b. Batuk tak berdahak (batuk kering)terjadi apabila tidak ada sekresi saluran napas, iritasi pada tenggorokan, sehingga timbul rasa sakit. Penanggulangan: a. Terapi non-obat: Pada umumnya batuk berdahak maupun tidak berdahak dapat dikurangi dengan cara sebagai berikut: sering minum air putih untuk mengencerkan dahak, mengurangi iritasi atau rasa gatal. Hindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang tenggorokan, dan udara malam yang dingin. b. Terapi obat Bila keadaan batuk belum dapat teratasi dengan cara-cara tersebut di atas, maka dapat digunakan obat batuk. Sesuai dengan jenis batuk, maka obat batuk dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Ekspektoran (pengencer dahak), dan Antitusif(penekan batuk) (Depkes RI, 2007). 2.4.7 Flu (Pilek) Flu adalah suatu gejala adanya cairan encer atau kental dari hidung yang disebut ingus. Pilek alergi bukan penyakit yang diturunkan. Penyebabnya: a. Reaksi alergi Alergi dapat terjadi pada setiap golongan umur, meskipun lebih sering terjadi pada anak-anak dan semakin berkurang dengan bertambahnya umur. Penyebab reaksi alergi adalah alergen tertentu seperti: debu, bulu binatang peliharaan, serat kain/kapas, dan lain-lain. Reaksi alergi yang terjadi antara alergen dan zat pertahanan tubuh menyebabkan terlepasnya beberapa zat mediator 33

yang bersifat vasodilator. Akibatnya terjadi pembengkakan selaput lendir hidung yang nampak sebagai hidung tersumbat, meningkatnya sekresi lendir/meler, mata berair, dan bersin-bersin. b. Infeksi Pilek juga merupakan suatu gejala infeksi virus atau bakteri, misalnya: influenza. Penanggulangan: a. Terapi non-obat: pilek akibat alergi dapat dicegah dengan menghindari alergen. b. Terapi obat: obat pilek biasanya mengandung antihistamin dan dekongestan hidung (Depkes RI, 2007). 34