PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMAN 02 BATU

dokumen-dokumen yang mirip
: Model Pembelajaran Guided Discovery, Hasil Belajar Fisika.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO

PENGARUH LEVELS OF INQUIRY-INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X

METODE DEMONSTRASI INTERAKTIF BERBASIS INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN KONSEP METABOLISME PADA SISWA KELAS XII SMA ANGKASA BANDUNG.

Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS GUIDED INQUIRY PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS X

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA KELAS X SMAN 8 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANTARA KELOMPOK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL POE DAN MODEL DISCOVERY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antara kelas yang menggunakan LKS paperless dan kelas yang menggunakan LKS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 5 No. 3 p-issn /e-ISSN

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

PENGARUH STARTER EXPERIMENT APPROACH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DI SMA/SMK KELAS X

Ragil Kurnianingsih 1, Srini M. Iskandar 1, dan Dermawan Afandy 1 Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THE 5E LEARNING CYCLE DISERTAI TEKNIK PICK UP CARDS GAME

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, ISSN:

Kata kunci: Efektivitas, keterampilan proses, pendekatan induktif, sikap ilmiah

III. METODE PENELITIAN. Menurut Margono (2010:1) metode penelitian adalah semua kegiatan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN

ISSN Indikhiro Awalani Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

Elok Nur Fauzia Universitas Negeri Malang

Gunung Pati, Semarang. Diterima: 3 Maret Disetujui: 4 April Dipublikasikan: 30 Juli 2016 ABSTRACT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak

Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Peer Instruction Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Sigi

Nurhalima Sari, I Wayan Darmadi, dan Sahrul Saehana

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengaruh Model Learning Start With A Question Berbasis Eksperimen Sederhana terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X Man 2 Model Palu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 3 Watansoppeng

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS IX SEMESTER I SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH OLEH

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI BERMEDIA LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUAL KELAS XI POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Widhar Dwi Utami, I Wayan Dasna, Oktavia Sulistina Universitas Negeri Malang

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOORPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN DISCOVERY INQUIRY DI SMA

Nia Wati dan Suliyanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PDEODE TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SISWA SMA

JURNAL SAINTIFIK VOL.2 NO.2, JULI Kata kunci: Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Tim Kuis, Eksperimen

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR PLH MAHASISWA S-1 PGSD BOJONEGORO ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV

Pengaruh Model Experiential Learning Berbasis Eksperimen Inquiry Terhadap Pemahaman Konsep Fisika pada Siswa Kelas XI IPA MAN 1 Palu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Model Pembelajaran Predict, Observe And Explain terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Balaesang

Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang

PF-29: PENGARUH DESAIN AKTIVITAS LABORATORIUM INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMAN 7 MATARAM

ANALISIS KEMAMPUAN INKUIRI SISWA SMP, SMA DAN SMK DALAM PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY PADA PEMBELAJARAN FISIKA

Pengaruh Model Direct Instruction Berbantuan Simulasi Virtual Terhadap Penguasaan Konsep Siswa

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

PENERAPAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN LKS UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI PERPINDAHAN KALOR DI SMA

PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

Khairun Nisa Marwan dan Rita Juliani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI SEL DI KELAS XI IPA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung.

IMPLEMENTASI MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI LEMBAR KERJA SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA SISWA DI SMA

PENERAPAN METODE RESITASI BERBASIS MOODLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN WEB DESIGN

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Keefektifan CTL Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Segiempat

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 2 MAJENE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ISSN Heri Sutarno Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

Keywords: phenomenon-based learning model, conventional learning model, critical thinking skill, learning outcome.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL REACT TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA KABUPATEN PAMEKASAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN GELOMBANG DAN BUNYI

PENGARUH MODEL PROBLEM POSING LEARNING (PPL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS DAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MAN I MALANG

Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 **

Jurnal Riset Pendidikan Fisika Vol. 1 No. 1, Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

PENGARUH PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH FLUIDA STATIS SISWA KELAS XI MAN 3 MALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

Surono, Pengaruh model pembelajaran inquiry...

BAB III METODE PENELITIAN. terletak di Jalan Raya Tangkuban Perahu Km. 22 Desa Cikole Kecamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment).

Iramaya Fridayanti Sinaga dan Nurdin Siregar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Ulya Dewi Annur, Wartono, dan Mudjihartono Universitas Negeri Malang

PENGARUH MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS III SD

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

Transkripsi:

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMAN 02 BATU Debora Febbivoyna (1), Sumarjono (2), Bambang Tahan Sungkowo (3) Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang (1) e-mail: dfebbivoyna@yahoo.com ABSTRAK: Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap prestasi belajar fisika. Model pembelajaran Discovery Learning termasuk level pertama dari Levels of Inquiry merupakan model pembelajaran yang membuat siswa aktif menemukan konsep fisika serta mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Melalui model pembelajaran Discovery Learning, siswa mampu menguasai konsep fisika dan mampu meningkatkan prestasi belajarnya. Hasil analisis data menunjukkan nilai rata-rata prestasi belajar fisika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Discovery Learning sebesar 3,06, sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar fisika siswa yang dibelajarkan dengan cara konvensional adalah 2,77. Kesimpulan penelitian ini adalah: 1) Prestasi belajar fisika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Discovery Learning lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan secara konvensional. 2) Model pembelajaran Discovery Learning berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X SMAN 02 Batu. Kata kunci: discovery learning, prestasi belajar fisika Saat ini, pemerintah sedang melaksanakan Kurikulum 2013. Kegiatan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 dilaksanakan dengan pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar/ mengasosiasi, dan mengomunikasikan (Kemdikbud, 2013). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 59 tahun 2014 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, terdapat beberapa penyempurnaan pola pikir dalam Kurikulum 2013. Penyempurnaan pola pikir tersebut adalah: (1) Penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari dan gaya belajarnya (learning style) untuk memiliki kompetensi yang sama. (2) Penguatan pola pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya). (3) Penguatan pembelajaran aktif mencari pengetahuan. (4) Penguatan pola belajar sendiri dan kelompok. (5) Penguatan pola pembelajaran kritis. Salah satu pola pembelajaran Kurikulum 2013 adalah siswa aktif mencari pengetahuan. Hal ini sesuai dengan hakikat pembelajaran fisika. Fisika harus dipandang sebagai proses dan produk (Collette dan Chiapetta, 1994). Proses yang dimaksud adalah cara berpikir (a way of thinking) dan cara menyelidiki (a way of investigating). Sejalan dengan hal tersebut, Kurikulum 2013 menghendaki siswa melalui proses ilmiah untuk mempelajari pengetahuan. Siswa diharapkan dapat membangun sendiri pengetahuan yang ada dalam benaknya, mencari dan menemukan sendiri makna segala sesuatu yang dipelajari. Menurut Trianto (2009), sebagian besar pola pembelajaran fisika masih bersifat transmisif, pengajar mentransfer dan memberikan konsep-konsep secara langsung pada siswa. Dalam pandangan ini, siswa secara pasif menyerap struktur pengetahuan yang diberikan guru atau yang terdapat dalam buku 1

pelajaran. Pembelajaran hanya sekedar penyampaian fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan kepada siswa. Penumpukan informasi/konsep pada siswa dapat saja kurang bermanfaat apabila hanya dikomunikasikan oleh guru kepada subjek didik melalui satu arah seperti menuang air ke dalam gelas. Transfer pengetahuan saja akan berdampak pada hasil pemahaman siswa yang kurang sistematik dan komprehensif (Wenning, 2010). Penumpukan informasi yang seringkali kurang bermakna dan kurang dipahami siswa inilah yang dapat mengakibatkan rendahnya prestasi belajar fisika siswa. Berdasarkan hasil observasi, prestasi belajar fisika siswa kelas X MIA SMAN 02 Batu masih perlu ditingkatkan. Data tes ulangan harian fisika menunjukkan masih banyak siswa yang belum mendapatkan nilai tuntas. Berdasarkan Permendikbud No 81 A, nilai ketuntasan minimal untuk seluruh kompetensi dasar pada kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan yaitu 2.66 (B-). Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang peserta didik dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai 2.66 dari hasil tes formatif. Namun dari empat kelas yaitu kelas X MIA 1, 2, 3, dan 4 rata-rata hanya 50% saja siswa di tiap kelas yang mendapatkan nilai di atas 2,67 pada saat ulangan harian. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar fisika siswa kelas X SMAN 02 Batu masih perlu ditingkatkan. Salah satu solusi yang diduga mampu meningkatkan prestasi belajar fisika siswa adalah diterapkannya model Discovery Learning. Model Discovery Learning adalah model pembelajaran yang mengarah pada kegiatan-kegiatan yang membangun suatu konsep oleh siswa (Wenning, 2005). Pembelajaran dengan Discovery Learning dapat membantu siswa mengembangkan pemahaman konseptual berdasarkan pengalaman dasar siswa (Wenning, 2010). Dengan menggunakan model pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat menguasai konsep fisika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. METODE Penelitian ini termasuk penelitian quasy experiment dengan rancangan eksperimen Posttest Only Control Group Desain (Sugiyono, 2012:76). Penelitian ini memberikan perlakuan pada dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen dibelajarkan dengan model pembelajaran Discovery Learning sedangkan kelas kontrol dibelajarkan dengan cara konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X MIA SMAN 02 Batu yaitu siswa kelas X MIA 1, X MIA 2, X MIA 3, dan X MIA 4 tahun ajaran 2014/2015. Sampel yang digunakan adalah kelas X MIA-4 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 31 orang dan kelas X MIA-2 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 34 orang. Sebelum dilakukan analisis data, dilakukan uji persyaratan analisis pada data skor post test diuji. Uji persyaratan analisis data dilakukan dengan uji normalitas menggunakan uji chi kuadrat dan uji homogenitas varians menggunakan uji kesamaan dua varian. Setelah itu dilakukan uji hipotesis ini menggunakan uji-t untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Discovery Learning dan siswa yang belajar secara konvensional. Selanjutnya untuk mengetahui kelas yang 2

memiliki prestasi belajar fisika yang lebih tinggi dapat diketahui dengan membandingkan rata-rata skor post test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. HASIL Pembelajaran dengan model Discovery Learning dilaksanakan sesuai dengan sintaks pembelajaran menurut Wenning (2011), yaitu (1) observation, (2) manipulation, (3) generalization, (4) verification, dan (5) application. Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran, diperoleh rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran di setiap pertemuan adalah 86,57%. Pada pertemuan pertama, keterlaksanaan sintaks Discovery Learning adalah 81%. Pada pertemuan kedua, keterlaksanaan sintaks Discovery Learning adalah 84%. Pada pertemuan ketiga, keterlaksanaan sintaks Discovery Learning 89,3%. Pada pertemuan keempat, keterlaksanaan sintaks Discovery Learning adalah 92%. Data tersebut menunjukkan terjadi peningkatan keterlaksanaan sintaks di setiap pertemuan. Setelah diberi perlakuan berupa model pembelajaran Discovery Learning pada kelompok eksperimen dan cara pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol, maka dilakukan post test. Skor post test kedua kelas ditunjukkan pada Tabel 1 sebagai berikut. Tabel 1. Deskripsi Data Post Test Parameter Kelas Eksperimen Kelas Kontrol N 31 34 3,06 2,77 2,00 2,00 3,80 3,60 Sd 0,3893 0,4053 Berdasarkan Tabel 1, prestasi belajar fisika kelas eksperimen memiliki rata-rata post test 3,06, sedangkan pada pembelajaran kelas kontrol memiliki ratarata post test 2,77. Hasil uji normalitas dengan uji Chi Kuadrat diperoleh nilai χ 2 hitung = 4,416 < 9,488 (χ 2 63;.05) pada kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran Discovery Learning dan χ 2 hitung = 6,505 < 7,815 (χ 2 63;.05) pada kelompok siswa yang belajar secara konvensional. Hal ini berarti bahwa kedua data pada skor post test tersebut berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas varians dengan uji kesamaan dua varians diperoleh nilai F hitung = 1,083 < 1,795 (F 33;30;.05 ). Hal ini berarti bahwa kedua data pada skor post test tersebut memiliki varians yang homogen. Selanjutnya, hasil uji hipotesis dengan uji-t untuk kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji-t Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Sumber Jumlah Kuadrat Rata Derajat Kebebasan Taraf t hitung t tabel Varians Rata (JK) (db) Signifikansi Eksperimen 4,547 63 0.05 2,948 1,998 Kontrol 5,421 63 0.05 Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil uji-t menunjukkan nilai t hitung = 2,948 > 1,998 (t 63;.05 ). 3

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil post test menunjukkan adanya perbedaan skor rata-rata pada kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan siswa yang belajar dengan cara pembelajaran konvensional. Skor rata-rata post test pada kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Discovery Learning adalah 3,06 sedangkan pada kelompok siswa yang belajar menggunakan cara pembelajaran konvensional adalah 2,77. Berdasarkan hasil uji t diperoleh t hitung = 2,948 > 1,998 (t 63;.05 ). Ini menunjukkan adanya perbedaan prestasi belajar fisika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan siswa yang dibelajarkan dengan cara pembelajaran konvensional. Selanjutnya dari hasil rerata skor post test dapat diketahui bahwa prestasi belajar fisika siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada prestasi belajar pada kelas kontrol. Perbedaan prestasi belajar pada kelas ekperimen dan kelas kontrol disebabkan oleh beberapa aktivitas berbeda yang terjadi pada kedua kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Prestasi belajar fisika siswa yang lebih tinggi pada saat dibelajarkan dengan model Discovery Learning dibandingkan dengan pembelajaran konvensional disebabkan beberapa faktor yaitu: 1. Pada kegiatan inti pembelajaran, siswa yang dibelajarkan dengan model Discovery Learning lebih dapat mengeksplorasi materi dan menemukan konsep sendiri. Kegiatan inti pembelajaran lebih bervariasi, yaitu dengan praktikum, diskusi, presentasi, tanya jawab, dan membaca literatur. Dengan metode belajar tersebut, siswa akan lebih banyak berpikir dan menemukan materi fisika yang dipelajarinya. Hal ini sesuai dengan yang Bruner (dalam Dahar 1988: 125), berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. 2. Pada kegiatan inti pembelajaran, siswa yang dibelajarkan secara konvensional menerima semua informasi dari guru. Kegiatan inti pembelajaran cenderung monoton karena guru sering memberi penjelasan dan contoh soal. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang dapat memaknai materi yang dipelajarinya. 3. Pada akhir pembelajaran, siswa yang dibelajarkan dengan model Discovery Learning harus mengulas kembali pertanyaan yang diajukan di awal, menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran. Siswa juga diminta menerapkan konsep yang telah mereka temukan ke dalam soal. Siswa diminta aktif mengerjakan soal di depan kelas, kemudian siswa menerima reward. 4. Pada akhir pembelajaran, siswa yang dibelajarkan secara konvensional diberi tugas yang harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Tugas berupa soal-soal latihan suhu dan kalor. Banyak siswa kurang dapat memahami cara mengerjakan soal, karena siswa tergantung pada penjelasan contoh soal yang diberikan guru. Hasil analisis menunjukkan pembelajaran dengan model Discovery Learning berpengaruh pada prestasi belajar fisika siswa. Model Discovery Learning dapat meningkatkan prestasi belajar fisika siswa pada pokok bahasan suhu dan kalor. Menurut Wenning (2010) model Discovery Learning berbasis Levels of Inquiry ini membuat siswa mengembangkan keterampilan intelektual 4

elementer yang meliputi keterampilan mengamati, merumuskan konsep, memperkirakan, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan hasil, dan mengelompokkan hasil. Keterampilan yang dikembangkan pada model Discovery Learning berbasis Levels of Inquiry tersebut apabila dimiliki oleh siswa, maka prestasi belajar fisika siswa yang meliputi empat aspek yaitu mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4) dapat ditingkatkan. Hal ini disebabkan keterampilan yang dilatihkan tersebut dapat mengasah kognitif siswa. Berdasarkan penelitian ini, siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Discovery Learning memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang belajar secara konvensional. Sesuai dengan pernyataan Balım (2009) bahwa pembelajaran dengan Discovery Learning berpengaruh lebih baik dalam meningkatkan prestasi akademik siswa dibandingkan dengan cara pembelajaran konvensional. Siswa yang belajar dengan model Discovery Learning akan melalui serangkaian tahap pembelajaran penemuan terstruktur sehingga siswa dapat lebih mengingat, memahami, menerapkan, dan menganalisis materi yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan Wenning (2011) yang menyatakan bahwa tahapan pembelajaran yang sistematis, akan membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir secara mandiri daripada pembelajaran yang hanya mendengarkan atau membaca saja. Kelebihan model Discovery Learning adalah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun, dalam penerapannya model pembelajaran Discovery Learning juga memiliki kekurangan, yaitu: 1. Penerapan model pembelajaran Discovery Learning membutuhkan persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi yang rumit dan menyita waktu. Pada setiap pertemuan, terdapat kegiatan praktikum yang disertai dengan pembahasan hasil praktikum agar siswa mampu menemukan konsep secara kualitatif. Ini membuat guru harus mempersiapkan alat dan bahan praktikum sebaik mungkin. 2. Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran Discovery Learning, sehingga untuk menemukan konsep konsep fisika tentang suhu dan kalor masih diperlukan bimbingan guru. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Prestasi belajar fisika siswa yang dibelajarkan dengan model Discovery Learning lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan cara konvensional. Pada kegiatan inti pembelajaran, siswa yang dibelajarkan dengan model Discovery Learning lebih dapat mengeksplorasi materi dan menemukan konsep fisika sendiri. Sedangkan siswa yang dibelajarkan secara konvensional menerima semua informasi dari guru. (2) Model pembelajaran Discovery Learning berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas X SMAN 02 Batu. Hal ini disebabkan keterampilan yang dilatihkan saat menggunakan model Discovery Learning dapat mengasah kognitif siswa. Model Discovery Learning berbasis Levels of Inquiry ini membuat siswa mengembangkan keterampilan intelektual elementer yang meliputi keterampilan mengamati, merumuskan 5

konsep, memperkirakan, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan hasil, dan mengelompokkan hasil (Wenning, 2010). Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang diberikan, yaitu: (1) Bagi guru mata pelajaran fisika, model pembelajaran Discovery Learning dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran fisika di kelas karena dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sebelum diterapkan model pembelajaran Discovery Learning untuk pembelajaran Fisika di dalam kelas, guru sebaiknya memberikan pengarahan tentang alur pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa dan hal hal teknis mengenai cara mengerjakan lembar kerja siswa. (2) Salah satu kelemahan dalam penelitian ini adalah pada tahap verification, siswa kesulitan mencocokan antara konsep yang telah mereka temukan dan konsep yang belum mereka temukan setelah melewati serangkaian proses diskusi dan presentasi. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya dibutuhkan penjelasan atau penguatan dari guru setiap berakhirnya proses diskusi dan presentasi oleh siswa, supaya konsep yang ditemukan siswa semakin dapat dipahami. DAFTAR RUJUKAN Balım, A.G. 2009. The Effects of Discovery Learning on Students Success and Inquiry Learning Skills. Eurasian Journal of Educational Research.Issue 35,Spring: 1-20. (Online) [diakses pada 24-9-2014]. Collette, A.T & Chiappetta, E.L. (1994). Science Intruction in the Middle and Secondary Schools. New York: Macmillan Publishing Company Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru, Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 59 tahun 2014 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum. Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya. Wenning, C.J., 2005, Levels of Inquiry: Hierarchies of Pedagogical Practices and Inquiry Processes. Journal of Physics Teacher Education Online, 2(3), 3-11. Wenning, C. J., 2010, Levels of Inquiry: Using Inquiry Spectrum Learning Sequences to Teach Science, Journal of Physics Teacher Education Online, 5(4), 11-20. Wenning, C. J., 2011, Experimental Inquiry in Introductory Physics Courses, Journal of Physics Teacher Education Online, 6(2), 2-8. 6