BABll TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

PERENCANAAN SALURAN. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain :

PERTEMUAN 7 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses perencanaan saluran irigasi dan menghitung kapasitas saluran irigasi.

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA DEBIT DAN SEDIMEN PADA SALURAN SEKUNDER IRIGASI PASANG SURUT DI LOKASI DESA TELANG SARI KECAMATAN TANJUNG LAGO KABUPATEN BANYUASIN

BAB III METODE ANALISIS

PROPOSAL. Strategi Pemanfaatan (Canal) Pampang Sebagai Transportasi air (Water Way) dan wisata Di Kota Makassar Sul-Sel OLEH : ALIMIN GECONG

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

BABV HASll., DAN PEMBAHASAN

DISAIN SALURAN IRIGASI. E f f e n d y Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya Jln. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. parameter yang tertulis dalam kriteria di bawah ini. Nilai-nilai yang

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

Mekanika Fluida II. Tipe Saluran Terbuka Penampang Hidrolis Terbaik

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

STUDI PERENCANAAN TEKNIS BANGUNAN PENANGKAP SEDIMEN PADA BENDUNG INGGE KABUATEN SARMI PAPUA ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK. 1.

R = A...(2.2) P A = ( b + m h ) h (2.3) = v x A.(2.5) = n x h.(2.6) Parameter potongan melintang saluran dapat dilihat pada Gambar 2.1.

I n e r s i a. Jurnal Teknik Sipil. Fakultas Teknik Universitas Bengkulu. Artikel ISSN:

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU

PERENCANAAN HIDROLIS BANGUNAN PENGUKUR DEBIT PADA DAERAH IRIGASI WANGUNDIREJA JAWA BARAT ABSTRAK

Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa

EVALUASI KANTONG LUMPUR DI.AEK SIGEAON PADA BENDUNG AEK SIGEAON KABUPATEN TAPANULI UTARA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN

1.1 Latar Belakang Tujuan Lokasi proyek Analisis Curali Hujan Rata-rata Rerata Aljabar 12

BAB VI ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA DAN DIMENSI SALURAN DRAINASE

PERTEMUAN KE-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RC TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. - Drainase bawah permukaan (Sub Surface Drainage). Perencanaan dimulai dengan membuat rute drainase yang akan ditinjau

DESAIN BANGUNAN IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN KEKASARAN MANNING TERHADAP PERENCANAAN PENAMPANG EKONOMIS SALURAN TERBUKA BERBENTUK TRAPESIUM SKRIPSI.

Bab III Metodologi Analisis Kajian

BAB I PENDAHULUAN. Sewon untuk diolah agar memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan sebelum

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU

KAJIAN SISTEM DRAINASE KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian.

KAJIAN NILAI KEKASARAN SALURAN BEBERAPA SALURAN TERSIER PADA JARINGAN IRIGASI SEI KRIO DESA SEI BERAS SEKATA KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG

KONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA

PENGARUH SEDIMENTASI TERHADAP SALURAN PEMBAWA PADA PLTMH

BAB I PENDAHULUAN. (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di waduk (Asdak, 2007).

OPTIMALISASI PEMELIHARAAN SALURAN KENCONG TIMUR JARINGAN IRIGASI PONDOK WALUH DI WILAYAH SUNGAI BONDOYUDO BEDADUNG KABUPATEN JEMBER

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RC TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di

FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan masyarakat setempat menghadapi umpan balik yang berasal dari

MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM PENDAHULUAN

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA

PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013

IDENTIFIKASI SALURAN PRIMER DAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI KUNYIT KABUPATEN TANAH LAUT

IDENTIFIKASI POTENSI BANJIR PADA JARINGAN DRAINASE KAWASAN PERUMAHAN NASIONAL (PERUMNAS) LAMA JALAN RAJAWALI PALANGKA RAYA

BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka mengenai teori-teori ataupun rumus-rumus yang. acuan penulisan dan pembuatan program,

TUGAS AKHIR. Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1) Diajukan Oleh : ADI SISWANTO

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERUBAHAN LUASAN AREAL PERTANAMAN DAERAH IRIGASI UPT-1 SUNGAI PAKU BERDASARKAN DEBIT AIR PADA SALURAN PRIMER BENDUNGAN SUNGAI PAKU

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gerusan Lokal

SIMULASI PROFIL MUKA AIR PADA BENDUNG MRICAN MENGGUNAKAN PROGRAM HEC-RAS PROYEK AKHIR

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

BAB 1 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. dengan penguapan suhu tanaman akan relatif tetap terjaga. Daerah Irigasi di Sumatera Utara adalah Daerah Irigasi Sungai Ular.

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... iv. KATA PENGANTAR...

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR. PERENCANAAN JARINGAN DRAINASE SUB SISTEM BANDARHARJO BARAT (Drainage Design of West Bandarharjo Sub System)

STUDI PERMASALAHAN DRAINASE DAN SOLUSI AIR GENANGAN (BANJIR) DI JALAN KEMANG MANIS. Ahmad Syapawi

STUDI SUPLESI DARI SUNGAI ULAR KE SUNGAI BELUMAI UNTUK KEBUTUHAN AIR BAKU PDAM LIMAU MANIS. (Studi Kasus)

Perencanaan Saluran Irigasi Primer di Desa Maroko Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB IV ANALISA HASIL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

Transkripsi:

BABll TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Umum Irigasi pada hakekatnya adalah upaya pemberian air pada tanaman dalam bentuk lengas tanah sebanyak keperluan tumbuh dan berkembang. Tanaman apabila kekurangan air akan menderita tekanan (stress) sehingga mati, demikian pula bila terlampaui banyak air dapat mengalami becek yang berakibat kematian (Manjono Notodiharjo dalam tulisannya yang berjudul Irigasi Dalam Kerangka Pengembangan Wilayah Sungai). Secara umum irigasi diartikan sebagai usaha untuk memungkinkan pernbahasan mulai mengambil air dari surnbernya, rnembawanya ketempat-tempat dimana air itu diperlukan, membagi dan memberikannya kepada tanaman. Sedangkan tujuan iri"gasi pada suatu daerah upaya untuk menyediakan dan mengatur air untuk menunjang pertanian, dari surnber air kedaerah yang memerlukannya dan mendistribusikan secara teknis dan sistematis. Irigasi bermanfaat untuk membantu manusia dalam kelangsungan hidupnya, dalam upaya penyediaan makanan nabati dan memperbesar rasa aman dan kenyamanan hidup di lembah dan di tepi sungai. Bangunan dan saluran Irigasi sudah dikenal sejak zaman sebelum masehi, hal ini dapat dibuktikan oleh penggalan sejarah. Keberadaan bangunan tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa sumber makanan nabati yang disediakan oleh alam sudah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Untuk hal itu perlu dilakukan peningkatan agar senantiasa terpenuhi melalui keirigasian, dimana kemajuan ilmu dan teknologi senantiasa memperluas batas-batas yang dapat dicapai dalam bidang keirigasian. 2.2 Kebutuhan air Irigasi Kebutuhan air (water requirement) diperoleh berdasarkan basil analisis kebutuhan air untuk daerah irigasi. Sesuai dengan tingkat efisiensi yang diambil untuk tiap-tiap jaringan yang direncanakan. Selanjutnya besaran air untuk daerah irigasi Menaming dihltung berdasarkan rumus : Q = a. c. A (lengkung tegal)

Dimana: Q = Debit yang dibutuhkan (m 3 /dtk) A = Luas areal (ha) A = Kebutuhan air normal (1/dtk/ha) C = Koefisien tegal Untuk koefisien tegaf dapat dilihat pada tabel 2.1 dan 2.2 Tabel 2.1 : Koefisien lengkung kapasitas tegal untuk tiap luas daerah yang diairi Luas A Koef. Luas Koef Luas Koef Luas Koef (ha) c A c Adalah c A c (ha) (ha) (ha) 0. 3 30. 1,69 60. 1,33 90. 1) 145 1. 2,90 31. 1,67 61. 1,32 91. 1,14 2. 2,80 32. 1,655 62. 1,315 92. 1,14 3. 2,72 33. 1,64 63. 1,3 1 93. 1,13 4. 2,66 34. 1,62 64. 1,30 94. 1,13 5. 2,605 35. 1,60 65. 1,29 95. 1,125 6. 2,055 36. 1,59 66. 1,285 96. 1,12 7. 2,50 37. 1,57 67. 1,28 97. 1,115 8. 2,44 38. 1,56 68. 1,27 98. 1,11 9. 2,38 39. 1,55 69. 1,265 99. 1,11 10. 2,33 40. 1,53 70. 1,255 100. 1,105 11. 2,27 41. 1,52 71. 1,25 101. 1,10 12. 2,22 42. 1,505 72. 1,245 102. 1,10 13. 2,175 43. 1,495 73. 1,235 103. 1,095 14. 2,135 44. 1,485 74. 1,23 104. 1,09 15. 2,095 45. 1,47 75. 1,225 105. 1,09 16. 2,06 46. 1,46 76. 1,22 106. 1,085 17. 2,02 47. 1,45 77. 1,215 107. 1,08 18. 1,99 48. 1,44 78. 1,21 108. 1,08. 19. 1,96 49. 1,43 79. 1,20 109. 1,075 20. 1,93 50. 1,42 80. 1,195 11 0. 1,07 21. 1,90 51. 1,41 81. 1, 19 111. 1,07 22. 1,87 52. 1,40 82. 1,185 112. 1,065 23. 1,845 53. 1,39 83. 1' 18 113. 1,06 24. 1,82 54. 1,38 84. 1,175 114. 1,06 25. 1,80 55. 1,375 85. 1,17 115. 1,055 26. 1,775 56. 1,365 86. 1,165 116. 1,055 27. 1,75 57. 1,36 87. 1,16 117. 1,05 28. 1,73 58. 1,3 5 88. ]'155 118. 1,05 29. 1,71 59. 1,34 89. 1' 15 119. 1,045 30. 1,69 60. 1,33 90. 1,145 120. 1,045 Sumber : Data Nomogram Standar Perencanaan, Dept. PU Direktorat Pengartiran \ I

Tabel 2.2 : Koefisien lengkung kapasitas tegal untuk tiap luas daerah yang diairi Luas Koef Luas Koef Luas Koef Luas Koef A c A c Adalah c A c (ha) (ha) (ha) (ha) 120. 1,045 150. 0,985 180. 0,95 200. 0,937 121. 1,04 15 1. 0,98 181. 0,95 210. 0,93 122. 1,04 152. 0,98 182. 0,95 220. 0,925 123. 1,04 153. 0,98 183. 0,95 230. 0,92 124. 1,035 154. 0,98 184. 0,945 240. 0,917 125. 1,03 155. 0,98 185. 0,945 250. 0,91 126. 1,03 156. 0,975 186. 0,945 260. 0,908 127. 1,025 157. 0,975 187. 0,945 270. 0,903 128. 1,025 158. 0,975 188. 0,945 280. 0,90 129. 1,02 159. 0,97 189. 0,94 290. 0,895 130. 1,02 160. 0,97 190. 0,94 300. 0,89 131. 1,02 161. 0,97 191. 0,94 320. 0,885 132. 1,02 162. 0,97 192. 0,94 340. 0,875 133. 1,015 163. 0,97 193. 0,94 360. 0,867 134. 1,01 164. 0,965 194. 0,94 380. 0,86 135. 1,01 165. 0,965 195. 0,94 400. 0,853 136. 1,01 166. 0,965 196. 0,94 420. 0,845 137. 1,01 167. 0,965 197. 0,94 440. 0,837 138. 1,005 168. 0,965 198. 0,94 460. 0,835 139. 1,005 169. 0,96 199. 0,94 480. 0,830 140. 1,00 170. 0,96 200. 0,937 500. 0,83 141. 1,00 171. 0,96 201. 0,935 520. 0,827 142. 1,00 172. 0,96 202. 0,935 540 0,825 143. 1,00 173. 0,96 203. 0,935 560. 0,82 144. 0,995 174. 0,955 204. 0,933 580. 0,82 145. 0,995 175. 0,955 205. 0,93 146. 0,99 176. 0,955 206. 0,93 600. 0,815 147. 0,99 177. 0,95 207. 0,93 148. 0,99 178. 0,95 208. 0,93 700. 0,80 149. 0,985 179. 0,95 209. 0,93 150. 0,985 180. 0,95 210. 0,93 709,65. 0,80 Sumber : Daftar Nomogram Standar Perencanaan, Dept. PU Direktorat Pengairan.

2.3 Bentuk-Berituk Saluran Untuk rnerencanakao saluran yang baik dan ekonornis perlu ditinjau beberapa aspek agar dalarn perencanaan tidak tetjadi kesalahan yang dapat menirnbulkan kerugian. Ad~ beberapa bentuk saluran yang digunakan dalarn perencanaan suatu saluran, yaitu : 1. Bentuk segi ernpat Saluran yang berbentuk segi ernpat tidak banyak mernbutuhkan Iahan, biasanya dibuat pada luasan yang kecil. Saluran ini berfungsi sebagai saluran air hujan, air rurnah tangga rnaupun air irigasi. Gambar 2.1. Saluran berbentuk segi empat 2. Bentuk Trapesium Saluran yang berbentuk ini dipakai pada saluran yang terbuat dari tanah, tetapi dimungkinkan juga terbuat dari pasangan bata. Saluran ini rnernbutuhkan ruang yang cukup dan berfungsi untuk saluran irigasi, air hujan dan air rumah tangga. b Gambar 2.2. Saluran berbentuk Trapesiurn Bentuk dari saluran ini lebih sering digunakan pada perencanaan irigasi, karena rnempunyai keuntungan dalam segi teknis pengerjaan maupun dalarn pelaksana{\jwya. Bentuk saluran ini rnampu menerirna debit air yang cukup besar dan mempunyai penampang basah yang kecil Sedangkan kerniringan talud tergantung dari besarnya debit.

3. Bentuk lingkaran, parabol dan bulat tel or Saluran bentuk ini pada umumnya terbuat dari kombinasi pasangan bata dan pipa beton, bentuk saluran yang bulat akan memudahkan pengangkutan bahan endapan atau limbah. Bentuk saluran ini berfungsi sebagai saluran air hujan, air li:mbah rumah tangga dan air irigasi. CD Gambar 2.3. Saluran bentuk lingkaran, parabol dan bulat telur Keuntungan dari penggunaan saluran ini mempunyai kemampuan membawa air dan debit yang cukup besar dan luas penampang yang cukup kecil, sedangkan kesulitannya dalam segi pelaksanaannya. 4. Bentuk tersusun Saluran dengan bentuk ini dapat terbuat dari tanah maupun pasangan bata. Penampang saluran yang dibawah berfungsi untuk saluran air rumah tangga pada kondisi tak ada hujan. Apabila terjadi hujan maka debit air hujan dapat ditampung pada saluran bagian atas. Gambar 2.4. Saluran bentuk tersusun. 2.4. Rumus dan Kriteria Hidrolis 2.4.1. Rumus Aliran Untuk perencanaan ruas aliran saluran dianggap sebagai aliran tetap dan untuk itu digunakan rumus Strickler. V = K. R 213. Ilt2

A R= p dimana: Q =Debit saluran (m 3 /dtk) V = Kecepatan aliran (rnldtk) R = Jari-jari Hidrolis (m) A = Luas penampang saluran (m 2 ) P = Keliling basah (m) b = Lebar dasar saluran (m) h = Tinggi air pada saluran (m) I = Kemiringan saluran. w = Tinggi jagaan (m) K = Koefisien kekasaran Strickler Gambar 2.5. Parameter potongan melintang 2.4.2. Koefisien kekasaran Stricker Koefisien kekasaran bergantung pada faktor-faktor berikut : Kekasaran permukaan saluran Ketidakteraturan permukaan saluran Trase Sedimen Bentuk dan besar kecilnya partikel dipermukaan saluran merupakan ukuran kekasaran, akan tetapi untuk saluran tanah hanya merupakan bagian kecil saja dari kekerasan total. Pada saluran irigasi, ketidakteraturan permukaan yang menyebabkan perubahan dalam keliling basah dan potongan melintang mempunyai pengaruh yang lebih penting pada koeftsien kekasaran saluran dripada

kekasaran permukaan. Perubahan-perubahan mendadak pada saluran akan memperbesar koefisien kekasaran. Perubahan ini dapat disebabkan oleh penyelesaian konstruksi yang jelek atau erosi pada talud saluran. Terjadinya riakriak di dasar saluran akibat interaksi aliran diperbatasannya juga berpengaruh terhadap kekasaran saluran. Pengaruh trase saluran terhadap koefisien kekasaran dapat diabaikan, karena perencanaan saluran tanpa pasangan akan dipakai tikungan berjari-jari besar. Sementara pengaruh faktor-faktor diatas terhadap koefisien kekasaran saluran akan bervariasi menurut ukuran saluran. Koefisien kekasaran untuk perencanaan saluran irigasi disajikan pada tabel 2.3. Tabel 2.3. : Harga-harga kekasaran koefisien Strickler (K) untuk saluran mgas1. No. Saluran Debit Rencana (mj/dtk) K 1. Saluran induk dan sekunder Q > 10 2. Saluran induk dan sekunder 5 < Q < 10 3. Saluran induk dan sekunder Q < 5 4. Saluran muka 1 < Q < 5 5. Saluran tersier Q < l.. Sumber : Standar perencanaan mgast bag1an saluran. 2.4.3. Dimensi saluran Untuk pengaliran air irigasi, saluran penampang 50 47,5 45 42,5 35 umumnya berbentuk trapesium dan ekonomis. Saluran tanah umumnya dipakai untuk saluran irigasi karena biayanya jauh lebih murah dibandingkan dengan saluran pasangan. Untuk.. merencanakan kemiringan saluran mempunyat asumst-asumst mengenat parameter perhitungan yang terlihat pada tabel 2.4 berikut ini.

Tabel 2. 4 : Parameter perhitungan untuk kemiringan saluran Q (mj/dtk) n N K 0,15-0,30 1,0 1,0 0,30-0,50 1,0 1,0-1,2 35 0,50-0,75 1,0 1,2-1,3 35 0,75-1,00 1,0 1,3-1,5 35 1,00-1,50 1,0 1,5-1,8 40 1,50-3,00 1,5 1,8-2,3 40 3,00-4,50 1,5 2,3-2,7 40 4,50-5,00 1,5 2,7-2,9 40 5,00-6,00 1,5 2,9-3,1 42,5 6,00-7,50 1,5 3,1-3,5 42,5 7,50-9,00 1,5 3,5-3,7 42,5 9,00-10,00 1,5 3,7-3,9 42,5 10.00-11.00 2,0 3,9-4,2 45 11,00-15,00 2,0 4,2-4,9 45 15,00-25,00 2,0 4,6-6,5 45 25,00-40,00 2,0 6,5-9,6 45 - - Sumber : Standar perencanaan mgas1 bagtan saluran Untuk perbandingan antara dasar saluran (b) dengan tinggi muka air (h) kecepatan air dan kemiringan talud tergantung dari debit seperti yang terlihat pada tabel 2.5.....).)

Tabel 2.5 : Parameter perhitungan untuk kemiringan saluran Q (mj/dtk) b Kecepatan air - h v(m/dtk) 0,00-0,15 1 0,25-0,30 0,15-0,30 1 0,30-0,35 0,30-0,40 1,5 0,35-0,40 0,40-0,50 1,5 0,40-0,45 0,50-0,75 2 0,45-0,50 0,75-1,50 2 0,50-0,55 1,51-3,00 2,5 0,55-0,60 3,00-4,50 3 0,60-0,65 4,50-6,00 3,5 0,65-0,70 6,00-7,50 4 0,70 7,50-9 4,5 0,70 9-11 5 0,70 11-15 6 0,70 15-25 8 0,70 25-40 10 0,75 40-80 12 0,80 Sumber : Standar perencanaan trigasi bagian saluran Untuk keperluan irigasi dipakai : - Kecepatan Minimum (v) = 0,25 m/dtk. - Lebar Dasar Minimal (b) = 0,3 5 m Tinggi jagaan (w) tergantung dari debit. Tabel 2.6 : Hubungan Q dan w (tinggi jagaan) No Q (mj/dtk) W (tinggi jagaan) (m) Serongan talud (m) 1 : 2 1 : 2 1 : 2 / 1. 0,00-0,30 0,30 2. 0,30-0,50 0,40..,.J. 0,50-1,50 0, 50 4. 1,50-15,00 0,60

r 5_ 15,00-25,00 0,75 f 6. > 25,00 1,00 Sumber : Irigasi dan Bangunan Air, Penerbit Guna Dharma Jari-jari belokan pada As saluran adalah 3-7 kali leber muka air. Lebar tanggul tergantung dari saluran seperti pada tabel 2. 7 berikut ini. No. Sa luran Lebar Tanggul 1. T ersier dan K warter 0,50 2. Sekunder 1,00 3. Induk 2,00 Sumber : lrigasi dan Bangunan Air, Penerbit Guna Dharma \