MAKNA KULTURAL RAMBUT GIMBAL ALAMI (BOK GEMPEL) DALAM SISTEM KEPERCAYAAN ORANG BALI. Bram Setiawan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II AGAMA DALAM PRESPEKTIF FILOSOFIS

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.

Kata Kunci: Teknologi Simulasi, Simulasi Desain, Realitas Virtual, Citra, Posrealitas.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. atau nonlapangan yang menggunakan pendekatan paradigma kritis dan jenis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

DESAIN RUANG DENGAN CITRA KRONOSKOPI

PERSOALANSAKRALISASI TARI ANDIR DI DESA TISTA, KERAMBITAN,KABUPATEN TABANAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digali sedalam-dalamnya serta tidak mengutamakan jumlah populasi atau sampling.

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini

METODE PENELITIAN. Hermeneutika berasal dari kata Yunani hermeneuine dan hermeneia yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. memiliki keterkaitan dengan topik dari permasalahan yang akan dikaji.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Berdyaev dan Macquarrie (dalam Peterson & Seligman, 2004)

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dalam

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL MENJADI DJO KARYA DYAH RINNI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan seiring dengan perkembangan teknologi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal

KONTRAK KULIAH Tanggal Terbit 1 September 2012 KONTRAK PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa

KEBUDAYAAN. Oleh : Firdaus

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai

BAB V PENUTUP. A. Simpulan Penelitian Sajen Peturon di desa Rowodadi, Kecamatan Grabag,

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

PERANCANGAN SIGN-SYSTEM PERPUSTAKAAN SEBAGAI MEDIA PENUNJANG AKTIVITAS BELAJAR MANDIRI DI PERGURUAN TINGGI

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA DALAM DONGENG JEPANG DAN DONGENG BALI. Abstract

Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater : Clifford Geertz : Isnan Amaludin : 08/275209/PSA/1973

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

Eksistensi Gamelan Selonding di Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV KONSEP DASAR AGAMA EMILE DURKHEIM

Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif. Seperti pendapat yang dikemukakan Bog dandan

BAB III METODE PENELITIAN

MENGUNGKAP RETORIKA IKLAN MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. Bali, yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan daya tarik yang

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

Semiotika, Tanda dan Makna

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN. kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB III METODE PENELITIAN

PEMALSUAN TANDA SEBAGAI FENOMENA SEMIOTIKA BUDAYA

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

449 IX. PENUTUP 9.1. Kesi mpulan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk

PEMANFAATAN PUSAKA BUDAYA PURA TIRTA EMPUL SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI BALI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB V PENUTUP. proses transformasi puisi-puisi Suminto A Sayuti menjadi lukisan. Pada

BAB V PENUTUP Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. iklan, karena iklan ada dimana-mana. Secara sederhana iklan merupakan sebuah

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

OCCULT PHENOMENA IN SHERLOCK HOLMES THE MOVIE THESIS BY CHRIESHER NAMAZCARRA

Model-model dari mitos asal usul orang Sasak dalam tembang Doyan Neda tersebut menggambarkan bahwa di dalam mitos terdapat suatu keteraturan tentang

DESKRIPSI KOMODIFIKASI KAIN GRINGSING TENGANAN DALAM DESAIN FASHION SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI BUDAYA. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Membicarakan mantra dalam ranah linguistik antopologi tidak akan

ESENSI PLURALISME NOVEL RUMAH DI SERIBU OMBAK KARYA ERWIN ARNADA ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang diturunkan oleh Tuhan dengan terdapat suatu keistimewaan yang. memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.


BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN REFLEKSI TRADISI PENGUBURAN MASYARAKAT TRUNYAN DAN CARA MEMPERLAKUKAN JENAZAH

ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI GEGURITAN NAGA PUSPA KARYA I NYOMAN SUPRAPTA

Makna Sendang Made Bagi Masyarakat Desa Made Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang

BAB III METODE PENELITIAN. menerangkan metode-metode atau cara-cara. Sedangkan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan

TRADISI ZIARAH KUBUR KE MAKAM KERAMAT RADEN AYU SITI KHOTIJAH DI DESA PEMECUTAN, KECAMATAN DENPASAR BARAT, KOTA DENPASAR BAGI UMAT HINDU DAN ISLAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya

Transkripsi:

MAKNA KULTURAL RAMBUT GIMBAL ALAMI (BOK GEMPEL) DALAM SISTEM KEPERCAYAAN ORANG BALI Bram Setiawan Jurusan Antropologi Fakultas Sastra Universitas Udayana Abstract The phenomenon of natural dreads (bok gempel) in balinese people belief system is considered to contain the magical value. This research tries to reveal the meaning and impact of the phenomenon of dreads natural (bok gempel) against its owners, as well as the views of the public about such phenomena. Research noted that natural dreads (bok gempel) in belief system the people of bali, generally believed to contain magic in its formation. An individual natural owner dreads (bok gempel) found various kinds of different experiences in the process of formation dreads (gempel ) it is in life. So this phenomenon eliciting profane, religious meaning and impact on the religious life and profane for its owners. Key words: natural dreads, belief system, balinese people 1. Latar Belakang Fenomena rambut gimbal alami (bok gempel) pada umumnya menurut kepercayaan orang Bali dipercaya sakral dan bernuansa magis. Pencerminan sikap orang Bali tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Daniel L. Pals (2001: 284), bahwa: Sejak awal manusia sadar akan keadaan mereka di dunia, mereka terjerat oleh suatu perasaan ketiadaan, rasa terpisah jauh dari tempat dimana mereka seharusnya dan yang benar-benar diinginkan, wilayah yang sakral. Sikap mereka yang paling khas, kata Eliade, adalah suatu nostalgia yang dalam akan surga, kerinduan untuk dekat dengan dewa. Keinginan untuk kembali ke wilayah supernatural. Pada umumnya orang Bali menganggap rambut gimbal alami (bok gempel) mengandung taksu. Taksu adalah kekuatan gaib yang masuk ke dalam diri seseorang dan mempengaruhi orang tersebut, baik cara berpikir, berbicara,

maupun tingkah lakunya (Nala, 1993: 115). Dengan keyakinan terhadap adanya taksu tersebut, maka orang Bali menganggap, bahwa rambut gimbal alami (bok gempel) tersebut adalah sesuatu hal yang sakral. Eliade menjelaskan: Sakral adalah wilayah supernatural yang luar biasa, mengesankan dan penting, abadi yang penuh dengan subtansi dan realitas, keteraturan dan kesempurnaan, rumah para leluhur, pahlawan dan para Dewa. Bagaimanapun yang sakral dipahami, peran agama adalah mempromosikan perjumpaan dengannya, untuk membawa seseorang keluar dari alam duniawi atau situasi historisnya, dan memperoyeksikan ke suatu alam yang berbeda kualitasnya, suatu dunia yang betul-betul berbeda, bersifat transenden dan suci (Daniel L. Pals, 2001: 275-278). Melihat uraian tersebut, maka rambut gimbal alami (bok gempel) dalam sistem kepercayaan orang Bali merupakan sebuah simbol. Manusia dalam kehidupan religiusnya tidak terlepas dari simbol. Sistem simbol ini adalah sesuatu yang diciptakan oleh manusia dan secara konvensional digunakan bersama, teratur, dan benar-benar dipelajari, sehingga memberi pengertian hakikat manusia, yaitu suatu kerangka yang penuh dengan arti untuk mengorientasikan dirinya kepada yang lain, kepada lingkungannya, dan pada dirinya sendiri, sekaligus sebagai produk dan ketergantungannya dalam interaksi sosial (Geertz, 1973: 250). Dalam wacana perkembangan kajian-kajian sosial budaya yang kritis dewasa ini, maka rambut gimbal alami (bok gempel) juga dapat dipahami sebagai sebuah tanda (pertandaan). Menurut Ferdinand de Saussure (dalam Piliang, 2003: 158), sebuah tanda terdiri dari sebuah penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda mengacu dalam petanda, yang selanjutnya mengacu pada referensi atau realitas. Dalam pandangan Saussure, makna adalah apa-apa yang ditandakan (petanda). Berkaitan dengan rumus pertandaan Saussure tersebut dapat dijelaskan, bahwa tanda sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari dua bidang, seperti halnya pada kasus yang diangkat dalam studi ini, yaitu rambut gimbal alami (bok gempel) sebagai tampilan fisik masuk dalam bidang penanda (signifier) untuk menjelaskan bentuk atau ekspresi, sedangkan bidang petanda (signified) adalah sesuatu yang menjelaskan konsep atau makna dari fenomena rambut gimbal alami (bok gempel).

Pada studi ini penulis mengambil tiga sampel orang yang memiliki rambut gimbal alami (bok gempel) ini. Berdasarkan urutan temuannya orangorang tersebut adalah: 1. Purnomo Agus Sularso yang berdomisili di Desa Subaya, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. 2. Nyoman Suastawa yang berdomisili di Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan. 3. Ni Wayan Karsih yang setiap harinya berjualan di pantai Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. 2. Pokok Permasalahan Dalam peneltian ini terdapat dua pokok permasalahan, yaitu: 1. Bagaimana makna rambut gimbal alami (bok gempel) bagi orang Bali? 2. Bagaimana dampak rambut gimbal alami (bok gempel) terhadap perilaku spiritual dan profan bagi pemiliknya? 3. Tujuan Penelitian Untuk memahami, dan mengungkap lebih jauh makna rambut gimbal (bok gempel) bagi orang Bali. Untuk mengetahui dampak perilaku spiritual dan profan bagi pemilik rambut gimbal alami (bok gempel). 4. Metode Penelitian Dalam studi ini penentuan lokasi penelitian berdasarkan pada informasi yang diperoleh peneliti didukung dengan teknik Snowball Sampling, yang kemudian ditunjang dengan beberapa metode, yaitu metode observasi, metode wawancara, metode kepustakaan, metode dokumentasi, serta analisis data yang bersifat kualitatif interpretatif.

5. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian mencatat, bahwa dalam pembentukannya terdapat perbedaan proses terbentuknya rambut gimbal alami (bok gempel) dari masingmasing individu dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Purnomo Agus Sularso awal pembentukan rambut gimbal alami (bok gempel) miliknya dimulai pada tahun 2009. Menurut penuturannya, sebelum rambutnya menjadi gimbal (gempel) seperti sekarang ini melalui proses selama tiga hari, dua malam diawali dengan gimbal (gempel) kecil-kecil hingga menjadi gumpalan besar ke atas. Gambar 1: Gambar di atas adalah bentuk dari rambut gimbal alami (bok gempel) milik Purnomo Agus Sularso. Proses pembentukan rambut gimbal alami (bok gempel) milik Nyoman Suastawa dimulai pada tahun 2001, diawali oleh sakit demam tinggi selama satu hari penuh. Menurut penuturannya, pada malam hari saat ia tidur, ia bermimpi didatangi sosok seorang kakek tua berpakaian serba putih, yang menyampaikan sebuah pesan kepadanya, yang intinya menjelaskan, bahwa ia telah diberi anugerah, dan ia harus menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya. Pagi harinya saat ia terbangun dari tidurnya seketika tubuhnya kembali sehat,

namun ia mendapati rambutnya yang sebelumnya panjang terurai sudah menjadi gimbal (gempel) secara alami. Gambar 2: Gambar di atas adalah bentuk dari rambut gimbal alami (bok gempel) milik Nyoman Suastawa. Ni Wayan Karsih, pada suatu kesempatan dalam penelitian ini menuturkan, bahwa ia sudah memiliki rambut gimbal alami (bok gempel) sejak tahun 2005. Dalam proses pembentukannya sehari sebelum rambutnya menjadi gimbal (gempel) secara alami, menurut penuturannya, ia mengalami sebuah peristiwa aneh. Pada siang hari saat ia sedang berjalan di daerah Jimbaran, ia melihat ada sosok perempuan cantik berpakaian serba putih, dan perempuan tersebut menghampirinya. Saat sosok perempuan itu sudah dekat di hadapannya, tiba-tiba saja menghilang. Keesokan harinya saat ia terbangun dari tidurnya sudah mendapati rambutnya menjadi gimbal (gempel) secara alami.

Gambar 3: Ilustrasi rambut gimbal alami (bok gempel) Ni Wayan Karsih. Untuk memecahkan pokok permasalahan pada penelitian ini, penulis menggunakan teori dekonstruksi, teori fetisisme, teori keyakinan religi dan teori praktik. Hasil penelitian mencatat, bahwa rambut gimbal alami (bok gempel) ini bagi orang Bali memiliki makna religius dan profan. Pada makna religius terdapat makna filosofis kosmologi metafisik yang didalamnya membahas simbol dan mitos. Pada makna profan terdapat makna sosial budaya, makna estetika, makna kesejahteraan, makna ekspresi sosial dan makna pencitraan. Rambut gimbal alami (bok gempel) memiliki dampak bagi pemiliknya, yaitu dampak dalam kehidupan beragama dan dampak profan. Pada dampak dalam kehidupan beragama di dalamnya membahas dampak terhadap perilaku spiritual. Pada dampak profan di dalamnya terdapat dampak dalam kehidupan budaya, dampak dalam kehidupan sosial, dampak ekonomi dan dampak psikologis. 6. Simpulan Berdasarkan hasil kajian secara holistik, maka dapat disimpulkan, bahwa fenomena rambut gimbal alami (bok gempel) merupakan bagian dari sistem kepercayaan orang Bali. Dalam sistem kepercayaan tersebut terdapat nilai-nilai yang dianggap sakral, bernuansa magis atau bersifat transenden. Sikap orang Bali tersebut berhubungan dengan sistem pengetahuan sebagai bentuk pengetahuan berkesadaran yang melibatkan seperangkat pengalaman dalam melihat dunia sosio-kulturalnya.

7. Daftar Pustaka Endraswara, Suwardi. 2006. Metode Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius Press.. 2002. Hayat dan Karya: Antropolog sebagai Penulis dan Pengarang (terjemahan L. Simatupang). Yogyakarta: LKis. Nala, Ngurah. 1991. Usada Bali. Denpasar: penerbit PT. Upada Sastra. Pals, Daniel L. 2001. Seven Theories of Religion; dari Animisme E.B. Taylor, Materialisme Karl Marx hingga Antropologi Budaya C. Geertz, (terjemahan Ali Noer Zaman). Yogyakarta: Qalam. Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra.. 2004. Dunia Yang Berlari (Mencari Tuhan-Tuhan Digital). Jakarta: PT Grasindo.