BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada dewasa, konsistensi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. Model matematika merupakan sekumpulan persamaan atau pertidaksamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

BAB I PENDAHULUAN. Feces (kotoran manusia) yang terinfeksi oleh bakteri Vibrio cholerae

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyebabnya adalah gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat. Murwanti dkk,

BAB I PENDAHULUAN. air besar) lebih dari biasanya atau tiga kali sehari (World Health

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya hubungan interaktif antara manusia, perilaku serta

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. ibu kepada anaknya melalui plasenta pada saat usia kandungan 1 2 bulan di

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2010 di Idonesia (Kemenes RI, 2012)

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang


BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada perianus dan inkontinensia

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari (Navaneethan et al., 2011). Secara global, terdapat 1,7 miliar kasus diare

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, penumonia (post

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN. dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuan cuci tangan

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan zaman saat ini yang terus maju, diperlukan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Gejala awal campak berupa demam, konjungtivis, pilek batuk dan bintik-bintik

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Anak yang merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF)

2. ( ) Tidak lulus SD 3. ( ) Lulus SD 4. ( ) Lulus SLTP 5. ( ) Lulus SLTA 6. ( ) Lulus D3/S1

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada pengembangan aplikasi matematika di seluruh aspek kehidupan manusia. Peran

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

Andi Fatmawati (*), Netty Vonny Yanty (**) *Poltekkes Kemenkes Palu **RSUD Undata Palu

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

MODEL MATEMATIKA DALAM KASUS EPIDEMIK KOLERA DENGAN POPULASI KONSTAN. Renny, M.Si Program Studi Matematika Universitas Jenderal Soedirman

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Survey Kesehatan Nasional tahun 2001, pada tahun angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan frekuensi buang air besar yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada dewasa, konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau, atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau hanya lendir saja (FK UI,1997). Menurut Suharyono diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah dalam tinja (Suharyono,1999:51). Penyakit diare juga didefinisikan sebagai keadaan dimana bertambahnya jumlah atau berkurangnya konsistensi feces yang dikeluarkan (Soepartono Pitono,dkk,1999). Diare dapat menyerang semua kelompok umur dan berbagai golongan sosial, baik di negara maju maupun di negara berkembang, dan erat hubungannya dengan kemiskinan serta lingkungan yang tidak higienis.banyak faktor yang menjadi penyebab seseorang mengalami diare, diantaranya yaitu terinfeksi sejumlah organisme bakteri dan virus. Virus yang sering menyebabkan diare yaitu rotavirus, sedangkan bakteri pathogen E.coli, Shigella, Campylobacter, Salmonella dan Vibrio cholera merupakan beberapa contoh bakteri yang dapat menyebabkan diare pada anak (Sri Suparyati S, 2011: 33-37). Faktor lain yang dapat menyebabkan seorang anak terinfeksi diare yaitu malabsorbsi, keracunan dan sebab-sebab lainya. 1

Pola hidup yang tidak higienis erat kaitannya dengan penyebaran penyakit diare di masyarakat.pola hidup yang tidak higienis contohnya penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar. Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih. Tidak mencuci tangan dengan bersih dan tidak memakai sabun setelah selesai buang air besar atau membersihkan feces anak yang terinfeksi sehingga mengontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.selain pola hidup yang tidak higienis, penularan diare dapat melalui berbagai media diantaranya makanan dan minuman yang terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau terkontaminasi oleh tangan yang kotor kemudian masuk ke tubuh penderita. Seseorang yang mengalami diare akan mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang normal, ditandai dengan seringnya kehilangan cairan dan feces yang tidak berbentuk (Susan Martin T,1998:8). Diare juga dapat menyebabkan seseorang mengalami dehidrasi atau kehilangan cairan dalam tubuh.keadaan dehidrasi berat pada anak inilah yang seringkali tidak disadari oleh orang tua dan tiba-tiba mendapati anaknya sudah dalam kondisi kritis. Diare hingga kini masih menjadi salah satu penyakit penyumbang kematian balita tertinggi di negara miskin dan berkembang. Menurut WHO (World Health Organisation) penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua pada anak-anak dibawah lima tahunyang menyebabkan 760.000 anak di bawah lima tahun di dunia meninggal setiap tahunnya.hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengungkapkan bahwa diare 2

merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi dan balita (Profil Kesehatan Indonesia, 2013:103). Di Indonesia, diare merupakan penyakit endemis yang terjadi disepanjang tahun, dan puncak tertinggi pada peralihan musim penghujan dan kemarau. Angka prevalensi (jumlah keseluruhan kasus penyakit pada suaru waktu) diare di Indonesia saat ini masih berfluktuasi. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 yang dilakukan oleh Kemenkes dan Badan Litbangkes pada tahun 2007, penyakit diare menjadi penyebab utama kematian anak balita (25,2%).Prevalensi nasional diare klinis adalah 9,0% sedangkan beberapa provinsi yang mempunyai prevalensi diare kinis lebih dari 9,0% adalah Jawa tengah, Papua, dan Jawa Barat. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas 2013) insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7 %. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Berdasarkan karakteristik penduduk kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare, tercatat sebanyak 5,1 % balita terserang diare (Riskesdas,2013). Jumlah penderita penyakit diare di Indonesia dapat disajikan dalam Gambar 1.1. 3

jumlah penedrita Distribusi Frekuensi Penderita Diare di Indonesia 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 4,844,230 5,090,212 4,261,493 4,182,416 4,128,256 4,422,427 3,456,123 2,843,801 1,000,000 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Gambar 1.1. Jumlah Kasus Diare di Indonesia, Tahun 2006 Sampai 2013 2013 Jumlah Penderita 4,261, 3,456, 4,844, 4,422, 5,090, 4,182, 2,843, 4,128, Berdasarkan Gambar 1.1, kasus diare di Indonesia masih relatif tinggi. Jumlah penderita dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan. Seperti terlihat pada Gambar 1.1 pada tahun 2007 jumlah penderita mengalami penurunan, kemudian meningkat pada tahun 2008. Penurunan signifikan terjadi pada peralihan tahun 2010 ke tahun 2012. Namun, kembali mengalami lonjakan pada tahun 2013. Kasus terbanyak terjadi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 5.090.212 penderita. Penyakit diare saat ini masih dianggap remeh oleh masyarakat. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit diare menyebabkan penyakit diare dari tahun ke tahun selalu ada dan tak jarang memakan korban jiwa. Mengingat kasus diare masih sering terjadi, dan dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode untuk mengetahui karakteristik penyebaran penyakit diare agar penyebaran penyakit 4

diare dapat dikendalikan. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mempermudah dalam menyelesaikan permasalahan didalam dunia nyata adalah model matematika. Model matematika adalah hasil perumusan yang menggambarkan masalah dalam dunia nyata yang kemudian dicari solusi. Dari model matematika tersebut akan terbentuk suatu persamaan diferensial yang dapat diketahui titik kesetimbangannya dan dianalisis kestabilan di titik kesetimbangan. Model matematika yang digunakan untuk melihat tingkat penyebaran suatu penyakit menular disebut dengan model epidemi. Salah satu model matematika epidemi adalah model epidemi SIS (Susceptibel-Infected-Susceptibel). Penelitian mengenai model penyebaran penyakit menular telah banyak dilakukan. Adapun penelitian yang berkaitan dengan pemodelan penyebaran penyakit diare yaitu penelitian yang dilakukan Ojaswita Chaturvedi dan kawankawan pada tahun 2014 yang berjudul A Continuous Mathematical Modle for Shigella Outbreaks dalam penelitian tersebut dibentuk model matematika SIR dengan studi kasus penyakit diare dengan satu populasi. Didapatkan model untuk ketiga kelas yaitu Susceptible (S) merupakan kelompok individu rentan terhadap penyakit, Infected (I) yaitu kelompok individu terinfeksi penyakit, dan Recovered (R) yaitu kelompok individu yang sembuh dari penyakit diare dan tidak memiliki kekebalan permanen sehingga dapat tertular penyakit yang sama. Berdasarkan kajian dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai penyakit diare serta masih banyaknya kasus penderita penyakit diare. Tugas akhir skripi mengambil topik tentang menganalisis pemodelan penyebaran penyakit diare dengan dua populasi untuk mengetahui model penyebaran penyakit diare 5

serta dapat menganalisa mengenai karakteristik penyebaran penyakit diare. Dengan demikian interpretasi tersebut dapat dijadikan suatu pertimbangan untuk dilakukan tindakan yang tepat untuk menangani masalah yang ditimbulkan oleh penyebaran penyakit tersebut. B. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, pembatasan pada tugas akhir ini yaitu: 1. Keadaan lingkungan dianggap bersih atau tidak berpengaruh signifikan terhadap model matematika SIS. 2. Analisis penyebaran penyakit diare hanya untuk kasus bebas penyakit yaitu saat penyakit tidak menyebar dalam populasi. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana model penyebaran penyakit diare? 2. Bagaimana karakteristik penyebaran penyakit diare? D. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah : 1. Mendeskripsikan model penyebaran penyakit diare. 2. Mendeskripsikan karakteristik penyebaran penyakit diare. 6

E. Manfaat Manfaat dari penulisan tugas akhir ini yaitu : 1. Memberikan kesadaran masyarakat untuk lebih menjaga kebersihan diri dan lingkungan guna mencegah penyebaran penyakit diare. 2. Memberikan masukan bagi institusi pelayanan kesehatan agar tetap mempertahankan usaha-usaha yang diperlukan seperti penyuluhan-penyuluhan tentang diare sehingga terciptanya masyarakat yang sehat secara optimal, dan sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. 7