TEKNIK PENGAMBILAN CAIRAN RUMEN PADA DOMBA RINGKASAN. Balai Penelitian Ternak PO Box 221 Bogor 16002

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

TEKNIK PENAMPUNGAN FESES DAN URINE UNTUK DOMBA-KAMBING BETINA

PEMBUATAN KANTONG KOLEKSI FESES UNTUK DOMBA

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL. Tujuan Praktikum Untuk pengambilan sampel yang akan digunakan untuk analisis.

SISTEM PENCERNAAN. Perlu dipelajari. Harus tahu nasib BM dalam perjalanannya di setiap organ pencernaan: dicerna. diserap. Hidup pokok.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK PEMELIHARAAN DOMBA FISTULA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

PETUNJUK PELAKSANAAN ANALISIS CONTOH PAKAN TERNAK DI LABORATORIUM PROKSIMAT.

PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pisang nangka diperoleh dari Pasar Induk Caringin, Pasar Induk Gedebage, dan

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Pencernaan Ruminansia

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

senyawa humat (39,4% asam humat dan 27,8% asam fulvat) sebesar 10% pada babi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan konversi pakan secara sign

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA ( Panicum Maximum ) TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING LOKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat Pemerahan Peralatan dalam pemerahan maupun alat penampungan susu harus terbuat dari bahan yang anti karat, tahan lama, dan mudah dibersihkan. Bah

Lokakarya Fungsional Non Penefiti Cara Kerja Ditimbang 0,5 gram contoh dan dimasukkan kedalam gelas piala 600 ml, kemudian ditambahkan 60 ml larutan d

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. : Artiodactyla, famili : Bovidae, genus : Ovis, spesies : Ovis aries (Blackely dan

PENETAPAN KADAR LEMAK KASAR DALAM MAKANAN TERNAK NON RUMINANSIA DENGAN METODE KERING

ILMU BETERNAK Suatu Tinjauan dari Sisi Pakan Ternak Oleh : Ir. H. Anggodo Marnomo Praktisi & Pengamat Pakan Ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi

Bobot dan Panjang Saluran Pencernaan Sapi Jawa dan Sapi Peranakan Ongole di Brebes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

MANAJEMEN PENGOLAHAN PAKAN RINGKASAN

Pada tahun 2013 Laboratorium Fisiologi Nutrisi Ternak Bogor dipindahkan ke Ciawi dan. Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN

M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi

Tyas Widhiastuti. Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani, M.Si Dr. Ir. Mukh. Arifin, M.Sc

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

Ruang lingkup kegiatan Laboratorium Balai Penelitian Ternak sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. pokok, produksi, dan reproduksi. Pemberian pakan yang mencukupi baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

MAKALAH ARTI PENTING SISTEM PENCERNAAN PADA TERNAK. Sistem Pencernaan pada Sapi Potong. Di susun oleh: Nama : Fatmawati Mustofa NIM :

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

NILAI GIZI ECENG GONDOK DAN PEMANFAATAN SEBAGAI PAKAN ternak NON RUMINANSIA NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. bungkil kedelai, tepung gamal (Gliricidia sepium), dan pucuk tebu (Saccharum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Kadar Amonia Protein Mikrobia Aktivitas Spesifik Enzim Selulase KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran...

PENGANTAR. sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak. dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan makanan favorit di

TINJAUAN PUSTAKA. Pencernaan adalah proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan

BAB III MATERI DAN METODE. Sumber Protein secara In Vitro dilaksanakan pada bulan September November

ISTILAH-ISTILAH. Ilmu Pakan Ternak Suatu ilmu yang berhubungan dng.pakan dan zat pakan yang terkandung di dalamnya thdp.kesehatan ternak dan manusia.

WAKTU OPTIMAL HIDROLISIS SENYAWA KITIN DALAM JANGKRIK DAN RAYAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLATIHAN SOAL BAB 16. Biasa

I. PENDAHULUAN. sehingga perlu dilakukan peningkatan kualitas, kuatitas, dan kontinyutasnya. maupun dalam bentuk kering (Susetyo, 1980).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung (Zea mays L) adalah salah satu jenis tanaman biji-bijian

I. PENDAHULUAN. Pengembangan ternak ruminansia di Indonesia akan sulit dilakukan jika hanya

I. PENDAHULUAN. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni September 2015 di Laboratorium

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan domba-domba lokal. Domba lokal merupakan domba hasil persilangan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

TEKNIK PENGAMBILAN CAIRAN RUMEN PADA DOMBA GUNAWAN DAN RDENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak PO Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Untuk Pengujian terhadap palatabilitas clan nilai kecernaan pakan yang dilakukan dengan teknik invitro yaitu dengan cara menginkubasikan contoh pakan dalarn cairan rumen. Untuk mengambil cairan rumen dari ternak domba dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu pengambilan melalui ternak berfistula atau dapat juga diambil dengan melalui selang. Keuntungan dengan ternak berfistula adalah mudah dilakukan, waktu yang dibutuhkan lebih cepat, ticlak membutuhkan tenaga kerja yang banyak clan kualitas cairan rumen yang diperoleh benar-benar murni. Hambatannya adalah untuk pembuatan fistula membutuhkan biaya yang besar, selain itu ternak sangat rentan terhadap infeksi sekunder yang dapat menurunkan daya hidup ternak. Sedangkan pengambilan dengan melalui selang memiliki keuntungan resiko kematian ternak lebih seclikit clan dapat dilakukan di luar kandang percobaan. Sedangkan permasalahannya membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak, waktu yang diperlukan relatif lebih banyak clan kualitas cairan rumen ada kecenderungan tercemar oleh sekresi air liur. Kata kunci : domba, cairan rumen, teknik pengambilan. PENDAHULUAN Ternak ruminansia merupakan ternak poligastrik yang memiliki lambung depan yang terdiri dari rumen (perut handuk), reticulum (perut jala), omasum (perut kitab) clan lambung sejati atau abomasum (perut kelenjar). Proses pencernaan pada ruminansia secara umum dibagi menjadi tiga tahap yaitu pencernaan mekanik dalam mulut, kemudian pencernaan fermentatif oleh mikroba dalam rumen clan pencernaan hidrolitik oleh enzim pencernaan (SUWANDI, 1997). Rumen merupakan habitat yang balk untuk perkembangan mikroba rumen karena memiliki ekosistem yang menunjang dengan sullu antara 38" C-420 C dengan ph netral (6-7) clan kelembaban relatif konstan, anaerob dengan volume cairan 5,3 It atau 13% dari bobot ternak (OWEN DA'N' GOETSCH. 1988). BANERJEE (1978), mengemukakan bahwa mikroba memegang peranan penting dalam proses pemecahan makanan. Peranan mikroba dalam proses pencernaan diperkirakan sekitar 70-85 % dari bahan kering yang dikonsumsi oleh ternak yang dapat dicerna dalam rumen (GRAY, 1947 dalarn BANERJEE, 1982). Dalam proses fermentasi dari makanan ada tiga macam mikroba dalam cairan rumen yaitu bakteri, protozoa clan jamur (YOKOYAMA DAN JOHNSON, 84

1988). Mikroba rumen dapat dijumpai menempel pada dinding rumen, bergabung pada partikel makanan dalam rumen dan bebas dalam cairan rumen. Komposisi mikroba sangat bergantung dengan jenis makanan yang dikonsumsi oleh ternak, jika jenis makanan banyak mengandung serat kasar maka jumlah bakteri akan lebih banyak daripada protozoa karena bakteri diperlukan untuk mencerna karbohidrat dan protein sedangkan jika makanan banyak mengandung glukosa maka jumlah protozoa akan lebih banyak. Hasil dari proses fermentatif adalah asam lemak terbang, protein mikroba, vitamin B, CH4 dan COZ yang berguna untuk ternak. Makanan yang tidak tercerna oleh mikroba akan masuk ke dalam abomasum untuk dicerna secara enzimatik. Sedangkan yang dimaksud dengan nilai kecernaan pakan adalah menunjukkan bagian dari zat-zat makanan yang dapat diserap oleh saluran pencernaan sehingga siap digunakan untuk metabolisme pada tubuh ternak. Untuk mempelajari daya cerna clan fermentasi dalam saluran pencernaan, metoda yang sangat berhasil dan telah digunakan secara luas adalah teknik invitro yaitu dengan cara menginkubasikan contoh pakan atau hijauan dalam cairan rumen setelah ditambah larutan penyangga (buffer) yang sesuai (ABDURACHMAN, 1997). Pengukuran nilai kecernaan pakan secara in-vitro dilakukan di laboratorium dengan mencontch proses pencernaan yang berlangsung dalam tubuh ternak ruminansia. Untuk pengukuran kecernaan pakan diperlukan cairan rumen untuk melihat aktifitas mikroba clan kecernaan pakan yang diberikan pada ternak. Selain itu cairan rumen diperlukan juga untuk melihat ekosistem daripada rumen seperti ph, NH3, populasi mikroba seperti protozoa, bakteri, clan jamur yang berhubungan dengan proses pencernaan permentatif. Secara umum ada dua teknik untuk mendapatkan cairan rumen yaitu dengan cara pengambilan melalui ternak fistula dan dengan cara menggunakan selang. Yang dimaksud dengan fistula adalah pembuatan saluran yalig menghubungkan organ atau rongga tubuh internal dengan organ internal atau permukaan tubuh melalui pembedahan pada ternak domba (SUWANDI DAN PUSTAKA, 2000). Tujuan penulisan makalah adalah untuk menggambarkan teknik pengambilan cairan rumen dengan memakai kedua teknik tersebut diatas beserta kelebihan clan kekurangannya dari masing-masing teknik. BAHAN DAN CARA KERJA Bahan dan Alat untuk pengambilan melalui ternak fistula a. Ternak domba berfistula e. Botol b. Thermoses f Kontainer c. Air bersih untuk mencuci g. Kain penyaring d. Corong h. Sarung tangan 85

Temu Teknis Fungsional Non Penelili 2001 Bahan dan alat untuk pengambilan melalui selang a. Ternak domba berfistula d. Selang uk. '/4 inci panjang 70 m b. Air bersih untuk mencuci e. Kontainer c. Selang uk. 1 inci panjang 15 cm f Thermos Cara Kerja untuk pengambilan melalui ternak fistula 1. Ternak domba berfistula" diberi pakan yang akan diuji. Setelah 24 jam pemberian pakan dapat dilakukan pengambilan cairan rumen. 2. Proses pengambilan cairan rumen dilakukan oleh dua orang yaitu satu orang memegang ternak agar tidak bergerak, sedangkan yang lain mengambil cairan rumen dari lubang fistula. 3. Pengambilan cairan rumen dapat dilakukan dalam posisi berdiri atau posisi direbahkan. 4. Cara pengambilan adalah dengan membuka tutup fistula, lalu cairan rumen diambil dengan tangan memakai sarung tangan. 5. Isi rumen yang telah terambil ditampung dalam kontainer, kemudian tutup pistula dipasang kembali secara sempurna dan dinding sekitar lubang fistula dibersihkan. 6. Cairan rumen yang telah diambil kemudian diperas dengan kain blacu atau kain perban empat lapis. 7. Cairan rumen hasil perasan ditampung lalu dimasukkan ke dalam botol yang telah disiapkan. 8. Jika diperlukan dapat ditambahkan larutan penyangga (buffer) yang sesuai. 9. Botol yang berisi cairan rumen ditutup rapat lalu dimasukkan ke dalam thermos es 10. Cairan rumen yang telah siap dapat dibawa ke laboratorium untuk diperiksa 11. Semua peralatan yang telah dipakai dibersihkan dan disterilkan, sedangkan ampas perasan dapat dibuang Cara Kerja pengambilan cairan rumen melalui selang 1. Ternak domba diberi pakan yang akan diuji kecernaannya. 2. Setelah 24 jam setelah pemberian pakan dapat diambil cairan rumennya. 3. Pengambilan cairan rumen dilakukan oleh 4-5 orang teknisi. 4. Seorang teknisi menjepit bagian kaki depan domba dengan kedua lutut dan tangan memegang kepala. 5. Kemudian teknisi lainya membuka mulut domba dan memasukan selang ukuran 1 inci ke dalam mulut sebagai pelindung selang yang akan dipakai untuk mengambil cairan rumen. 6. Selanjutnya selang '/4 inci dimasukan melalui selang 1 inci clan didorong pelan-pelan sampai ke rumen. 7. Setelah selang kecil masuk ke dalam rumen, lalu kedua kaki belakang domba diangkat keatas sehingga posisi ternak menjadi nungging. 86

Temu Teknis FungsionalNon Penelid 2001 7. Setelah selang kecil masuk ke dalam rumen, lalu kedua kaki belakang domba diangkat keatas sehingga posisi ternak menjadi nungging. 8. Kemudian selang kecil dikocok-kocok dengan gerakan keluar masuk secara hati-hati sampai cairan rumen keluar. 9. Cairan rumen yang keluar ditampung dalam kontainer yang telah dipersiapkan. 10. Bila cairan rumen yang ditampung sudah mencukupi kebutuhan, maka selang dapat dicabut dan ternak diberdirikan normal kembali. 11. Cairan rumen yang ditampung dalam kontainer ditutup rapat lalu dimasukkan ke dalam thermos es untuk dibawa ke laboratorium. 12. Semua peralatan yang dipakai segera dicuci clan disterilkan. Tabel 1. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan pada kedua cara pengambilan cairan rumen Yang diamati Melalui ternak fistula Melalui selang Volume cairan spat mencu upl apat mencu upl e ter a ap ersl sa, aya I up er urang Ildak terslksa, daya hldup lebih lama temak utu cairan urm, tidak tercemar Tldak murm, tercemar o eh sekresl rumen lendir dan air liur, kadang-kadang tercampur darah. euntungan u a, cepat, tl a mem utu an ura, spat l a u an I apangan banyak tenaga am atan emer u an laya yang cu up ma a er u anya tenaga, wa ttu yang diperlukan lebih lama Yang perlu diperhatikan dalam pengambilan cairan rumen melalui ternak fistula adalah 1. Cermt dan hati-hati jangan sampai melukai bagian dalam perut (rumen) 2. Lubang fistula setelah pengambilan cairan harus ditutup dengan sempuma jangan sampai bocor. 3. Sisa-sisa cairan yang menempel harus segera dibersihkan agar tidak terjadi infeksi sekunder. Yang perlu diperhatikan dalam pengambilan cairan rumen melalui selang adalah 1. Dalam memasukkan selang harus dilakukan secara hati-hati jangan sampai salah masuk ke lubang pernapasan. 2. Dalam mendorong selang keluar masuk harus hati-hati agar tidak melukai organ saluran pencernaan.

KESIMPULAN 1. Pengambilan cairan rumen dengan menggunakan kedua teknik diatas, masing-masing memilik kelebihan dan kekurangannya akan tetapi masingmasing dapat dipakai sesuai dengan kondisi yang ada. 2. Walaupun membutuhkan tenaga yang lebih banyak, cara pengambilan cairan rumen melalui selang merupakan cara yang paling mudah dilakukan dan dapat diaplikasikan di luar kandang percobaan. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis menggunakan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Bapak Dr. I Ketut Surtama yang telah memberi masukan pada penulisan makalah dan juga kepada Tim makalah dan pembahas yang telah mengoreksi dan memperbaiki tulisan ini sehingga dapat dimuat dalam proseding. DAFTAR BACAAN ABDURACHMAN, 1997. Analisa Daya Cerna Beberapa Jenis Hijauan pada Ternak dengan Teknik In-vitro. Prosiding Lokakarya Fungsional Non Peneliti tahun 1997, Tanggal 15-16 Desember 1997. Puslitbang Peternakan Bogor. pp : 148-152. BARNEJEE, G.C. 1978. Animal Nutrition. Oxford and IBH Publishing co, New Delhi. PP 232-249. BARNEJEE, G.C. 1982. A Text Book of Animal Husbandry 5 th Edition. Oxford and IBH Publishing. 234-270. OWEN, F.N AND A.L. GOETSCH, 1988. Ruminal Fermentation. Dalam Church, D.C ed. Digestive Physiology and Nutritional at Ruminan. Prentice Hall, New Jersey 0777632. 145-158. SUWANDI, 1997. Peranan mikroba rumen pada ternak ruminansia. Prosiding Lokakarya Fungsional Non Peneliti tahun 1997. Tanggal 15-16 Desember 1997. Puslitbang Peternakan Bogor. pp. : 13-15. Suwandi dan I K. Pustaka. 2000. Teknik pemasangan fistula rumen pada domba._,prosi= ding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti Tahun 2000. Tanggal 5 September 2000. Puslitnak Bogor. pp. : 193-198. YOKOYAMA, M. T AND K.A JOHNSON, 1988. Microbiology of The Rumen and Intestine. Dalam Church, D.C. ed Digestive Physiology and Nutritional of Ruminan. Prentice Hall, New Jersey 17632. 125-142. 88