BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

dokumen-dokumen yang mirip
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

MEWUJUDKAN PENGEMBANGAN DESA YANG BERKELANJUTAN MELALAUI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN YANG BERKELANJUTAN (P2KPB)

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

REVITALISASI KEHUTANAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN TAHUN 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

REKAPITULASI USULAN KEGIATAN PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (UKPPD) TAHUN 2014 JAWA BARAT FORM F0 ISU STRATEGIS

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

KRITERIA TIPOLOGI PENINJAUAN KEMBALI

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

DISAMPAIKAN OLEH Ir. BEN POLO MAING (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTT)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam lokasi kawasan komoditas unggulan nasional pada komoditas padi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA PROV JATENG

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi berdasarkan gambaran umum pada bab sebelumnya adalah: Lokasi yang strategis dilalui jalur perhubungan laut utara dan jalur pantura yang menghubungkan antar provinsi mempermudah arus barang dan jasa dari berbagai kegiatan yang ada di Jabar Utara terutama untuk kegiatan industri Rencana pembangunan jalan tol seperti yang tertuang dalam MP3EI Jumlah dan kepadatan penduduk yang cukup tinggi Kaya akan sumber daya mineral dan migas Kaya akan hutan mangrove yang dapat melindungi berbagai masalah yang diakibatkan oleh gelombang pasang Banyak terdapat industri berskala nasional bahkan internasional Potensi sawah irigasi teknis Masyarakat yang memiliki nilai budaya & religi yg tinggi serta berpegang teguh pada adat istiadat setempat Selain potensi, Jawa Barat bagian utara juga memiliki berbagai permasalahan terkait dengan pengembangannya. Permasalahan pada umumnya terkait dengan permasalahan lingkungan dan kualitas sumber daya manusianya. Berikut ini beberapa permasalahan terkait dengan pengembangan wilayah Jawa Barat bagian utara: Alih fungsi kawasan pertanian menjadi kawasan terbangun, terutama kawasan industri Degradasi lingkungan di wilayah pesisir Jawa Barat Utara Kurangnya pengelolaan infrastruktur dan sumber daya alam yang ada Banyaknya kondisi jalan yang sudah hampir rusak padahal jalan ini merupakan infrastruktur utama dalam perkembangan kegiatan industri Nilai IPM yang berada di bawah rata-rata Jawa Barat Keterbatasan air baku untuk air bersih dan Potensi banjir yang cukup tinggi Perambahan hutan mangrove Penurunan kualitas lingkungan Isu strategis pengembangan wilayah Jawa Barat bagian Utara dikelompokkan secara sektoral menjadi 6 (enam) sektor yaitu sektor sosial kependudukan, perumahan, pertanian, pesisir dan kelautan, industri dan II-1

migas, serta kualitas lingkungan. Berikut ini rangkuman isu strategis di wilayah Jawa Barat bagian Utara. Tabel Isu Strategis Pengembangan Wilayah Jawa Barat Bagian utara No. Sektor Isu Strategis 1 Sosial Kependudukan Jumlah penduduk yang tinggi, sebesar 56% dari total jumlah penduduk di Jawa Barat Merupakan wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang paling tinggi, yaitu Kab. Bekasi sekitar 4,69% Kepadatan penduduk yang tinggi Benturan kepentingan antara pertumbuhan penduduk dengan ketersediaan sumber daya alam, yang berimplikasi terhadap masalah lingkungan Tingkat IPM yang rendah 2 Perumahan dan Permukiman Kekurangan penyediaan perumahan (backlog) yang diperkirakan akan mencapai 1.164 juta unit pada tahun 2013 Masih terdapat 1.035 kawasan kumuh dengan luas sekitar 25.875 ha Terbatasnya lahan di kawasan perkotaan menyebabkan munculnya perumahan di pinggiran kota dan fenomena urban sprawl 3 Pertanian Tingkat produktivitas padi yang tinggi yaitu sebesar 59,46% dari produksi padi Jawa Barat Proporsi sawah irigasi teknis yang tinggi (74% dari total luas sawah irigasi teknis di Jawa Barat) terancam beralih fungsi karena tingginya kebutuhan akan lahan Rata-rata kepemilikan lahan pertanian yang berkurang menyebabkan berkurangnya produktivitas lahan 4 Pesisir dan Kelautan Eksploitasi sumber daya alam pesisir yang terus meningkat Semakin meningkatnya beban pencemaran yang masuk ke wilayah perairan pesisir pantai Konversi hutan bakau menjadi kawasan terbangun 5 Industri Sektor industri merupakan sektor utama yang memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Jawa Barat Keberadaan sektor industri menyebabkan tingginya arus migrasi Eksploitasi sumber daya mineral menyebabkan kerusakan lingkungan 6 Degradasi Lingkungan Penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran dari kegiatan industri Alih fungsi lahan yang menyebabkan munculnya kawasan rawan bencana banjir II-2

KEBIJAKAN Dari informasi mengenai potensi, masalah serta isu strategis di wilayah Jawa Barat bagian Utara, maka selanjutnya disusun kebijakan pengembangan wilayah yang terutama diharapkan dapat menjawab isu strategis di Jawa Barat bagian Utara. Berikut ini adalah kebijakan yang dimaksud: (1) Pengembangan Jawa Barat Bagian Utara dilakukan secara terintegrasi dan lintas sektor yang berkeseimbangan untuk pertumbuhan ekonomi, modernisasi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat Bagian Utara secara optimal. (2) Pengembangan Jawa Barat Bagian Utara difokuskan pada sektor prioritas berbasiskan ilmu pengetahuan dan teknologi, sumberdaya lahan pertanian pangan berkelanjutan, potensi ketersediaan infrastruktur, sumberdaya pesisir dan kelautan, sumberdaya manusia, dan inovasi. (3) Pengintegrasian pembangunan jaringan infrastruktur bersifat regional dan lokal dalam satu kesatuan sistem wilayah untuk meningkatkan dayasaing potensi wilayah Jawa Barat Bagian Utara secara keseluruhan. (4) Pengembangan pusat-pusat permukiman di wilayah Jawa Barat Bagian Utara diarahkan di Pusat Kegiatan Nasional, Pusat Kegiatan Wilayah dan Pusat Kegiatan Lokal sebagaimana diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat. (5) Pemerintah Daerah bersama-sama Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat bagian Utara memfasilitasi pengembangan wilayah Jawa Barat Bagian Utara yang diselenggarakan secara terintegrasi dengan kepentingan Nasional, regional, dan lokal dengan melibatkan peran masyarakat dan dunia usaha. STRATEGI Untuk setiap kebijakan yang disusun akan dikembangkan strategi yang spesifik. Strategi yang disusun dimaksudkan agar kebijakan yang ada dapat diimplementasikan. Pengembangan Jawa Barat Bagian Utara dilakukan secara terintegrasi dan lintas sektor yang berkeseimbangan untuk pertumbuhan ekonomi, modernisasi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat Bagian Utara secara optimal. a. pengintegrasian kegiatan dan infrastruktur pendukung kawasan pertanian pangan berkelanjutan, pesisir dan kelautan dalam satu kesatuan sistem wilayah dengan kegiatan dan infrastruktur pendukung kawasan industri, kawasan permukiman, minyak dan gas; b. pemantapan fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan melalui peningkatan ketersediaan infrastruktur pendukung; dan c. peningkatan ketersediaan infrastruktur dasar dan pendukung untuk mengoptimalkan fungsi kawasan pesisir dan kelautan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. II-3

Pengembangan Jawa Barat Bagian Utara difokuskan pada sektor prioritas berbasiskan ilmu pengetahuan dan teknologi, sumberdaya lahan pertanian pangan berkelanjutan, potensi ketersediaan infrastruktur, sumberdaya pesisir dan kelautan, sumberdaya manusia, dan inovasi. Strategi pengembangannya adalah: a. pengembangan sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, pesisir dan kelautan melalui pendayagunaan lahan pertanian pangan berkelanjutan, lahan hutan produksi dan hutan rakyat, lahan perkebunan, dan kawasan hutan mangrove dan hutan pantai; b. pengembangan sektor industri diutamakan untuk mengisi kawasan yang telah ditetapkan dan kawasan lainnya di luar lahan pertanian pangan berkelanjutan dan lahan kehutanan; c. pengembangan sektor minyak dan gas serta industri pendukung secara terintegrasi dan berkelanjutan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan; d. arahan pengembangan kegiatan perikanan darat dan laut yang ramah lingkungan dan terkelola secara terintegrasi dan terkendali; e. pengembangan sektor pesisir dan kelautan melalui peningkatan dayasaing masyarakat pesisir; f. pendayagunaan tanah timbul sebagai kawasan mangrove untuk meningkatkan luasan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan perlindungan sempadan pantai secara berkelanjutan; dan g. pengembangan Pusat Kegiatan Nasional Bodebek dan Pusat Kegiatan Nasional Cirebon sebagai dua metropolitan yang mengapit wilayah Jawa Barat Bagian Utara. Pengintegrasian pembangunan jaringan infrastruktur bersifat regional dan lokal dalam satu kesatuan sistem wilayah untuk meningkatkan dayasaing potensi wilayah Jawa Barat Bagian Utara secara keseluruhan. a. pengembangan infrastruktur regional harus ditindaklanjuti dengan pembangunan infrastruktur lokal sesuai dengan fungsi kawasan, kelas dan skala pelayanan secara berhirarki; b. peningkatan ketersediaan infrastruktur lokal yang terintegrasi terhadap infrastruktur regional yang ada, sesuai dengan fungsi kawasan, kelas dan skala pelayanan secara berhirarki; c. peningkatan kualitas hidup masyarakat yang dilaksanakan melalui peningkatan ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur pendukung kegiatan di perkotaan dan perdesaan; dan d. peningkatan koordinasi dan kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat Bagian Utara, antar Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat Bagian Utara, antara Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat Bagian Utara dan dunia usaha dalam mewujudkan penyediaan infrastruktur yang terintegrasi. II-4

Pengembangan pusat-pusat permukiman di wilayah Jawa Barat Bagian Utara diarahkan di Pusat Kegiatan Nasional, Pusat Kegiatan Wilayah dan Pusat Kegiatan Lokal sebagaimana diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat. Strategi pengembangannya adalah: a. pemantapan peran pusat-pusat permukiman dengan memperhatikan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029; b. pengembangan pusat-pusat permukiman secara terpadu sesuai dengan fungsi kawasan serta penerapan pengembangan hunian secara berimbang untuk memenuhi kebutuhan hunian seluruh penduduk Jawa Barat Bagian Utara; c. pemenuhan kebutuhan pelayanan umum perkotaan dan perdesaan yang ramah lingkungan; dan d. pertimbangan keterbatasan dayadukung dan dayatampung lingkungan dalam pengembangan pusat-pusat permukiman. Pemerintah Daerah bersama-sama Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat bagian Utara memfasilitasi pengembangan wilayah Jawa Barat Bagian Utara yang diselenggarakan secara terintegrasi dengan kepentingan Nasional, regional, dan lokal dengan melibatkan peran masyarakat dan dunia usaha. a. peningkatan keterlibatan pelaku usaha sektor pertanian, sektor industri, sektor properti, minyak dan gas dalam pengembangan wilayah Jawa Barat Bagian Utara; b. peningkatan kapasitas sumberdaya manusia setempat sesuai dengan arah pengembangan wilayah Jawa Barat Bagian Utara; c. pendayagunaan peran masyarakat setempat sebagai pelaku pengembangan wilayah Jawa Barat Bagian Utara; d. pemeliharaan dan pemantapan peran budaya dan kearifan lokal yang dapat mengakselerasi pengembangan wilayah Jawa Barat Bagian Utara; e. peningkatan kerjasama antar Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat Bagian Utara difasilitasi oleh Pemerintah Daerah untuk mewujudkan tujuan pengembangan wilayah Jawa Barat Bagian Utara; dan f. pemantapan peran Pemerintah Daerah dalam pengembangan wilayah melalui pembentukan dan penguatan kelembagaan dalam pengelolaan wilayah Jawa Barat Bagian Utara. II-5