KARAKTERISTIK PROTEASE DARI BAKTERI PATOGEN Staphylococcus epidermidis

dokumen-dokumen yang mirip
PURIFIKASI DAN KARAKTERISASI PROTEASE DARI BAKTERI PATOGEN Pseudomonas aeruginosa

PURIFIKASI DAN KARAKTERISASI PROTEASE DARI BAKTERI PATOGEN Pseudomonas aeruginosa

KARAKTERISASI PROTEASE DARI BAKTERI Aeromonas hydrophila

Isolasi Bakteri dan Karakterisasi Protease dari Sumber Air Rawa Indralaya

TERHADAP PRODUKSI INHIBITOR PROTEASE YANG DIHASILKAN OLEH

4 Hasil dan Pembahasan

ISOLASI DAN KARAKTERISASI PROTEASE DARI BAKTERI TANAH RAWA INDRALAYA, SUMATERA SELATAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

ISOLASI DAN KARAKTERISASI PROTEASE DARI BAKTERI TANAH RAWA INDRALAYA, SUMATERA SELATAN

4 Hasil dan Pembahasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI PROTEASE DARI ISOLAT BAKTERI ASAL TUMBUHAN RAWA DARI INDRALAYA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

4. HASIL DAN PEMBASAN

Kata kunci: Acinetobacter, inhibitor protease, produksi, simbiosis sponge,

Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik

4 Hasil dan Pembahasan

III. BAHAN DAN METODE

Analisis kadar protein

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Produksi Enzim β-galaktosidase dari Enterobacter cloacae

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemilahan Isolat Penghasil Kolagenase Tertinggi

PENGARUH SENYAWA KOFAKTOR DAN STABILITAS TERHADAP AKTIVITAS ENZIM β-1,3- GLUKANASE DARI ISOLAT BAKTERI TERMOFIL Bacillus licheniformis HSA3-1a

Penyerapan Logam Berat Timbal (PB) Dengan Enzim Protease Dari Bakteri Bacillus Subtilis

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4

DETERMINATION of OPTIMUM CONDITION of PAPAIN ENZYME FROM PAPAYA VAR JAVA (Carica papaya )

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

Dari uji kompetisi, persentase penghambatan dengan rasio inokulum 1:1 sudah cukup bagi Bacillus sp. Lts 40 untuk menghambat pertumbuhan V.

PENGARUH PENAMBAHAN SORBITOL TERHADAP STABILITAS ph ENZIM PROTEASE DARI Bacillus subtilis ITBCCB148

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KARAKTERISASI BEBERAPA ION LOGAM TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN (THE CHARACTERIZATION OF SEVERAL METAL IONS TOWARDS THE ENZYME TRYPSIN ACTIVITY)

PENGUJIAN STABILITAS ENZIM BROMELIN YANG DIISOLASI DARI BONGGOL NANAS SERTA IMOBILISASI MENGGUNAKAN KAPPA KARAGENAN

Pengaruh Kofaktor Logam Ca dan Mg Terhadap Aktivitas Hyalurodidase Streptococcus agalactie. Oleh: Wendry Setiyadi Putranto

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

THE ADDITION EFFECT OF THE METAL ION K + ON THE PAPAIN ENZYME ACTIVITIES

Bab IV Hasil dan Pembahasan

AKTIVITAS ENZIM PROTEASE DALAM LAMBUNG DAN USUS IKAN KERAPU MACAN SETELAH PEMBERIAN PAKAN

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

LACTOBACILLUS BULGARICUS SEBAGAI PROBIOTIK GUNA PENINGKATAN KUALITAS AMPAS TAHU UNTUK PAKAN CACING TANAH

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

PENGARUH AKTIVATOR SISTEIN DAN NATRIUM KLORIDA TERHADAP AKTIVITAS PAPAIN

KARAMTERlSWSl PWOTEWSE [BAR! FERMENTAS! CAfJPURAN

merupakan komponen terbesar dari semua sel hidup. Protein dalam tubuh pembangun, dan zat pengatur dalam tubuh (Diana, 2009). Protein sangat penting

ISOLASI DAN KARAKTERISASI AMILASE DARI BIJI DURIAN (DURIO

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

Olek TIEAI TIER TAMOJO F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTAM14M BOGQR. INSTlTUT PERTANIAN

3 Metode Penelitian Alat

Molekul, Vol. 6. No. 2. Nopember, 2011: AMOBILISASI PROTEASE DARI Bacillus sp. BT 1 MENGGUNAKAN POLIAKRILAMIDA. Zusfahair* dan Amin Fatoni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. KARAKTERISTIK ENZIM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGARUH PENAMBAHAN ION LOGAM Ca 2+ TERHADAP AKTIVITAS ENZIM PAPAIN. THE ADDITION EFFECT OF THE METAL IONS Ca 2+ ON THE PAPAIN ACTIVITIES

TERHADAP PRODUKSI INHIBITOR PROTEASE YANG DIHASILKAN OLEH

Jurnal Kimia Indonesia

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR ISI

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA. yang teratur, mengkatalisis ratusan reaksi bertahap yang menyimpan dan

III BAHAN DAN METODE

Hasil dan Pembahasan

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

PRAKTIKUM UJI KANDUNGAN PROTEIN DENGAN METODE BRADFORD

Bab III Metodologi Penelitian

EKSTRAKSI DNA. 13 Juni 2016

ENZIM. Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung.

ENZIM IKA PUSPITA DEWI

PRODUKSI ENZIM AMILASE

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Buffer untuk Dialisa Larutan buffer yang digunakan pada proses dialisa adalah larutan buffer Asetat 10 mm ph 5,4 dan

ISOLASI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ENZIM α AMILASE DARI Aspergillus niger DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CAMPURAN ONGGOK DAN DEDAK

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Protease disebut juga peptidase atau proteinase, merupakan enzim golongan

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

PENGARUH KONSENTRASI SUMBER KARBON DAN NITROGEN TERHADAP PRODUKSI PROTEASE ALKALI DARI Bacillus sp. M TERMOFILIK

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

VI. KONSEP DASAR ENZIM DR. EDY MEIYANTO MSI APT

1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS. Dididihkan 5 menit. Didinginkan 5 menit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. enzim selulase dari campuran kapang Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Botrytis

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu

Transkripsi:

KARAKTERISTIK PROTEASE DARI BAKTERI PATOGEN Staphylococcus epidermidis Ace Baehaki 1, Tati Nurhayati 2 dan Maggy T. Suhartono 3 Abstrak Beberapa bakteri patogen memproduksi enzim hidrolitik seperti protease dan hialuronidase yang berfungsi untuk mendegradasi komponen matrik ekstraseluler sehingga dapat merusak struktur jaringan inang. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan karakterisasi protease dari bakteri Staphylococcus epidermidis yang diisolasi dari koleksi Rumah Sakit Pertamina Jakarta. Bakteri ditumbuhkan pada media Luria broth (LB) yang mengandung tryptone 1 %, NaCl 1 % dan yeast extract 0,5 %. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa protease S. epidermidis ini memiliki ph dan suhu optimum 8 dan 50 o C. Ion logam Mn 2+ (5 mm) dan Ba 2+ (5 mm) merupakan aktivator kuat protease S. epidermidis yang dapat meningkatkan aktivitas protease masing-masing 3 dan 2 kali lipat dari protease kontrol, sedangkan Na + (1 mm), K + (1 mm), Fe 3+ (1 dan 5 mm), Zn 2+ (5 mm), dan Ca 2+ (1 mm) merupakan inhibitor ion logam yang kuat. Protease S. epidermidis digolongkan ke dalam serin metaloprotease karena dapat dihambat secara sempurna oleh PMSF dan EDTA. Protease tersebut mempunyai berat molekul sekitar 35 kd. Kata Kunci: bakteri patogen, karakterisasi, protease, Staphylococcus epidermidis. PENDAHULUAN Bakteri patogen menghasilkan berbagai enzim yang pada dasarnya tidak toksik tetapi berperan penting dalam proses infeksi. Beberapa bakteri patogen memproduksi enzim hidrolitik seperti protease dan hialuronidase yang berfungsi untuk mendegradasi komponen matrik ekstraseluler sehingga dapat merusak struktur jaringan inang. Enzim hidrolitik ini digunakan oleh bakteri untuk memperoleh sumber karbon dan energi dengan menghancurkan polimer inang menjadi gula sederhana dan asam amino (Salyers dan Whitt 1994). Bakteri Staphylococcus dapat menyebabkan sakit melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar secara luas dalam jaringan dan pembentukan berbagai zat ekstraseluler. Beberapa zat ini adalah enzim, sedangkan yang lain diduga berupa toksin (Jawetz et al. 1996). Bakteri Staphylococcus menghasilkan 1 Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya 2 Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK IPB 3 Departemen Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor 25

protease ekstraseluler jenis metaloprotease yang bersifat toksik (Hase dan Finklestein 1993). Mengingat pentingnya protease dalam mekanisme penyebab penyakit, maka saat ini perhatian para peneliti terhadap protease sebagai target obat sangat besar. Oleh karena itu informasi tentang karakteristik protease tersebut amat diperlukan karena akan memudahkan bagi kita untuk mengupayakan mencari penghambat (inhibitor) enzim tersebut. Sebagai sumber inhbitor dapat berasal dari organisme laut, seperti sponge atau dari simbionnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan karakterisasi protease dari bakteri patogen yaitu bakteri Staphylococcus epidermidis. METODOLOGI Bahan Penelitian Bahan utama berupa isolat bakteri patogen Staphylococcus epidermidis yang diperoleh dari koleksi Rumah Sakit Pertamina Jakarta. Produksi Protease Galur bakteri patogen diinokulasi sebanyak 1-2 lup pada media luria broth (LB). Proses diawali dengan penentuan umur prekultur (dalam media LB) yang tepat untuk keperluan produksi enzim. Pengamatan dilakukan dengan mengukur optical density (OD) sampai nilai OD = 0,8 pada λ = 620 nm. Sebanyak 10 % media luria broth (LB) yang sudah mempunyai OD = 0,8 ditambahkan pada media LB yang baru dan selanjutnya nilai OD dan aktivitas protease diukur setiap 8 jam selama 56 jam. Pengukuran Aktivitas Protease dan Kadar Protein Aktivitas protease diukur dengan metode Bergmeyer et al. (1983) menggunakan substrat kasein (Hammerstein 2 %) (b/v). Satu unit aktivitas protease didefinisikan sebagai jumlah enzim yang dapat menghasilkan satu µmol produk tirosin per menit pada kondisi pengukuran. Kadar protein ditentukan dengan metode Bradford (1976) dengan menggunakan Bovine Serum Albumin Fraction V sebagai standar protein. 26

Karakterisasi Protease Ekstrak Kasar Pengujian karakterisasi protease yang dilakukan meliputi pengaruh ph (6,5; 7; 7,5; 8; 8,5 dan 9), suhu (30, 40, 50, 60, dan 70 0 C), ion logam (Na +, Ca 2+, Mn 2+, Zn 2+, dan Ba 2+ ) dan inhibitor spesifik (EDTA dan PMSF). SDS PAGE dan Zimogram Penentuan berat molekul dilakukan menggunakan SDS PAGE (Laemmli 1970), sedangkan zimogram menggunakan modifikasi metode Choi et al. (2001). Analisis zymogram dilakukan dengan cara: gel akrilamid 8 % dikopolimerisasi dengan substrat kasein 2 %. Setelah dilakukan elektroforesis, gel direndam dengan Triton X-100 2,5 % selama 1 jam dan dilakukan inkubasi dalam buffer Tris-Cl 10 mm, ph 8 selama 24 jam. Setelah itu dilakukan pewarnaan coomassie blue. Penentuan berat molekul dengan SDS PAGE dilakukan dengan pewarnaan silver staining. Pewarnaan dengan silver staining dilakukan sebagai berikut: gel direndam dalam larutan fiksasi (25 % metanol dan 12 % asam asetat) selama 1 jam kemudian direndam dalam 50 % etanol selama 20 menit, kemudian diganti dengan 30 % etanol selama 2 x 20 menit. Larutan diganti dengan enhancer, kemudian dicuci dengan akuadestilata. Larutan silver nitrat ditambahkan selama 30 menit, kemudian dicuci lagi dengan akuadestilata 2 x 20 detik dan ditambahkan larutan campuran Na 2 CO 3, formaldehida dan terakhir dengan larutan fiksasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Protease Produksi protease dilakukan pada media luria broth (LB) yang dikultur dalam medium yang sama hingga mencapai OD=0,8. Pengamatan dilakukan setiap 8 jam sekali selama 56 jam, pada suhu 37 0 C dan kecepatan 120 rpm. Enzim yang telah dihasilkan oleh bakteri dipisahkan dari sel bakteri menggunakan sentrifugasi. Dengan teknik ini, sel akan mengendap oleh adanya gaya gravitasi sedangkan enzim tetap terdapat pada supernatan. Sentrifugasi dilakukan pada suhu rendah untuk mencegah terjadinya kerusakan struktur enzim, selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas protease, sedangkan pertumbuhan 27

bakteri diamati melalui optical density (OD) pada λ= 620 nm. Waktu produksi protease yang optimum dari bakteri patogen ini dapat dilihat pada Gambar 1. OD 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0 8 16 24 36 48 56 Jam ke 0.035 0.03 0.025 0.02 0.015 0.01 0.005 0 Aktivitas (U/ml) Gambar 1. Produksi protease S. epidermidis (- - Pertumbuhan bakteri, - - aktivitas protease). Protease S. epidermidis memiliki aktivitas tertinggi (0,0288 U/ml) setelah diinkubasi selama 48 jam dalam media LB, protease diproduksi seiring dengan pertumbuhan sel dan mencapai aktivitas tertinggi pada fase stasioner (Gambar 1). Bakteri S. epidermidis menghasilkan protease pada saat pertumbuhan bakteri menjelang stasioner. Hal ini menunjukkan bakteri ini memerlukan protease sebagai strategi bakteri dalam mempertahankan hidupnya. Penelitian tentang produksi optimum protease yang dilakukan oleh Fawzya (2002) menunjukkan bahwa isolat bakteri asal ikan hiu (Carcharhinus limbatus) menghasilkan protease optimal pada jam ke-24, pada saat pertumbuhan bakteri mulai mencapai fase stasioner. Selain itu, dilaporkan pula bahwa protease yang dihasilkan oleh Vibrio proteolyticus memiliki produksi yang optimal pada fase stasioner (Durham 1990). Karakterisasi Protease Ekstrak Kasar Karakterisasi protease yang dilakukan meliputi penentuan suhu dan ph optimum, pengaruh kation dan inhibitor spesifik serta penentuan berat molekul. 28

Keasaman (ph) Optimum Semua reaksi enzimatis dipengaruhi ph, sehingga diperlukan bufer untuk mengontrol ph reaksi. Pada umumnya enzim bersifat amfolitik, yang berarti enzim mempunyai konstanta disosiasi pada gugus asam maupun gugus basanya terutama pada gugus residu terminal karboksil dan gugus terminal aminonya. Diperkirakan perubahan keaktifan enzim adalah sebagai akibat perubahan ionisasi pada gugus ionik enzim, baik pada sisi aktifnya atau sisi lain yang secara tidak langsung mempengaruhi sisi aktif. Gugus ionik berperan dalam menjaga konformasi sisi aktif dalam mengikat substrat dan dalam mengubah substrat menjadi produk. Perubahan ionisasi juga dapat dialami oleh substrat atau kompleks enzim-substrat, yang juga berpengaruh terhadap aktivitas enzim (Muchtadi et al. 1996). Pada skala deviasi ph yang besar, perubahan ph akan mengakibatkan enzim mengalami denaturasi sehubungan dengan adanya gangguan terhadap berbagai interaksi non kovalen yang menjaga kestabilan struktur 3D enzim (Hames dan Hooper 2000). Gambar 2 memperlihatkan pengaruh ph terhadap aktivitas protease kasar bakteri patogen, ph optimum S. epidermidis pada ph 8, sedangkan menurut penelitian Drapeau et al. (1972) ph optimum dari protease ini adalah 7,6. Aktivitas relatif (%) 120 100 80 60 40 20 0 6.5 7 7.5 8 8.5 9 ph Gambar 2. Pengaruh ph terhadap aktivitas protease S. epidermidis 29

Pada Gambar 2, terlihat terjadi naik turun dengan berbedanya ph, hal ini dipengaruhi oleh pk dari gugus yang terionisasi pada sisi aktif enzim yang berperan mengikat substrat, pk gugus molekul substrat yang terikat enzim dan pk gugus fungsional enzim yang bertanggung jawab terhadap aktivitas katalitik (Thenawidjaja 1988). Suhu Optimum Pada umumnya setiap enzim memiliki aktivitas maksimum pada suhu tertentu, aktivitas enzim akan semakin meningkat dengan bertambahnya suhu hingga suhu optimum tercapai, kenaikan suhu lebih lanjut akan menyebabkan aktivitas enzim menurun. Berdasarkan hasil pengukuran aktivitas enzim pada berbagai suhu (Gambar 3), terlihat bahwa aktivitas tertinggi protease S. Epidermidis diperoleh pada suhu inkubasi 50 0 C. Aktivitas relatif (%) 120 100 80 60 40 20 0 30 40 50 60 70 Suhu (oc) Gambar 3. Pengaruh suhu terhadap aktivitas S. epidermidis Suhu mempengaruhi laju reaksi katalisis enzim dengan dua cara. Pertama, kenaikan suhu akan meningkatkan energi molekul substrat dan pada akhirnya meningkatkan laju reaksi enzim. Peningkatan suhu juga berpengaruh terhadap perubahan konformasi substrat sehingga sisi aktif substrat mengalami hambatan untuk memasuki sisi aktif enzim dan menyebabkan turunnya aktivitas enzim. Kedua, peningkatan energi termal molekul yang membentuk struktur protein enzim itu sendiri akan menyebabkan rusaknya interaksi-interaksi non kovalen (ikatan hidrogen, ikatan van der walls, ikatan hidrofobik dan interaksi elektrostatik) yang menjaga struktur 3D enzim secara bersama-sama sehingga 30

enzim mengalami denaturasi. Denaturasi menyebabkan struktur lipatan enzim membuka pada bagian permukaannya sehingga sisi aktif enzim berubah dan terjadi penurunan aktivitas enzim (Hames dan Hooper 2000). Pada suhu yang lebih rendah dari suhu optimum, aktivitas enzim juga rendah, hal ini disebabkan karena rendahnya energi aktivasi yang tersedia. Energi tersebut dibutuhkan untuk menciptakan kondisi tingkat kompleks aktif, baik dari molekul enzim atau molekul substrat. Pengaruh Ion Logam Beberapa enzim membutuhkan ion logam sebagai kofaktor untuk mendukung efisiensi katalitik enzim. Logam tersebut membantu reaksi katalitik dengan cara mengikat substrat pada sisi pemotongan. Selain berperan dalam pengikatan antara enzim dengan substrat, beberapa logam juga dapat mengikat enzim secara langsung untuk menstabilkan konformasi aktifnya atau menginduksi formasi situs pengikatan atau situs aktif suatu enzim. Berdasarkan hasil pengukuran aktivitas dengan penambahan ion logam pada substrat kasein (Gambar 4), ion logam Mn 2+ (5 mm) dan Ba 2+ (5 mm) merupakan aktivator kuat protease S. epidermidis, yang dapat meningkatkan aktivitas protease masing-masing 3 dan 2 kali lipat dari protease kontrol, sedangkan inhibitor ion logam yang kuat adalah Na + (1 mm), K + (1 mm), Fe 3+ (1 dan 5 mm), Zn 2+ (5 mm), dan Ca 2+ (1 mm). Aktivitas protease (U/ml) 0.025 0.02 0.015 0.01 0.005 0 Kontrol NaCl KCl CaCl2 MnCl2 CoCl2 ZnCl2 BaCl2 FeCl2 Gambar 4. Pengaruh ion logam terhadap aktivitas protease S. epidermidis 31

Adanya peningkatan keaktifan karena penambahan logam tertentu menunjukkkan bahwa ion logam diperlukan sebagai komponen dalam sisi aktif enzim. Mekanisme ion logam dalam memperbesar aktivitas enzim melaui yaitu (a) menjadi bagian integral dari sisi aktif, (b) merubah konstanta kesetimbangan dari reaksi enzimatis, (c) merubah muatan listrik, (d) mengusir ion inhibitor, (e) menukar ion yang kurang efektif pada sisi aktif enzim atau substrat. Penghambatan ion logam terhadap aktivitas protease pada konsentrasi tertentu berkaitan dengan kekuatan ion, dimana kekuatan ion itu sendiri mempengaruhi konformasi atau struktur tiga dimensi dari protein enzim atau protein substrat. Pada konsentrasi tertentu ion logam tertentu dapat bertindak sebagai inhibitor, tetapi dapat juga bertindak sebagai aktivator pada konsentrasi berbeda (Richardson dan Hyslop 1985). Pengaruh Inhibitor Spesifik Protease memiliki kemampuan menghidrolisis substrat. Oleh karena itu enzim protease digolongkan ke dalam enzim hidrolase. Berdasarkan mekanisme reaksi yang dikatalisis, protease dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu protease serin, protease aspartat, protease sistein dan protease logam. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa aktivitas protease S. epidermidis dihambat sempurna oleh inhibitor protease serin yaitu PMSF, dan juga dihambat oleh EDTA, sehingga dapat disimpulkan bahwa protease tersebut digolongkan ke dalam serin metaloprotease. Teufel dan Gotz (1993) menggolongkan protease S. epidermidis sebagai metaloprotease. Perkiraan Berat Molekul dengan SDS-PAGE dan Zimogram Penentuan berat molekul dilakukan dengan teknik SDS-PAGE (Sodium dodecyl sulfat-poliakrilamida gel elektroforesis), yang merupakan metode yang sudah digunakan secara luas. Berdasarkan hasil analisis SDS-PAGE pada ekstrak kasar protease S. epidermidis didapatkan 2 pita yaitu 35 kd dan 26,7 kd sedangkan hasil zimogram menunjukkan pita yang berukuran 35 kd (Gambar 2). Protease S. aureus menurut penelitian Drapeau (1978) memiliki berat molekulnya 27 kd. 32

M 1 M 1 97,0 kd 45,0 kd 30,0 kd 14,4 kd A Gambar 5. Hasil SDS silver staining dan Zimogram aktivitas protease ekstrak kasar (A dan B) (M=Marker, 1= S. aureus). B KESIMPULAN Protease S. epidermidis memiliki aktivitas tertinggi (0,0288 U/ml) setelah diinkubasi selama 16 jam dalam media LB. Protease diproduksi seiring dengan pertumbuhan sel dan mencapai aktivitas tertinggi pada fase menjelang stasioner. Karakterisasi protease S.epidermidis ini adalah memiliki ph optimum 8, suhu optimum pada suhu 50 0 C. Ion logam Mn 2+ (5 mm) dan Ba 2+ (5 mm) merupakan aktivator kuat protease S. epidermidis, yang dapat meningkatkan protease masingmasing 3 dan 2 kali lipat dari protease kontrol. Sedangkan inhibitor ion logam yang kuat adalah Na + (1 mm), K + (1 mm), Fe 3+ (1 dan 5 mm), Zn 2+ (5 mm), dan Ca 2+ (1 mm). Protease S. epidermidis digolongkan sebagai serin metaloprotease karena dapat dihambat secara sempurna oleh PMSF dan EDTA. Berat molekul ditentukan dengan menggunakan SDS-PAGE dan zimogram didapatkan berat molekul sekitar 35 kd. DAFTAR PUSTAKA Bergmeyer H.U., Bergmeyer J.,. Graβl M. 1983. Methods of Enzymatic Analysis Vol 2. Weinheim : Verlag Chemie. hal 1007-1009. Bradford M.M. 1976. A rapid and sensitive method for quantitation of microgram quantities of protein utilizing the principle of protein dye-binding. Anal Biochem, 72:234-254. 33

Choi N.S., Yoon KS, Lee JY, Han KY, Kim SH. 2001. Comparison of three substrates (casein, fibrin, and gelatin) in zimographic gel. J Biochim Mol Biol 34:531-536. Drapeau G. 1978. The Primary Structure of Staphylococcal Protease. Can J Biochem, 56: 534. Drapeau G, Boily Y, Houmard J. 1972. Purification and Properties of an Extracellular Protease of Staphylococcus aureus. J Biol Chem 247(20): 6720-6726. Durham DR. 1990. The unique stability of Vibrio proteolyticus neutral protease under alkaline conditions affords a selective step for purification and use in amino acid-coupling reaction. Appl. Environ. Microbiol. 56:2277-2281. Fawzya YN. 2002. Karakterisasi protease ekstraseluler dari isolat bakteri asal ikan hiu atas (Carcharhinus limbatus). [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hames BD, Hooper NM. 2000. Biochemistry: The Instant Notes 2 nd ed. Hongkong: Springer-Verlag. p83-84. Hase CC, Finkelstein R. 1993. Bacterial extracelluler zinc-containing metalloprotease. Microbiol Reviews 57(4):823-837. Jawetz E, Melnick J, Adelberg E. 1996. Medical Microbiology. Alih bahasa Edi Nugroho, R.F. Maulany. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Laemmli UK. 1970. Cleavage of structural protein during the assembly of the heat of bacteriophag T4. Nature 227:680-685. Mayer AMS dan Lehmann VKB. 2000. Marine pharmacology. The Pharmacological. 42(2):62-69. Muchtadi D, Palupi NS, Astawan M. 1996. Enzim dalam Industri Pangan. Bogor: PAU Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Richardson T, Hyslop DB. 1985. Enzyme. Di dalam Fenema OR (Ed), Food Chemistry. New York: Mac Kerel Bekker, Inc. Salyers AA, Whitt DD. 1994. Bacterial Pathogenesis, A Molecular Approach. Department of Microbiology University of Illinois. Washington DC: ASM Press. Teufel P, Gotz F. 1993. Characterization of an extracellular metalloprotease with elastase activity from Staphylococcus epidermidis. J. Bacteriol. 175(13):4218-4224. Thenawidjaya M. 1988. Dasar-dasar Biokimia Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga 34

35