MANAJEMEN PEMELIHARAAN RUTIN DAN BERKALA JALAN LINGKAR (RING ROAD) (Studi Kasus : Jalan Lingkar/ring road Utara, Kabupaten Sragen)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN

BAB II PERKERASAN JALAN RAYA. Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan, terutama pada saat melakukan pengereman dan berhenti. Kendaraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

1. PENDAHULUAN. Jalan memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap. Supardi 1)

BAB I PENDAHULUAN. golongan, yaitu : struktur perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN KERUSAKAN JALAN PROVINSI PADA RUAS NANGA PINOH SOKAN KABUPATEN MELAWI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jalan raya merupakan prasaranan perhubungan untuk melewatkan lalu lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR

PENILAIAN KONDISI PERKERASAN PADA JALAN S.M. AMIN KOTA PEKANBARU DENGAN PERBANDINGAN METODE BINA MARGA DAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB I PENDAHULUAN. dalam aktivitas perekonomian di bidang transportasi. Sebab dapat menjamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB II PERKERASAN JALAN RAYA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.

Jurnal Teknik Sipil ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement Condition Index

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi. Aktifitas masyarakat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, Indonesia sedang giatnya melaksanakan pembangunan, salah

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

Lapisan-Lapisan Perkerasan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,seba

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis data dan pembahasa, maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

Dosen, Diploma 4 Perancangan Jalan dan Jembatan, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Buketrata,

Djoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK

DENY MIFTAKUL A. J NIM. I

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Survei Kondisi Jalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

4.2.4 Pemeriksaan CBR lapangan subgrade dengan Dmamyc Cone

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan kebutuhan hidup dan

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

EVALUASI UMUR SISA RUAS JALAN KARTASURA KLATEN. Tugas Akhir

ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN JALAN MENGGUNAKAN METODE PCI (Studi Kasus : Ruas Jalan Blora Cepu ) 1 ABSTRAK

Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan analisis data dijelaskan dalam bagan alir seperti Gambar 4.1. Start.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lain yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan suatu perkerasan yang tidak stabil.

EVALUASI KUAT TEKAN JALAN BETON YANG POLA PEMBANGUNANNYA DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Teguh Yuono. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

STUDI PENANGANAN JALAN BERDASARKAN TINGKAT KERUSAKAN PERKERASAN JALAN (STUDI KASUS: JALAN KUALA DUA KABUPATEN KUBU RAYA)

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Agus Surandono, Putri Maha Suci

ANALISIS KORELASI ANTARA MARSHALL STABILITY DAN ITS (Indirect Tensile Strength) PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL. Tugas Akhir

BAB III LANDASAN TEORI. A. Perlintasan Sebidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

MANAJEMEN PEMELIHARAAN RUTIN DAN BERKALA JALAN LINGKAR (RING ROAD) (Studi Kasus : Jalan Lingkar/ring road Utara, Kabupaten Sragen) Gatot Nursetyo dan M.Taufiq Yunanto Abstrak Pelayanan kualitas Jalan Lingkar perlu ditingkatkan dan dipelihara, agar selalu dalam kondisi baik, selama masa pelayanan. Permasalahan yang ada dalam usaha pemeliharaan jalan adalah keterbatasan sumber dana, sehingga diperlukan manajemen pemeliharaan jalan yang baik dan efisien. Agar jalan yang ada tetap berfungsi dengan baik, seperti halnya untuk jalan Lingkar utara Kabupaten Sragen yang kondisi lapis permukaannya mulai ada beberapa kerusakan. Dengan demikian tingkat layannya menurun, maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan dan menetapkan jenis penanganan yang sesuai serta menghitung berapa besar biaya yang diperlukan untuk menangani kerusakan tersebut. Yang digunakan dalam penilaian kerusakan dengan Metode Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penyusunan Program Jalan Kabupaten SK. No. 77/KPTS/Db/1990. Obyek penyusunan penelitian ini adalah studi kasus Jalan lingkar utara, Kabupaten Sragen. Panjang 9600 m, lebar 6,0 m (Sta.0+000-9+600) dengan jenis permukaan jalan lapis Hot Rollet Sheet (HRS). pemeriksaan dilakukan secara visual. Dari hasil penilaian diperoleh yaitu; total nilai rata-rata = 10,3 kategori ringan. Jenis kerusakan lubang, legokan, retak-retak dan alur. Cara penanganan pelaksanaannya adalah pemeliharaan rutin dengan biaya total Rp.243.814.786,00 (dua ratus empat puluh tiga juta, delapan ratus empat belas ribu, tujuh ratus delapan puluh enam Rupiah). Kata kunci: Pemeliharaan rutin, Jalan Lingkar. 1. PENDAHULUAN Konsep pemeliharaan jalan adalah kegiatan yang dapat memperpanjang umur layan jalan dengan pembiayaan yang sekecil mungkin. Konsep tersebut akan dicoba diterapkan pada ruas jalan Lingkar (Ring Road) utara di daerah Kabupaten Sragen. Arus lalu lintas yang melewati Jalan Lingkar utara kabupaten Sragen dimulai dari pertigaan di desa Sidoharjo, melalui desa Sine dan berakhir di desa Pilangsari. Jenis kendaraan yang lewat berupa kendaraan ringan sampai kendaraan berat, karena

merupakan jalan penghubung antar daerah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Berkaitan dengan padatnya arus lalu lintas yang ada kondisi jalan pada umumnya kurang nyaman, maka arus ruas jalan Sidiharjo Sine sampai Pilangsari perlu adanya perbaikan. Alokasi dana untuk pe-meliharaan jalan Kabupaten yang tersedia sangat terbatas tidak sebanding dengan panjang ruas jalan yang ada. Panjang ruas jalan di Kabupaten Sragen adalah ± 1088,5 km. dana pemeliharaan rutin rata-rata Rp. 1.900.000,00) per kilometer dan pemeliharaan berkala rata-rata Rp.30.000.000,00 (tiga puluh juta Rupiah) per kilometer. Ruas jalan Lingkar utara Kabupaten Sragen panjangnya 9,6 km, lebar jalan 6,0 m, sedangkan jenis konstruksi perkerasannya adalah lapis pondasi bawah agregat klas B setebal 20 cm, lapis pondasi klas A setebal 30 cm, lapis penetrasi 5 cm, lapis ATB (Aspalt Trated Base) stebal 5 cm dan lapis HRS (Hot Rolled Sheet) setebal 3 cm. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Djojowirono (1991), mana-jemen dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapian tujuan melalui kegiatan sekelompok orang. Dengan pengertian ini tujuan perlu ditetapkan terlebih dahulu, sebelum melibatkan sekelompok orang yang masingmasing mempunyai ke-mampuan atau keahlian dalam rangka mencapai suatu hasil tertentu, atau dengan kata lain., manajemen pada hakekatnya berfungsi untuk melaksanakan semua kegiatan yang perlu dikerjakan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas tertentu. 2.2 Fungsi Manajemen Menurut Terry (1996), fungsi manajemen adalah merupakan bagian dari kegiatan dalam manajemen yaitu: perencanaan (planning), pengorganesasian (organizing), pelaksanaan (actualing), dan pengawasan (controlling), pada hakekatnya merupakan fungsi dasar manajemen. Menurut pendapat para ahli manajemen (Djojowirono, 1991), pelaksanaan manajemen melalui suatu proses kegiatan tertentu dengan

fungsi yang saling berkaitan. Dalam hal ini proses dan fungsi mempunyai pengertian yang sama. Yang dimaksud dengan proses ialah serangkaian tahap kegiatan mulai dari awal penentuan/sasaran, sedang kegiatan yang berlangsung merupakan fungsi dari manajemen. 2.3 Jenis Konstruksi Perkerasan Menurut Leonardo (1982), konstruksi perkerasan jalan dibedakan berdasarkan bahan pengikatnya. Jenis konstruksi perkerasan tersebut terdiri atas 3 bagian yaitu: 1) Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. 2) Konstruksi perkerasan komposit (composit pavement), yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur diatas perkerasan kaku, atau perkerasan kaku di atas perkerasan lentur. 3) Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikat. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton. 2.4 Jenis dan Fungsi Lapisan Perkerasan Sukirman (1993), konstruksi perkerasan lentur terdiri atas lapisanlapisan yang diletakan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisanlapisan perkerasan ini misalnya: Lapis permukaan (surface course) adalah lapisan yang terletak paling atas dan berfungsi, menahan beban roda, lapis kedap air, lapis aus. Lapis pondasi atas (base course) adalah bagian perkerasan jalan yang terletak di antara lapis permukaan dan lapis pondasi. Berfungsi menahan gaya lintang dari beban roda. lapis pondasi bawah (subbase course) adalah lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi

atas dan tanah dasar disebut lapis pondasi bawah. Berfungsi menyebarkan beban roda ke tanah dasar. Lapis tanah dasar (subgrade) adalah lapisan tanah yang akan diletakan pada pondasi bawah. Berfungsi mendukung lapisanlapisan di atasnya dan mendukung beban roda lalu lintas. 2.5 Pemeliharaan Jalan Menurut Petunjuk Teknis No. 024/T/Bt/1995, tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeliharaan Jalan Kabupaten (DPU, 1995), pengertian tentang pemeliharaan jalan adalah penaganan jalan yang meliputi pemeliharaan, rehabilitasi dan peningkatan. Survai dilakukan untuk mengindentifikasi kerusakankerusakan yang terjadi pada perkerasan jalan yang nantinya dipergunakan untuk mengevaluasi mengenai jenis-jenis kerusakan dan dapat dilihat pada Tabel 3.1 3. LANDASAN TEORI 3.1.1 Mengindentifikas kerusakan Tabel 3.1.1 Klasifikasi kondisi permukaan (DPU, 1995) lan beraspal Jalan tak beraspal A. Tampak permukaan/tekstur B. lubang-lubang (tidak untuk penilaian) B. Lubang-lubang C. Titik-titik lembek C. Legokan/amblas

D. Retak-retak E. Alur bekas roda (rusak tepi) F. Bahu jalan G. Kemiringan melintang D. Erosi permukaan E. Alur bekas roda F. Bergelombang G. Kemiringan melintang Dari tabel 3.1 di atas terdapat 6 kategori kerusakan permukaan yang ditetapkan untuk penilaian jalan beraspal (lubang, legokan/amblas, retak, alur, bahu jalan, kemiringan melintang) dan jalan tidak beraspal (lubang, titik-titik lembek, erosi, alur, bergelombang, kemiringan melintang). Skor penilaian diberikan untuk setiap kategori kerusakan. Suatu sistem penilaian yang terdiri atas 4 angka/tingkatan digunakan untuk menggambarkan kondisi perkerasan jalan: 3) Nilai 3 = Rusak 4) Nilai 4 = Rusak berat Untuk kerusakan permukaan kategori B J pada Tabel 3.1, tingkat kerusakan ditentukan berdasarkan persentase luas kerusakan yang terjadi terhadap luas seluruh perkerasan per satuan jarak (misalnya 100m), seperti pada Tabel 3.1.2. 1) Nilai 1 = Baik 2) Nilai 2 = Sedang Tabel 3.1.2. Kondisi Jalan Berdasarkan Persentase Luas Kerusakan Jalan (DPU, 1995) Jalan Beraspal Tingkat Kerusakan (%) Baik (1) Sedang (2) Rusak (3) Rusak berat (4) B. Lubang-lubang 0 1 1 5 5 15 >15 C. Legokan/amblas 0 5 5 10 10 50 >50

D. Retak-retak 0 3 3 12 12 25 >25 E. Alur bekas roda 0 3 3-5 5-25 >25 Jalan tak Beraspal Baik (1) Sedang (2) Rusak (3) Rusak berat (4) F. Lubang-lubang 0-1 3-10 10-25 >25 G.Titik-titik lembek 0-3 3-10 10-50 >25 H. Erosi permukaan 0-3 3-10 10-25 >25 I. Alur bekas roda 0-5 5-15 15-50 >50 J. Bergelombang 0-3 3-10 10-50 >50 3.1.2. Penentuan nilai kondisi perkerasan Kode angka 1 4 harus dimasukan pada setiap kolom jenis tingkat kerusakan yang bersangkutan, lalu dijumlahkan untuk memberikan nilai total antara 6 24 jika memungkinkan penilaian harus didata dan dijumlah untuk setiap 100 m bagian sample, kemudian dirata-rata perkilometer, lalu dihitung dengan menjumlahkan skor per 100 m dan membaginya dengan 10. 3.2 Penanganan Kerusakan Jalan Menurut Petunjuk Pelaksanaan Pemeliharaan Jalan Kabupaten, Nomor 024/T/Bt/1995 (DPU, 1995), kegiatan penanganan kerusakan jalan dilaksanakan pada konstruksi berikut: 1) Drainase jalan. 2) Jalan dengan permukaan aspal. 3) Bahu jalan. 4) Pemeliharaan rutin jalan. 3.3. Drainase Jalan Jenis kegiatan penanganan drainase jalan, yaitu: a) Pembersishan saluran tepi jalan yaitu dengan pembersihan dari segala macam kotoran yang menghambat aliran air. b) Pembersihan dan perbaikan gorong-gorong, yaitu dengan inspeksi dan pembersiahan secara rinci dari semua goronggorong sebelum musim hujan, memeriksa atau mencegah gerusan dan memperbaiki kerusakan structural, untuk menanggulangi erosi pada saluran outlet perlu membuat penghamburan energi dan

melapisi saluran dengan pasangan batu atau beton. 3.4. Jalan dengan permukaan aspal Jenis kegiatan penanganan kerusakan jalan permukaan aspal yaitu: 3.4.1. Akibat retak (cracking) Penyebab dan cara penanganannya sebagai berikut: a). Retak halus (hair cracking), lebar celah < 3mm, penyebab kerusakan ini adalah bahan perkerasan yang kurang baik atau tanah dasar yang kurang stabil. b). Retak kulit buaya lebar celah >3mm, retak ini membentuk serang kaian kotak-kotak kecil menyerupai kulit buaya. Retak ini disebabkan oleh bahan perkerasan yang kurang baik. c). Retak pinggir, retak memanjang jalan dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke bahu dan terletak dekat bahu. Retak ini disebabkan oleh tidak baiknya sokongan dari arah samping. d). Retak sambungan jalan, retak memanjang yang terjadi pada sambungan dua lajur lalu lintas retak ini disebabkan tidak baiknya ikatan kedua lajur. Perbaikan dapat dilakukan seperti perbaikan retak pinggir. e). Retak susut (shrinkage cracks), retak saling bersambunagn membentuk kotak-kotak besar dengan sudut tajam. Retak ini disebabkan oleh perubahan volume pada lapisan permukaan yang memakai aspal dengan penetrasi rendah. 3.4.2. Akibat perubahan bentuk (distortion) Cara penanganannya adalah sebagai berikut: a). Alur (ruts), terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan. Alur disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat. Perbaikan dapat dilakukan dengan member lapisan tambahan dan lapis permukaan yang sesuai. b). Keriting, alur yang terjadi melintang jalan penyebab kerusakan iniadalah rendahnya stabilitas campuran yang berasal dari terlalu tingginya kadar aspal, terlalu banyak menggunakan agregat halus. Keriting dapat juaga terjadi jika lalu lintas

dibuka sebelum perkersan mantap, 3.4.3. Cacat permukaan (disintegration) Cara penanganannya adalah sebagai berikut: a). Lubang, bentuk berupa mangkuk dengan ukuran bervariasi dari kecil sampai besar. Lubang ini menampung dan meresapkan air kedalam lapis permukaan sehingga menyebabkan ke-rusakan. b). Pelepasan butir (raveling), disebabkan oleh hal yang sama dengan lubang diperbaiki dengan memberikan lapisan tambahan di ats lapisan yang mengalami pelepsan butir. 3.4.4. Pengausan (polished aggregate) Permukaan jalan menjadi licin sehingga membahayakan kendaraan. Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus, atau agregat yang digunakan berbentuk bulat dan licin. Perbaikan dengan menutup lapisan dengan latasir. 3.4.5. Kegemukan (bleeding or flushing) Pada temperature tinggi aspal menjadi lunak dan akan terjadi jejak roda. Kegemukan disebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal. Perbaikan dengan menaburkan agregat dan kemudian dipadatkan atau lapis aspal diangkat kemudian diberi lapisan penutup. 3.5. Perhitungan Biaya Penetapan jenis penanganan berdasarkan penilaian dari survey penjajagan kondisi jalan formulir S1 menurut petunjuk Teknik Perencanaan dan Penyusunan Jalan Kabupaten SK. No. 77/KPTS/Db/1990, kemudian diadakan perhitungan biaya yang dihitung berdasarkan index harga Kabupaten dengan menggunakan Petunjuk Teknis Analisa Biaya dan Harga Satuan Pekerjaan Jalan Kabupaten (Petunjuk Teknis No,015/T/Bt/1995). 4. METODE PENELITIAN Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan

4.1. Survai penjajakan kondisi jalan meliputi Pengamatan visual kondisi pada lapis permukaan Pengamatan pada lebar perkerasan Pengamatan pada jembatan/gorong-gorong 4.2. Survai kerusakan jalan Sesudah mencermati kondisi lapis perkerasan permukaan jalan kemudian identifikasi dan me-- nentukan jenis kerusakannya misalkan: lubang, legokan/amblas, retak-retak dan alur. 4.3. Dokumentasi Dokumentasi diperlukan untuk membantu menaksir jenis pemeliharaan yang diperlukan pada saat pengolahan data, dan sebagai bukti bahwa survai telah dilakukan. Dokumentasi juga dilakukan pada bagian jalan atau jembatan yang memerlukan penanganan khusus. 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi jalan Berdasarkan pengamatan kondisi lapis perkerasan permukaan jalanm Lingkar utara kabupaten Sragen, dengan panjang jalan 9600 m dan lebar 6,0 m. Ternyata kondisinya ada yang masih baik dan ada yang sudah mengalami penurunan tingkat layannya. Adapun keseluruhan kondisi jalan yang ada yaitu: 1) Sta.0+000-1+000 kondisi baik 2) Sta.1+000-2+000 kondisi baik 3) Sta.2+000-3+000 kondisi baik 4) Sta.3+000-4+000 kondisi rusak 5) Sta.4+000-5+000 kondisi rusak 6) Sta.5+000-6+000 kondisi rusak 7) Sta.6+000-7+000 kondisi rusak 8) Sta.7+000-8+000 kondisi rusak 9) Sta.8+000-9+000 kondisi rusak 10) Sta.9+000-9+600 kondisi sedang 5.2. Penanganan Kerusakan jalan Penilaian kerusakan: Tabel 5.2.1 Hasil Penilaian Kerusakan

Segmen Sta. Penilaian kerusakan jalan Penilaian kerusakan drainase 1 0+000-1+000 7 2 2 1+000-2+000 8 2 3 2+000-3+000 7 2 4 3+000-4+000 12 2 5 4+000-5+000 12 3 6 5+000-6+000 12 3 7 6+000-7+000 12 2 8 7+000-8+000 11 3 9 8+000-9+000 12 3 10 9+000-9+600 10 2 Rata-rata 10,3 2,4 5.3. Penanganan kerusakan Penanganan kerusakan jalan berdasarkan jenis kerusakan yang terjadi seperti, lubang, legokan, retak dan alur pada ruas jalan lingkar utara Kabupaten sragen, yang perlu disediakan adalah sebagai berikut: 5.3.1. Material/bahan Aspal perekat (tack coat) Asphalt Treated Base (ATB) Hot Rolled Sheet (HRS) Sand Sheet 5.3.2. Peralatan Satuan unit peralatan untuk pemadatan dan penghampar hotmix pada umumnya. 5.3.3. Pelaksanaan pekerjaan Kerusakan lubang (potholes), lobang diprofil kemudian disemprot tack coat tutup dengan hotmix (HRS), dan dipadatkan dengan mesin pemadat. Kerusakan legokan (grade depressions), legokan tepi di profil kemudian semprotkan tack coat dan tutup dengan hamparan hotmix (HRS) dan padatkandengan alat unit pemadat. Kerusakan Retak (cracking), retak yang akan diperbaiki dibersihkan dengan alat penyemprot debu, sem-

protkan aspal tack coat pada celah retak-retak kemudian tutup dengan sand sheet (latasir). Kerusakan alur (ruts), alur yang akan diperbaiki dikupas dengan alat jack hammer atau linggis dan diprofil, kemudian semprotkan aspal tack coat, dan tutup atau hampar hotmix HRS. 5.4. Analisis Biaya Berdasarkan hasil survai terhadap jenis dan luas kerusakan yang terjadi pada jalan lingkar utara Kabupaten Sragen dari Sta.0+000 9+600, disusun dengan data yang dapat dilihat pada Tabel 5.4.1, jenis dan luas kerusakan dan cara pengukuran. Tabel 5.4.1. Jenis dan Luas Kerusakan Segmen Sta Jenis Kerusakan Lubang (m2) Legokan (m2) Retak (m2) 1 0+000-1+000 40 20 20-2 1+000-2+000 40 20 40 30 3 2+000-3+000 32 100 50 40 4 3+000-4+000 32 700 60 60 5 4+000-5+000 24 700 40-6 5+000-6+000 30 600 40-7 6+000-7+000 22 640 100-8 7+000-8+000 24 500 40-9 8+000-9+000 26 600 - - 10 9+000-9+600 16 300 - - Alur (m2) Jumlah 286 4180 390 130 Untuk menghitung biaya perbaikan pada tiap segmen, maka perlu diketahui harga satuan pekerjaan terlebih dahulu.

Dari perhitungan biaya dapat diketahui jumlah total yang dibutuhkan adalah sebesar Rp. 243.814.786,00 (dua ratus empat puluh tiga juta, delapan ratus empat belas ribu, tujuh ratus delapan puluh enam Rupiah). Hasil perhitungan per segmen dapat digunakan untuk menyesesuaikan rencana program pemeliharaan yang kan dilaksanakan dengan melihat sumber dana dan sumber daya yang ada. 5.5. Pengendalian Mutu Pengendalian mutu (quality control) merupakan suatu alat control, untuk mengetahui persyaratan antara hasil uji Laboratorium Teknik (Bahan Jalan Dan Tanah) yang telah ditetapkan dalam perencanaan terhadap kenyataan-kenyataan hasil pekerjaan di lapangan. Kriteria penerimaan mengenai pengujian bahan ditentukan dengan standart spesifikasi Jalan Kabupaten mengacu system American Associate of state Highways Transportation and official/asstho, American Standart Test Material dan Manual Pemeriksaan Bahan Jalan. 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pembahasan yang dilakukan di ruas jalan Lingkar utara dari Sta.0+000-9+600, disimpulkan halhal sebagai berikut: a. Segmen 1 jenis kerusakan, lubang, legokan, retak, penanganan dengan HRS dan biaya Rp. 3.175.260,00 b. Segmen 2 jenis kerusakan, lubang, legokan, retak, alur, penanganan dengan HRS dan biaya Rp.4.995.330,00 c. Segmen 3 jenis kerusakan, lubang, legokan, retak dan alur, penanganan dengan HRS dan biaya Rp.8.931.956,00 d. Segmen 4 jenis kerusakan, lubang, legokan, retak dan alur, penanganan dengan ATB, HRS, Latasir dan biaya Rp.37.171.656,00 e. Segmen 5 jenis kerusakan, lubang, legokan dan retak, penanganan dengan ATB, HRS, Latasir dan biaya Rp.35.361.284,00 f. Segmen 6 jenis kerusakan, lubang, legokan dan retak, penanganan

dengan ATB, HRS, Latasir dan biaya Rp.31.546.590,00 g. Segmen 7 jenis kerusakan, lubang, legokan, retak, penanganan dengan d. Diwaktu pelaksanaan operasional pemeliharaan rutin maupun berkala nanti, pemadatan, pengendalian mutu ATB, HRS, Latasir dan biaya harus dilakukan untuk Rp.32.228.926,00 mencapai hasil pekerjaan h. Segmen 8 jenis kerusakan, lubang, yang sesuai dengan perencanaan. legokan, retak, penanganan dengan ATB, HRS, Latasir dan biaya e. Diusahakan sewaktu pelaksanaan Rp.26.326.684,00 pekerjaan pada i. Segmen 9 jenis kerusakan, lubang, musim panas. legokan, retak, penanganan dengan ATB, HRS dan biaya 7. DAFTAR PUSTAKA Rp.39.311.146,00 j. Segmen 10 jenis kerusakan lubang, legokan, retak, penanganan dengan DPU, 1990 Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penyusunan Jalan Kabupaten No.77/KPTS/Db/1990, Edisi IV, ATB, HRS dan biaya DPU, Bandung. Rp.24.765.954,00 Djojowirono, 1991. Manajemen 6.2. Saran. Konstruksi, KMTS FT a. Jadwalkan memantau kondisi ruas jalan secara rutin. b. Perlu adanya pelebaran jalan dan perbaikan drainase. UGM, Yogyakarta. DPU, 1995. Petunjuk Teknis Analisa Biaya dan Harga Satuan Pekerjaan Jalan Kabupaten c. Perlu diadakan studi kelayakan, No.015/T/Bt/1995, DPU, sehingga antara Bandung. rencana dan pelaksanaan tak terjadi perbedaan pendapat. Leonardo, 1982. Guide Lines and Prosedures for Maintenance

Airport Pavement, US Government, Washington D.C. Biodata Penulis: Gatot Nursetyo, Alumni S-1 jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik universitas Janabadra Yogyakarta (1996), S-2 Program Magister Teknik Universitas Atmajaya Yogyakarta (2000), dan pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta. M.Taufiq Yunanto, Alumni S1 Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta (2003). Pasca Sarjana (S2) Program Magister Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (2006). Pernah menjadi Quality Control Proyek: Bina Marga, Cipta Karya dan Pengairan th. 1988 2008, Kasi Bina Teknik PU Sragen th.2008-2010. Laboran UTP Surakarta th.2011.