PEMULIHAN KONTROL MOTORIK PENDERITA STROKE DENGAN MOTOR RELEARNING PROGRAMME

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Widiyanto Dosen Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY

ABSTRAK MOTOR LEARNING IN STROKE MOTOR CONTROL RECOVERY

PEMULIHAN KONTROL MOTORIK PENDERITA STROKE DEjSIGAN MOTOR RELEARNIN6 PROGRAMME

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun

BAB I PENDAHULUAN. mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah transisi epidemiologi, dimana masih tingginya jumlah kejadian

BAB I PENDAHULUAN. gangguan peredaran darah otak yang tejadi secara mendadak dan. menimbulkan gejala sesuai daerah otak yang terganggu (Bustaman MN,

REHABILITASI STROKE FASE AKUT

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik,

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

BAB I PENDAHULUAN. hari. Pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas seharihari

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang

Rehabilitasi pada perdarahan otak

BAB I PENDAHULUAN. yang pertama ingin dicapai baik dari pasien sendiri maupun dari keluarganya.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang mencakup disegala bidang antara lain : politik, ekonomi, sosial

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB VI PEMBAHASAN. Deskripsi sampel pada penelitian ini terdiri atas kelompok Konvensional

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BACK SCHOOL SEBAGAI SALAH SATU MANAJEMEN TERAPI KONSERVATIF UNTUK NYERI PUNGGUNG BAWAH

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

Ada beberapa bentuk metode atau tipe latihan yang dapat diaplikasikan oleh pasien stroke diantaranya adalah :

BAB I PENDAHULUAN. penurunan aktivitas fisik seseorang. Penurunan aktivitas fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang sejak masa konsepsi didalam rahim ibu sampai dengan

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HAEMORAGIK DI RSUP DR.

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB I PENDAHULUAN. tahun semakin meningkat. Dampak lain dari tingginya prevalensi serangan stroke

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama

BAB I PENDAHULUAN. membesarkan anak tersebut. Perintah kepada kedua orang tua untuk menjaga dan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan pergerakan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Keterbatasan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

LAYANAN REHABILITASI MEDIK DALAM KEJADIAN KEGAWATDARURATAN. dr Luh K Wahyuni, SpKFR-K*, dr Fitri Anestherita, SpKFR

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY

Pembimbing: dr Tumpal Siagian, Sp.S. Allert Benedicto Ieuan Noya (07-110)

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit

BAB VI PEMBAHASAN. kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah 30 orang.

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

PENGARUH HARMONISASI OTAK TERHADAP PENINGKATAN KOORDINASI PASIEN PASCA STROKE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN MOTOR RELEARNING PROGRAME PADA PASIEN PASCA STROKE NON HAEMORRAGE SINISTRA STADIUM RECOVERY RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Salah satu masalah yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB Latar Belakang Masalah Stroke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB I PENDAHULUAN. Stroke kini telah menjadi perhatian dunia, menurut World Stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan penyakit dengan angka kematian tinggi. Data Global

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PROFIL PASIEN KONTRAKTUR YANG MENJALANI PERAWATAN LUKA BAKAR DI RSUD ARIFIN ACHMAD PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2013

pelayanan rawat jalan di klinik Sasana Husada Stroke Service dan Karmel subjek yang terdaftar awalnya sejumlah 36 orang pasien, subjek yang

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

Transkripsi:

PEMULIHAN KONTROL MOTORIK PENDERITA STROKE DENGAN MOTOR RELEARNING PROGRAMME Oleh : B. Suhartini Dosen Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY Abstrak Masa era globalisasi adalah masa penuh persaingan dalam hidup, sehingga banyak orang ingin berlomba-lomba untuk menjawab tantangan dan ingin menjadi yang terbaik. Tidak sedikit orang tidak menghiraukan kondisi fisik sehingga banyak terserang penyakit salah satunya strok. Stroke adalah suatu gangguan fungsi syaraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak yang timbul secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Hampir delapan puluh persen penderita stroke mempunyai defisit neuromotor sehingga memberikan gejala kelumpuhan sebelah badan dengan tingkat kelemahan bervariasi dari yang lemah sampai yang berat. Ciri tersebut adalah kehilangan sensibilitas, kegagalan asistem koordinasi,perubahan pola jalan dan terganggunya keseimbangan. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan untuk untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari, setelah serangan stroke penderita harus mempelajari kembali hubungan somatosensori baru atau lama untuk melakukan tugas-tugas fungsionalnya. Rehabilitasi stroke merupakan salah satu program menyeluruh yang terkoordinasi antara medis dan rehabilitasi untuk tujuan mengoptimalkan dan memodifikasi kemampuan fungsional yang ada. Program rehabilitasi stroke telah terbukti dapat mengoptimalkan pemulihan, sehingga penderita stroke mendapat keluaran fungsional dan kualitas hidup yang lebih baik. Salah satu program rehabilitasi yang sering dipergunakan untuk mengembalikan fungsi karena defisit motorik adalah MotorRelearning Programme.. Kata kunci : Kontrol Motorik, Penderita Stroke, Motor Relearning Programme

Teknik Motor Relearning Programme dilakukan latihan fungsional dan identifikasi kunci utama tugas-tugas motorik. Setiap aktivitas motorik dianalisis dan ditentukan komponen-komponen yang tidak dapat dilakukan, melatih penderita serta memastikan latihan dilakukan pada aktifitas sehari-hari pasien. Latihan aktifitas motorik harus dilakukan dalam bentuk aktifitas fungsional karena tujuan dari rehabilitasi tidak hanya sekedar mengembalikan suatu pergerakan akan tetapi mengembalikan fungsi. Delapan puluh persen penderita stroke mempunyai defisit neuromotor sehingga memberikan gejala kelumpuhan sebelah badan dengan tingkat kelemahan bervariasi dari yang lemah hingga hingga berat, kehilangan sensibilitas, kegagalan sistem koordinasi, perubahan pola jalan dan terganggunya keseimbangan, sehingga akan mengganggu kemampuannya untuk melakukan aktifitas sehari. Dalam teknik ini dilakukan latihan fungsional dan identifikasi kunci utama suatu tugas-tugas motorik, seperti duduk, berdiri atau berjalan. Setiap tugas motorik dianalisis, ditentukan komponen-komponen yang tidak dapat dilakukan, melatih penderita untuk hal-hal tersebut serta memastikan latihan ini dilakukan pada aktivitas sehari-hari pasien. Latihan motorik harus dilakukan dalam bentuk aktivitas fungsional karena tujuan dari rehabilitasi tidak hanya sekedar mengembalikan suatu pergerakan akan tetapi juga mengembalikan fungsi. Proses latihan harus meningkatkan kemudahan mobilisasi, rawat diri dan aktivitas kehidupan sehari-hari yang lain bagi penderita stroke. Konsep Motor Learning Pembelajaran ( learning) merupakan suatu fenomena internal yang tidak dapat secara langsung diamati. Fenomena ini didefinisikan sebagai suatu perubahan permanen dalam kemampuan merespon sebagai akibat latihan atau suatu pengalaman. Duncan PW,

Badke MB (1987) mendefinisikan kemampuan motor learning sebagai kemampuan seseorang untuk belajar dan mengorganisasikan pergerakan dengan tujuan untuk beradaptasi terhadap lingkungannya. Terdapat perbedaan antara penampilan motorik (motor p erformance) dan pembelajaran motorik (motor learning). Tse DW (19 99) mendefinisikan motor performance sebagai suatu penampilan keterampilan motorik tertentu yang terjadi selama latihan dan tidak bersifat permanen, sementara motor learning adalah keterampilan yang dipertahankan bahkan setelah latihan dihentikan. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya Winstein CJ. (1987) menemukan bahwa kemampuan untuk mempelajari tugas-tugas motorik setelah stroke dapat berubah, tetapi derajatnya bervariasi tergantung gejala yang diakibatkan oleh stroke. Penderita stroke dengan apraksia akan mempunyai dampak negatif pada proses motor learning, akan tetapi pada penderita stroke dengan hemiparetik ringan proses motor learning hanya sedikit terganggu. Konsep motor learning pada penderita stroke mempunyai tujuan : (1) Membantu penderita stroke bergerak dalam aktivitas fungsional dengan pola pergerakan normal. (2) Membantu penderita stroke mencapai suatu pergerakan aktif secara otomatis. (3) Memberikan repetisi sehingga pola normal tingkah laku dapat dipelajari. (4) Melatih penderita stroke dalam sejumlah kondisi yang bervariasi sehingga keterampilan dapat ditransfer pada situasi dan lingkungan yang berbeda-beda. Tahap Motor Learning Tiga tahapan motor learning menurut Tse DW (1999) :

(1) Cognitive stage. Pada tahap ini dibutuhkan pemusatan perhatian dalam memahami tugas-tugas motorik yang akan dilakukan dan strategi untuk melakukannya. (2) Associative stage. Mulai dikembangkan rujukan internal tentang pergerakan motorik yang tepat dalam melakukan suatu tugas motorik, sehingga penderita dapat membandingkan penampilan motoriknya dengan rujukan ini. (3) Autonomous stage. Ditandai dengan atensi minimal pada penampilan motorik. Kemampuan untuk mendeteksi kesalahan telah berkembang penuh dan penampilan motorik bersifat stabil dan otomatis Perencaan terapi berdasarkan konsep motor learning Beberapa konsep untuk membantu proses intervensi terapeutik berdasarkan prinsip motor learning adalah : Determinan spesifik dari motor kontrol hal yang dibutuhkan agar program rehabilitasi pasien stroke berhasil adalah penyusunan rencana terapi yang realistik dan memilih strategi intervensi yang tepat dengan memahami mekanisme penyebab timbulnya defisit motorik. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi defisit motorik, menentukan komponen kontro lmotorik yang abnormal dan menentukan komponen abnormal mana yang merupakan penyebab utama timbulnya defisit motorik. Faktor yang mempengaruhi pergerakan normal dapat digambarkan sebagai berikut :Persepsi, kognisi Kemampuan adaptasi Luas gerak sendi Keseimbangan Kontrol motorik, Kekuatan,Sensibilitas, Koordinasi Sinergi Tonus otot Umpan balik (feedback) Umpan balik merupakan suatu faktor penting yang menurut banyak teori mempengaruhi proses motor learning. Seperti latihan, umpan balik merupakan variabel yang dapat dikontrol dan diubah untuk meningkatkan proses belajar. Umpan balik adalah

suatu informasi tentang suatu respon yang dapat bersifat intrinsik atau ekstrinsik. Umpan balik intrinsik didefinisikan sebagai suatu informasi sensori yang datang dari reseptor khusus di dalam otot, sendi, tendon dan kulit serta reseptor visual dan auditorius baik selama atau setelah dihasilkannya gerakan. Sementara itu umpan balik ekstrinsik adalah informasi dari sumber eksternal tentang gerakan yang diberikan kepada orang yang akan melakukan hal tersebut. Pada pasien stroke, umpan balik intrinsik sering mengalami distorsi atau bahkan menghilang sehingga efektivitasnya dalam memberikan umpan balik tentang penampilan motorik menjadi terbatas. Hal ini mengakibatkan diperlukannya suatu penguatan melalui umpan balik ekstrinsik yang tepat. Umpan balik ekstrinsik dapat memberikan informasi tambahan untuk memfasilitasi kesadaran dini akan suatu gerakan dan proses belajar. Secara teoritis, umpan balik ekstrinsik merupakan hal penting untuk terbentuknya rujukan internal tentang ketepatan suatu pergerakan, yang terbentuk melalui proses latihan. Hal ini merupakan inti proses motor learning pada penderita stroke. Umpan balik ekstrinsik mempunyai fungsi: (1) Memberikan informasi kepada orang yang akan menggerakan tubuhnya tentang respon keluaran suatu gerakan dan kesalahan yang dibuat olehnya. ( 2) Sebagai penguat (reinforcement) atau penghargaan (reward) untuk suatu perilaku bila telah mendekati tujuan yang diinginkan, (3). Sebagai suatu motivator sehubungan dengan pencapaian tujuan.umpan balik ekstrinsik harus diberikan secara bertahap. Pada awal tahap kognitif (cognitive stage) diperlukan pemberian umpan balik ekstrinsik yang cukup besar, sementara pada tahap asosiasi umpan balik ini mulai dikurangi karena bila hal ini tidak dilakukan maka penderita stroke akan menjadi seseorang yang tidak mandiri dalam melakukan tugas-tugas motoriknya. Umpan balik ekstrinsik bila dipergunakan secara tepat, dapat memfasilitasi

perkembangan suatu rujukan internal tentang ketepatan pergerakan. Sandin KJ, Mason KD. (1996) berpendapat bahwa jika umpan balik ektrinsik tidak diinternalisasikan mejadi umpan balik intrinsik (rujukan internal), maka tidak akan terjadi suatu perubahan permanen. Tipe-Tipe Latihan a. Massed practice vs Distributed practice Schmidt (1998) membedakan antara massed practice dan distributed practice. Pada massed practice, satu sesi latihan terdiri dari waktu latihan yang lebih banyak dari waktu istirahat. Pada distributed practice, satu sesi latihan terdiri dari jumlah waktu latihan yang sama dengan waktu istirahat. Pada pasienstroke distributed practice lebih sesuai untuk diberikan karena kelelahan merupakan suatu faktor keterbatasan umum yang sering terjadi. b. Variable vs Repetitive Practice Variable practice adalah bentuk latihan dengan mempelajari sejumlah variasi dari satu tugas motorik, sementara repetitive practice adalah bentuk latihan berulang yang sama atau konstan untuk suatu tugas motorik. Pada latihan untuk penderita stroke, variable practice bermanfaat untuk meningkatkan kemampuantransfer keterampilan motorik pada lingkungan yang berbeda, sementara suaturepetitive practice bermanfaat untuk memperbaiki penampilan motorik. c. Blocked Practice vs Random Practice Blocked practice adalah suatu teknik latihan dengan cara melakukan satu tugas hingga menguasainya, kemudian diikuti dengan latihan tugas selanjutnya. Sementara, random practice adalah suatu bentuk latihan dengan cara melakukan latihan secara acak sejumlah

tugas atau sejumlah variasi dalam satu tugas motorik sebelum dikuasainya salah satu tugas atau variasi. Secara teoritis, blocked practice lebih menguntungkan untuk proses akuisisi keterampilan yang efisien, sementara random practice lebih efektif untuk proses retensi dan transfer keterampilan motorik. d. Whole vs Part Practice Winstein CJ. (1987) merekomendasikan bentuk latihan berupa part pratice (latihan dengan memecah suatu tugas motorik menjadi tugas-tugas motorik yang lebih kecil) untuk memperoleh komponen dasar tugas motorik, diikuti dengan melatihnya sebagai suatu kesatuan ( whole practice). Masih terdapat perbedaan pendapat mengenai penggunaan kedua jenis latihan ini pada penderita stroke, akan tetapi secara umum jika seorang penderita stroke tidak mampu menguasai seluruh langkah secara simultan, maka dapat diberikan dorongan atau bimbingan manual untuk aspek-aspek tertentu dari tugas tersebut. Bantuan terapis dapat kemudian secara bertahap dikurangi pada waktu selanjutnya. Tipe-Tipe Tugas Motorik Roth EJ (2000) mempostulasikan bahwa aktivitas motorik dapat diklasifikasikan mejadi 4 kategori umum berdasarkan pada kondisi lingkungan dan metode pengeksekusian tugas-tugas motorik. Closed tasks adalah aktivitas motorik dalam lingkungan yang stabil / statis (seperti tangga) dan dapat diprediksi serta menggunakan metode aktivitas motorik yang bersifat konsisten sepanjang waktu. Contoh menyisir rambut, karena dibutuhkan pola pergerakan konsisten sepanjang waktu. Open tasks adalah aktivitas yang membuat pasien harus membuat suatu keputusan adaptif terhadap suatu keadaan yang tidak dapat diprediksi karena objek tidak bersifat statis (bergerak).

Oleh karena hal itu maka aktivitas ini memerlukan pergerakan yang tepat waktu dan antisipasi spasial. Dalam kondisi latihan ini dapat dibedakan : a. Consistent motion task. Jika pergerakan objek sudah dapat diprediksi (contoh melangkah ke eskalator). b. Variable motion task. Pergerakan objek dalam lingkungan yang tidak dapat diprediksi, seperti perubahan lingkungan saat melakukan manuver dengan kursi roda listrik. Seseorang harus mempelajari lebih dari satu metode untuk pelaksanaan tugas motorik.oleh karena aktivitas hidup sehari-hari terutama merupakan suatu open tasks,maka seorang penderita stroke lebih baik dilatih untuk melakukan strategi pergerakan umum yang dapat diaplikasikan pada sejumlah lingkungan ( Duncan PW 1987). Strategi terapi Tujuan rehabilitasi stroke adalah untuk melatih penderita mengembangkan strategi pergerakan yang bersifat fungsional, responsif terhadap perubahan lingkungan dan mudah diadaptasikan pada aktivitas hidup sehari-hari. Penetapan strategi terapi didasarkan pada. Penggunaan pendekatan analitik untuk menganalisa strategi pergerakan, respon postural dan umpan balik yang dibutuhkan untuk timbulnya gerakan yang diinginkan. Menentukan komponen yang hilang dalam kontrol motorik gerakan normal, melakukan latihan dengan memposisikan penderita sebagai active learner (penderita berpartisipasi aktif dalam pergerakan dengan mengembangkan kemampuannya sendiri dalam mengotrol gerakan). Lingkungan harus bersifat mendukung terjadinya kerjasama antara penderita dan terapis serta dibentuk sedemikian rupa agar mendekati lingkungan aktual sehingga dapat meningkatkan kemampuan mentransfer keterampilan motorik yang

dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata. Latihan dilakukan dalam konteks aktivitas fungsional, karena selain merupakan suatu gerakan yang bertujuan (meaningful goal - directed actions) juga memfasilitasi proses transfer motor learning ke dalam aktivitas hidup sehari-hari. Kesimpulan Program rehabilitasi yang berhasil untuk penderita stroke tergantung pada ketepatan menentukan determinan terjadinya disfungsi pergerakan, penegakan tujuan terapi yang realistik dan pemilihan strategi intervensi yang tepat serta penggunaan prinsip-prinsip latihan serta motor learning Programe.

Daftar Pustaka Basmajian JV. Therapeutic exercise for stroke patients. Dalam : Basmajian JV & Wolf SL, penyunting. Therapeutic exercise. Edisi 5. Baltimore : William Wilkins; 1990. h. 207-30 Brandstater ME, Stroke rehabilitation. Dalam : DeLisa JA, Gans BM, penyunting. Rehabilitation medicine principles and practice. Edisi ke 3. Philadelphia : ippincott Raven;1998.h.1165-89. Brammer MC, Herring MG. Stroke rehabilitation. Dalam : Brammer CM, Spires MC, penyunting. Manual of physical medicine and rehabilitation. Philadelphia : Hanley&Belfis, Inc.; 2002.h.136-65. Duncan PW, Badke MB. Therapeutic strategies for rehabilitation of motor deficits. Dalam : Stroke Rehabilitation : The Recovery of Motor Control. Chicago: Year Book Medical Publishers, Inc; 1987.h. 161-95 Konsensus Nasional Rehabilitasi Stroke. Jakarta : PERDOSRI. 2004.. Kottke FJ, Therapeutic exercise to develop neuromuscular coordination. Dalam : Krusen s hand book of physical medicine and rehabilitation. Roth EJ, Harvey RL. Rehabilitation of stroke syndromes. Dalam : Braddom RL, penyunting. Physical medicine and rehabilitation. Edisi ke-2. Philadelphia : WB Saunders; 2000.h.1053-87. Sandin KJ, Mason KD. Functional kinesiology. Dalam : Cifu DX, penyunting. Manual of Stroke Rehabilitation. Boston : Butterworth-Heinemann;1996. h.55 62, 135. Tse DW. Practice condition and motor learning in individual post-stroke : Apilot study comparing random and block practice. London, Ontario:January.1999. p. 2-17 Winstein CJ. Motor learning consideration in stroke rehabilitation. Dalam : Stroke Rehabilitation : The Recovery of Motor Control. Chicago: Year Book Medical Publishers, Inc; 1987.h.109-33.