BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

( ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

7.1. PERDAGANGAN NASIONAL

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang

7. PERDAGANGAN 7.2. PRASARANA EKONOMI 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato.

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2013 BAB 1 PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb.

REKAPITULASI JUMLAH TPS PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SUBANG

LAPORAN STUDI EHRA ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN Jalan Jemursari No. 197 SURABAYA 60243

Penduduk dan Tenaga Kerja Subang Dalam Angka Tahun PENDUDUK DAN TENAGA KERJA

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015

KABUPATEN SUBANG [3213]

Penduduk dan Tenaga Kerja Subang Dalam Angka Tahun PENDUDUK DAN TENAGA KERJA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

Gambar 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Subang Tahun Figure 2. Trend Of Population Number In Subang,

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena:

2. PEMERINTAHAN,HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU

Penduduk dan Tenaga Kerja

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pasir Pengaraian, Mei Bupati Rokan Hulu. H. Achmad, M.Si

KATA PENGANTAR. Cimahi, 2015 Ketua Pokja AMPL Kota Cimahi (...)

LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment)

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN

Pemerintahan Subang Dalam Angka Tahun PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN

III. METODE PENELITIAN

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN

Pemerintahan Subang Dalam Angka Tahun PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU

Gambaran Umum BAB I GAMBARAN UMUM

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN

LAPORAN AKHIR STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan TAHUN 2015 KABUPATEN NGAWI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO

1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN SAMBAS

Environmental Health Risk Assessment (EHRA) \ Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan

LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

A D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA PALANGKA RAYA

RISALAH RAPAT Menindaklanjuti Hasil Rapat POKJA Sanitasi

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA SUBANG NOMOR: W10-A9/975/HK.05/III/2017

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

3.1. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/RESPONDEN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN

KATA PENGANTAR. Tarempa, September 2016 Ketua Pokja Studi EHRA Kabupaten Kepulauan Anambas SAHTIAR, SH, MM NIP

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KAPUAS. Kelompok Kerja Sanitasi/Pokja AMPL Kabupaten Kapuas

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Toraja Utara RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan)

LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA PADANG PANJANG

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

LAPORAN PEMUTAKHIRAN STUDI EHRA (Environmental

LAPORAN PELAKSANAAN STUDI EHRA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2016

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT)

BAB 3 HASIL STUDI EHRA TAHUN 2013 KABUPATEN MOJOKERTO 3.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2014Kota Padangsidimpuan. Kecamatan Kluster. PSP.Tenggara 3. PSP.

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan)

Kinerja Pelayanan Publik Pemerintah Kabupaten Subang Pemenuhan Hak-Hak Warga

INDUSTRI PENGOLAHAN DAN

Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan

Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara

Profil Sanitasi Wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

6.2. AIR MINUM Selain industri di atas, industri penyediaan air minum merupakan salah satu industri vital bagi. Subang Dalam Angka Tahun

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BANJARMASIN

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SUMENEP

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN WONOSOBO

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN LUWU

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan lingkungan di setiap kabupaten masih menjadi permasalahan, begitu pula di Kabupaten Subang. Permasalahan ini bisa dilihat dari indikator kondisi sanitasi di Kabupaten Subang diantaranya akses sanitasi tahun 2012 baru mencapai 71,25 %, akses masyarakat yang mengelola limbah rumah tangga dengan sarana pengelolaan limbah (SPAL) baru mencapai 63,75 %, akses air bersih baru mencapai 83,32 % dan akses rumah sehat baru mencapai 68,19 %. Kondisi sanitasi yang masih rendah berpengaruh terhadap timbulnya penyakit berbasis lingkungan. Di Kabupaten Subang penyakit berbasis lingkungan masih mendominasi. Hal ini terlihat dari 10 besar penyakit di Puskesmas di Kabupaten Subang masih didominasi oleh penyakit diare dan ISPA yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat. Permasalahan ini perlu kajian lingkungan yang lebih komprehensip untuk mendukung implementasi program yang tepat. Kajian yang sedang dikembangkan adalah studi EHRA. EHRA ( Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki risiko terhadap kesehatan lingkungan. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban, dan saluran pembuangan air limbah. Sedangkan perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi, antara lain, cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan air kotor, dan pemilahan sampah. Kegitan survey EHRA dilaksanakan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Subang, dan sebagai koordinator adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Subang. Bagi Pokja Sanitasi, kegiatan EHRA merupakan sumber data dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Dokumen Sistem Sanitasi Kota/Kabupaten serta perencanaan strategi dan program-program sanitasi yang tercantum dalam Memorandum Program Sanitasi. Pelaksanaan studi EHRA melibatkan kelompok perempuan sebagai responden karena mereka adalah kelompok warga yang paling memahami kondisi lingkungan di rumahnya. Untuk pengumpulan data survey melibatkan tim Pokja Sanitasi Kabupaten Subang yang terdiri dari kader kesehatan sebagai enumerator dan Petugas Kesehatan Lingkungan dan Petugas Promosi Kesehatan di puskesmas sebagai supervisor dan Kepala Puskesmas tekait sebagai Koordinator Kecamatan. Pendahuluan Page 1

1.2 Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum EHRA ( Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki risiko terhadap kesehatan lingkungan. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban, dan saluran pembuangan air limbah. Sedangkan perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi, antara lain, cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan air kotor, dan pemilahan sampah. 1,2,2. Tujuan Khusus Studi EHRA mempunyai tujuan khusus sebagai berikut : a. Mengetahui Klaster Desa di Kabupaten Subang b. Mengetahui kondisi pengelolaan sampah rumah tangga c. Mengetahui pengelolaan air limbah rumah tangga d. Mengetahui kondisi drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir e. Mengetahui pengelolaan air minum rumah tangga f. Mengetahui perilaku hygiene dan sanitasi masyarakat g. Mengetahui kejadian penyakit Diare h. Mengetahui area berisiko sumber air i. Mengetahui area berisiko air limbah domestik j. Mengetahui area berisiko persampahan k. Mengetahui area berisiko genangan air l. Mengetahui area berisiko perilaku hidup bersih dan sehat m. Mengetahui Indeks Risiko Sanitasi (IRS) 1.3 Manfaat Studi EHRA merupakan potret awal kondisi sanitasi dan perilaku hygiene masyarakat, hasil studi digunakan sebagai bahan masukan dalam penyusunan dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Sistem Sanitasi Kabupaten (SSK) dan selanjutnya disusun Memorandum Program Sanitasi yang merupakan langkahlangkah implementasi program pengelolaan sanitasi yang menyeluruh. Pendahuluan 2

Pendahuluan 3

BAB 2 METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA 2.1. Penentuan Target Area Survey Metoda penentuan target area survey secara geografis dan demografis diawali dengan proses yang dinamakan Klastering. Setiap desa di wilayah Kabupaten Subang dipilah dengan 4 (emp at) kriteria sesuai kesepakatan Pokja Sanitasi yaitu: Angka kemiskinan, Kepadatan penduduk, terlewati sungai yang dipakai masyarakat untuk buang air besar sembarangan dan desa yang terkena banjir. Penentuan klaster ditentukan sebagai berikut : Tabel 2.1.1 Klastering Desa Kabupaten Subang NO Klaster Kriteria Klaster 1 2 3 4 5 Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Tidak Memenuhi semua kriteria Memenuhi 1 Kriteria Memenuhi 2 Kriteria Memenuhi 3 Kriteria Memenuhi 4 Kriteria Wilayah desa/kelurahan yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik tingkat risiko kesehatan yang identik/homogen. Dengan demikian desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. 2.2. Penentuan Jumlah / Besar Responden Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten menggunakan Rumus Slovin dengan ukuran populasi sebesar 451.504 rumah tangga, degnan tingkat kesalahan 2,5% diidapat ukuran sampel sebesar 1600 rumah tangga. Sampel ditarik secara acak (random) dengan menggabungkan antara teknik multistage dan random sistematis. Jumlah sampel diambil secara proporsional berdasarkan jumlah rumah tangga di tingkat desa. Yang menjadi primary sampling unit adalah Rukun tetangga (RT) yang dipilih secara random proporsional sebanyak 8 RT per kelurahan/desa. Di setiap RT, diambil secara acak sebanyak 5 rumah tangga dengan menggunakan sistematik sampling.unit sampling utama (Primary Sampling) pada studi EHRA di Kabupaten Subang adalah RT( Rukun Tetangga) dan dipilih secara proporsional dan random sampling berdasarkan jumlah RT dalam satu desa/kelurahan yang telah dipilih menjadi area survey. Jumlah RT yang dipilih menjadi sampel di setiap desa/kelurahan sebanyak 8 RT. Masing-masing RT ditentukan 5 responden yang diambil secara random. Caranya dengan membuat daftar kepala keluarga di RT tersebut, selanjutnya Metodologi dan Langkah Studi EHRA Page 2

ditentukan besarnya interval, dan ditentukan titik nomor kepala keluarga yang akan dijadikan responden. Responden dalam studi EHRA adalah ibu atau anak perempuan yang sudah menikah dan berumur 18 s/d 60 tahun, dengan alasan perempuan lebih mengetahui kondisi dan perilaku sanitasi di lingkungannnya. Besarnya responden pada studi EHRA Kabupaten Subang ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dengan rumus : n = N / N.d 2 + 1 Dimana : n = jumlah sampel N = Jumlah populasi = 1.455.154 jiwa d = persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 2,5 % didapat : n = 1.455.154 / 1.455.154 x 0,025 2 + 1 = 1.598,24 Dibulatkan menjadi 1600 responden 2.3. Penentuan Kecamatan dan Desa/Kelurahan Area Survey Penentuan jumlah sampel desa merujuk pada jumlah sampel per RT yaitu 8 RT perdesa, dan jumlah sampel per RT yaitu 5 responden sehingga didapat jumlah responden perdesa yaitu 40 responden. Sudah ditetapkan jumlah responden Kabupaten Subang yaitu 1600 responden, sehingga jumlah desa ditentukan dengan pembagian 1600 : 40 responden didapat sampling desa sebanyak 40 desa. Kabupaten Subang terdiri dari 30 Kecamatan dan 253 desa/kelurahan. Sebelum dilakukan sampling desa dilakukan penentuan klaster desa dengan merujuk pada 4 indikator yang sudah dijelaskan diatas. Hasil pengklasteran desa dapat dilihat pada tabel berikut : Metodologi dan Langkah Studi EHRA Page 3

NO KECAMATAN JUMLAH DESA Tabel 2.3.1. Klaster Desa di Kabupaten Subang KLASTER 0 KLASTER 1 KLASTER 2 KLASTER 3 1 Subang 8 2 2 3 0 1 2 Cijambe 8 0 8 0 0 0 3 Cibogo 9 0 7 2 0 0 4 Pagaden 10 0 7 3 0 0 5 Pagaden Barat 9 0 3 6 0 0 6 Cipunagara 10 3 6 1 0 0 7 Kalijati 10 0 9 1 0 0 8 Dawuan 10 0 10 0 0 0 9 Cipeundeuy 7 0 7 0 0 0 10 Binong 14 0 0 9 0 0 11 Tambakdahan 5 0 0 4 5 0 12 Pamanukan 10 0 2 2 1 3 13 Sukasari 5 0 0 4 3 0 14 Legonkulon 6 0 1 5 1 0 15 Pusakanagara 7 0 4 3 0 0 16 Pusakajaya 8 0 6 2 0 0 17 Compreng 8 0 8 0 0 0 18 Ciasem 9 0 0 2 3 4 19 Blanakan 9 0 0 0 9 0 20 Patokbeusi 10 0 1 9 0 0 21 Pabuaran 8 0 8 0 0 0 22 Purwadadi 10 0 0 0 10 0 23 Cikaum 9 3 4 2 0 0 24 Sagalaherang 7 0 7 0 0 0 25 Serangpanjang 6 0 0 6 0 0 26 Jalancagak 7 3 2 1 1 0 27 Ciater 7 3 4 0 0 0 28 Kasomalang 8 0 4 1 3 0 29 Cisalak 9 0 4 5 0 0 30 Tanjungsiang 10 0 3 6 1 0 JUMLAH 253 14 117 77 37 8 KLASTER 4 Jumlah desa/kelurahan di Kabupaten Subang sebanyak 253. Setelah dilakukan klastering didapat jumlah klaster 0 sebanyak 14 desa, klaster 1 sebanyak 117 desa, klaster 2 sebanyak 77 desa, klaster 3 sebanyak 37 desa dan klaster 4 sebanyak 8 desa. Sampling desa area survei dilakukan dengan proporsi desa dari masingmasing klaster didapatkan jumlah sampel desa sebangai berikut: Jumlah sampel perklaster : Jumlah desa klaster tersebut Jumlah seluruh desa x Jumlah sampel Didapat jumlah sampel klaster 0 = 2 Desa Didapat jumlah sampel klaster 1 =19 Desa Didapat jumlah sampel klaster 2 =12 Desa Metodologi dan Langkah Studi EHRA Page 4

Didapat jumlah sampel klaster 3 = 6 Desa Didapat jumlah sampel klaster 4 = 1 Desa Jumlah seluruh sampel = 40 Desa Penentuan desa sampel dilakukan dengan probability sampling. Didapatlah nama desa sebagai berikut : Tabel 2.3.2 Lokasi Survey Study EHRA Kabupaten Subang NO KLASTER NAMA DESA/KECAMATAN 1 KLASTER 0 1. Wanareja Kec. Subang 2. Sarireja Kec. Jalancagak 2 KLASTER 1 1. Gunungtua Kec. Cijambe 2. Majasari Kec. Cibogo 3. Cibalandong Kec. Cibogo 4. Gembor Kec. Pagaden 5. Wanasari Kec. Cipunagara 6. Marengmang Kec. Kalijati 7. Caracas Kec. Kalijati 8. Batusari Kec. Dawuan 9. Karangmukti Kec. Cipeundeuy 10.Kosar Kec. Cipeundeuy 11.Kalentambo Kec. Pusakanagara 12.Bojongtengah Kec. Pusakajaya 13.Kiarasari Kec. Compreng 14.Tambakjati Kec. Patokbeusi 15.Rancamulya kec. Patokbeusi 16.Balebandungjaya Kec. Pabuaran 17.Sagalaherang Kec. Sagalaherang 18.Curugagung Kec. Sagalaherang 19.Sanca Kec. Ciater 3 KLASTER 2 1. Cisalak Kec. Cisalak 2. Buniara Kec. Tanjungsiang 3. Karanganyar Kec. Subang 4. Gunungsari Kec. Pagaden 5. Bendungan Kec. Pagaden Barat 6. Karangwangi Kec. Binong 7. Rancaudik Kec. Tambakdahan 8. Sukareja Kec. Sukasari 9. Tegalurung Kec. Legonkulon 10.Cigugur Kaler Kec. Pusakajaya 11.Sindangsari Kec. Kasomalang 12.Cintamekar Kec. Serangpanjang 4 KLASTER 3 1. Pamanukan Kota Kec. Pamanukan 2. Sukahaji Kec. Ciasem 3. Rawamekar Kec. Blanakan 4. Purwadadi Barat Kec. Purwadadi 5. Purwadadi Kec. Purwadadi 6. Sukamelang Kec. Kasomalang 5 KLASTER 4 1. Ciasem Tengah Kec. Ciasem Metodologi dan Langkah Studi EHRA Page 5

2.4. Penentuan Rt dan Responden di Lokasi Survey Unit sampling primer dalam studi EHRA adalah Rukun Tetangga (RT). Penentuan RT dan responden dilakukan dengan probability sampling. Langkah pertama diurutkan nama RT di lokasi desa tersebut, kemudian dibuat interval sesuai dengan jumlah RT di desa tersebut, tentukan RT terpilih. Setelah didapat RT terpilih sebanyak 5 RT di masing-masing desa, tentukan nama responden dengan mengurutkan nama kepala keluarga di RT tersebut dan dibuat interval sesuai dengan jumlah kepala keluarga di RT tersebut sehingga didapat nama-nama dan alamat responden. Yang menjadi unit analisis dalam EHRA adalah rumah tangga. Sementara, yang menjadi unit respon adalah ibu rumah tangga. Ibu dipilih dengan asumsi bahwa mereka relatif lebih memahami kondisi lingkungan berkaitan dengan isu sanitasi serta mereka relatif lebih mudah ditemui dibandingkan bapak-bapak. Ibu dalam EHRA didefinisikan sebagai perempuan berusia 18-60 tahun yang telah atau pernah menikah. Untuk memilih Ibu di setiap rumah, enumerator menggunakan matriks prioritas yang mengurutkan prioritas Ibu di dalam rumah. Prioritas ditentukan oleh status Ibu yang dikaitkan dengan kepala rumah tangga. Bila dalam prioritas tertinggi ada dua atau lebih Ibu, maka usia menjadi penentunya. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan sudah diujicoba di sebuah lokasi riset di Jakarta Pusat dan diuji kembali dalam hari ke-2 pelatihan enumerator. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh surveyor sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pelaksanaan entri data adalah tim EHRA Kabupaten Subang yang berasal dari Dinas Kesehatan, Bappeda, Dinas TARKIMSIH, BLH, dan Petugas Puskesmas sejumlah 10 orang. Tim entry terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA sebelum melakukan pekerjaan entri data selama 2 hari. Untuk quality control, supervisor meakukan spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvai. supervisor secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri di-re-check kembali oleh tim EHRA Pokja Sanitasi Kabupaten Subang. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali. Metodologi dan Langkah Studi EHRA Page 6

Metodologi dan Langkah Studi EHRA Page 7

BAB 3 HASIL STUDI EHRA 3.1. Informasi Responden Yang menjadi unit analisis dalam EHRA adalah rumah tangga. Sementara, yang menjadi unit respon adalah ibu rumah tangga. Ibu dipilih dengan asumsi bahwa mereka relatif lebih memahami kondisi lingkungan berkaitan dengan isu sanitasi serta mereka relatif lebih mudah ditemui dibandingkan bapak-bapak. Ibu dalam EHRA didefinisikan sebagai perempuan berusia 18-60 tahun yang telah atau pernah menikah. Untuk memilih Ibu di setiap rumah, enumerator menggunakan matriks prioritas yang mengurutkan prioritas Ibu didalam rumah. Prioritas ditentukan oleh status Ibu yang dikaitkan dengan kepala rumah tangga. Bila dalam prioritas tertinggi ada dua atau lebih Ibu, maka usia menjadi penentunya. Responden yang telah diwawancara pada survey EHRA di Kabupaten Subang adalah Istri dan sebagian anak perempuan dengan jumlah sebagai berikut : Tabel 3.1.1.Hubungan Responden Kluster Desa/Kelurahan Total 0 1 2 3 4 11 12 A8. Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga Istri 82 98,8 733 95,7 457 96,0 232 98,7 37 92,5 1541 96,3 Anak perempuan yg sudah menikah 1 1,2 33 4,3 19 4,0 3 1,3 3 7,5 59 3,7 Klaster 0 Responden yang diwawancara adalah istri sebanyak 98,8 % dan anak perempuan sebanyak 1,2 %. Klaster 1 responden yang diwawancara 95,7 % istri dan 4,3 % anak perempuan. Klaster 2 responden yang diwawancara 96,0 % istri dan 4,0 % anak perempuan. Klaster 3 responden yang diwawancara 98,7 % istri dan 1,3 % anak perempuan. Klaster 4 responden yang diwawancara 92,5 % istri dan 7,5 % anak perempuan. Total responden yang diwawancara 96,3 % istri dan 3,7 % anak perempuan. Sedangkan umur responden bervariasi seperti terlihat pada grafik 3.1.1. berikut : Hasil Studi EHRA Page 7

Grafik 3.1.1. Umur Responden Umur responden 16 sampai dengan 20 tahun sebanyak 0,7%, umur 21 sampai dengan 25 tahun sebanyak 4,4%, umur 26 sampai dengan 30 tahun sebanyak 9,9%, 31 sampai dengan 35 tahun sebanyak 16,7%, 36 sampai dengan 40 tahun sebanyak 18,8%, 41 sampai 45 tahun sebanyak 16,7% dan umur lebih dari 45 tahun sebanyak 32,8%. Sehingga umur responden terbanyak yang diwawancara adalah ibu-ibu yang berumur 45 sampai dengan 60 tahun. Status kepemilikan rumah responden bervariasi seperti terlihat pada tabel 3.1.2 sebagai berikut : Grafik 3.1.2. Status kepemilikan rumah Hasil Studi EHRA Page 8

Status rumah yang ditempati responden 91,3% adalah milik sendiri, 0,3% rumah dinas, 0,8% berbagi dengan keluarga lain, 0,4% sewa,0,3% kontrak, 6,9% milik orang tua. Tingkat pendidikan responden yang disurvey bervariasi dari mulai tidak sekolah, SD, SMP, SMA, SMK dan perguruan tinggi seperti pada tabel 3.1.3 sebagai berikut : Grafik 3.1.3. Tingkat pendidikan responden Dari grafik tersebut respoden yang tidak sekolah formal sebanyak 14,6%, yang tamat sekoalah dasar sebanyak 53,9%, tamat Sekolah Menengah Pertama sebanyak 19,9%, Sekolah Menengan Umum sebanyak 9,3%, tamat Sekolah Menengah Kejuruan sebanyak 1,3% dan responden lulusan Universitas/Akademi sebesar 1,0%. Dalam survey EHRA juga ditanyakan tentang kepemilikan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan didapat data responden sebanyak 28,9% memiliki SKTM dengan rincian perklaster seperti terlihat pada tabel berikut : B4. Apakah ibu mempunyai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan? Tabel 3.1.2. Kepemilikan surat keterangan tidak mampu TOTAL KLUSTER 0 1 2 3 4 12 % % % % % % Ya 30,1 31,9 22,7 31,9 27,5 28,9 Tidak 69,9 68,1 77,3 68,1 72,5 71,1 Selain SKTM, responden juga ada yang memiliki asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin (ASKESKIN). Dari 1600 responden 36,3% memiliki kartu ASKESKIN dengan perincian perklaster seperti pada tabel dibawah ini Hasil Studi EHRA Page 9

Tabel 3.1.3 Tabel Kepemilikan Asuransi Kesehatan KLUSTER TOTAL B5. Apakah ibu mempunyai Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN)? 0 1 2 3 4 12 % % % % % % Ya 51,8 31,2 27,9 61,7 52,5 36,3 Tidak 48,2 68,8 72,1 38,3 47,5 63,7 Responden di klaster 0 yang memiliki kartu Askeskin sebanyak 51,8%, klaster 1 responden yang memiliki kartu sebanyak 31,8%, klaster 2 sebanyak 27,95% responden, klaster 3 sebanyak 61,7% responden dan klaster 4 sebanyak 52,5%. Secara keseluruhan responden yang memiliki kartu Askeskin sebanyak 36,3%. 3.2. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pengelolaan sampah di rumah tangga bervariasi. Pengelompokan pengelolaan ada yang dikumpulkan oleh kolektor informal sebanyak 1,2%, dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebanyak 5,4%, dibakar sebanyak 58,8%, dibuang dalam lubang dan ditutup dengan tanah sebanyak 2,4%, dbuang dalam lubang dan tidak ditutup sebanyak 4,5%, dibuang ke sungai/kali/laut/danau 9,8%, dibiarkan sampai membusuk 1,9%, dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan 13,9%, seperti terlihat pada grafik dibawah ini. Grafik 3.2.1. Pengelolaan sampah rumah tangga Hasil Studi EHRA Page 10

Pengelolaan sampah dirumah tangga diawali dengan pewadahan. Pewadahan idealnya dipisah antara sampah organik dan anorganik. Responden yang melakukan pemilahan sampah dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.2.1. Pemilahan sampah C3. Apakah ibu melakukan pemilahan sampah di rumah sebelum dibuang? KLUSTER 0 1 2 3 4 TOTAL % % % % % % YA 53,3 41,2 43,0 27,3,0 40,8 TIDAK 46,7 58,8 57,0 72,7 100,0 59,2 Dari tabel 3.2.1. terlihat 40,8% responden melakukan pemilahan sampah sedangkan 59,2% tidak melakukan pemilahan sampah. 3.3. Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja Perilaku buang air besar masyarakat masih menjadi masalah di Kabupaten Subang. Hasil survey menunjukan 77,4% masyarakat yang buang air besar di jamban peribadi, masyarakat yang buang air besar di MCK/WC umum sebesar 3,4%. Masih ada yang buang air besar di WC helikopter/paciringan sebesar 8,7%, ke sungai/pantai/laut sebesar 7,1%, ke kebun/pekarangan sebesar 0,9%, ke selokan/parit/got sebesar 4,3%,ke lubang galian 1,6%. Secara keseluruhan masyarakat yang akses sanitasi ke jamban dan WC umum baru mencapai 80,8% Grafik 3.3.1 Perilaku Buang Air Besar Masyarakat Masih ada orang luar anggota keluarga yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS) seperti terliht pada grafik dibawah ini : Hasil Studi EHRA Page 11

Grafik 3.3.2 Orang luar anggota keluarga yang masih terlihat BABS 3.4. Drainase Lingkungan/Selokan Sekitar Rumah dan Banjir Air limbah rumah tangga selain dari septik tank seperti dari kamar mandi, tempat cuci ada yang ditampung dalam septik tank ataupun sumur resapan dan parit resapan. Tempat penampungan air limbah ini biasanya disebut dengan sarana pengelolaan air limbah (SPAL). Hasil survey masyarakat yang mengelola limbah rumah tangga ini terlihat pada grafik dibawah ini : Grafik 3.3.3. Pengelolaan limbah rumah tangga Hasil Studi EHRA Page 12

Sebanyak 86,2% masyarakat mengelola limbah rumah tangga, sedangkan yang masih belum mengelola limbah rumah tangga sebesar 13,8%. Responden yang langsung membuang limbah dapur ke sungai sebesar 27,2% sedankan yang mengelola limbah trsebut sebesar 72,8%. Seperti pada tabel dibawah ini : Tabel 3.3.1 Limbah dapur yang dibuang ke sungai Klaster 0 1 2 3 4 Total % % % % % % A. Ke sungai/kana l (Dapur) Tidak 92,1 71,9 74,9 66,7 71,4 72,8 Ya 7,9 28,1 25,1 33,3 28,6 27,2 Banjir sering terjadi disebagian wilayah di Kabupaten Subang. Hasil survey kejadian banjir terhadap responden di 5 klaster didapat data berikut : Tabel 3.3.2 Kejadian Banjir di Kabupaten Subang Klaster 0 1 2 3 4 total % % % % % % E3. Apakah rumah yang ditempati saat ini atau lingkungan sekitar rumah pernah terkena banjir? Tidak pernah 96,4 93,6 89,9 90,2 45,0 90,9 Sekali dalam setahun Beberapa kali dalam Sekali atau beberapa dalam sebulan 3,6 2,2 4,0 4,7 50,0 4,4,0 2,9 4,4,4 5,0 2,9,0,0,0 4,3,0,6 Tidak tahu,0 1,3 1,7,4,0 1,2 Kejadian banjir di wiayah Kabupaten Subang 90,9% responden menjawab tidak pernah, 9,1% menjawab pernah terjadi banjir. Frekuensi banjir yang terjadi sekali dalam setahun sebanyak 4,4%. Yang menjawab beberapa kali dalam setahun sebanyak 2,9%. Sedangkan kejadian banjir yang menjawab sekali dalam sebulan 0,6%. 3.5. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga Hasil survey pengelolaan air minum rumah tangga dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Hasil Studi EHRA Page 13

Grafik 3.5.1 Pengelolaan air minum rumah tangga Responden yang menggunakan air botol kemasan sebanyak 1,5%, yang menggunakan air isi ulang sebanyak 5,4%, yang menggunakan air PDAM sebanyak 13,0%, yang menggunakan hidran umum sebanyak 0,6%, kran umum sebanyak 2,1%, yang menggunakan sumur pompa tangan sebanyak 28,8%, yang menggunakan sumur galiterlindung sebanyak 36,5%, yang menggunakan sumur gali tidak terlindung sebanyak 2,3%, yang menggunakan air hujan sebanyak 2,3%, air sungai 1,9%, air waduk/danau sebanyak 0,1%. 3.6. Perilaku Hygiene Perilaku hygiene diidentifikasi dengan perilaku penggunaan sabun setiap hari. Hasil survey penggunakan sbun terhadap 1600 responden adalah sebagai berikut : Tabel.3.6.1 Perilaku penggunaan sabun G.1 Apakah Ibu memakai sabun pada hari ini atau kemarin? Klaster 0 1 2 3 4 total % % % % % % Ya 100,0 99,9 99,8 97,4 100,0 99,5 Tidak,0,1,2 2,6,0,5 Hasil survey 99,5% responden menjawab menggunakan sabun, sedangkan sisanya 0,5% tidak menggunakan sabun. Pengunaan sabun di masyarakat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti terlihat pada grafik dibawah ini : Hasil Studi EHRA Page 14

Grafik 3.6.1 Penggunaan sabun di masyarakat Masyarakat/responden yang menggunakan untuk mandi sebanyak 95,8%, memandkan anak sebanyak 64,9%, menceboki anak 56,6%, mencuci tangan sendiri 84,4%, mencuci tangan anak 63,2%, mencuci peralatan 92,9%, mencuci pakaian 90,5%. Grafik 3.6.2 Kebiasaan mencuci tangan memakai sabun Hasil survey terhadap kebiasaan mencuci tangan sebelum ke toilet sebesar 10,9%, setelah menceboki anak 52,8%, setelah buang air besar 79,1%, sebelum makan 87,1%, setelah makan 91,0%, sebelum menyuapi anak Hasil Studi EHRA Page 15

52,9%, sebelum menyiapkan makanan 56,8%, setelah memegang hewan 73,1%, dan sebelum sholat 57,1 %. 3.7. Kejadian Penyakit Diare Kejadian penyakit diare pada 1600 responden terlihat pada grafikdibawah ini : Grafik 3.7.1 Kejadian penyakit Diare Pada tabel terlihat total pada anak dan balita sebanyak 75 kasus, pada remaja 27 kasus, pada dewasa 100 kasus. 3.8. Area Berisiko Area berisiko pada variabel sumber air terlihat pada grafik dibawah ini : Grafik 3.8.1 Area Berisiko Sumber Air Hasil Studi EHRA Page 16

Area berisiko sumber air pada Klaster 0 sebesar 30%, pada klaster 1 sebesar 15%, pada klaster 2 sebesar 11%, klaster 3 sebesar 18% dan klaster 4 sebesar 26%. Grafik 3.8.2 Area Berisiko Air Limbah Domestik Area berisiko air limbah domestik pada Klaster 0 sebesar 19%, pada klaster 1 sebesar 21%, pada klaster 2 sebesar 23%, klaster 3 sebesar 19% dan klaster 4 sebesar 18%. Grafik 3.8.3 Area Berisiko Persampahan Area berisiko persampahan pada Klaster 0 sebesar 25%, pada klaster 1 sebesar 23%, pada klaster 2 sebesar 19%, klaster 3 sebesar 21% dan klaster 4 sebesar 12%. Hasil Studi EHRA Page 17

Grafik 3.8.4 Area Berisiko Genangan Air Area berisiko genangan air pada Klaster 0 sebesar 6%, pada klaster 1 sebesar 12%, pada klaster 2 sebesar 12%, klaster 3 sebesar 15% dan klaster 4 sebesar 55%. Grafik 3.8.5 Area Berisiko Perilaku Hidup Bersih Sehat Area berisiko pada perilaku hidup bersih dan sehat di Klaster 0 sebesar 16%, pada klaster 1 sebesar 17%, pada klaster 2 sebesar 17%, klaster 3 sebesar 21% dan klaster 4 sebesar 29%. Hasil Studi EHRA Page 18

3.9. Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Indeks Rsiko Sanitasi (IRS) didapat dari penggabungan area berisiko variabel sumber air, air limbah domestik, persampahan, genangan air dan perilaku hidup bersih dan sehat pada masing-masing klaster. Hasil penggabungan dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Grafik 3.9.1 Inseks Risiko Sanitasi (IRS) Kabupaten Subang Tahun 2013 Hasil survey Indek Risiko air bersih, air limbah domestik, persampahan, air genangan dan perilaku hidup bersih dan sehat pada klaster 0, klaster 2 dan klaster 3 berkisar antara angka 200 sampai 250. Klaster 2 dibawah 200 dan klaster 4 diatas angka 250. Hal ini menunjukan klaster 4 mempunyai risiko sanitasi paling besar. Risiko terbesar pada klaster 0, klaster 1, klaster 2 dan klaster 3 adalah pengelolaan sampah disusul dengan variabel limbah domestik. Hasil Studi EHRA Page 19

Hasil Studi EHRA Page 20

BAB 4 KESIMPULAN Study penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assesment = EHRA) adalah sebuah survey parisipatif di Kabupaten Subang untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi di Kabupaten Subang dan perilaku hygiene masyarakat pada skala rumah tangga. Hasil survey merupakan gambaran kondisi sanitasi dan perilaku hygiene masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam perencanaan peningkatan pembangunan sanitasi di Kabupaten Subang. Gambaran kondisi sanitasi berupa area brisiko hasil EHRA dituangkan dalm BAB 3 dan 5 Buku Putih Sanitasi (BPS) sebagai potret awal wilayah, selanjutnya dituangkan dalam Dokumen Sistem Santasi Kabupaten (SSK). Hasil Survey dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Kabupaten Subang terdiri dari 253 desa, hasil klastering desa terdapat 14 desa klaster 0, 117 desa klaster 1, 77 desa klaster 2, 37 desa klaster 3 dan 8 desa klaster 4. b. Pengelolaan sampah bervariasi ada yang dikumpulkan oleh kolektor informal 1,2 %, dikumpulkan dan dibuang ke TPS 5,1 %, dibakar 58,6 %, dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah 2,4 %, dibuang dalam lubang dan tidak ditutup 4,5 %, dibuang ke sungai/kali/laut/danau 9,8%, dibiarkan saja sampai membusuk 1,9 dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan13,9 %. c. Pengelolaan air limbah tinja masyarakat ke jamban 77,4%, MCK/WC umum 3,4 %, WC helikopter 8,7 %, sungai/pantai/laut 7,1 %, kebun/pekarangan 0,9 %, selokan/parit/got 4,3 %, lubang galian 1,6 %. d. Pengelolaan limbah rumah tangga 86,2 % dibuang ke sarana pengelolaan air limbah dan 18,8 % tidak ada sarana pengelolaan air imbah. e. Kejadian banjir 90,9 % tidak pernah terjadi banjir, 4,4 % sekali dalam setahun, beberapa kali dalam setahun 2,9 %. f. Pengelolaan air minum rumah tangga dengan air botol kemasan 1,5 %, air isi ulang 5,4%, air minum PDAM 13,0%, hidran umum 0,6 %, air kran umum 2,1%, pompa tangan 28,8 %, sumur gali 36,5%, sumur gali tidak terlindung 2,3 %, air hujan 2,3 %, air dari sungai 1,9 % air dari waduk/danau 0,1 %. g. Perilaku hygiene dan sanitasi masyarakat dengan indikator mencuci tangan pakai sabun sebelum ke toilet 10,9 %, setelah menceboki anak 52,8 %, setelah buang air besar 79,1 %, sebelum makan 87,1 %, setelah makan 91%, sebelum menyuapi anak 52,9%, sebelum menyiapkan makanan 56,8%, setelah memegang hewan 73,1%. h. Kejadian penyakit Diare pada anak dan balita 75 kasus, pada remaja 27 kasus, pada dewasa 100 kasus. i. Area berisiko sumber air Area berisiko sumber air pada Klaster 0 sebesar 30%, pada klaster 1 sebesar 15%, pada klaster 2 sebesar 11%, klaster 3 sebesar 18% dan klaster 4 sebesar 26%. Penutup Page 20

j. Area berisiko air limbah domestik Area berisiko air limbah domestik pada Klaster 0 sebesar 19%, pada klaster 1 sebesar 21%, pada klaster 2 sebesar 23%, klaster 3 sebesar 19% dan klaster 4 sebesar 18%. Sedangkan area berisiko persampahan pada Klaster 0 sebesar 25%, pada klaster 1 sebesar 23%, pada klaster 2 sebesar 19%, klaster 3 sebesar 21% dan klaster 4 sebesar 12%. k. Area berisiko persampahan Area berisiko persampahan pada Klaster 0 sebesar 25%, pada klaster 1 sebesar 23%, pada klaster 2 sebesar 19%, klaster 3 sebesar 21% dan klaster 4 sebesar 12%. l. Area berisiko genangan air Area berisiko genangan air pada Klaster 0 sebesar 6%, pada klaster 1 sebesar 12%, pada klaster 2 sebesar 12%, klaster 3 sebesar 15% dan klaster 4 sebesar 55%. Area berisiko pada perilaku hidup bersih dan sehat di Klaster 0 sebesar 16%, pada klaster 1 sebesar 17%, pada klaster 2 sebesar 17%, klaster 3 sebesar 21% dan klaster 4 sebesar 29%. m. Area berisiko perilaku hidup bersih dan sehat Area berisiko pada perilaku hidup bersih dan sehat di Klaster 0 sebesar 16%, pada klaster 1 sebesar 17%, pada klaster 2 sebesar 17%, klaster 3 sebesar 21% dan klaster 4 sebesar 29%. n. Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Hasil survey Indek Risiko air bersih, air limbah domestik, persampahan, air genangan dan perilaku hidup bersih dan sehat pada klaster 0, klaster 2 dan klaster 3 berkisar antara angka 200 sampai 250. Klaster 2 dibawah 200 dan klaster 4 diatas angka 250. Hal ini menunjukan klaster 4 mempunyai risiko sanitasi paling besar. Risiko terbesar pada klaster 0, klaster 1, klaster 2 dan klaster 3 adalah pengelolaan sampah disusul dengan variabel limbah domestik. Gambaran kondisi sanitasi ini merupakan bahan advokasi baik bagi masyarakat akan pentingya sanitasi maupun bagi stakeholher terkait dalam pengambilan keputusan. Pembangunan sanitasi diharapkan menjadi isyu strategis dalam peningkatan kualitas lingkungan sesuai tujuan MDG s point 7. Study EHRA idealnya dilakukan pada setiap desa agar terpetakan data kondisi sanitasi yang sebenarnya. Walaupun demikian survey yang telah dilakukan dapat menjadi baseline data yang bisa dilanjutkan dengan study di tahun-tahun selanjutnya agar didapat baseline data yang lebih akurat. Study ini mengalami berbagai kendala dalam pelaksanaannya diantaranya : 1. Beberapa responden yaitu ibu-ibu susah ditemui karena beraktifitas di luar rumah membantu kepala keluarga sehingga enumerator menyesuaikan waktu kunjungan. 2. Pendanaan yang tidak sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. 3. Lokasi desa yang jauh dengan Puskesmas sehingga memperlambat untuk koordinasi dengan petugas sebagai supervisor dan koordinator kecamatan. Penutup Page 21

Walaupun demikian hambatan-hambatan tersebut sudah bisa diantisipasi sehingga proses pelaksanaan survey dapat berjalan dengan lancar. Penutup Page 22

Penutup Page 23