ANALISA PENGELASAN DINGIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIGH FREQUENCY ELECTRICAL RESISTANCE WELDING PADA PROSES PEMBUATAN PIPA BAJA STKM 13B

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

BAB I PENDAHULUAN. T u g a s A k h i r

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Normen) adalah ikatan

Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSES PENGUJIAN TIDAK MERUSAK

penetrant dan developer. Umumnya warna yang digunakan adalah putih untuk developer dan merah untuk penetrant.

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

Pemeriksaan secara visual dengan mata, kadang kadang memakai kaca pembesar. 2.

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak

STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN SPOT WELDING TIPE KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. PENGERTIAN METODE NDT (NON DESTRUCTIVE TESTING)

PENGARUH VARIASI AMPERE PENGELASAN PLAT BAJA ST 36 TERHADAP BEBAN TEKAN BENGKOK DAN KERUSAKAN PERMUKAAN

Pengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. waktu pengelasan dan pengaruh penambahan filler serbuk pada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

BAB 3 METODE PENELITIAN

STUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

TUGAS AKHIR. Oleh : Winda Afrilia Rachmadani Dosen Pembimbing: Dr. Ir. H. C. Kis Agustin, DEA

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

KAJIAN METALOGRAFI HASIL PENGELASAN TITIK (SPOT WELDING) ALUMINIUM PADUAN DENGAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

KELOMPOK 3 ABEDNEGO DESTIO DOLI DORES SIHOMBING ERICK FERNANDEZ

KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN SAMBUNGAN LAS BAJA ST 37 DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI ELEKTRODA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

BAB III METODE PENELITIAN

KEKERASAN DAN TEGANGAN TARIK LASAN BAJA ST-37 PADA POSISI VERTIKAL DAN HORIZONTAL ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi. mudah penggunaannya juga dapat menekan biaya sehingga lebih

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH HASIL PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA ST 42

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Studi Karakteristik Hasil Pengelasan MIG Pada Material Aluminium 5083

PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G

Gambar 1.1. Rear Axle Shaft pada mobil diesel disambung dengan pengelasan. (

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

Non Destructive Testing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI NDT ULTRASONIC TEST DENGAN METODE MICROCONTROLLER

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB III METODE PENELITIAN

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

PENGARUH PERUBAHAN ARUS DAN KECEPATAN SERTA KELEMBAPAN FLUX TERHADAP HASIL IMPACT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2000-an berkembang isu didunia internasional akan dampak

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2.2.9 Definisi Aluminium Klasifikasi Aluminium... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA PENGARUH PENGELASAN FCAW PADA SAMBUNGAN MATERIAL GRADE A DENGAN MATERIAL GRADE DH 36. Oleh :

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

08/01/2012. Pengujian Visual Las. Pengujian Dye Penetrant. Pengujian Serbuk Magnet PENGUJIAN TIDAK MERUSAK. Pengujian Ultrasonik. Pengujian Arus Eddy

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS

Ferdy Ramdani 1, Wing Hendroprasetyo Akbar Putra 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan, 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan

Mahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive test dengan beberapa metoda pengujian.

Transkripsi:

ANALISA PENGELASAN DINGIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIGH FREQUENCY ELECTRICAL RESISTANCE WELDING PADA PROSES PEMBUATAN PIPA BAJA STKM 13B Naryono, Indra Suharyadi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAK Penelitian ini adalah untuk mengetahui data tentang hasil dan perhitungan pengaruh besar arus pada pengelasan, dimana besar arus pada pengelasan tersebut berpengaruh terhadap perubahan mekanis dan struktur mikro pada bahan STKM 13B dengan ketebalan 5.0 Masukan dalam penelitian ini didapat dari hasil pengelasan dengan cara percobaan besar arus pengelasan yang berbeda, dimana untuk mengetahui kekuatan sambungan las pada bahan STKM 13B merupakan komponen rangka kendaraan mobil. Dianalisa adalah Pengujian Metalografi, Pengujian Kekerasan, Pengujian Flatenning, Pengujian Expanding, dan pengujian ECT ( Eddy Current Testing ) dimana besar arus yang digunakan adalah 1440 A, 1438 A, 1435 A, 1430 A. Hasil Penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh besar arus pengelasan, dalam hal ini menyatakan bahwa dengan menggunakan besaran arus pengelasan yang berbeda menunjukkan bahwa semakin besar arus yang digunakan pada pengelasan maka diperoleh hasil yang maksimal dan hasil dari ketiga besar arus pengelasan yang berbeda pada pengelasan yang menggunakan besar arus pengelasan 1440 yang menghasilkan pengelasan paling optimal. Kata kunci : besarnya arus, kondisi pengelasan. 1. PENDAHULUAN Baja karbon rendah merupakan material yang banyak dipergunakan dalam industri Luasnya pemakaian baja karbon rendah dikarenakan baja tersebut mempunyai kekuatan, sifat mampu bentuk dan mampu las yang baik. Sifat mampu las ini menjadi penting karena dalam industri kendaraan bermotor dikenal adanya penyambungan antara komponen yang satu dengan yang lain yang menggunakan teknik pengelasan. Salah satu teknik pengelasan yang banyak digunakan dalam industri kendaraan bermotor adalah pengelasan kampuh kontinyu atau dikenal dengan continous seam welding ( electrical resistance welding ).Salah satu proses terpenting dalam industri logam, permesinan dan manufaktur proses adalah proses penyambungan logam. Penggunaan teknologi las seperti pada pipa baja karbon rendah, menuntut mutu pengelasan yang baik. Penggunaan pipa baja ini banyak digunakan dalam otomotif seperti kendaraan roda dua maupun roda empat. Bagian bagian seperti fork pipe, housing tube,cylinder dan lain lain. Bagian bagian tersebut tergolong part yang mempunyai tingkat keamanan yang tinggi karena menyangkut dengan keselamatan manusia. Salah satu teknik pengelasan yang digunakan di dunia industri adalah dengan menggunakan Electrical Resistance Welding ( ERW ), keuntungannya dalam menggunakan metode pengelasan ini adalah Laju produksi yang sangat tinggi, ketepatan dan reproduktifitas tinggi, dengan peralatan yang semi otomatis,.dalam banyak kasus 12

sambungan las pada pipa baja, sering dijumpai timbulnya retak yang disebabkan oleh pengelasan dingin. Pengelasan dingin dapat terjadi karena pengaruh dari salah parameter las akibat dari pengaturan kecepatan pengelasan dan tenaga pengelasan. 2. LANDASAN TEORI PENGUJIAN TANPA MERUSAK ( NON DESTRUCTIVE TESTING ) Non Destructive Testing adalah aktifitas tes atau inspeksi terhadap suatu benda untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau discontinuty lain tanpa merusak benda yang kita test atau inspeksi. Pada dasarnya, test ini dilakukan untuk menjamin bahwa material yang kita gunakan masih aman dan belum melewati damage tolerance. Material pesawat diusahakan semaksimal mungkin tidak mengalami kegagalan ( Failure ) selama masa penggunaan. NDT dilakukan paling tidak sebanyak dua kali. Pertama, selama dan diakhir proses fabrikasi, untuk menentukan suatu komponen dapat diterima setelah melalui tahap tahap fabrikasi. NDT ini dijadikan sebagai bagian dari kendali mutu komponen. Kedua, NDT dilakukan setelah komponen digunakan dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah menemukan kegagalan parsial sebelum melampaui damage tolerance. Inspeksi Visual ( Visual inspection ) Sering kali metode ini merupakan langkah pertama kali diambil dalam NDT. Metode ini bertujuan menemukan cacat atau retak permukaan dan korosi. Dalam hal ini tentu saja adalah retak yang dapat terlihat oleh mata telanjang atau dengan bantuan lensa pembesar ataupun boroskop. Uji Cairan Penetran ( Liquid Penetrant Test ) Metode Liquid Penetrant Test merupakan metode NDT yang paling sederhana. Metode ini digunakan untuk menemukan cacat dipermukaan terbuka dari komponen solid, baik logam maupun non logam, seperti keramik dan plasti fiber. Melalui metode ini, cacat pada material akan terlihat jelas. Caranya adalah dengan memberikan cairan berwarna terang pada permukaan yang diinspeksi. Cairan ini harus memiliki daya penestrasi yang baik dan viskositas yang rendah agar dapat masuk pada cacat dipermukaan material. Selanjutnya, penetrant yang tersisa dipermukaan material disingkirikan. Cacat akan nampak jelas jika perbedaan warna penetrant dengan latar belakang cukup kontras. Sesuai inspeksi, penetrant yang tertinggal dibersihkan dengan penerapan developer. Kelemahan dari metode ini antara lain adalah bahwa metode ini hanya bisa diterapkan pada permukaan terbuka. Metode ini tidak dapat diterapkan pada komponen dengan permukaan kasar, berpelasis, atau berpori. Indikasi keretakan Gambar 1. Liquid Penetrant Test 13

Inspeksi Serbuk Magnet ( Magnetic Particel Inspection ) Dengan menggunakan metode ini, cacat permukaan ( surface ) dan bawah permukaan ( subsurface ) suatu komponen dari bahan ferromagnetik dapat diketahui. Prinsipnya adalah dengan magnetisasi bahan yang akan diuji. Adanya cacat yang tegak lurus arah medan magnet ini mengindikasikan adanya cacat pada material. Cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran medan magnet adalah dengan menaburkan partikel magnetik dipermukaan. Partikelpartikel tersebut akan berkumpul pada daerah kebocoran medan magnet. Kelemahannya, metode ini hanya bisa diterapkan untuk material ferromagnetik. Selain itu, medan magnet yang dibangkitkan harus tegak lurus atau memotong daerah retak serta diperlukan demagnetisasi di akhir inspeksi. Gambar 2.Magnetic Partikel Inspection Uji Arus Eddy ( Eddy current testing ) Inspeksi ini memanfaatkan prinsip elektromagnet. Prinsipnya arus listrik dialirkan pada kumparan untuk membangkitkan medan magnet didalamnya. Jika medan magnet ini dikenakan pada benda logam yang akan diinspeksi, maka akan terbangkit arus eddy. Arus eddy kemudian menginduksi adanya medan magnet. Medan magnet pada benda akan berinteraksi dengan medan magnet pada kumparan dan mengubah impedansi bila ada cacat. Keterbatasan dari metode ini yaitu hanya dapat diterapkan pada permukaan yang dapat dijangkau. Selain itu metode ini juga hanya diterapkan pada bahan logam saja. ECT Coil ( a ) Ilustrasi ECT Mekanisme ( c ) Alat Monitor ECT dengan RT display Gambar 3. Eddy Current Testing 14

Ultrasonic Inspection Prinsip yang digunakan adalah prinsip gelombang suara. Gelombang suara yang dirambatkan pada spesimen uji dan sinyal yang ditransmisi ata dipantulkan diamati dan di interprestasikan. Gelombang ultrasonic yang digunakan memiliki frekuensi 0.5 20 MHz. Gelombang suara yang terpengaruh jika ada void, retak atau delaminasi pada material. Gelombang ultrasonic ini dibangkitkan oleh transducer dari bahan piezoelektri yang dapat merubah energi listrik menjadi energi getaran mekanik kemudian menjadi energi listrik lagi. Gambar 4. Ultrasonic Testing Radiographic Inspection Metode NDT ini dapat untuk menemukan cacat pada material dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma. Prinsip, sinar X dipancarkan menembus material yang diperiksa. Saat menembus objek, sebagian sinar akan diserap sehingga intensitasnya berkurang. Intensitas akhir kemudian direkam pada film yang sensitif. Jika ada cacat pada material maka intensitas yang terekam pada film tentu akan bervariasi.hasil rekaman pada film ini lah yang akan akan memeperlihatkan bagian material yang mengalami cacat. Gambar 5. Radiography test 3. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian kometallografi terhadap benda uji lalu uji ect dan uji Flattening dimana hasilnya nanti dianalisan untuk mendapatkan solusi akhir 4. DATA DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1 DATA PENGELASAN 15

Tabel.1 Data data hasil pengelasan / untuk keseluruhan Parameter Pengelasan Specimen I II III IV Arus ( Ampere ) 1440 1438 1435 1430 Daya 249 245 241 237 ( KiloWatt / KVA ) Kecepatan pengelasan ( m / menit ) 20 20 20 20 Data Elektroda Yang Digunakan Tabel 2 komposisi elektroda Cu Bi O Pb 99.90 % 0.0005 % 0.02 % 0.005 % 1. Dengan posisi work coil 250 mm. 2. Variasi arus pengelasan pabrik yang digunakan adalah 1440, 1438, 1435, 1430 ampere 3. Daya pabrik yang digunakan adalah 249 KVA, 245 KVA, 241 KVA, 237 KVA. 4. Kecepatan pengelasan 20 m / menit 4.2 DATA HASIL PENGUJIAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.2.1 Hasil Pengujian Metalografi Pengujian metalografi dilakukan dengan menggunakan microscope digital struktur mikro dimana benda yang akan diuji dipoles terlebih dahulu dengan menggunakan amplas grade 80 sampai 1500 hingga benda yang akan di uji menjadi halus dan setelah itu dilakukan etsa dengan menggunakan cairan etching solution dengan menggunakan sodium dodecylberzenesulfonat ( C 12 H 25 C 6 H 21 SO 3 Na ).Dari hasil pengujian metalografi ini kita dapat mengamati struktur mikro atau fase fase pada material benda uji itu sendiri yang diambil melalui mikroskope igital.letak pengambilan foto mikro pada pengujian metalografi ini diambil dari daerah HAZ ( Heat Affected Zone ). Sample 1 Struktur mikro hasil ERW welding Welding dengan arus 1440 ampere 0,19 mm 0,10 mm Gambar 6. Struktur mikro perbesaran 500,19 X pada mm area HAZ sample 1 16

Sample 2 Welding dengan arus 1438 Ampere 0,19 mm 0,08 mm 0,18 mm Gambar 7 Struktur mikro perbesaran 50 X pada area HAZ sample 2 Sampe 3 Welding dengan arus 1435 Ampere Sample 3 0,11 mm Gambar 8 Struktur mikro perbesaran 50 X pada area HAZ sample 3 Sample 4 Welding dengan arus 1430 Ampere 0,02 mm 0,005 mm Gambar 9. Struktur mikro perbesaran 50 X - pada area HAZ sample 4 17

4.2.2.Data Hasil Uji Kekerasan Pengujian kekerasan ini dilakukan untuk mengetahui ketahanan sesuatu bahan terhadap goresan / tekanan yang diberi beban. Pengujian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Vickers karena metode ini dapat digunakan untuk mengukur kekerasan pada material yang tipis dan keras. Dalam metode Vickers digunakan diamond pyramid sebagai identor dengan sudut 136. Beban yang digunakan dalam pengujian ini 300 gram atau 0.3 Kg. Hasil pengukuran dan perhitungan kekerasan ini dituangkan dalam bentuk table. Pengumpulan data data dari pengujian ini diambil dari daerah HAZ sebagai berikut : NO. URUT PENGUJIAN Table.3 Data Data hasil pengujian kekerasan Mikro Vickers JARAK HARGA KEKERASAN MICRO VICKERS ( Hv ) ( mm ) Sample 1 Sample 2 Sample 3 Sample 4 1-1.0 199,36 195,81 199,90 194,90 2-0.8 200,90 200,95 199,9 194,9 3-0.6 201,96 199,34 200,37 197,37 4-0.4 206,80 199,86 201,46 196,46 5-0.2 207,20 200,32 202,31 198,56 6 0 Tengah 226,67 217,32 212,22 207,22 7 0.2 208,88 202,20 206,30 201,30 8 0.4 207,91 208,40 208,49 203,49 9 0.6 203,54 197,82 204,40 199,28 10 0.8 199,86 199,81 198,56 195,78 11 1.0 194,79 196,72 199,34 196,59 Keterangan : Beban 500 gf dan Identor intan 120 18

270Nilai Kekerasan ( HV ) 240 210 180 150-1 -0.5 0 0.5 1 Gambar 10. Grafik Hasil Pengujian Kekerasan di daerah HAZ 4.2.3 Hasil Pengujian Flattening Pada pengujian Flattening testing dengan cara merusak ( destructive testing ) bertujuan untuk mengetahui kualitas kekuatan pengelasan, yang terdiri dari flatenning 0 dan 90 Sample 1 Hasil Flattenning Welding dengan arus 1440 ampere Sample 1 Sample 2 Sample 3 ( a ) Flattening 0 ( b ) Flattening 90 Gambar 11 Hasil Pengujian Flattening sample 1 Sample 2 Welding dengan arus 1438 ampere ( a ) Flattenning 0 ( b ) Flattenning 90 Gambar 12 Hasil Pengujian Flattenning sample 2 Sample 3 Welding dengan arus 1435 ampere ( a ) Flattening 0 ( b ) Flattening 90 Gambar 13. Hasil Pengujian Flattening sample 3 19

Sample 4 Welding dengan arus 1430 ampere ( a ) Flattening 0 ( b ) Flattening 90 Gambar 14. Hasil Pengujian Flattening sample 4 4.2.4 Hasil Pengujian Eddy Current Testing ( ECT ) Pada pengujian ECT dengan cara tidak merusak ( non destructive testing ) bertujuan untuk mengetahui adanya cacat keretakan pada permukaan. Sample 1 Welding dengan arus 1440 ampere Gambar 15. Hasil Pengujian ECT sample 1 Sample 2 Welding dengan arus 1438 ampere Gambar 16. Hasil Pengujian ECT sample 2 20

Sample 3 Welding dengan arus 1430 ampere Gambar 17. Hasil Pengujian ECT sample 3 Sample 4 Welding dengan arus 1430 ampere Gambar 18 Hasil Pengujian ECT sample 4 5.1 KESIMPULAN 1. Masukan panas yang terjadi dengan metode ERW terhadap material baja STKM 13B adalah 4,97 Megajoule untuk sample 1, 4.88 Mega Joule untuk sample 2, 4.81 MegaJoule untuk sample 3, 4.7 MegaJoule untuk sample 4. 2. Terlihat dari hasil metalografi bahwa sambungan las seperti bagian luar, tengah dan dalam akan semakin mengecil jika masukan panasnya diturunkan.untuk sample no 4 hampir tidak terlihat kondisi sambungan pengelasannya. 3. Kekerasan di sambungan las akan mengecil jika masukan panasnya diturunkan 4. Terjadi patahan disepanjang bagian pengelasan untuk sample no.4 pada saat pegujian expanding dan pengujian flatenning. 5. Tidak terdeteksinya kondisi sample no.4 dengan alat ECT ( Eddy Current Testing ) yang dikarenakan masih menempel bagian pinggir dari material. 6. Hasil evaluasinya adalah untuk sample no. 1, no. 2, no. 3 masih dalam range kondisi parameter pengelasan yang tepat kemudian untuk sample no.4 dalam kondisi yang tidak bagus. 21

5.2. SARAN 1. Dibuatkan standard paremeter pengelasan supaya pada saat penyetingan pertama tidak memakan terlalu lama dengan cara dibuatkan range maximum dan minimum dari kondisi pengelasan. 2. Dibuatkan sistem control pendeteksian secara automatis ketika terjadi penurunan power / tenaga pengelasan sehingga barang yang tidak bagus bisa terdeteksi. DAFTAR PUSTAKA 1. Adnyana D.N, Metalurgi Las.Jakarta 1991 2. Adnyana D.N, Logam dan paduan, tinjauan tentang proses pengolahan dan hubungan struktur dengan sifat sifat mekanis. Jakarta 1990 3. Amsted, B.H, Ostwald, P.F. Begeman, M.L., Djaprie, S., Teknologi Mekanik, Edisi Ketujuh, Versi SI, Jakarta: Erlangga, Januari 1985. 4. Dieter, G., Djaprie, S., Metalurgi Mekanik, Edisi Ketiga, Erlangga 1987 5. Joko Sworo, Sarjito, Besar Arus Listrik dan Kecepatan Pengelasan, Jakarta 1995. 6. JIS Handbook Metalurgy I dan II, 2011. 22