BAB 5 KESIMPULAN TERHADAP EVALUASI KINERJA PENYEDIA AIR BERSIH PERPIPAAN DI KOTA KECIL (SOREANG DAN BANJARAN)

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI KINERJA PELAYANAN PENYEDIA AIR BERSIH SISTEM PERPIPAAN DI KOTA KECIL (STUDI KASUS: KOTA SOREANG DAN BANJARAN) TUGAS AKHIR

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 KINERJA PDAM KABUPATEN PONOROGO TAHUN

V. EVALUASI KINERJA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dalam mengukur kinerja PDAM Kabupaten Sukabumi sebagai

BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Yogi S, dan M. Ikhsan. Standar Pelayanan Publik di Daerah

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR

PERMASALAHAN ALIRAN AIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB II SEJARAH PERUSAHAAN

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dari hasil penelitian pada PDAM Kabupaten Sukabumi yang didukung

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Evaluasi Pajak Pengambilan dan Pemanfataan Air Permukaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 12A Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur kepuasan pelanggan, yaitu sebagai berikut :

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

Studi Kehilangan Air Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari Cabang Pohara)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

BAB 3 GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN SERTA KARAKTERISTIK PENYEDIA PELAYANAN AIR BERSIH SISTEM PERPIPAAN

KAJIAN KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MASYARAKAT KOTA LUBUK BASUNG DALAM MENDAPATKAN PELAYANAN AIR BERSIH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PELAYANAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN NGADA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

-1- DOKUMEN STANDAR EVALUASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR TENTANG PELAYANAN AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR

BAB IV EVALUASI KINERJA PELAYANAN PDAM KOTA MANGGAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2009

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BENER MERIAH

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG

1.1 Latar Belakang 1

Optimalisasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

I. Alamat Kantor PDAM Tirta Taman Sari Kota Madiun. 1. Kantor Utama : Jalan Sulawesi No. 18 Kota Madiun

BAB I PENDAHULUAN. sama untuk rnemproduksi dan merebut pasar di masyarakat.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2009

meter, kesalahan pencatatan angka meter, pemakaian yang tidak tercatat misalnya untuk pengurasan dan pemadam kebakaran.

VI. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PDAM TIRTA LEMATANG

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 36 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 29

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. 1. Sejarah Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Kebumen. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Kebumen merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TARIF AIR MINUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SATRIA KABUPATEN BANYUMAS. NOMOR : 3 Tahun 2016 TENTANG

Rekomendasi Upaya Pengendalian Kehilangan Air

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 21 TAHUN 2014

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA. Tata Kelola Program Hibah Air Minum Perkotaan APBN Murni TA 2016

PENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KOTA KUALA KAPUAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN Daftar Wawancara

POLA DAN PROSES KONSUMSI AIR MASYARAKAT PERMUKIMAN SEPANJANG SUNGAI JAJAR DI KABUPATEN DEMAK (Kecamatan Demak Kecamatan Kebonagung) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. LEIDING BEDRIJF yang dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda, dengan

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 28 PERATURAN WALIKOTA KOTA BANDUNG NOMOR : 937 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PRT/M/2014 TENTANG

Struktur Organisasi PDAM Grobogan BUPATI BADAN PENGAWAS DIREKTUR. Kabag Hub. Pelanggan. Ka Sub bag. Kacab Timur. Ka Sub Bag Hummas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam terutama dari

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 21 TAHUN 2006 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah dan Perkembangan PDAM Kabupaten Sukabumi. Pembentukan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Sukabumi

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

MONITORING TERHADAP KOMPONEN SAMBUNGAN RUMAH SEBAGAI SATU UPAYA PENGENDALIAN KEHILANGAN AIR DI PDAM KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

I.PENDAHULUAN. Kehidupan masyarakat kota bandar lampung tidak akan aman dan sejahtera kalau sumbersumber

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 50 Tahun 2017 Seri E Nomor 41 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 50 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. keharusan dan menyangkut hajat hidup orang banyak, maka. diperlukan suatu badan atau organisasi yang professional yang dapat

BAB 4 EVALUASI KINERJA PDAM DAN SISTEM KOMUNAL DI KOTA SOREANG DAN BANJARAN

Transkripsi:

BAB 5 KESIMPULAN TERHADAP EVALUASI KINERJA PENYEDIA AIR BERSIH PERPIPAAN DI KOTA KECIL (SOREANG DAN BANJARAN) 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian data dan analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka berikut adalah kesimpulan dari hasil evaluasi kinerja penyedia air bersih perpipaan di Kota Soreang dan Banjaran. Kebutuhan air bersih untuk rumah tangga di Kota Soreang dan Banjaran dipenuhi melalui sistem perpipaan dan non perpipaan. Pemenuhan kebutuhan air bersih perpipaan selama ini diupayakan oleh PDAM dan sistem komunal. Keberadaan penyediaan air bersih perpipaan di kedua kota tersebut sangat penting mengingat kualitas air bersih non perpipaan (sumur) yang ada selama ini kurang dapat diandalkan karena pada musim kemarau, air berwarna keruh dan berbau sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Dalam sistem penyediaan air bersih perpipaan di kota kecil, hubungan antara pengelola air bersih sistem komunal dan PDAM bersifat substituen. Keberadaan pengelolaan sistem komunal menjadi alternatif dalam pemenuhan kebutuhan air bersih selain oleh PDAM akibat dari pelayanan PDAM yang dirasakan kurang optimal. Hal tersebut terlihat dari latar belakang pembangunan pengelola sistem komunal yang diteliti, antara lain dipicu oleh tarif air yang diberikan oleh pengelola sistem komunal lebih rendah daripada tarif PDAM (BPABD Kamasan Kota Banjaran). Selain itu, sistem komunal juga dapat menjangkau wilayah yang belum mendapatkan pelayanan PDAM (BPABD Karamat

Mulya Kota Soreang dan BPABD Sindangpanon Kota Banjaran). Terutama, keberadaan pengelola sistem komunal dapat menggantikan peran PDAM bagi wilayah yang telah terlayani PDAM namun tidak mendapat pengaliran air 24 jam (BPABD Soreang Kota Soreang). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap kinerja PDAM maupun sistem komunal dalam sepuluh kriteria, belum ada satu pun lembaga penyedia air bersih yang menunjukkan kinerja yang sempurna. Berdasarkan sepuluh indikator kinerja yang telah ditetapkan, PDAM hanya mampu memenuhi lima indikator. Sedangkan pengelola sistem komunal mampu memenuhi enam indikator. Dalam aspek operasional, PDAM memiliki kinerja baik dalam kriteria (1)kuantitas air, (2)kualitas air, (3)pengaduan tertangani. Dalam aspek tarif, PDAM memiliki kinerja baik dalam kriteria (4)sistem penetapan tarif dan (5)dasar penetapan tarif. Adapun pengelola air sistem komunal, dalam aspek operasional memiliki kinerja baik dalam kriteria (1)kuantitas air, (2)kontinuitas air, (3)kecepatan penyambungan baru, dan (4)pengaduan tertangani. Dalam aspek tarif, sistem komunal memiliki kinerja baik dalam kriteria (5)sistem penetapan tarif dan (6)dasar penetapan tarif. Untuk aspek administrasi, kinerja PDAM dan sistem komunal masih buruk. Padahal aspek administrasi merupakan salah satu indikator yang penting dalam menjaga kelancaran proses operasional mengingat fungsinya sebagai panduan dan alat kontrol kinerja. Bahwasanya kinerja pengelola air bersih sistem komunal di Kota Soreang maupun di Kota Banjaran tidak menunjukkan perbedaan kualitas pelayanan yang signifikan. Hal ini dimungkinkan karena karakteristik sistem kepengurusan maupun karakteristik masyarakat pelanggan yang mirip di kedua kota tersebut.

Masalah utama penyediaan air bersih perpipaan oleh PDAM saat ini adalahnya rendahnya cakupan pelayanan kepada masyarakat. Rendahnya cakupan pelayanan antara lain diakibatkan oleh perencanaan kapasitas supply air bersih tidak sesuai dengan laju pertumbuhan perumahan, kendala geografis yang berbukit-bukit, penguasaan sumber-sumber air oleh beberapa kelompok masyarakat, dan jaringan transmisi dan distribusi yang sudah usang. Masalah yang sama dihadapi oleh pengelola air bersih sistem komunal, meskipun permintaan sambungan dari masyarakat cukup tinggi, namun perencanaan supply air bersih yang kurang baik menyebabkan pelayanan yang kurang optimal. Mengingat bahwa pelayanan air bersih perpipaan di kota kecil dilayani oleh PDAM dan sistem komunal, maka berdasarkan keunggulannya dapat dipetakan masing-masing kekuatan pelayanan PDAM dan sistem komunal bila dibandingkan antara satu dengan yang lain (tabel V.1). Dapat dilihat bahwa keunggulan dari masing-masing penyedia air bersih tersebut saling melengkapi. Hal tersebut dapat menjadi alasan bagi masyarakat untuk memilih prioritas kebutuhan pelayanan air bersih sesuai dengan keinginan pelanggan selain tingkat ekonomi dari masing-masing konsumen. TABEL V.1 KEUNGGULAN PDAM DAN PENGELOLA AIR BERSIH SISTEM KOMUNAL DI KOTA KECIL Lembaga Penyedia Air Bersih PDAM Sistem Komunal Kualitas air Keunggulan Kontinuitas air Kecepatan waktu pemasangan Tarif

5.2 Rekomendasi Beranjak dari keunggulan dan kelemahan PDAM dan sistem komunal, maka berikut merupakan rekomendasi yang dapat diberikan dalam rangka meningkatkan kinerja kedua penyedia air bersih tersebut. 5.2.1 PDAM Peningkatan cakupan pelayanan PDAM dapat dilakukan dengan meningkatkan sekaligus memperbaiki jaringan transmisi dan distribusi yang sudah usang/ rusak. Hal ini sekaligus dapat dilakukan untuk menjaga pelayanan kebutuhan air 24 jam. Bahkan dengan jaringan transmisi dan distribusi dalam keadaan prima, tingkat kehilangan air dapat diminimalisir. Untuk mengatasi sulitnya memperoleh sumber air baku, sebaiknya pihak PDAM melakukan kerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat yang menguasai sumber air baku sehingga terjalin hubungan mutualisme diantara kedua belah pihak. Dengan demikian PDAM memperoleh alternatif sumber air baku untuk peningkatan cakupan pelayanan. Sedangkan masyarakat tetap dapat menjalankan aktivitasnya dan tidak merasa terancam dengan keberadaan PDAM. Perlu dilakukan peneraan water meter induk maupun pelanggan secara berkala 5 tahun sehingga tidak terjadi kesalahan perhitungan yang pada akhirnya dapat menimbulkan kehilangan air. Mengingat jumlah pengaduan yang cukup tinggi akibat oleh kesalahan rekening, sebaiknya PDAM mulai menerapkan pemberian sangsi yang tegas kepada petugas yang lalai/ teledor dalam melakukan pemeriksaan rekening air. Peninjauan kembali prosedur penyambungan baru untuk mempercepat waktu pelayanan pemasangan instalasi.

Untuk menjamin kinerja pelayanan kepada masyarakat, sebaiknya kontrol terhadap penerapan dokumen-dokumen pedoman, seperti Prosedur Operasional Standar (POS), diperketat. Selain melakukan self assesment, PDAM sebaiknya melakukan survey kepada masyarakat terhadap tingkat pelayanan air bersih sebagai masukan untuk perbaikan kinerja. 5.2.2 Sistem Komunal Mengingat permintaan masyarakat yang tinggi akan pemasangan sambungan air sistem komunal, maka sebaiknya dilakukan peningkan kapasitas supply air bersih dengan mencari sumber alternatif air baku dan meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi. Melakukan pemeriksaan kualitas air bersih ke laboratorium/ Dinas Kesehatan untuk memastikan tingkat kebersihan air yang dikonsumsi sehingga tidak ada keraguan bagi calon pelanggan untuk mengkonsumsi air. Dalam rangka menjaga kelestarian sumber daya air, pengelola air bersih komunal sebaiknya mulai memperhatikan tingkat kehilangan air dengan cara memasang water meter induk pada instalasi sehingga jumlah kehilangan air dapat terdeteksi. Selain itu pengelola juga harus memperhatikan pemasangan pipa yang baik sehingga kebocoran pipa dapat diminimalisir. Meskipun tarif air sistem komunal cenderung lebih murah dibandingkan dengan PDAM, namun penerapan tarif progresif berdasarkan kuantitas pemakaian air sangat diperlukan untuk menjaga sumber daya air. Mengingat pentingnya keberadaan dokumen dasar, seperti AD/ ART sebagai dasar panduan dan alat kontrol terhadap kinerja pengelolaan air bersih, maka sebaiknya setiap pengelola air bersih sistem komunal melengkapi dokumen-dokumen tersebut. Selain itu pengelola juga harus membuat Laporan Tertib Eklsternal secara reguler untuk

diberikan kepada pihak-pihak yang dapat mengaudit hasil laporan tersebut secara independen, seperti LKMD, Kepala Desa, dll. Pengelola air bersih harus mengintensifkan komunikasi dengan pelanggan dalam menyusun rencana pengelolaan, menginformasikan kondisi keuangan dan kendala-kendala yang dihadapi di lapangan. Dengan demikian, masyarakat juga dapat memberi masukan kepada pengelola untuk peningkatan kinerja penyediaan air bersih. Sebagian dari penerimaan air sebaiknya diinvestasikan untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan sarana/ prasarana air bersih seperti mengikuti pelatihan/ seminar, dll. 5.2 Kelemahan Studi dan Saran Studi Lanjutan Dalam melakukan studi ini, terdapat beberapa kelemahan yang menjadi kekurangan dalam penelitian ini. Kelemahan tersebut antara lain: Belum dapat disimpulkan bentuk penyediaan air bersih yang efektif untuk kota kecil karena dalam penelitian ini hanya didasarkan pada sisi penyedia pelayanan air bersih saja Umur pengelolaan air bersih sistem komunal baru sekitar 1-2,5 tahun sehingga belum diketahui keberlanjutannya Pelayanan air bersih Kota Soreang dan Banjaran terletak dalam wilayah cabang yang sama sehingga tidak dapat dijabarkan perbedaan pelayanan PDAM di kedua kota tersebut. Beranjak dari kelemahan penelitian dan temuan studi dalam penelitian ini, maka dapat dikembangkan penelitian lain yang berkenaan dengan: Mengingat bahwa penelitian ini hanya didasarkan pada sisi penyedia pelayanan, maka dapat dilakukan studi mengenai bentuk penyediaan air bersih yang paling efektif untuk kota kecil berdasarkan karakteristik masyarakat

Mengingat bahwa penyediaan air bersih merupakan bentuk pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, maka dapat dilakukan studi tentang preferensi prioritas kriteria pelayanan air bersih menurut masyarakat di kota kecil Mengingat penilaian kinerja PDAM dan sistem komunal dalam penelitian ini berfokus pada keunggulan dan kelemahan dalam setiap kriteria kinerja, maka untuk selanjutnya dapat dilakukan studi mengenai evaluasi kinerja masing-masing PDAM/ sistem komunal secara keseluruhan dengan melakukan penaksiran (appraisal)/ memberi rating Mengingat bahwa keberhasilan pengelolaan air bersih sistem komunal berada pada pihak masyarakat itu sendiri, maka dapat dilakukan studi lebih lanjut mengenai tingkat partisipasi warga dalam penyediaan air bersih di kota kecil.