BAB 5 KESIMPULAN TERHADAP EVALUASI KINERJA PENYEDIA AIR BERSIH PERPIPAAN DI KOTA KECIL (SOREANG DAN BANJARAN) 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian data dan analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka berikut adalah kesimpulan dari hasil evaluasi kinerja penyedia air bersih perpipaan di Kota Soreang dan Banjaran. Kebutuhan air bersih untuk rumah tangga di Kota Soreang dan Banjaran dipenuhi melalui sistem perpipaan dan non perpipaan. Pemenuhan kebutuhan air bersih perpipaan selama ini diupayakan oleh PDAM dan sistem komunal. Keberadaan penyediaan air bersih perpipaan di kedua kota tersebut sangat penting mengingat kualitas air bersih non perpipaan (sumur) yang ada selama ini kurang dapat diandalkan karena pada musim kemarau, air berwarna keruh dan berbau sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Dalam sistem penyediaan air bersih perpipaan di kota kecil, hubungan antara pengelola air bersih sistem komunal dan PDAM bersifat substituen. Keberadaan pengelolaan sistem komunal menjadi alternatif dalam pemenuhan kebutuhan air bersih selain oleh PDAM akibat dari pelayanan PDAM yang dirasakan kurang optimal. Hal tersebut terlihat dari latar belakang pembangunan pengelola sistem komunal yang diteliti, antara lain dipicu oleh tarif air yang diberikan oleh pengelola sistem komunal lebih rendah daripada tarif PDAM (BPABD Kamasan Kota Banjaran). Selain itu, sistem komunal juga dapat menjangkau wilayah yang belum mendapatkan pelayanan PDAM (BPABD Karamat
Mulya Kota Soreang dan BPABD Sindangpanon Kota Banjaran). Terutama, keberadaan pengelola sistem komunal dapat menggantikan peran PDAM bagi wilayah yang telah terlayani PDAM namun tidak mendapat pengaliran air 24 jam (BPABD Soreang Kota Soreang). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap kinerja PDAM maupun sistem komunal dalam sepuluh kriteria, belum ada satu pun lembaga penyedia air bersih yang menunjukkan kinerja yang sempurna. Berdasarkan sepuluh indikator kinerja yang telah ditetapkan, PDAM hanya mampu memenuhi lima indikator. Sedangkan pengelola sistem komunal mampu memenuhi enam indikator. Dalam aspek operasional, PDAM memiliki kinerja baik dalam kriteria (1)kuantitas air, (2)kualitas air, (3)pengaduan tertangani. Dalam aspek tarif, PDAM memiliki kinerja baik dalam kriteria (4)sistem penetapan tarif dan (5)dasar penetapan tarif. Adapun pengelola air sistem komunal, dalam aspek operasional memiliki kinerja baik dalam kriteria (1)kuantitas air, (2)kontinuitas air, (3)kecepatan penyambungan baru, dan (4)pengaduan tertangani. Dalam aspek tarif, sistem komunal memiliki kinerja baik dalam kriteria (5)sistem penetapan tarif dan (6)dasar penetapan tarif. Untuk aspek administrasi, kinerja PDAM dan sistem komunal masih buruk. Padahal aspek administrasi merupakan salah satu indikator yang penting dalam menjaga kelancaran proses operasional mengingat fungsinya sebagai panduan dan alat kontrol kinerja. Bahwasanya kinerja pengelola air bersih sistem komunal di Kota Soreang maupun di Kota Banjaran tidak menunjukkan perbedaan kualitas pelayanan yang signifikan. Hal ini dimungkinkan karena karakteristik sistem kepengurusan maupun karakteristik masyarakat pelanggan yang mirip di kedua kota tersebut.
Masalah utama penyediaan air bersih perpipaan oleh PDAM saat ini adalahnya rendahnya cakupan pelayanan kepada masyarakat. Rendahnya cakupan pelayanan antara lain diakibatkan oleh perencanaan kapasitas supply air bersih tidak sesuai dengan laju pertumbuhan perumahan, kendala geografis yang berbukit-bukit, penguasaan sumber-sumber air oleh beberapa kelompok masyarakat, dan jaringan transmisi dan distribusi yang sudah usang. Masalah yang sama dihadapi oleh pengelola air bersih sistem komunal, meskipun permintaan sambungan dari masyarakat cukup tinggi, namun perencanaan supply air bersih yang kurang baik menyebabkan pelayanan yang kurang optimal. Mengingat bahwa pelayanan air bersih perpipaan di kota kecil dilayani oleh PDAM dan sistem komunal, maka berdasarkan keunggulannya dapat dipetakan masing-masing kekuatan pelayanan PDAM dan sistem komunal bila dibandingkan antara satu dengan yang lain (tabel V.1). Dapat dilihat bahwa keunggulan dari masing-masing penyedia air bersih tersebut saling melengkapi. Hal tersebut dapat menjadi alasan bagi masyarakat untuk memilih prioritas kebutuhan pelayanan air bersih sesuai dengan keinginan pelanggan selain tingkat ekonomi dari masing-masing konsumen. TABEL V.1 KEUNGGULAN PDAM DAN PENGELOLA AIR BERSIH SISTEM KOMUNAL DI KOTA KECIL Lembaga Penyedia Air Bersih PDAM Sistem Komunal Kualitas air Keunggulan Kontinuitas air Kecepatan waktu pemasangan Tarif
5.2 Rekomendasi Beranjak dari keunggulan dan kelemahan PDAM dan sistem komunal, maka berikut merupakan rekomendasi yang dapat diberikan dalam rangka meningkatkan kinerja kedua penyedia air bersih tersebut. 5.2.1 PDAM Peningkatan cakupan pelayanan PDAM dapat dilakukan dengan meningkatkan sekaligus memperbaiki jaringan transmisi dan distribusi yang sudah usang/ rusak. Hal ini sekaligus dapat dilakukan untuk menjaga pelayanan kebutuhan air 24 jam. Bahkan dengan jaringan transmisi dan distribusi dalam keadaan prima, tingkat kehilangan air dapat diminimalisir. Untuk mengatasi sulitnya memperoleh sumber air baku, sebaiknya pihak PDAM melakukan kerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat yang menguasai sumber air baku sehingga terjalin hubungan mutualisme diantara kedua belah pihak. Dengan demikian PDAM memperoleh alternatif sumber air baku untuk peningkatan cakupan pelayanan. Sedangkan masyarakat tetap dapat menjalankan aktivitasnya dan tidak merasa terancam dengan keberadaan PDAM. Perlu dilakukan peneraan water meter induk maupun pelanggan secara berkala 5 tahun sehingga tidak terjadi kesalahan perhitungan yang pada akhirnya dapat menimbulkan kehilangan air. Mengingat jumlah pengaduan yang cukup tinggi akibat oleh kesalahan rekening, sebaiknya PDAM mulai menerapkan pemberian sangsi yang tegas kepada petugas yang lalai/ teledor dalam melakukan pemeriksaan rekening air. Peninjauan kembali prosedur penyambungan baru untuk mempercepat waktu pelayanan pemasangan instalasi.
Untuk menjamin kinerja pelayanan kepada masyarakat, sebaiknya kontrol terhadap penerapan dokumen-dokumen pedoman, seperti Prosedur Operasional Standar (POS), diperketat. Selain melakukan self assesment, PDAM sebaiknya melakukan survey kepada masyarakat terhadap tingkat pelayanan air bersih sebagai masukan untuk perbaikan kinerja. 5.2.2 Sistem Komunal Mengingat permintaan masyarakat yang tinggi akan pemasangan sambungan air sistem komunal, maka sebaiknya dilakukan peningkan kapasitas supply air bersih dengan mencari sumber alternatif air baku dan meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi. Melakukan pemeriksaan kualitas air bersih ke laboratorium/ Dinas Kesehatan untuk memastikan tingkat kebersihan air yang dikonsumsi sehingga tidak ada keraguan bagi calon pelanggan untuk mengkonsumsi air. Dalam rangka menjaga kelestarian sumber daya air, pengelola air bersih komunal sebaiknya mulai memperhatikan tingkat kehilangan air dengan cara memasang water meter induk pada instalasi sehingga jumlah kehilangan air dapat terdeteksi. Selain itu pengelola juga harus memperhatikan pemasangan pipa yang baik sehingga kebocoran pipa dapat diminimalisir. Meskipun tarif air sistem komunal cenderung lebih murah dibandingkan dengan PDAM, namun penerapan tarif progresif berdasarkan kuantitas pemakaian air sangat diperlukan untuk menjaga sumber daya air. Mengingat pentingnya keberadaan dokumen dasar, seperti AD/ ART sebagai dasar panduan dan alat kontrol terhadap kinerja pengelolaan air bersih, maka sebaiknya setiap pengelola air bersih sistem komunal melengkapi dokumen-dokumen tersebut. Selain itu pengelola juga harus membuat Laporan Tertib Eklsternal secara reguler untuk
diberikan kepada pihak-pihak yang dapat mengaudit hasil laporan tersebut secara independen, seperti LKMD, Kepala Desa, dll. Pengelola air bersih harus mengintensifkan komunikasi dengan pelanggan dalam menyusun rencana pengelolaan, menginformasikan kondisi keuangan dan kendala-kendala yang dihadapi di lapangan. Dengan demikian, masyarakat juga dapat memberi masukan kepada pengelola untuk peningkatan kinerja penyediaan air bersih. Sebagian dari penerimaan air sebaiknya diinvestasikan untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan sarana/ prasarana air bersih seperti mengikuti pelatihan/ seminar, dll. 5.2 Kelemahan Studi dan Saran Studi Lanjutan Dalam melakukan studi ini, terdapat beberapa kelemahan yang menjadi kekurangan dalam penelitian ini. Kelemahan tersebut antara lain: Belum dapat disimpulkan bentuk penyediaan air bersih yang efektif untuk kota kecil karena dalam penelitian ini hanya didasarkan pada sisi penyedia pelayanan air bersih saja Umur pengelolaan air bersih sistem komunal baru sekitar 1-2,5 tahun sehingga belum diketahui keberlanjutannya Pelayanan air bersih Kota Soreang dan Banjaran terletak dalam wilayah cabang yang sama sehingga tidak dapat dijabarkan perbedaan pelayanan PDAM di kedua kota tersebut. Beranjak dari kelemahan penelitian dan temuan studi dalam penelitian ini, maka dapat dikembangkan penelitian lain yang berkenaan dengan: Mengingat bahwa penelitian ini hanya didasarkan pada sisi penyedia pelayanan, maka dapat dilakukan studi mengenai bentuk penyediaan air bersih yang paling efektif untuk kota kecil berdasarkan karakteristik masyarakat
Mengingat bahwa penyediaan air bersih merupakan bentuk pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, maka dapat dilakukan studi tentang preferensi prioritas kriteria pelayanan air bersih menurut masyarakat di kota kecil Mengingat penilaian kinerja PDAM dan sistem komunal dalam penelitian ini berfokus pada keunggulan dan kelemahan dalam setiap kriteria kinerja, maka untuk selanjutnya dapat dilakukan studi mengenai evaluasi kinerja masing-masing PDAM/ sistem komunal secara keseluruhan dengan melakukan penaksiran (appraisal)/ memberi rating Mengingat bahwa keberhasilan pengelolaan air bersih sistem komunal berada pada pihak masyarakat itu sendiri, maka dapat dilakukan studi lebih lanjut mengenai tingkat partisipasi warga dalam penyediaan air bersih di kota kecil.