BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupan. Karene dari sepanjang perjalanan manusia pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri,

BAB I PEDAHULIAN. memberikan informasi kepada siswa terkait pembentukan konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal [1]).

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa depan suatu bangsa terletak pada keberhasilan generasi muda dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan alat terbaik untuk melahirkan generasi baru lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan prediksi dan imajinasi agar kita dapat mengantisifasi perubahan. lingkungan yang serba cepat (Ariffudin Arif, 2008:133).

BAB I PENDAHULUAN. Kaum muslimin sangat memperhatikan thaharah bahkan ulama fiqih. menganggap thaharah merupakan salah satu syarat pokok sahnya ibadah

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan sebagai orang yang memiliki harapan tinggi terhadap staff dan para siswa.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks, meliputi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Quran menjelaskan bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai dua fungsi yang

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

BAB III METODE PENELITIAN. data yang ada dalam ini adalah upaya guru PAI dalam pengembangan. data untuk memberi gambaran penyajian laporan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Gorontalo yang berstatus

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif kualitatif, suatu penelitian yang menggambarkan sifat-sifat atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh M. Sobry Sutikno dalam

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga dari kebodohan dan kemiskinan. Pendidikan diyakini mampu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Sekolah atau Madrasah harus diperhatikan dan ditingkatkan menjadi

Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur an(tpq) Tahun Pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. berdaya saing tinggi, dalam pergaulan nasional maupun internasional. Apalagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan Islam di Indonesia, pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan Hadis dan merancang segenap kegiatan pendidikannya. 2. madrasah, yakni pendidikan Islam yang diselenggarakan di lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh maju mundurya pendidikan di suatu Negara tersebut. Bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB II METODOLOGI. kualitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah proses penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

2. BAB II TINJAUAN UMUM

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN DI AL WUSTHO ISLAMIC DIGITAL BOARDING COLLEGE CEMANI SUKOHARJO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lewat peperangan, seperti Mesir, Irak, Parsi dan beberapa daerah lainnya. proses Islamisasi itu adalah pendidikan.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

Penelitian ini tidak tergolong kepada penelitian kuantitatif karena tujuan pokok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang memengaruhi pertumbuhan individu (Sub Koordinator MKDP,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Abd A la dalam bukunya pembaruan pesantren menyebutkan. bahwa:

BAB III METODE PENELITIAN

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. research) dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat dipandang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada Bab III ini dijelaskan pendekatan dan metode penelitian, subjek dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan deskripsi dari objek penelitian. Metodologi penelitian merupakan

BAB 3 METODOLOGI PENELITITAN. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan peran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif, ini diharapkan temuan-temuan

BAB III METODE PENELITIAN. (Qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

BAB V PEMBASAHAN. paparkan di bab I,IV, dan VI, di Tehap selanjutnya adalah pembahasan. Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dalam kondisi terkendali dan dimanipulasi.

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi metode

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pertama, penulis bermaksud mengembangkan konsep pemikiran,

BAB III METODE PENELITIAN. Latar atau tempat penelitian ini berlokasi di desa Limehe Timur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu untuk dapat bersaing di zaman yang semakin maju. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan. Di sini subjek dipandang secara holistik (menyeluruh) dengan cara

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. di artikan mampu memiliki tanggung jawab moral dari segala perbuatannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kepemimpinan

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat faktual secara sistematis dan akurat. Sebagaimana dinyatakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk pulalah masyarakat muslim. Dengan terbentuknya masyarakat muslim

BAB III METODE PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Menurut Darmadi (2013:153), Metode

BAB I PENDAHULUAN. tertua sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili Islam tradisional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Menurut G.R. Terry

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran

BAB III METODE PENELITIAN. memahami fenomena terikat dengan nilai-nilai yang dibawa peneliti dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan perkembangan dan perwujudan individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan menjadi aspek yang paling mendasar terhadap penentuan moral, ketika terjadi krisis moral maka hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakat sebagai peserta didik. Maka dari itu, pendidikan merupakan elemen yang sangat signifikan dalam menjalani kehidupan. Karene dari sepanjang perjalanan manusia pendidikan merupakan barometer untuk mencapai maturasi nilai-nilai kehidupan. Pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang di didik. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 bab 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dengan demikian pendidikan merupakan segala upaya yang dilakukan untuk mengembangkan potensi jasmani dan rohaninya kearah kesempurnaan peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan, atau dapat dikatakan pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang cakupannya salah

satu komponen pendidikan yang berperan penting dalam menentukan arah tujuan, sisi dan proses adalah kurikulum. Kurikulum adalah komponen yang penting dan merupakan alat pendidikan yang sangat vital dalam kerangka sistem pendidikan nasional. Setiap institusi pendidikan baik formal maupun non-formal, harus memiliki kurikulum yang sesuai dan serasi, tepat guna dengan kedudukan, fungsi dan peranan serta tujuan lembaga tersebut. Di Indonesia terdapat beberapa jenis lembaga pendidikan yang terdiri dari lembaga pendidikan formal, non formal dan informal. Salah satu pendidikan non formal adalah pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai sejarah panjang. Peserta didik yang berada di pesantren disebut santri yang umumnya menetap di pesantren. Ditinjau dari segi historisnya, pondok pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia. Tegak berdirinya sebuah pesantren sekurang-kurangnya harus di dukung oleh lima unsur atau elemen. Menurut Zamakhsyari Dhofier pesantren memiliki lima elemen utama yaitu pondok (tempat tinggal santri), masjid, pengajian kitab-kitab klasik/kitab kuning, santri dan kiai (Zamakhsyari Dhofier, 1983:44). Jika dilihat dari proses munculnya atau lahirnya sebuah pesantren, maka elemen kelima itu urutannya adalah kyai, masjid, santri, pondok, dan pengajaran kitab-kitab islam klasik. Pesantren merupakan bagian dari pendidikan nonformal. Menurut H. D. Sudjana S (2010:33), bahwa pendidikan nonformal proses pembelajarannya menggunakan pendekatan bervariasi, diantaranya ialah pendekatan kontinum dari

pedagogi ke androgogi atau sebaliknya. Pedagigi adalah ilmu dan seni mengajar anak-anak, sedangkan androgogi adalah ilmu dan seni membantu orang dewasa melakukan kegiatan belajar. Menurut peraturan pemerintah no 55 tahun 2007 bab 1 pasal 1 ayat 4 tentang pendidikan agama dan keagamaan yang berbunyi Pesantren atau pondok pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya. Perkembangan dan perubahan pesantren akan terus berjalan sesai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut bahwa pondok pesantren sekarang ini banyak melakukan perubahan-perubahan dalam segi bangunan, santri dan kurikulum yang dikembangkan di sana. Adanya kurikulum sebuah pesantren terlihat dari pengajaran kitab kuning yang diterapkan di sana. Kitab kuning ini merupakan salah satu ciri dari sebuah pesantren, karena kitab kuning merupakan salah satu ciri dari sebuah pesantren, karena kitab kuning merupakan bagian dari elemen pesantre Seiring berjalannya waktu, bahwa di beberapa pesantren telah melakukan penambahan materi, struktur bangunan dan penambahan lembaga pendidikan seperti sekolah atau universitas, gejala ini muncul diawal tahun 70-an. Pengembangan tersebut bisa di lihat dari elemen pesantren atau komponenkomponen pesantren, salah satunya yaitu mengenai pengembangan kurikulum. Salah satu pesantren yang melakukan pengembangan kurikulum adalah pesantren

Mambaul Ulum As-Salafiyyah yang berada di ciherang wanayasa, purwakarta. Berdasarkan pengamatan pada studi pendahuluan pada tanggal 21 oktober 2012, bahwa pondok pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah yang berada di ciherang wanayasa, purwakarta terlihat adanya penambahan materi umum seperti adanya mata pelajaran. bahasa inggris, musik (kesenian), dan keorganisasian. Menurut salah satu pengurus santri (ketua dewan santri) igun inayatillah, bahwa pondok pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah telah menambah beberapa mata pelajaran tersebut sejak tahun 2008. Hal tersebut diperjelas oleh salah satu santri Mambaul Ulum As-Salafiyyah tidak hanya mengkaji ilmu-ilmu agama dan kitabkitab kuning (klasik) saja tapi ada penambahan mata pelajaran lainnya seperti bahasa inggris, musik (kesenian), keterampilan, dan keorganisasian. Adapun guruguru yang mengajarkan mata pelajaran tambahan tersebut salah satu dewan pengajar di Pondok pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah yaitu Ky.H. Anhar Haryadi yaitu salah satu menantu Ky.H. Ma mun Munawar (Pemiliki pondok pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah ) sengaja mendatangkan guru-guru yang berpengalaman dalam mata pelajaran tersebut. Metode yang di lakukan meliputi diskusi dengan para pengurus dan para santrinya. Melihat fenomena di atas bahwa ada beberapa pembeda tentang kurikulum yang dikembangkan di pesantren dengan pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah lain pada umumnya. Namun demikian ada beberapa permasalahan yang terjadi di pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah. Salah satu contohnya yaitu mengenai waktu pembelajaran yang disediakan oleh pesantren, kurang optimalnya lokasi waktu yang dirancang dalam pelaksanaannya. Selain itu masih kurangnya

rancangan dalam pengembangan kurikulum, kurikulum tidak terekomendasikan dan tujuan pembelajaran tidak jelas (pengamatan pada tanggal 21 Oktober2012). Dari fenomena diatas, penulis tertarik melakukan penelitian di pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah, ciherang kabupaten purwakarta mengenai : Bagaimana latar alamiah pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah? Bagaimana konsep pengembangan kurikulum pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah, ciherang kabupaten purwakarta? Bagaimana pelaksanaan pengembangan kurikulum pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah, ciherang kabupaten putwakarta? Apa faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan pengembangan kurikulum pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah, ciherang kabupaten purwakarta? Bagaimana hasil yang dicapai dari pengembangan kurikulum pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah, ciherang kabupaten purwakarta? Untuk memecahkan dan menjawab persoalan tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul Pengembangan kurikulum Pesantren (Penelitian di Pondok Pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah Ciherang Purwakarta) A. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan beberapa pertanyaan yang urgen untuk dipertanyakan. Pertanyaan tersebut yaitu: 1. Bagaimana latar alamiah pondok pesantren Mambaul Ulum As- Salafiyyah Ciherang wanayasa, purwakarta?

2. Bagaimana konsep pengembangan pondok pesantren Mambaul Ulum As- Salafiyyah Ciherang wanayasa, purwakarta? 3. Bagaimana pelaksanaan kurikulum pondok pesantren Mambaul Ulum As- Salafiyyah Ciherang wanayasa, purwakarta? 4. Bgaimana faktor pendukung dan penghambat pondok pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah Ciherang wanayasa, purwakarta? 5. Bagaimana hasil penelitian di pondok pesantren Mambaul Ulum As- Salafiyyah Ciherang wanayasa, purwakarta? B. Tujuan Penelitian dan kegunaan Penelitian ini tentang pengembangan kurikulum pesantren yang dilaksanakan di pondok pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah Ciherang wanayasa, purwakarta yang bertujuan untuk: 1. Mengetahui latar alamiah pondok pesantren Mambaul Ulum As- Salafiyyah Ciherang wanayasa, purwakarta. 2. Mengetahui konsep pengembangan pondok pesantren Mambaul Ulum As- Salafiyyah Ciherang wanayasa, purwakarta. 3. Mengetahui pelaksanaan kurikulum pondok pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah Ciherang wanayasa, purwakarta. 4. Mengetahui faktor pelengkap dan pengembangan pondok pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah Ciherang wanayasa, purwakarta. 5. Mengetahui hasil penelitian di pondok pesantren Mambaul Ulum As- Salafiyyah Ciherang wanayasa, purwakarta. Sedangkan kegunaan penelitian yang diharapkan dengan penelitian adalah:

1. Berguna bagi penulis dapat memperdalam keilmuan atau pengetahuan tentang wawasan pendidikan di nusantara ini, terutama kurikulum yang diselenggarakan oleh pondok pesantren Mambaul Ulum As-salafiyah Ciherang wanayasa, purwakarta. 2. Memberikan kontribusi fositif bagi pihak pondok pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah Ciherang wanayasa, purwakarta. 3. Bagi jurusan, fakultas atau almamater, dapat menambah karya ilmiah dan ilmu pengetahuan yang empiris di lapangan dibidang pendidikan non formal khususnya pondok pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyyah Ciherang wanayasa, purwakarta. C. Kerangka pemikiran Secara bahasa pesantren berasal dari kata santri yang mendapat awalan pedan akhiran an yang berarti tempat tinggal para santri. Kata santri sendiri menurut C. C Berg, berasal dari bahasa india shastri yaitu orang-orang yang tahu buku-buku suci agama hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama hindu. Sedangkan menurut A.H Johan menyebutkan bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji. kemudian menurut Nurcholish Madjid kata santri berasal dari bahasa sansakerta yaitu sastri yang bermakna melek huruf (Dhofier, 1984: 18; Madjid, 1997: 20). Ada istilah lain dari pondok pesantren, yaitu istilah dayah atau rangkang atau memasah di aceh. Ada juga istilah surau di minangkabau. Dari berbagai istilah ini, secara nasional lebih dikenal istilah pesantren.

Definisi pesantren yng dikemukakan para ahli juga bermacam-macam. Abdurahman Wahid (1988: 62) mendefinisikan pesantren sebagai tempat dimana santri hidup (a place where santri live). Mastuhu memberi batasan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional islam untuk mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku seharihari (Matsuhu, 1994: 55). Rabithah Ma ahid islamiyah (RMI) mendefinisikan pesantren sebagai lembaga tafaqquh fiddin yang mengemban misi meneruskan risalah Muhammad SAW sekaligus melestarikan ajaran islam. Zamahsyari Dhofier (1994: 3) dalam bukunya yang berjudul tradisi pesantren mendefinisikan pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional islam untuk mempelajari, memahami, menghayati dan mengajarkan ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Sedangkan Sudjoko Prasodjo (1982: 6) mendefinisikan pesantren sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal dimana seorang kiyai atau ustadz mengajarkan ilmu agama islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa arab oleh ulama abad pertengahan, dan para santri umumnya tinggal di asrama pesantren tersebut. Pondok pesantren adalah dari sudut historis-kultur dapat dikatakan training center. Secara otomatis pesantren menjadi cultural center islam yang disahkan dan dilembagakan oleh masyarakat, setidak-tidaknya oleh masyarakat islam sendiri yang secara defakto tidak dapat diabaikan oleh

pemerintah (jamaludin dan Abdullah A,1999: 100). Dalam lembaga pendidikan sekurang-kurangnya harus ada unsur pengajar, anak didik, tempat belajar, dan materi pendidikan. Harus ada sekurang-kurangnya lima elemen untuk dikatakan pesantren yaitu, pondok, mesjid, kyai, santri dan pengajian kitab/kuning (Zamaksyari Dhofier 1982:44). Secara ilmiah belum ada hasil penelitian yang merumuskan tentang tipologi pondok pesantren, tapi dalam pembicaraan umum sering dijumpai pondok pesantren di lihat dari segi aliran, orientasi yang disampaikan kiyai serta sistem pendidikanya dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe yaitu pesantren salaf (tradisional) dan pesantren khalaf (modern). Pondok pesantren salaf atau pesantren tradisional adalah pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab kuning salaf sebagai inti pendidikannya. Pembelajaran yang dilakukan kiyai adalah halaqah berlangsung di mesjid atau mushalla dan metode yang di gunakannya adalah metode bandongan. Pernyataan ini menunjukan bahwa proses pembelajaran kitab kuning yang berlangsung di pondok pesantren salaf tidak mencerminkan sistem kelas sebagaimana yang terjadi pada lembaga pen.didikan madrasah ataupun sekolah umum. Pondok pesantren khalaf di sebut juga pondok pesantren modern karena dalam penyelenggaraan pendidikannya telah memasukan mata pelajaran umumdalam kurikulum madrasah yang dikembangkannya, atau pondok pesantren yang telah mendirikan beberapa lembaga pendidikan

sekolah, baik pendidikan keagamaan, pendidikan umum maupun pendidikan kejuruan. Karena itu, sistem pendidikan yang dikembangkan di pondok pesantren khalaf adalah sistem pendidikan yang menggunakan kelas yaitu proses pembelajarannya berlangsung di dalam kelas sesuai dengan jadwal pelajaran dan perjenjangan masing-masing.walaupun demikian, pondok pesantren khalaf tidak meninggalkan ciri khasnya sebagai pondok pesantren yaitu mengajarkan kitab kuning dengan metode khasnya yaitu sorogan dan bandongan. Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan program tersebut, lembaga pendidikan menyediakan lingkungan pendidikan bagi siswa untuk berkembang. Kurikulum disusun sedemikian rupa yang memungkinkan siswa melakukan beraneka ragam kegiatan belajar. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran, namun meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa. Pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatankesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahanperubahan itu telah terjadi pada diri siswa (Hamalik, 2007: 97). Dalam pengertian tersebut sesungguhnya pengembangan kurikulum adalah proses

siklus, yang tidak pernah berakhir. Proses kurikulum tersebut menurut Hamalik terdapat beberapa proses yang terdiri dari empat unsur yakni : a. Tujuan, mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran b. Metode dan Material: menggambarkan dan mencoba menggunakan metode-metode dan material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan tadi yang serasi menurut pertimbangan guru c. Penilaian: menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan itu dalam hubungan dengan tujuan, dan bila mengembangkan tujuantujuan baru. d. Balikan: umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya. (Hamalik, 2007: 97) Dari pelaksanaan pengembangan kurikulum mencakup beberapa komponen-kompnen kurikulum yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut: a. Tujuan b. Isi/materi c. Strategi d. Evaluasi

Faktor penunjang adalah segala hal yang membantu dan mendukung terhadap pelaksanaan pendidikan dan dalam mencapai tujuan. Sedangkan faktor penghambat adalah segala hal yang dapat mempengaruhi, memperlambat terhadap pelaksanaan pendidikan dan dalam meraih tujuan. Faktor penunjang dan faktor penghambat dapat bersumber dari faktor intern maupun faktor ekstern. Pengkajian terhadap faktor penunjang dan penghambat merupakan usaha untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dari sebuah sistem, sehingga dengan ditemukannya faktor-faktor itu dapat meningkatkan sebuah proses pembelajaran yang efektif dan efisien dalam mengelola lembaga pendidikan yang ada. Kajian mengenai faktor-faktor tersebut akan mempengruhi pada tingkat keberhasilan pengembangan kurikulum, dengan demikian usaha meniru kurikulum akan selalu diukur keberhasilannya dengan upaya meniru pula faktor-faktor penunjangnya, dan meminimalisir faktor-faktor yang menghambatnya. Untuk mempermudah pemahaman bagi pembaca tentang kerangka pemikiran ini, dibuat skema kerangka pemikiran secara sederhana sebagai berikut :

PENGEMBANGAN KURIKULUM PESANTREN (Penelitian di Pondok Pesantren Mambaul Ulum As-Salafiyah Purwakarta) Kebijakan tentang pengembangan kurikulum 1. Pimpinan pesantren 2. Dewan guru 3. Dewan santri Teori tentang pengembangan kurikulum 1. Tujuan 2. Materi 3. Metode 4. evaluasi Kurikulum pesantren Pelaksanaan kurikulum pesantren Pengembangan kurikulum pesantren

D. Langkah-langkah penelitian Dalam langkah penelitian ini dijelaskan tahapan langkah yang dilakukan dalam proses penelitian ini yang meliputi: (1) jenis data, (2) sumber data, (3) metoda dan teknik pengumpulan data, (4) langkah analisis data, dan (5) teknik pemeriksaan uji absah data. Secara rinci kelima tahapan tersebut diurai sebagai berikut: 1. Menentukan Jenis Data Jenis data pokok yang yang dikumpulkan adalah jenis data Kualitatif, yakni data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati yang berkaitan dengan latar alamiah dan pengembangan kurikulum di Pesantren Mambaul Ulum As-salafiyyah ciherang wanayasa, purwakarta. 2. Menentukan Sumber Data a. Lokasi Penelitian menentukan lokasi penelitian merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian lapangan, dalam penelitian ini penulis menentukan tempat penelitian di Pesantren Mambaul Ulum As-salafiyyah ciherang wanayasa, purwakarta. dengan alasan sebagai berikut : Pertama, Pesantren tersebut sudah lama berdiri sehingga banyak data yang akan diperoleh. Kedua, adanya masalah yang akan diteliti terkait dengan adanya pengembangan

kurikulum di Pesantren Mambaul Ulum As-salafiyyah ciherang wanayasa, purwakarta. b. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif dalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainlain. Kata-kata dan tindakan orang yang dapat diamati atau diwawancarai yang dicatat melalui catatan tertulis atau rekaman dalam penelitian ini merupakan sumber data utama, dengan menggunakam teknik sampling, yaitu dengan cara mewawancarai kepada pihak pimpinan pesantren sebagai Key Informan, kemudian diikuti dengan snow Ball Process, yaitu sumber data berikutnya diperoleh dari key informan tersebut secara bergulir, dan baru dihentikan apabila terjadi pengulangan informasi. Selain itu, penelitian ini menggunakan data tambahan berupa dokumen, arsip, buku-buku referensi, dan sumber data lainnya yang dapat menunjang terhadap sumber data penelitian mengenai Pesantren Mambaul Ulum Assalafiyyah ciherang wanayasa, purwakarta. 3. Menentukan Metode dan Teknik Pengumpulan Data a. Menentukan metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yakni metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan masalah yang sedang terjadi atau berlangsung secara rinci apa adanya.

b. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data yaitu: 1) Teknik Observasi Parsitisipasi 2) Observasi yang dilakukan yaitu observasi partisipasi aktif yang bertujuan untuk memperoleh informasi dan data-data tentang pengembangan kurikulum di pesantren Mambaul Ulum As-salafiyyah ciherang wanayasa, purwakarta. 3) Teknik Wawancara Teknik wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan Key Informan, dalam hal ini pimpinan pesantren. Wawancara menggunakan model wawancara terbuka; untuk mengmpulkan data tentang masalah pokok yang diteliti. 4) Teknik Dokumentasi atau Teknik Menyalin Teknik ini digunakan untuk mengetahui data tertulis mengenai Pesantren dan setting penelitian lainnya seperti data ustadz atau tenaga pengajar, santri serta dokumnen sejarah berdirinya. Melalui proses penelusuran dokumen, buku-buku referensi, data yang ada dijadikan bahan data pokok dan data tambahan untuk melengkapi. 4. Analisis Data Analisis Data yang dilakukan yaitu analisis kualitatif. Adapun tahapan langkah analisis yang dilakukan yaitu:

a. Unitisasi: yaitu pemprosesan satuan. Dalam unitisasi ini, terdapat langkah-langkah yang dilakukan Yaitu : 1) Mereduksi data, maksudnya yaitu memilih data dari berbagai sumber yang relevan dengan data yang di inginkan. 2). Memberi Kode, Maksudnya memberi Kartu Indeks yang berisi satuansatuan, kode-kode dapat berupa penandaan sumber asal satuan seperti catatan lapangan, penandaan lokasi, dan penandaan cara pengumpulan data. b. Kategorisasi data Yaitu proses pengelompokan data yang telah terkumpul dalam kategorisasi ini. Ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu diantaranya: 1) Mereduksi data, maksudnya memilih data yang sudah dimasukan kedalam satuan dengan cara membaca satuan yang sama. Jika tidak sama maka akan disusun kembali untuk membuat kategori baru. 2). Membuat koding, maksudnya memberikan nama atau judul terhadap satuan yang mewakili entri pertama dari kategori. 3) Menelaah Kembali seluruh Kategori 4) Melengkapi data-data yang telah terkumpul untuk ditelaah dan dianalisis. c. Penafsiran data

Penafsiran dilakukan dengan cara memberi penafsiran-penafsiran logis dan empiris berdasarkan data yang terkumpul selama penelitian. Tujuan yang akan dicapai dalam penafsiran data ialah deskripsi semata-mata dengan menggunakan teori pengembangan kurikulum sebagai alat sistematisasi analisis. 5. Uji Keabsahan Data Agar hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka data yang terdapat pada hasil penelitian ini perlu diuji keabsahannya. Untuk itu maka perlu dilakukan pemeriksaan kembali terhadap data-data yang telah terkumpul dengan kriteria kepastian logika, dapat dipertanggungjawabkan, dengan proses kerteralihan dan ketergantungan secara relevan sesuai dengan keakuratan data yang diperoleh, serta menggunakan teknik pemeriksaan kembali terhadap keabsahan data tersebut. Adapun langkah pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut sebagai berikut : a. Perpanjangan keikutsertaan, hal ini dilakukan agar peneliti tidak merasakan asing di lokasi penelitian serta menghitung distorsi yang mungkin dapat mengotori data. Perpanjangan keikutsertaan yang dilakukan dengan tinggal di lokasi penelitian dan terlibat dalam berbagai kegiatan dalam waktu kurang lebih tiga bulan yaitu dari bulan oktober sampai dengan bulan desember, b. Ketekunan pengamatan, maksudnya untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau

isu yang sedang di cari, diteliti, untuk memperdalam dan mengarahkan data supaya lebih terfokus. Hal ini dilakukan dengan cara pengamatan terhadap berbagai aktivitas dalam proses pembelajaran di Pesantren, mencatat serta merekam hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, dengan maksud memperdalam dan lebih terfokus. c. Triangulasi, yaitu dengan pengecekan hasil wawancara dan pengamatan kepada sumber yang berbeda serta membandingkan data hasil penelitian dokumen dengan pengamatan serta dengan melalui wawancara. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi dis informasi dalam melakukan penelitian ini.. d. Pemeriksaan teman sejawat, dilakukan dengan cara didiskusikan kepada dosen pembimbing atau kepada teman mahasiswa yang sama sedang melakukan penelitian mengenai hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh untuk memperbaiki dan melengkapi hasil sementara penelitian. e. Analisis kasus negative: dilakukan dengan cara mengumpulkan contoh-contoh serta kasus-kasus yang tidak sesuai dengan dengan pola dan kecenderungan informasi yang terkumpul untuk digunakan sebagai bahan pembanding. f. Kecukupan referensi, dilakukan dengan cara mengumpulkan data sebanyak-banyak terkait dengan setting dan fokus penelitian. Melengkapinya dengan cara menanyakan langsung kepada pihak

pimpinan Pesantren, serta mencari informasi dari sumber lain, termasuk referensi dari sumber tertulis. g. Pengecekan anggota, dilakukan dengan cara memeriksa dan melaporkan data hasil penelitian kepada sumbernya (pihak pimpinan pesantren), guna menyamakan persepsi antara peneliti dengan pihak sumber yang diteliti. h. Uraian rinci, dilakukan dengan cara melaporkan hasil penelitian secara rinci dan lebih cermat, dimaksudkan agar proses keteralihan informasi seperti yang terdapat di lokasi. i. Auditing untuk kriteria kebergantungan, proses auditing dilakukan dengan cara berkonsultasi dengan auditor (pembimbing) untuk menentukan apakah penelitian ini perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan sesuai dengan lengkap tidaknya data yang terkumpul. j. Auditing untuk kriteria kepastian, proses auditing dilakukan dengan cara memeriksakan data atau mengadakan klarifikasi data yang terkumpul kepada subjek penelitian, dalam hal ini kepada pimpinan pesantren Mambaul Ulum As-salafiyyah Bukti keabsahan data hasil dari pemeriksaan data tersebut dibuktikan dengan surat persetujuan atau pernyataan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan sebenarnya dari Pimpinan Pesantren.

C. Kajian Pustaka dan Hasil Penelitian yang Relevan Untuk lebih memperdalam kajian mengenai pengembangan kurikulum pesantren Mambaul Ulum As-salafiyah, ciherang kabupaten purwakarta ini telah dikaji beberapa pustaka yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya: 1. Buku pengembangan kurikulum, karangan Prof. Dr. Nana Syaodih sukmadinata ; buku ini berisi tentang pengertian pengembangan kurikulum dari berbagai ahli, teori dan pelaksanaan pengembangan kurikulum dll. Diterbitkan oleh Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung tahun 2005. 2. Buku tradisi pesantren, karangan Zamaksyari Dofier; buku ini berisi pengertian pesantren, macam-macam pesantren, pelaksanaan kurikulum pesantren dll. Diterbitkan oleh LP3ES, Jakarta tahun 1982. 3. Skripsi Sarjana Kependidikan Islam tahun 2011; dengan judul pengembangan kurikulum pesantren. Isi pokoknya adalah mengenai pengembangan kurikulum pesantren di pesantren Al-Muhajirin, cileunyi Bandung.