KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN ALIRAN FDI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

I. PENDAHULUAN. mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Permodalan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

Oleh : Ir. Hervian Tahier Wakil Ketua Umum

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem. perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya,

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

PENDAHULUAN. mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

Perekonomian Suatu Negara

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

Boks 2 SURVEI INDIKATOR PERBANKAN RIAU TAHUN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada hambatan. Hal tersebut memberi kemudahan bagi berbagai negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

VII. SIMPULAN DAN SARAN

Herdiansyah Eka Putra B

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara emerging economy. berkembang pembangunan ekonomi dan penerapan demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

1. PENDAHULUAN. Tragedi serangan teroris ke gedung World Trade Center (WTC) Amerika

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan pasti melakukan kegiatan konsumsi. Kegiatan konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERSPEKTIF IKLIM INVESTASI DI INDONESIA

Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

BAB I PENDAHULUAN. tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semenjak merdeka 1945 hingga 1966 atau selama pemerintahan Orde Lama,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

Transkripsi:

RESUME JUDUL SKRIPSI KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN ALIRAN FDI (Foreign Direct Investment) DI TENGAH ANCAMAN KRISIS EKONOMI GLOBAL TAHUN 2008 DISUSUN OLEH GAFUR DJALI 151050018 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 2012

ABSTRAK Krisis ekonomi AS dan resesi ekonomi global ternyata tidak berdampak negatif terhadap perkembangan arus investasi asing langsung (FDI) di Indonesia pada tahun 2008. Realisasi investasi asing langsung (FDI) di Indonesia pada tahun 2008 tumbuh positif dikarenakan ketepatan pemerintah dalam mengantisipasi dampak resesi global sehingga menghadirkan sentiment positif investor untuk tetap merealisasikan investasinya di Indonesia. Pemerintah juga mampu memberi kepastian hukum yang pro-pasar (investasi) dan menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri, sehinga para investor yakin untuk merealisasikan investasinya atau tetap memilih berinvestasi di Indonesia. Kata kunci: Kebijakan pemerintah, FDI (foreign direct investment), krisis ekonomi global, krisis finansial, investasi asing, kridit perumahan (subprime morgage),

Tahun 2008 adalah tahun berat dalam perekonomian dunia. Diwarnai dengan beberapa hal fundamental dalam ekonomi seperti (Fruktuasi harga komoditi primer) kenaikan harga minyak, krisis pangan, dampak pemanasan global, dan krisis keuangan AS (Amerika Serikat). Titik kulminasi terjadi pada krisis AS, krisis ini kemudian menjelma menjadi krisis keuangan global. Namun, dari kesemua aspek di atas krisis keuangan AS yang menghadirkan kepanikan bersama baik pada level negara maupun pelaku usaha secara global. Hal tersebut dikarenakan ekonomi AS menyumbang 25% dari total produk domestik bruto dunia. Sehingga penurunan ekonomi AS dapat memberikan dampak negatif bagi perkembangan ekonomi global secara menyeluruh. Hal tersebut memberikan sinyal (indikator) akan adanya penurunan pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh disegala bidang terutama sektor finansial dan sektor riil. Tidak terkecuali akan berdampak pula pada arus pertumbuhan investasi asing langsung (FDI) di Indonesia selama kurun waktu 2008. Berdasar situasi tersebut banyak pihak yang pesimis terhadap perkembangan ekonomi terutama perkembangan investasi asing langsung di Indonesia tahun 2008. Perekonomian Indonesia tahun 2008 secara umum mengalami penurunan, menurut laporan tahunan yang dikeluarkan BI (Bank Indonesia) Pertumbuhan ekonomi tahun 2008 turun dua point dari sebelumnya 6,3% pada 2007 menjadi 6,1% pada tahun 2008. Atau meleset Sembilan point dari proyeksi sebelumnya yaitu 7% pertahun. Bagaimana upaya pemerintah Indonesia dalam menangulangi dampak resesi ekonomi global sehingga terjadi peningkatan investasi asing langsung (FDI) yang masuk di Indonesia pada tahun 2008?

Pada penulisan skripsi ini, untuk dapat mendiskripsikan objek penelitian maka penulis menilai ada beberapa pendekatan yang mampu dijadikan landasan teori untuk menjawab pertanyaan utama dalam penelitian ini. Pertama, penulis menggunakan pendekatan Hipotesis Instabilitas Finansial (HIF) oleh Hyman P.Minsky. Penggunaan pendekatan ini bertujuan untuk memahami secara mendasar latarbelakang terjadinya krisis finansial di AS yang berimbas pada resesi global. Pada dasarnya HIF memandang krisis/resesi finansial bersumber dari faktor endogen (internal) sistem ekonomi/kapitalisme. Internasionalisasi pasar finansial dimana intensitas perputaran modal semakin mudah dengan hadirnya perangkat teknologi maupun lembaga-lembaga sekuritas. Kemajuan teknologi mendorong pasar finansial maju begitu pesat. Eksperimen dan inovasi kemudian menjadi hal dominan. Hasilnya, sejalan dengan pendapat Minsky, bahwa Instabilitas merupakan faktor endogen. Kedua, Penulis menggunakan pandangan John Maynard Keynes tentang Intervensi Pemerintah dalam ekonomi. Pandangan Keynes berpendapat bahwa dalam keadaan krisis (unequilibrium) maka dibutuhkan campur tangan atau intervensi pemerintah untuk mendinamiskan ekonomi kembali pada titik equilibrium lewat kebijakan (strukturisasi, regulasi atau deregulasi). Fungsinya untuk menstabilkan sektor finansial dan mendorong pertumbuhan sektor riil. Jadi, kedua pendekatan di atas memiliki relasi yang cukup sinergis dalam menjelaskan objek penelitian. Pendekatan HIF (Minsky) menjelaskan faktor terjadinya krisis finansial AS yang kemudian berdampak pada resesi ekonomi global. Situasi tersebut menghadirkan respon beragam dari berbagai Negara.

Pada umumnya banyak Negara mengadopsi pandangan Keynes (Intervensi Pemerintah) hal ini mengandung dua tujuan mendasar yaitu stabilitas ekonomi dan perkembangan ekonomi sektor riil, termasuk investasi asing langsung (FDI). Tujuannya adalah menciptakan lapangan kerja sehingga pertumbuhan ekonomi Negara kembali stabil dan dinamis. Komitmen Negara dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi termasuk dari sektor riil merupakan sinyalemen positif bagi investor, menjadikan investor tertarik dalam berinvestasi. Dalam berinvestasi, investor menerapkan hukum ekonomi klasik yaitu untuk mendapatkan keuntungan yang optimal agar selanjutnya dapat melakukan ekspansi ke sektor lainnya. Penulis menilai kedua pendekatan di atas mampu menjelaskan fenomena resesi ekonomi global dan perkembangan FDI di Indonesia tahun 2008. Krisis ekonomi AS dan resesi ekonomi global ternyata tidak berdampak negatif terhadap perkembangan arus investasi asing langsung (FDI) di Indonesia pada tahun 2008. Realisasi investasi asing langsung (FDI) di Indonesia pada tahun 2008 tumbuh positif dikarenakan ketepatan pemerintah dalam mengantisipasi dampak resesi global sehingga menghadirkan sentiment positif investor untuk tetap merealisasikan investasinya di Indonesia. Pemerintah juga mampu memberi kepastian hukum yang pro-pasar (investasi) dan menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri, sehinga para investor yakin untuk merealisasikan investasinya atau tetap memilih berinvestasi di Indonesia. Implikasi intervensi (kebijakan-regulasi) yang diterbitkan pemerintah cukup mampu menciptakan kepercayaan bagi investor untuk merealisasikan investasinya di

Indonesia. Perkembangann Investasi Asing Langsung (FDI) seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya mengalami peningkatan, meski domistik sangat rentan terhadap bahaya krisis finansial global. Kepercayaan investor tersebut tidak datang tiba-tiba, seiring kebijakan yang dibuat pemerintah, melainkan ketepatan kebijakan yang menjadi faktor utama yang mendorong terciptanya stabilitas ekonomi domestik, sehingga investor yakin untuk tetap merealisasikan investasinya. Secara umum ada tiga faktor utama yang dapat dijadikan landasan terciptanya stabilitas ekonomi domestik. Faktor tersebut antara lain: Pertama, Kepastian hukum. Aspek kepastian hukum sudah menjadi harga mati bukan hanya untuk investor tetapi juga untuk pelaku ekonomi secara umum. Hukum menjadi aturan yang berfungsi untuk mengatur dan mengawasi berjalannya kegiatan ekonomi. Keterlambatan dalam pengupayaan penerbitan hukum akan juga berdampak pada keterlambatan kegiatan ekonomi. Atau pada tataran yang paling ekstrim, kelonggaran hukum dapat menjadi celah untuk melakukan tindakan curang yang hanya menguntungkan segelintir orang. Masuknya Indonesia pada organisasi-organisasi perdagangan dunia baik secara regional maupun multilateral seperti GATT, AFTA, WTO, memuat konsekuensi deregulasi dan restrukturisasi. Artinya dalam ekonomi, doktrin invisible hand menjadi luntur dan peran pemerintah tetap dibutuhkan bukanhanya dalam keadaan krisis namun juga dalam keadaan stabil. Pemerintah Indonesia merespon resesi ekonomi glbal dengan menerbitkan beberapa peraturan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional dan meredam dampak

negatif krisis global tersebut. Bila dipehatikan dengan seksama keseluruhan paket kebijakan yang di keluarkan pemerintah tersebut secara hirarkis hukum tata negara merupakan produk dari eksekutif. Hal tersebut dapat menjadi salah satu indikasi kuat intervensi pemerintah dalam ekonomi, mengingat pada umumnya kebijakan pemerintah memerlukan legitimasi (persetujuan) dari parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai legislator. Kedua, Kecukupan dan keamanan modal. Kegiatan ekonomi yang meliputi produksi, distribusi dan konsumsi sangat bergantung pada kecukupan modal. Bila modal berkurang akan berpengaruh pada minimnya pembiayaan ekonomi. Selain itu, dana yang telah tersimpan atau mampir di bank atau dalam bentuk surat berharga lainnya membutuhkan jaminan keamanan. Bila sewaktu-waktu krisis perbankan akan memicu penarikan nasabah secara bersamaan, hal tersebut akan sangat menyulitkan lembaga intermediasi ekonomi seperti yang pernah terjadi pada tahun 1997 lalu. Modal tersebut pada umunya akan disalurkan dalam bentuk kredit ke pihak ketiga. Kredit dapat berupa kredit usaha atau kredit konsumsi. Investor juga sangat memperhatikan sirkulasi kredit tersebut, karena kredit usaha atau kredit konsumsi dapat menjadi salah satu indikator perkembangan ekonomi. Bila kredit usaha berjalan lancar artinya produktifitas masyarakat meningkat, hal ini akan berimbas pada peningkatan daya beli dan nilai sempanan masyarakat yang juga ikut meningkat. Itu adalah peluang bagi investasi asing langsung (FDI) untuk mengakses permodalan yang bersumber dari dalam negari dan juga untuk peningkatan daya serap pasar domestik kerena produktifitas, pendapatan dan daya beli masyarakat yang meningkat.

Selain dari lemabaga intermediasi ekonomi, ada juga indikator kecukupan dan keamanan modal yang bersumber dari pemerintah yaitu cadangan devisa. Cadangan devisa Indonesia naik dari USD.42,6 miliar pada tahun 2006 menjadi USD.56,9 miliar pada 2007, bahkan pada Maret 2008 telah mencapai USD.60 miliar. Cadangan devisa yang besar serta lemabaga intermediasi yang sehar dapat membuat investor semakin yakin untuk merealisasikan investasnya di Indonesia. Ketiga, Daya beli pasar domestik. Di tengah melesunya pemintaan pasar internasional (ekspor) membuat pasar domestik menjadi sasaran potensial. Indonesia dengan sekitar 230 juta jiwa merupakan pasar yang sangat potensial. Ini adalah peluang sekaligus tantangan bagi pemerintah untuk dapat mengelola dan menatanya. Meski ditopang oleh jumlah penduduk yang besar, pasar domestik tidak sertamerta dapat menjadi sasaran utama. Keungulan pasar domestik sangat tergantung pada daya beli masyarakat. Sedangkan daya beli masyarakat sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatannya. Karena pada satu sisi, penurunan ekspor berdampak pada pelemahan industri orientasi ekspor, sehingga pendapatannya menurun dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk menekan biaya produksi dan tetap bertahan sembari melirik potensi pasar domestik. Pendapatan riil per kapita meningkat dari Rp.8.319.000 pada tahun 2006 menjadi Rp.8.725.000 pada tahun 2007. Di sektor ketenagakerjaan tingkat pengangguran terbuka menurun dari 10,3% (10,9 juta orang) pada tahun 2006 menjadi 9,1 persen (10,0 juta orang) pada tahun 2007. Sedangkan jumlah penduduk miskin berkurang sebanyak 2,1 juta orang pada tahun 2008.

Berdasar pada indikator-indikator tersebut, maka cukup beralasan bila pasar domestik menjadi primadona investor untuk menjaual hasil industrinya, meski perlu disadari terjadi penurunan kapasitas produksi (pendapatan perusahaan) disebapkan lesunya permintaan pasar intenasional (ekspor). Ketiga point tersebut menurut penulis merupakan faktor-fakror cukup penting yang menciptakan stabilitas ekonomi, terutama terkait komitmen dan perkembangan realisasi investasi asing langsung (FDI) Indonesia tahun 2008.