BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lina Nurlaelasari, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Ketrampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk bergaul dan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KONTROL DIRI PADA PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 2 KUTASARI, PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2. Faktor pendidikan dan sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB II LANDASAN TEORI. potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Definisi keluarga broken home menurut Gerungan (2009:199) adalah:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini yang diproritaskan adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

PROFIL KONTROL DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI KELAS XI SMA NEGERI 1 RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR. Oleh: Resci Nova Linda*)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Pelajar SMP dan SMA dalam ilmu psikologi perkembangan disebut. laku remaja sehari-hari, baik di rumah, di sekolah maupun di dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rinci masa remaja dibagi ke dalam 3 tahap yaitu: usia tahun adalah masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja adalah masa pencarian nilai-nilai hidup. Dalam situasi demikian

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

2015 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM MENGURANGI PERILAKU KEKERASAN PADA SISWA KELAS VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH AISYAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN. Pertengahan September 2013 dunia dihebohkan dengan berita terbunuhnya

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN. telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB I PENDAHULUAN. maupun mentalnya. Dalam hal ini dia membutuhkan sekali orang yan mampu

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.

BAB I PENDAHULUAN. No. Skripsi : 091/S/PPB/2013 pertengahan dan akhir masa anak-anak.

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi yang dimilikinya.oleh karena itu, sangat diperlukan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai

BAB IV ANALISIS. pendidikan agama Islam dalam meningkatkan pengendalian diri peserta didik di

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas masalah-masalah berujung pada konflik-konflik dan rintangan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN PERILAKU KENAKALAN REMAJA SISWA KELAS VII SMPN 2 PAGERWOJO TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Konformitas teman sebaya pada remaja yang masih bersekolah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa dimana perasaan remaja lebih peka, sehingga menimbulkan jiwa yang sensitif dan peka terhadap diri dan lingkungannya. Remaja menjadi seseorang yang sangat mempedulikan dirinya sendiri sehingga tidak menyukai hal-hal yang mengganggu identitas para remaja. Remaja untuk mempertahankan identitasnya seringkali kehilangan kontrol diri Remaja yang tidak ingin terganggu jati dirinya, terkadang kehilangan kendali dalam diri sehingga lebih cenderung mengikuti nafsu yang muncul dalam diri. Remaja lebih suka menyendiri dan menutup diri dari keluarga dan lingkungan. Terjadinya perkelahian ataupun pertengkaran dengan orang lain merupakan salah satu akibat dari ketidakmampuan remaja dalam mengontrol diri. Pada media elektronik (www.kompas.com) pada tanggal 4 Mei 2012 terjadi tawuran yang menyebabkan seorang pelajar tewas dan dua orang kritis. Sumber lain menyebutkan (www.liputan6.com), pada tanggal 26 januari 2012 terjadi kasus perkelahian pelajar di sebuah kota besar di Indonesia. Perkelahian Pelajar yang dikenal dengan tawuran pelajar merupakan suatu hal yang sering terjadi sehingga masyarakat mulai jengah mendengar berita mengenai tawuran pelajar. Tawuran pelajar seringkali terjadi karena solidaritas antar pelajar yang merasa harus ikut dalam tawuran untuk membantu teman, namun jika para remaja dapat mengontrol diri tidak ikut terdorong oleh ajakan teman, tawuran pelajar dapat dihindarkan. Persiapan seorang remaja ke arah kedewasaan didukung oleh kemampuan dan kecakapan kecakapan yang dimiliki. Remaja berusaha membentuk dan memperlihatkan identitas diri yang menjadi ciri-ciri yang khas dari diri. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri pada para remaja sering sekali berlebihan disertai oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Remaja dapat melakukan kegiatan yang didasari oleh kesukaan yang sama antar anggota kelompok sebayanya. Di antara kelompok 1

2 sebaya remaja mengadakan pembagian peran. Remaja patuh terhadap peran yang diberikan oleh kelompok pada dirinya, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Kenakalan remaja digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri dalam tingkah laku. Tingkah laku yang muncul karena tidak adanya kemampuan untuk mengontrol perilakunya menjadi kenakalan remaja yang merugikan diri dan orang lain. Dibutuhkan kontrol diri agar tingkah laku remaja dapat terkontrol dan hal-hal seperti kenakalan remaja yang merugikan diri sendiri dan orang lain dapat dicegah. Kebanyakan remaja mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima. Remaja yang melakukan kenakalan tidak mengenali tingkah laku yang tidak dapat diterima. Remaja mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, atau mungkin sebenarnya mengetahui perbedaan antara keduanya namun gagal mengembangkan kontrol yang dimiliki dalam menggunakan perbedaan untuk membimbing tingkah laku. Menurut Louge, A.W. (Juntika : 2005: 69) Self-control as the choice of the large, more delayed outcome. Logue dalam memaknai kontrol diri lebih menekankan pada pilihan tindakan yang akan memberikan manfaat dan keuntungan yang lebih luas dengan cara menunda kepuasan sesaat (choice are delay gratification and immediate gratification) Kontrol diri yang kurang dimiliki oleh remaja menyebabkan tingkah laku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat, dapat menjadi perilaku menyimpang (behavior disorder). Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan remaja terlihat gugup (nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Perilaku menyimpang pada remaja mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Bentuk pencegahan perilaku menyimpang adalah kontrol diri. Kontrol diri dianggap sumber mulia budi pekerti karena dapat membuat diri tenang, tidak terburu-buru, tidak tergesa-gesa, dan tidak ceroboh dalam melakukan segala sesuatu. Kontrol diri, membuat remaja dapat memikirkan secara matang dalam

3 berbuat. Bersikap tenang dalam pengambilan keputusan, sehingga perbuatan yang akan dilakukan tidak akan menyimpang. SMK Negeri 2 Tasikmalaya dikenal dengan nama STM terkenal dengan sejarahnya yang sering terjadi tawuran dengan sekolah teknik swasta di kota Tasikmalaya. Permasalahan lain yang terjadi adalah pencurian dan bolos sekolah. Kondisi kenakalan remaja yang meresahkan pihak sekolah dan masyarakat. Fenomena menunjukkan para peserta didik seharusnya memiliki kontrol diri, namun pada kenyataannya para peserta didik banyak yang belum memiliki kemampuan untuk mengontrol diri. Fenomena lain yang terjadi adalah siswa banyak yang melakukan pencurian secara berkelompok, dengan membagi tugas antar anggota kelompoknya dalam melakukan pencurian di sekolah. Kenakalan yang terjadi secara berkelompok lainnya adalah mabuk bersama. Pada sisi lain layanan yang diberikan oleh guru BK di SMK Negeri 2 Tasikmalaya adalah layanan responsif, dalam bentuk konseling individual dan konseling kelompok bagi peserta didik yang melakukan kenakalan remaja di sekolah. Layanan yang diberikan merupakan layanan yang diberikan setelah peristiwa kenakalan remaja terjadi. Dibutuhkannya layanan preventif untuk mengembangkan dasar kemampuan mengontrol diri dalam bentuk layanan dasar sehingga dapat mencegah kenakalan remaja. Pengembangan kemampuan mengontrol dirinya diharapkan membuat peserta didik mampu mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada dalam diri dan mampu mengembangkan potensi yang ada dalam diri. Khususnya kompetensi kepemimpinan dan pengembangan diri secara optimal. Kompetensi yang dikembangkan melalui layanan dasar merupakan kompetensi dalam ranah bidang pribadi peserta didik. Difokuskan agar peserta didik memiliki kemampuan kontrol diri. Berdasarkan pemaparan, dipandang perlu dilakukan penelitian secara empiris mengenai kontrol diri peserta didik serta dirumuskan implikasi bagi bimbingan dan konseling. Implikasi BK yang dirumuskan berupa layanan bimbingan dan konseling bagi para remaja di sekolah dalam kontrol diri sehingga dapat mencegah terjadinya kenakalan remaja.

4 B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Kenakalan remaja dikaitkan dengan kemampuan kontrol diri. Disekolah untuk mengantisipasi kenakalan remaja digunakan layanan responsif. Belum ada layanan dasar yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan kontrol diri peserta didik, sebagai upaya preventif untuk mencegah terjadinya kenakalan remaja. Layanan dasar dibutuhkan untuk membantu remaja dalam mengembangkan perilaku yang efektif dan mengembangkan keterampilan hidup dengan mengacu kepada tugas perkembangan. Peserta didik SMK berada pada masa remaja yaitu masa peralihan dari masa anak-anak dan masa dewasa. Terjadi perubahan hormonal sebagai indikator perkembangan seksualitas. Secara sosio-emosional peserta didik SMK mengalami kelabilan dan mudah terpengaruh oleh lingkungan. Diperlukan kemampuan kontrol diri (self-control) pada remaja untuk mengatur perilaku agar sesuai norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Menurut penuturan guru bimbingan konseling di SMK Negeri 2 Tasikmalaya, peserta didik sering melakukan kenakalan remaja, hal ini diduga kurangnya remaja dalam mengontrol dirinya sehingga muncul kenakalan remaja. Apabila remaja dapat mempunyai kemampuan mengontrol diri, maka kenakalan remaja dapat diantisipasi Kontrol diri merupakan kemampuan individu dalam menguasai aspekaspek kontrol diri, yaitu kemampuan mengontrol perilaku, mengolah informasi dan mengambil keputusan. Kemampuan mengontrol diri termasuk dalam bidang pribadi peserta didik. Guru BK/konselor dapat memberikan bantuan kepada peserta didik dalam bentuk layanan dasar pada bidang pribadi siswa. Chaplin (Muharsih, : 2008 : 15) menyatakan kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri. Kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Aspek-aspek kontrol diri menurut Averril (1973: 287) yaitu: a. Behavioral kontrol, yaitu kemampuan untuk memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan memodifikasi keadaan yang tidak menyenangkan terdiri dari kemampuan mengontrol perilaku dan mengontrol stimulus. Kemampuan mengontrol perilaku adalah

5 kemampuan untuk mengontrol siapa yang mengontrol situasi atau keadaan. Kemampuan mengontrol stimulus adalah untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki muncul. b. Cognitive kontrol, yaitu kemampuan individu untuk mengelola informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai, atau memadukan suatu kejadian dalam kerangka positif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Kemampuan untuk mengelola informasi yang tidak diinginkan meliputi kemampuan untuk mengantisipasi peristiwa atau keadaan melalui berbagai pertimbangan dan kemampuan menafsirkan suatu peristiwa atau keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subjektif. c. Desicional kontrol, yaitu kemampuan individu untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi dengan adanya suatu kesempatan kebebasan atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan. Averill (1973: 287) menurunkan aspek-aspek kontrol diri menjadi indikator kontrol diri sebagai berikut a. Behavioral kontrol, 1. Mampu mengontrol perilaku 2. Mampu mengontrol stimulus b. Cognitive kontrol 1. Mampu mengantisipasi peristiwa melalui berbagai pertimbangan 2. Mampu mengantisipasi keadaan melalui berbagai pertimbangan 3. Mampu menafsirkan peristiwa dengan memperhatikan segi-segi positif 4. Mampu menafsirkan keadaan dengan memperhatikan segi-segi positif c. Desicional kontrol 1. Mampu memilih tindakan berdasarkan apa yang diyakini individu 2. Mampu memilih tindakan berdasarkan apa yang disetujui individu

6 Rumusan masalah umum penelitian adalah Bagaimana gambaran profil kontrol diri peserta didik kelas XI SMK Negeri 2 Tasikmalaya tahun ajaran 2011/2012? Pertanyaan penelitian, apa implikasi layanan Bimbingan dan Konseling bagi peserta didik? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian adalah memperoleh profil kontrol diri peserta didik kelas XI SMK Negeri 2 Tasikmalaya. Tujuan khusus diadakannya penelitian adalah untuk merumuskan implikasi Bimbingan dan Konseling bagi peserta didik untuk meningkatkan kontrol diri bagi peserta didik kelas XI SMK Negeri 2 Tasikmalaya. D. Metode Penelitian Dipilih metode deskriptif sebagai metode penelitian karena dalam penelitian ingin menggambarkan mengenai profil kontrol diri di SMK Negeri 2 Tasikmalaya. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian adalah : 1. Bagi Guru BK SMK Negeri 2 Tasikmalaya Gambaran umum mengenai kontrol diri peserta didik kelas XI SMK Negeri 2 Tasikmalaya serta implikasinya dapat dijadikan bahan rujukan untuk diaplikasikan oleh Guru BK dalam membantu peserta didik. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan penelitian lanjutan yang lebih mendalam mengenai kontrol diri peserta didik serta implikasi lain yang dapat diberikan. 3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Penelitian akan menjadi salah satu contoh layanan Bimbingan dan Konseling dalam mengembangkan kontrol diri peserta didik di SMK.

7 F. Struktur Organisasi Skripsi Penelitian dituliskan dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan memaparkan latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, lokasi, sampel penelitian dan sistematika penulisan. Bab II kajian pustaka merupakan konsep-konsep/teori-teori dalam bidang yang dikaji, Kerangka Pemikiran merupakan tahapan yang harus ditempuh untuk merumuskan hipotesis dengan mengkaji hubungan teoritis antar variabel penelitian. Hipotesis Penelitian merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang dirumuskan dalam penelitian. Bab III Metode penelitian memaparkan lokasi penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan menguraikan tentang pengolahan data, serta pembahasan hasil pengolahan data. Bab V Penutup terdiri dari kesimpulan, saran-saran, dan penutup.