BAB II KAJIAN PUSTAKA. mencapai prestasi yang optimal. Prestasi yang optimal tidaklah mungkin dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Perkembangan bola voli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sangat digemari oleh masyarakat mulai anak sampai orang dewasa, karena

pinggang atau anggota badan yang diseberangkan melalui atas net. Dalam secara efektif. Teknik tersebut meliputi service, passing, dan yang terpenting

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gorontalo. Waktu penelitian selama 6 minggu, Treatmen atau perlakuanlatihan high

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, mulai dari kalangan anak-anak sampai orang dewasa, baik oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

BAB I PENDAHULUAN. olahraga bola besar. Yang dimainkan oleh dua regu masing-masing terdiri dari 6

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Permainan bola voli merupakan suatu permainan yang kompleks yang tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN. dilemparkan lurus ke belakang sehingga tubuh kelihatan lurus seperti sikap tubuh

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

BAB I PENDAHULUAN. Orientasi olahraga telah bergerak melewati batas kemampuan logika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu,

TERHADAP HASIL SHOOTING PADA CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

BAB 1 PENDAHULUAN. Permainan bola tangan dimainkan oleh dua tim yang masing-masing tim

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. olahraga lari sekian ratus meter, sepak bola, voli, badminton, lompat jauh,

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cabang olahraga yang berpotensi menyumbangkan medali di setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang sudah tidak asing lagi bagi dunia olahraga.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS. kaki, kepala, dan dada. Hanya penjaga gawang yang disahkan memakai tangan.

BAB I PENDAHULUAN. dimana terdiri dari dua tim beranggotakan masing-masing tim terdiri dari enam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. bola dengan tangan dan disebrangkan melalui atas net dan berusaha

BAB III METODE PENELITIAN. mengukur seberapa besar hubungan dan tingkat singinifikan antara power otot

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

Permainan Bola Voli. 1. Sejarah Permainan Bola Voli. 2. Pengertian Bola Voli. 3. Lapangan Bola Voli

BAB I PENDAHULUAN. Pada even olahraga kompetisi, power merupakan salah satu unsur penting

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai barometer kemajuan dan alat ukur cita cita manusia. Juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

BAB I PENDAHULUAN. individual maupun olahraga beregu. Biasanya jenis olahraga yang banyak

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Menurut Sujarwadi dan Dwi Sarjiyanto(2010:7) smash adalah pukulan keras menukik

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Sepak bola adalah olahraga terpopuler di jagad raya ini. Hampir semua

BAB IV METODE PENELITIAN. eksentric m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agilty pada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lapangan Voli SMA Negeri I Tibawa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTES. Permainan bola voli merupakan suatu permainan yang kompleks yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUTAKA. beregu, dimainkan oleh dua kelompok dan masing-masing kelompok. terdiri sebelas pemain termasuk penjaga gawang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. latihan atau pekerjaan, dan salah satu yang paling penting dari latihan harus

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan bola dari

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki dan tangan secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

PENGARUH PELATIHAN SINGLE LEG HOPS TERHADAP KEKUATAN DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI I Nym Budiarsa, I Nym Kanca, Ni Putu Dewi Sri Wahyuni

PENGARUH PELATIHAN ALTERNATE LEG BOUND DAN SKIPPING TERHADAP KELINCAHAN DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat. Bahkan antara satu bidang pengetahuan dengan bidang

Journal of Physical Education and Sports. Pengaruh Metode Latihan dan Kekuatan Otot Tungkai terhadap Power Otot Tungkai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PERSETUJUAN DAN KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Jenis Kelamin. Alamat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memberikan keuntungan dalam jangkauan langkahnya, hal ini dikarenakan. melakukan berbagai macam gerak.

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. atau ke sisi (Depdikbud, 1995). Sedangkan Takraw berarti bola atau barang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Pada awal

e-journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan ( Volume I Tahun 2014 )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tungkai berfungsi sebagai penopang gerak anggota tubuh bagian atas, serta

BAB I PENDAHULUAN. berubah mengikuti perkembangan jaman. Naluri manusia yang selalu ingin

BAB I PENDAHULUAN. Ada empat dasar yang menjadi tujuan seseorang melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan gerakan yang terorganisir dengan baik. Kemampuan gerak

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu tentu juga didukung oleh kecepatan, kekuatan gerakan dan kemampuan. sencak silat dilakukan dengan cepat dan kuat.

BAB I PENDAHULUAN. sampai maksimal tetapi pada kenyataannya bukan gerak maksimal yang ada tetapi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bolavoli merupakan permainan beregu yang bertujuan untuk memukul bola

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia antara lain taekwondo, karate, kempo, yudho, dan sebagainya.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode adalah salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan.

PEMBELAJARAN TEHNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLLI OLEH SUARDI. B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga Bolavoli merupakan cabang olahraga permainan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kegiatannya yaitu penggunaan remote control, komputer,

PENGARUH LATIHAN SPLIT SQUAT JUMP TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI DAN SMASH DALAM OLAHRAGA BOLA VOLI PADA SISWA SMA NEGERI I TAPA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk bermain bola voli secara

2015 PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS DAN WEIGHT TRAINING DENGAN METODE PYRAMID SYSTEM TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI PEMAIN BASKET

BAB I PENDAHULUAN. secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Irianto, 2004).

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Senam menurut Roji (2006: 110) adalah olahraga dengan gerakan gerakan

Transkripsi:

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Permainan Bola Voli 2.1.1 Hakikat Permainan Bola Voli Setiap cabang olahraga memiliki karakteristik sesuai dengan jenis ketrampilan yang terdapat dalam permainan yang bersangkutan. Demikian pula dengan permainan bola voli yang memiliki teknik yang beragam, untuk mencapai prestasi yang optimal. Prestasi yang optimal tidaklah mungkin dapat dicapai dengan baik tanpa memiliki teknik dasar yang benar. Teknik yang dimiliki oleh seseorang dalam permainan bola voli sangat menentukan terutama dalam upaya kerjasama antara pemain untuk mencapai kemenangan, karena bola voli merupakan permainan yang sifatnya beregu yang memerlukan kerjasama dan toleransi antar sesama pemain. Menurut Hikayat Nurhuda (2010), permainan bola voli bukanlah permainan yang sukar dipelajari. Jika teknikteknik dasar telah dikuasai, maka dapat melakukan permainan ini dengan baik. Selanjutnya pendapat lain dikemukakan oleh Aan S (2010) bola voli merupakan permainan beregu. Dalam permainan bola voli jika ingin mendapat suatu kemenangan, maka setiap pemain harus dapat mengkombinasikan dan mengkoordinasi teknik servis, passing, spike, maupun block dengan baik sesuai dengan ukuran ruang dan waktu. 7

8 2.1.2 Vertical jump bola voli Vertical jump dalam permainan adalah kebutuhan mutlak yang harus dimiliki oleh setiap pemain bola voli, karena vertical jump sangat dibutuhkan oleh setiap pemain untuk melakukan serangan ke daerah lawan agar bisa mendapatkan point. Ada beberapa teknik bola voli yang menggunakan gerakan vertical jump yaitu jumping servis, spike dan block. Teknik-teknik tersebut harus dikuasai oleh setiap pemain karena dalam permainan bola voli ada dua unsur penting yang harus dikuasai adalah unsur serangan dan bertahan. Servis merupakan serangan awal sehingga setiap pelaku service menggunakan jumping service untuk mendapat point. Gerakan smash ini merupakan gerak flexi tungkai bawah (flexi genu) yang melibatkan otot hamstring dan gerak dorsoflexi yang melibatkan otot tibialis anterio untuk persiapan menolak.tahapan menolak secara kontinu dilanjutkan gerakan meloncat dengan tumit dan jari kaki menghentak tanah. Gerakan ini merupakan gerak ekstensi tungkai bawah (ekstensi genu) yang melibatkan otot quadriceps femoris dan gerakan plantarflexi yang melibatkan otot gastrocnemius.sambil meloncat kedua lengan diayunkan kedepan atas yang merupakan gerak rotasi bahu ke atas (anteflexi) pada sendi bahu yang bersifat globoidea (sendi peluru) dengan melibatkan otot deltoideus, otot pectoralismajor, otot biceps brachii, dan otot coracobrachialis. Sesaat setelah meloncat ketika tubuh melayang di udara posisi togok membusur ke belakang, yang merupakan gerak hiperekstensi togok (kayang). Telapak kaki, pergelangan kaki, panggul, dan togok digerakkan serasi untuk memperoleh rangkaian gerak yang sempurna agar terwujud gerakan eksplosif dan loncatan vertical.

9 Gambar 2.1. gerakan vertical jump smash Sumber: ( Sujarwo Suhadi, 2009) Kemampuan vertical jump dalam cabang olahraga bola voli adalah kebutuhan mutlak yang harus dimiliki oleh setiap pemain voli (Anonim, 2008). Karena vertical jump sangat dibutuhkan oleh setiap pemain untuk melakukan serangan khususnya untuk pemain remaja latihan ini harus ditingkatkan, karena dalam masa ini pemain remaja mengalami perkembangan secara cepat dari fisiologis maupun fisik. Salah satu latihan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan vertical jump dalam cabang olahraga bola voli adalah dengan latihan double leg box bounddan latihan squat jump menguatkan otot quadricep dan hamstring, sehingga diaplikasihkan dalam kemampuan vertical jump maka otot manakah yang lebih baik apakah quadriceps tungkai bawah ataukah hamstrings. 2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi vertical jump Secara garis besar faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil loncatan adalah faktor internal dan faktor eksternal (Bompa & Harf, 2009).

10 2.2.1. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh atlet sendiri diantaranya; umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, kebugaran fisik dan genetik. 1. Umur Hampir semua komponen biomotorik dipengaruhi oleh umur. Peningkatan kekuatan otot berkaitan dengan pertambahan umur, dimensi, anatomi atau diameter otot dan kematangan seksual (Astrand and Rodahl, 2003). Kekuatan lebih rendah pada anak-anak dan meningkat di usia remaja serta mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun. Puncak prestasi atlet dapat dicapai antara umur 18-23 tahun (Nala, 2002). 2 Jenis kelamin Secara biologis pria dan wanita sudah berbeda. Perbedaan kekuatan otot antara pria dan wanita sudah berbeda pada umur 10-12 tahun, kekuatan otot anak laki-laki lebih kuat sedikit daripada anak wanita, dan semakin jauh meningkat dengan bertambahnya umur (Nala, 2002). Pada umur 18 tahun ke atas laki-laki mempunyai kekuatan dua kali lebih besar dari wanita.hal ini disebabkan karena adanya pengaruh hormon testoteron pada laki-laki yang memacu pertumbuhan tulang dan otot (Nala, 2002). Dengan demikian jelas bahwa jenis kelamin mempengaruhi kecepatan, kekuatan dan Iain-lain (Nala, 2002). Karena daya ledak ditentukan oleh kekuatan dan kecepatan maka akibatnya jenis kelamin akan mempengaruhivertical jump.

11 Jenis kelamin yang dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini adalah yang berjenis kelamin laki-laki. 3. Berat badan Berat badan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil lompatan. Berat badan merupakan salah satu faktor yang menentukan pusat grafitasi yang nantinya akan menentukan keseimbangan statik maupun keseimbangan dinamik. Keseimbangan akan menenrukan besaraya daya ledak saat terjadi gerakan melompat (take off) saat di udara dan mendarat (Hairy, 2005). 1. Tinggi badan Secara biomekanika menjelaskan semakin tinggi titik tempat meloncat maka semakin tinggi kemungkinan proyektil mencapai titik maksimum menyebabkan semakin tinggi loncatan. Dengan demikan tinggi badan akan berpengaruh terhadap hasil loncatan(sujarwo, 2009). 2. Kebugaran fisik Kebugaran fisik sangat diperlukan oleh setiap individu sehingga aktivitas dapat dilakukan dengan baik (Hairy, 2005). Kebugaran fisik berhubungan erat dengan kapasitas aerobik seseorang. Semakin baik kapasitas aerobik seseorang makin baik pula kebugaran fisiknya (Nala, 2002). Kebugaran fisik dari aspek ilmu Faal menunjukkan kesanggupan atau kemampuan dari tubuh manusia untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap beban fisik yang dihadapinya tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Manuaba, 2004). Dengan demikian seseorang yang mempunyai kebugaran fisik yang tinggi akan mampu melakukan kerja atau aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang

12 berarti, sehingga vertical jump yang dihasilkan akan lebih baik pada orang yang memiliki tingkat kebugaran fisik yang baik. 3. Genetik Bersifat pembawaan yang sering kali ikut berperan dalam penampilan fisik seperti proporsi tubuh, karakter, psikologis, otot putih dan otot merah dan suku (Baley, 1990). Pengaruh genetik terhadapvertical jump pada umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot yang terdiri dari serabut otot putih dan serabut otot merah. Atlet yang memiliki lebih banyak serabut otot putih, lebih mampu untuk melakukan kegiatan yang bersifat anaerobik, sedangkan atlet yang lebih banyak memiliki serabut otot merah lebih tepat untuk melakukan kegiatan yang bersifat aerobik (Nala, 2002). Dengan demikian faktor genetik juga berpengaruh terhadap basil loncatan. Berbagai faktor mempengaruhi hasil loncatan baik secara langsung maupun karena pengaruh pada komponen biomotorik lainnya terutama kecepatan dan kekuatan otot. Kemampuan daya ledak tergantung pada: (1). Kekuatan dasar otot, (2). Kecepatan kontraksi otot yang aktif (otot cepat dan otot lambat); (3). Besar gerak yang digerakkan; (4). Kontraksi inter dan intra muscular; (5). Panjang awal otot dalam memulai kontraksi; (6). Posisi sendi (Yoda, 2006). 2.2.2. Faktor Eksternal Faktor eksternal sangat mempengaruhi penampilan fisik atlet. Faktortersebut menyangkut; suhu dan kelembaban. Suhu lingkungan yang terlalu ekstrim (dingin atau panas) akan mempengaruhi aktivitas kerja otot (Pate & Rottela, 1984). Toleransi setiap individu berbeda

13 satu sama lainnya. Orang Indonesia umumnya beraklimatisasi dengan iklim yang tropis yang cukup sekitar 29-30 0 C, dengan kelembaban relatif sekitar 85-95%. Apabila olahraga dilakukan pada udara yang nyaman maka tubuh hanya mengatasi beban berupa pengeluaran panas tubuh, tetapi apabila udara tidak nyaman maka terpaksa tubuh mendapat beban tambahan untuk melawan panas (Manuaba, 2004). Apabila atlet biasa berlatih pada suhu kering sebesar 29 0 c kemudian akan bertanding pada tempat panas dengan temperatur lebih tinggi, maka harus menyesuaikan diri terhadap lingkungan selama 12-14 hari dan bila temperature tempat bertanding lebih kecil dibandingkan tempat latihan penyesuaian hanya beberapa hari saja. Penyesuaian ini dilakukan dengan cara berlatih di tempat bertanding dalam waktu tertentu atau membuat ruangan tempat berlatih yang suhunya sama dengan tempat bertanding (Berger, 1982). Oleh karena itu penelitian sebaiknya dilakukan pada tempat yang nyaman dengan mempertimbangkan tempat dan waktu penelitian. 2.3. Kekuatan Otot Tungkai Banyak pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai definisi kekuatan. Komi (1992) mengemukakan bahwa kekuatan adalah kemampuan untuk mengeluarkan daya maksimal. Pendapat ini menunjukkan bahwa kekuatan individu dapat dibandingkan dengan kemampuan untuk mengangkat beban maksimal. Sedangkan Fox dkk, (1988) menyatakan bahwa kekuatan merupakan daya (force) suatu otot atau sekelompok otot yang dapat melawan tahanan dengan usaha maksimal. Dari pernyataan Fox ini, menandakan bahwa

14 otot atau sekelompok otot dapat diukur dan diketahui kekuatannya. Johnson & Nelson (1986) menyatakan bahwa kekuatan merupakan kemampuan otot mengeluarkan daya untuk melawan objek yang bergerak atau yang tidak dapat bergerak. Dalam permainan bola voli keadaan fisik yang diharapkan itu diantaranya postur tubuh yang tinggi dan ringan sehingga untuk mampu melakukan teknik dalam permainan bola voli dengan baik. Serabut otot yang dimilikinya dominan serabut otot putih (fast tuich). Karena pada cabang olahraga ini komponen kondisi fisiknya dominan pada kemampuan daya ledak, sehingga tergolong kepada sistem energi anaerobik. Otot-otot yang aktif pada pemain bola voli yaitu otot Trapezius, otot Tricps, otot Latisimus Dorsi, otot Hamstrings, otot Deltoid, otot Gastrocnemius, otot Rectus abdominus, otot Brachialis, otot Quadricep Extensor dan oto External Oblique. Gambar 2.2. Otot Quadricep dan Otot Hamstring 2.4. OtotQuadriceps Untuk meningkatkan kekuatan otot quadriceps maka bentuk pelatihan yang diberikan adalah double leg boxbound karena pada saat melompat keatas box

15 kedua lutut ditekuk pada waktu mendarat diatas box selanjutnya melompat setinggi dan sejauh mungkin dan mendarat di tanah. Otot quadriceps merupakan otot pada sendi lutut yang berfungsi sebagai stabilisasi aktif sendi lutut, dan juga berperan dalam pergerakan sendi yaitu gerakan ekstensi lutut yang digunakan dalam aktifitas berjalan, lari, melompat, menendang dan lain sebagainya. Otot quadriceps merupakan otot yang memiliki kekuatan melebihi kekuatan otot-otot ekstensor yang ada, oleh karena itu otot ini memerlukan kekuatan yang maksimal agar dapat melakukan fungsinya dengan sempurna sehingga dapat dihasilkan performance otot yang tinggi. Selain itu otot quadriceps yang kuat juga dapat mencegah terjadinya cidera saat melakukan aktifitas (Sudaryanto, 2009) otot quadriceps adalah kumpulan dari empat otot besar yang terletak dipaha depan dan berfungsi untuk meluruskan lutut dan menekuk hip (panggul). Otot quadriceps terdiri dari muculus Arectus femoris. Otot quadriceps ini sangat berguna untuk menstabilkan sendi lutut terutama dalam aktivitas sehari-hari ( Djalal, 2010). 2.5. Otot Hamstring Selanjutnya olahraga yang dilakukan untuk melatih kekuatan otot hamstring adalah latihan squat jump karena pada saat melakukan lompat jongkok otot hamstring sangat dominan dalam gerakan tungkai bawah khususnya paha bagian belakang. Otot hamstring merupakan otot paha bagian belakang. Ada tiga jenis otot hamstring : Semitendinosus, Semimembranosus dan Biceps femoris. Ketika otot tersebut terletak di bawah pantat atau pada pangkal paha bagian belakang menempel pada bagian bawah tungkai pinggul.

16 Ketika otot tersebut pada bagian pangkal berkumpul dan menempel pada satu tempat yang sama disebut Ischial Tuberosity. Terdapat jarigan lunak yang disebut tendon (hamstring tendon) yang memiliki fungsi sebagai jaringan penghubung antara serabut otot-otot hamstring dan permukaan tulang pinggul (Ischial Tuberosity) yang menjadi tempat menempel otot hamstring. Tendon hamstring merupakan salah satu bagian dari otot hamstring yang biasa terjadi cedera berupa robekan baik sebagian maupun seluruhnya. Setelah otot hamstring melekat pada bagian bawah tulang pinggul, otot hamstring berjalan memanjang sepanjang tulang paha. Pada pertengahan tulang paha, otot-otot hamstring berpisah dan berjalan melekat pada kedua sisi lutut. Otot biceps femoris menuju ke sisi luar sendi lutut (lutut sebelah kanan) dan menempel pada sisi atas tulang fibula. Sedangkan otot semitendinosus dan semimembransus berjalan menuju ke sisi dalam sendi lutut (sisi sebelah kiri lutut) dan menempel pada tulang tibia.jika kita melihat tempat perletakan otot-otot hamstring yaitu di tulang pinggul pada bagian pangkal otot hamstring dan melekat di tulang tibia-fibula pada bagian ujung otot hamstring, maka kita bisa membayangkan fungsi dari otot hamstring ketika otot-otot tersebut berkontraksi. Otot-otot hamstring ini berfungsi untuk meluruskan atau menarik paha menuju ke arah belakang serta berfungsi menekuk sendi lutut.gerakan hamstring yang baik ditunjukkan dengan kemampuan otot hamstring untuk berkontraksi secara concentric dan excentric secara maksimal. Hamstring yang memendek menyebabkan seorang atlet mudah untuk terkena cedera (strain). Hamstring yang

17 pendek berpengaruh pada penurunan kekuatan otot sehingga kontraksi menjadi tidak sinergis ( Stephens dkk, 2006 ). 2.6. Frekuensi dan lamanya pelatihan Pelatihan paling sedikit 3 kali perminggu, diselingi dengansatu hari istirahat untuk memberikan kesempatan kepada otot untuk berkembang dan beradaptasi pada hari istirahat tersebut ( Harsono,1988). hal ini disebabkan karena ketahanan seseorang akan menurun setelah 48 jam tidak melakukan pelatihan. Jadi sebelum ketahanan menurun harus sudah berlatih lagi (Sadoso, 1988). Untuk meningkatkan kapasitas anaerobic frekuensi pelatihan minimal dilakukan 3 kali dalam seminggu dan lama pelatihan 6 minggu atau lebih (Fox, 1993). Lama pelatihan juga berkaitan dengan lama waktu yang dipakai untuk menyelesaikan satu set pelatihan. Menurut Fox (1993), sistem energi yangdigunakan pada pelatihan yang bersifat anaerobic, lama pelatihan kurang dari 30 detik. Oleh karena pelatihan vertical jump atlet bola voli bersifat anaerobic, maka proses pelatihan tetap berada dalam anaerob sehingga menghasilkan anaerob power yang diinginkan, beban pelatihan diatur sesuai dengan jumlah repetisi dalam satu set pelatihan. 2.7 Pelaksanaan Latihan Double Leg Box Bound dan Squat Jump 2.7.1 LatihanDouble Leg Box Bound Latihan ini memerlukan 10 kotak yang berukuran tinggi kira-kira 12-22 inci (30cm-55cm) Posisi awal kotak dengan jarak antara 3-6 kaki, berdirilah kira-kira 2-3 langkah di depan kotak pertama. Kaki berada sedikit di belakang

18 bahu tubuh dalam posisi semi squat, punggung lurus, pandangan ke depan di samping badan. Pelaksanaan sebagaimana dalam latihan double leg box bound, mulailah dengan loncatan ke kotak pertama. Sesegera mungkin anda mendarat ke atas kotak tersebut, kemudian loncatlah ke atas setinggi dan sejauh mungkin lalu mendarat ke tanah. Ulangi rangkaian ini dengan menggunakan kotak kedua dan seterusnya antara 1-10 kotak. Gambar : 2.3. pelatihan double leg box bound Sumber : (Furqon & Muchsin Doewes, 2002) Pelatihan Double leg box bound ini merupakan latihan yang bertujuan untuk melatih otot-otot Quadriceps Femoris (rectus femoris, vastus lateralis, vastus intermedius, vastus medialis) dari depan di atas tungkai sebelah atas. Gerakan dilakukan berulang-ulang selama 10 kali. Frekuensi Jumlah set Repetisi : 3 kali per minggu : 3 set Intensitas : 70% Istirahat Beban pelatihan : 10 kali setiap set : 2 menit antar set : berat badan sendiri

19 2.7.2 Latihan Squat Jump Latihan squat jumpmerupakan latihan yang bertujuan untuk melatih otototot : Hamstrings (biceps femoris) dari bagian belakang tungkai sebelah atas, gluteus maximus. Pelaksanaan pelatihan Squat Jump yaitu posisi satu kaki ke depan dan satu kaki ke belakang. Turunkan tubuh, kemudian melompat ke udara. Sementara berada di udara, ganti posisi kaki sehingga kaki yang di belakang sekarang di depan dan sebaliknya. Mendarat pada ujung kaki, kemudian bawa berat badan kembali ke tumit.segera tekuk lutut untuk mengurangi bahaya yang timbul. Gambar: 2.4. pelatihan squat jump Sumber : (Furqon & Muchsin Doewes, 2002) Latihan gerakan tersebut dilakukan berulang-ulang selama 10 kali. Frekuensi Jumlah set Repetisi : 3 kali per minggu : 3 set Intensitas : 70% Istirahat : 10 kali setiap set : 2 menit antar set Beban pelatihan : berat badan sendiri

20 2.7.3 Kemampuanvertical jump Pelaksanaan Loncat Tegak (Vertical Jump), atlet berdiri di samping dinding atau tembok dengan jari-jari tangan meraih ke atas setinggi mungkin. Tetap di tempat yang sama atlet mengerahkan tenaga dan meloncat ke atas dengan kedua kaki dan menyentuh dinding setinggi mungkin.sebelum meloncat atlet memasukkan jari ke serbuk bubuk kapur untuk memperjelas bekas atau tanda perkenahan sentuhannya. Lakukan tiga kali, dan diberi istirahat 30 detik hingga 1 menit diantara loncat untuk memberikan sistem otot putih kembali. Gambar: 2.5. Test Vertical Jump Sumber : (Nurhasan, 2001) Peningkatan kekuatan otot apabila serabut otot banyak, maka kekuatan otot akan besar sehingga mendukung tercipta vertical jump yang baik.loncat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari satu titik ke titik lain yang lebih jauh atau lebih tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu dua kaki dan mendarat satu atau dua kaki dengan keseimbangan yang baik (Furqon & Doewes, 2002)