BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pendidikan, baik pendidikan non formal (masyarakat),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tahu, setelah belajar berubah menjadi tahu. Belajar menurut Gagne

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keberhasilan dalam peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Savitri Purbaningsih, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

(PTK Pada Siswa kelas VII SMP PGRI 15 Pracimantoro)

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB I PENDHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat,bangsa dan negara. Pendidikan diarahkan untuk dapat. menciptakan sumber yang berkualitas dengan segala aspeknya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai salah satu sumber belajar, selalu berusaha memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membangun sebuah peradaban suatu bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perubahan kemampuan diri. Menurut Gagne (dalam Udin S.Winataputra

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Untuk mengembangkan

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DENGAN PERMAINAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menjadi sarana transfer keilmuan dari guru dengan siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

Interaksi Edukatif. Kelompok 8 Labiba Zahra K Novita Ening B K Rini Kurniasih K

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999).

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM SOLVING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan formal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI ASSESSMENT FOR LEARNING (AFL) DENGAN PENDEKATAN UMPAN BALIK

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan. Menurut pasal I

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS)

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

(PTK di kelas VIII Semester Genap MTs Negeri Karanganyar)

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompetensi di

BAB I PENDAHULUAN. awalan men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. dan olahraga; (9) Keterampilan/kejuruan dan; (10) Muatan lokal.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Belajar merupakan salah satu kebutuhan setiap manusia, terutama sekali

BAB I PENDAHULUAN. tertentu sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu aspek yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Pendidikan, kita mengenal dengan Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

PEMBELAJARAN TEMATIK (LEARNING BY DOING) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TEMA PEKERJAAN MENGHASILKAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

BAB I PENDAHULUAN. itulah terjadi proses transformasi ilmu pengetahuan serta nilai-nilai. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh: DIDIK PAMIRSA AJI A

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan, diajarkan mulai dari sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. diperolehnya. Pencapaian prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu berkembang sangat pesat. Hal ini harus didukung dengan adanya peningkatan dalam pelaksanaan pendidikan, baik pendidikan non formal (masyarakat), pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan informal (keluarga). Terutama pada pendidikan formal yang memberikan kontribusi cukup besar kepada seseorang dalam kemampuan akademis, sehingga harus diupayakan penigkatan baik kualitas maupun kuantitas pendidikanya. Upaya meningkatkan aktivitas belajar murid merupakan tantangan yang selalu dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam propesi keguruan dan pendidikan. Banyak upaya yang telah dilakukan dan banyak pula keberhasilan yang telah dicapai, meskipun keberhasilan itu belum sepenuhnya memberikan kepuasan bagi masyarakat dan para pendidik, sehingga sangat menuntut renungan, pemikiran dan kerja keras orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Salah satu masalah dari berbagai masalah yang terdapat dalam proses pembelajaran adalah kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di kelas sehingga menjadikan proses pembelajaranya hanya berorientasi pada guru semata. 1

2 Berdasarkan pengalaman yang terlihat dari proses pembelajaran selama ini proses belajar mengajar mata pelajaran Akuntansi diketahui bahwa masih terdapat beberapa masalah yang kiranya perlu dipecahkan oleh guru sehinga tujuan pembelajaran Akuntansi dapat tercapai secara maksimal. Masalah-masalah tersebut antara lain : 1) dari sisi guru; berupa penguasaan kelas yang kurang, pengelolaan proses belajar mengajar yang terkesan biasa saja, kurang sistematis, intensitas tugas kelas yang kurang, guru kurang menstimulus aktivitas belajar murid, 2) dari sisi siswa antara lain; banyak siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar dengan ciri-ciri; keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, misalnya siswa tidak mau bertanya, artinya jika mereka belum jelas hanya diam saja, kurangnya keberanian siswa untuk mengutarakan pendapatnya didepan kelas, serta kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal didepan kelas kurang atau bahkan tidak mengajukan pertanyaan dari materi yang diajarkan, tidak memberikan jawaban atas pertanyaan guru, kurangnya perhatian murid terhadap materi yang dijelaskan guru. Hal ini menggambarkan keaktifan siswa masih rendah, kenyataan yang ada dilapangan yaitu siswa lebih suka ramai sendiri dan tidak mau jika disuruh maju mengerjakan soal didepan kelas. Keaktifan mereka tidak disalurkan dalam hal yang positif dan kesadaran siswa untuk belajar masih kurang. Siswa juga lebih suka menerima informasi dari guru dan tidak berusaha untuk mengembangkan kemampuanya, salah satunya dengan bertanya baik kepada guru ataupun temanya sendiri., jika proses pendidikan tetap seperti itu, maka siswa tidak akan berkembang dan prestasinya juga tidak akan bisa meningkat terutama dalam

3 pembelajaran Akuntansi yang membutuhkan ketelitian menghitung dan konsentrasi tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara dengan guru mata pelajaran Akuntansi dan hasil observasi di MAN 1 NGRAMBE menunjukan bahwa tingkat keaktifan siswa pada saat pelajaran Akuntansi sangat rendah yaitu sekitar 27,5 %, berarti dengan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa 72,5 % dari 29 siswa kurang aktif atau bisa dikatakan pembelajaran masih dikuasai oleh guru semata. Hal ini disebabkan karena guru belum menggunakan atau mempraktekan metode mengajar yang bervariasi serta proses pembelajaran kurang didukung dengan penyediaan media pembalajaran. Dilihat dari masalah tersebut diatas guru harus segera mengambil suatu tindakan dan inovasi baru pada saat melakukan proses pengajaran agar dapat menumbuhkan keaktifan siswa yang bagus dan terkonsep dengan baik dalam pengelolaan kelasnya, sehingga siswa yang aktif akan membuat dirinya lebih kreatif dan akan lebih mudah untuk memecahkan masalah dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa akan muncul bila guru memberikan kepada siswa agar mau mengembangkan pola pikirnya, mau mengemukakan ide-ide dan lain-lain. Kadang dalam pembelajaran, ketika guru menawarkan kepada siswa agar mau mengerjakan soal di depan kelas banyak siswa yang enggan dan tidak mau. Selain itu ketika guru menawarkan pertanyaan, siswa hanya diam, tidak tahu apakah diamnya berarti paham atau memang tidak paham atau takut bertanya. Untuk mengatasi masalah itu juga perlu dibina hubungan yang baik antara siswa dan

4 guru dalam pembelajaran sehingga akan terjadi interaksi dan komunikasi yang baik Proses dan pemecahan masalah pembelajaran di kelas dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya melalui diskusi kelas, tanya jawab antara guru dan peserta didik, Inquiry dan metode-pembelajaran lain. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk dapat membawa dirinya sebagai agen pembawa informasi dengan baik. Guru yang kreatif selalu mencari pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton. Untuk melaksanakan proses pebelajaran perlu dipikirkan pembelajaran pembelajaran yang tepat. Menurut Sudrajat (2009:7). Keberhasilannya proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh seorang guru yang melakukan transfer ilmu (knowledge transfer) melalui proses pembelajrannya,dalam hal ini strategi pembelajaran menjadi penting dalam proses belajar tersebut. Banyak pembelajaran pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh para gura, pembelajaran yang sering digunakan dalam proses pembelajaran tersebut, antara lain :Pembelajaran Ceramah, Pembelajaran Tanya jawab, Pembelajaran diskusi, Pembelajaran pemberian tugas, Pembelajaran demontrasi, Pembelajaran karyawisata, Kerja kelompok (inquiri), Pembelajaran bermain peran, Pembelajaran dialog, Pembelajaran bantah membantah, dan Pembelajaran bercerita. Berdasarkan permasalahan yang diidentifikasi pada proses belajar mengajar mata pelajaran Akuntansi, maka salah satu pemecahan masalah yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan merubah pembelajaran pembelajaran

5 yang digunakan kearah pembelajaran yang dapat memberikan peluang kepada murid untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini guru diarahkan untuk menggunakan pembelajaran Akuntansi dengan menggunakan pendekatan Improving Learning dengan metode Role Playing, mengapa guru dan peneliti memilih pendekatan dan model pembelajaran tersebut karena model pembelajaran Role Playing tersebut mempunyai kelebihan untuk meningkatkan keaktifan siswa. Kelebihan model pembelajaran tersebut dikuatkan oleh pendapat para nara sumber seperti yang tertulis pada buku- buku karangan Basri Syamsu ( 2000: 8 ), Djamarah dan Zain ( 2002 ), Makrufi ( 2009:3 ), Prasetyo ( 2001: 14), Sudrajat ( 2009 ), Wahab ( 2007: 109 ) dan dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Devi (2010), Mudaimin ( 2008 ), dan lebih banyak pendapat- pendapat lainya yang secara garis besar mengatakan bahwa metode pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan keaktifan siswa. Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa penggunaan model ini dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Ada empat asumsi yang mendasari model ini memiliki kedudukan yang sejajar dengan model-model pengajaran lainnya. Keempat asumsi tersebut ialah: Pertama, secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menekankan dimensi di sini dan kini (here and now) sebagai isi pengajaran. Kedua, bermain peran memberikan kemungkinan kepada para murid untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya yang tak dapat mereka kenali tanpa bercermin kepada orang lain. Ketiga, model ini mengasumsikan bahwa emosi dan

6 ide-ide dapat diangkat ke taraf kesadaran untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Ke-empat, model mengajar ini mengasumsikan bahwa prosesproses psikologis yang tersembunyi (covert) berupa sikap-sikap nilai-nilai, perasaan-perasaan dan sistem keyakinan dapat diangkat ke taraf kesadaran melalui kombinasi pemeranan secara spontan dan analisisnya. Mudairin (2009: 4) menjelaskan bahwa untuk dapat mengukur sejauhmana bermain peran memberikan manfaat kepada pemeran dan pengamatnya ditentukan oleh tiga hal, yakni (1) kualitas pemeranan; (2) analisis yang dilakukan melalui diskusi setelah pemeranan; (3) persepsi murid terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi nyata dalam kehidupan. Pembelajaran dengan model role playing dilaksanakan menjadi beberapa tahap, yaitu sebagai berikut: (1) tahap memotivasi kelompok; (2) memilih pemeran; (3) menyiapkan pengamat; (4) menyiapkan tahap-tahap permainan peran; (5) pemeranan; (6) diskusi dan evaluasi; (7) pemeranan ulang; (8) diskusi dan evaluasi kedua; (9) membagi pengalaman dan menarik generalisasi. Devi (2010) menyebutkan dalam penelitianya bahwa pembelajaran metode role playing, ini siswa ikut berperan aktif dan dapat mengetahui secara langsung bagaimana proses dari suatu kegiatan dalam bidang akuntansi, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan persoalan berfikir kritis dan melakukan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. adalah: Kelebihan metode role playing sebagaimana dijelaskan Makhrufi (2009:3)

7 1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan. 2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias. 3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi. 4. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dand apat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri. 5. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan yang adala dalam bentuk tulisan yang berkaitan dengan penelitiaan tindakan kelas ( PTK ) dengan member judul IMPLEMENTASI IMPROVING LEARNING DENGAN METODE ROLE PLAYING SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IPS II MAN 1 NGRAMBE, NGAWI TAHUN AJARAN 2010/2011 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas dapat dilakukan suatu identifikasi masalah yaitu siswa dalam proses pembelajaran dikelas kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajarnya, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor dari dalam siswa sendiri, dan faktor dari luar seperti guru dalam memilih metode pembelajaran dan proses pembelajaran yang terlalu monoton.

8 C. Pembatasan Masalah Keaktifan siswa dalam belajar akuntansi pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkaitan baik dari dalam diri siswa (internal) maupun dari luar siswa (eksternal). Permasalahan yang berkaitan dengan judul diatas sangat luas dan tidak mungkin permasalahan dapat teratasi semua, sehingga perlu adanya pembatasan dan pemfokusan masalah agar penelitian ini dapat lebih terarah. Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka diperlakukan pembatasan masalah diantaranya : 1. Rancangan pembelajaran akuntansi yang akan diterapkan dengan pendekatan improving learning yang merupakan pembelajaran dengan menggunakan penekanan pada proses pembentukan suatu konsep dan memberikan kesempatan luas kepada siswa berperan aktif dalam proses tersebut. 2. Metode yang digunakan adalah role playing, yaitu : model pembelajaran dengan bermain peran. 3. Keaktifan siswa dalam proses PBM, dikhususkan pada keaktifan siswa dalam bertanya, betrinteraksi dalam mengerjakan soal, menjawab atau mengemukakan pendapatnya. 4. Siswa yang diteliti yaitu siswa kelas XI IPS II MAN I Ngrambe Tahun Ajaran 2010/2011, dengan materi pokok Tahap- Tahap Pencatatan Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa

9 D. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang, maka objek yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah Implementasi Improving Learning dengan metode Role Playing dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran akuntansi materi tahap- tahap pencatatan siklus akuntansi perusahaan jasa pada siswa kelas XI IPS II MAN 1 NGRAMBE Tahun Ajaran 2010/2011? E. Tujuan Penelitian Searah dengan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Improving Learning dengan metode Role Playing sebagai usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran Akuntansi di MAN I NGRAMBE. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan ada beberapa manfaat yang akan diperoleh, baik manfaat secara praktis maupun teoritis. 1. Manfaat secara praktis yaitu : a) Bagi penulis, sebagai referensi dan dapat lebih mengembangkan pembelajaran pembelajaran di sekolah. b) Bagi sekolah dan dewan guru dapat meningkatkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran yang efektif yang salah satunya pembelajaran bermain peran yang berguna meningkatkan keaktifan belajar siswa.

10 c) Bagi masyarakat, untuk menambah wawasan keilmuan, khususnya dalam memilih pembelajaran dan menyajikan materi pelajaran. 2. Sedangkan manfaat secara teoritis yaitu : bahwa hasil penelitian dapat menjadikan sumbangan pemikiran bagi guru-guru dalam melaksanakan proses pembelajaran kepada siswa di dalam kelas.