BAB I PENDAHULUAN. lahir hingga dewasa semua membutuhkan kosmetik. Lotions untuk kulit, powder,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen kosmetik atau produk perawatan kulit yang kini beredar di pasar, yaitu

BAB III ANALISA MASALAH

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar,

BAB I PENDAHULUAN. kecantikan pada kulit wajah dan tubuh sudah menjadi prioritas utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat dan berbentuk sangat kompleks. Menghadapi persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar pasar industri perawatan pribadi dan kosmetik semakin

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin ketat untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan. Dimana kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bervariasi

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Hal ini terbukti dengan banyaknya jenis kosmetika produksi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kosmetik secara industri baru dimulai secara besar-besaran

BAB I PENDAHULUAN. minat konsumen terhadap pembelian kosmetik. Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi), omset industri kosmetik tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya saja. Persaingan sekarang bukanlah apa yang diproduksi perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya perusahaan perusahaan baru

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Ketatnya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari kehidaupan sehari-harinya demi mempertahankan dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketentraman. emosional, karena hal itu merupakan pengalaman subyektif.

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan kulit wajah secara teratur sangat penting dilakukan. secara langsung. Dalam mengatasi masalah tersebut kaum pria

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia adalah suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan dasar

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari pengunaan untuk event-event penting hingga sebagai kebutuhan seharihari.

bukan lagi untuk memenuhi keinginan (wants) saja, melainkan karena kosmetik Berikut adalah tabel perkembangan pasar industri kosmetik di Indonesia.

BAB I: PENDAHULUAN BAB I. Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, LATAR BELAKANG. rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. jenis kosmetika seperti lipstik, pelembab, pensil alis, mascara ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang Indonesia menjadi pasar potensial. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.

A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL. Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya maka diperoleh kesimpulan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya. Bahkan perusahaan saling berlomba untuk mendapatkan image

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan manusia adalah suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang begitu cepat. Globalisasi merambah semua jenis produk dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

2007, h Murti Sumarni, Manajemen Pemasaran Bank, Yogyakarta: Liberty,

BAB I PENDAHULUAN. wanita, dimana kosmetik yang digunakan dapat berupa skin care maupun make

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

BAB I PENDAHULUAN. konsultan mandiri, yang bersama-sama membuat penjualan tahunan melebihi

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri maupun produksi luar negeri. Membanjirnya produk kosmetika di

BAB I PENDAHULUAN. oleh akhlak yang baik dari seorang wanita. Menjadi seorang wanita dituntut untuk

I. PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya perkembangan zaman maka kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Kosmetik adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Yunani kuno. kosmetikus,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan menggemanya semangat back to nature, banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Semua manusia ingin tampil menarik dan menyenangkan, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. banyak industri yang juga mengalami fenomena tersebut. Industri fast moving

BAB 1 PENDAHULUAN. ingin menunjukkan eksistensi dirinya dalam sosialitas. Bagi wanita, kecantikan

BAB I PENDAHULUAN. Canggihnya teknologi saat ini banyak menyuguhkan beberapa saranasarana

BAB I PENDAHULUAN. yang menjanjikan bagi perusahaan kosmetik. Perkembangan kosmetik di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki umat Islam yang berjumlah kurang lebih 87% yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan oleh perusahaan. Perusahaan dituntut untuk mengkomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam mengkombinasikan fungsi-fungsi pemasaran. produk tersebut dipasaran. Salah satunya adalah bagaimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar, setiap perusahaan berusaha menarik perhatian konsumen melalui. pemberian informasi tentang produk yang ditawarkan.

BAB I PENDAHULUAN. prenadamedia, 2010, h.65. Jakarta: Kencana Prenada media group, 2006, h. 57

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

BAB I PENDAHULUAN. kaum hawa. Bahkan kebanyakan dari mereka merasa bangga dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kosmetik sebagian besar didominasi oleh wanita karena kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi satu alasan industri kosmetik tetap tumbuh. Pemerintah mengklaim

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Di era ini perusahaan dapat memperluas pasar produk dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. memperluas target pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama Indonesia. Padahal, di Luar Negeri, banyak wanita justru ingin

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dilepas dari kaum wanita. Secara psikologis wanita memang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan mode pakaian pada era modern ini sudah menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. yang berperan penting dalam menciptakan kualitas terbaik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya

EKSPLORASI SIKAP KONSUMEN TERHADAP KOSMETIK HALAL (STUDI KASUS:WARDAH) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. dan terkait dengan tren yang sedang berlaku. Masyarakat sudah menyadari

BAB I PENDAHULUAN. atau yang biasa disebut bodycare juga digunakan para wanita untuk merawat tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Menghadapi persaingan yang ketat, perusahaan berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia yaitu globalisasi dan kemajuan teknologi. Kedua kekuatan ini

BAB I PENDAHULUAN. Wanita merupakan simbol dari keindahan. Salah satu upaya wanita untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, masyarakat sudah merasakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian saat ini tidak terlepas dari pesatnya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. amat menjanjikan ( Sebagai buktinya, Revlon memenangkan Top Brand Award 2013 kategori

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat sangatlah beraneka

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan persaingan dalam dunia usaha akan dapat. apabila perusahaan bisa menciptakan dan mempertahankan pelanggan

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sekitar Rp. 11 triliun. Menurut Euromonitor Internasional, negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. mempersiapkan diri menghadapi terjadinya perubahan-perubahan besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian uji t pada variabel advertising atau periklanan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejak adanya pasar bebas ASEAN dan China (AC-FTA) yang berlaku

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan ide-ide baru baik dari bidang makanan, pakaian, kosmetik, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar pasar industri perawatan pribadi dan kosmetik semakin kompetitif. Hal ini terbukti dengan banyaknya jenis kosmetika produksi dalam negeri dan produksi luar negeri yang beredar di Indonesia. Membanjirnya produk kosmetika di pasaran mempengaruhi minat seseorang terhadap pembelian dan berdampak kepada proses keputusan pembelian. Pembelian suatu produk kosmetika bukan lagi untuk memenuhi keinginan saja, melainkan karena kosmetika adalah sebuah kebutuhan. Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak bisa dianggap sebelah mata lagi. Jika disadari bahwa baik wanita maupun pria, sejak lahir hingga dewasa semua membutuhkan kosmetik. Lotions untuk kulit, powder, sabun, dan deodorant merupakan salah satu dari sekian banyak kategori kosmetik. Dan sekarang semakin terasa bahwa kebutuhan adanya kosmetik yang beraneka bentuk dengan ragam warna dan keunikan kemasan serta keunggulan dalam memberikan fungsi bagi konsumen, menuntut industri kosmetik untuk semakin terpicu mengembangkan teknologi yang tidak saja mencakup peruntukkannya dari kosmetik itu sendiri namun juga kepraktisan didalam penggunaannya. Sebagai contoh, keberadaan sabun cair dalam kemasan yang unik dan praktis dibawa atau dari sisi formulasinya seperti lotions tabir surya telah ada 1

kandungan pelembabnya sehingga bagi pengguna terasa praktis dan hal ini akan menjadi alternatif bagi masyarakat yang senang berpergian. Memang wajar jika terjadi persaingan tajam di industri kosmetik saat ini. Pasalnya nilai pasar bisnis kosmetik diam-diam sangat besar dan menggiurkan. Menurut data Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi), omset industri kosmetik tahun 2011 sebesar Rp 10,404 triliun. Dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 20% (tahun 2010 ke 2011 tumbuh 16,9 %), omset industri kosmetik di tahun 2012 bisa mencapai minimal Rp 12,2 triliun. Data Kementrian Perindustrian menunjukkan bahwa saat ini ada 744 produsen kosmetik di Indonesia yang terdiri dari 28 perusahaan besar, 208 perusahaan menengah dan 508 perusahaan kecil (Jayanti, 2012). Diantara banyak pemain itu, diakui Ketua Perhimpunan Pengusaha dan Asosiasi Kosmetik (PPA Kosmetik) bahwa persaingan di pasar domestik jauh lebih ketat ketimbang merek asing. Sejak diberlakukannnya harmonisasi kosmetik ASEAN di awal 2011, daya saing produk lokal cukup terganggu. Produk lokal tertekan oleh proses perizinan yang rumit dan batasan dalam bahasa promosi ataupun kemasan (Jayanti, 2012). Dalam era globalisasi persaingan bisnis yang semakin dinamis, kompleks dan serba tidak pasti, bukan hanya menyediakan peluang tetapi juga tantangan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan untuk selalu mendapatkan cara terbaik guna merebut dan mempertahankan pangsa pasar. Populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai bilangan 90% dari jumlah total warga (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar, seyogyanya Indonesia menjadi segmen pasar yang potensial 2

dikarenakan pola khusus mereka dalam mengkonsumsi suatu produk. Produk yang mendapat pertimbangan utama dalam proses pemilihannya berdasarkan ketentuan Syariat yang menjadi tolak ukur konsumen Muslim adalah produk makanan dan minuman. Tetapi bagi konsumen kosmetik khususnya, belum diketahui secara pasti apakah sertifikasi atau label halal dipandang sebagai faktor yang dianggap penting dalam pemilihan dan pembelian produk. Fenomena pada konsumen kosmetik di Indonesia saat ini dimana masyarakat Muslim hampir sepenuhnya bergantung pada produk kosmetik yang dibuat oleh non-muslim dan kesadaran serta pengetahuan mereka terhadap produk halal masih tergolong rendah (Syed dan Nazura, 2011) dalam Husain, dkk (2012:1). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku mengkonsumsi produk perawatan tubuh dan kecantikan yang halal belum tentu searah dengan banyaknya penduduk beragama Islam. Dalam arti, bahwa seseorang yang beragama Islam belum tentu bahwa ia akan selalu berperilaku secara Islami, khususnya dalam mengkonsumsi kosmetik halal. Disamping itu, menurut Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obatobatan dan Kosmetika-Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) ingredient produk kosmetik yang paling banyak digunakan dan beredar dipasar Indonesia saat ini seperti kolagen, ekstrak plasenta, cairan amnion, serta sodium heparin yang berasal dari bahan haram bertentangan dengan Syariat Islam dan 95% produk kosmetik di Indonesia tidak mempunyai sertifikasi halal menurut syariat Islam, padahal terdapat 112.545 produsen kosmetika yang terdaftar hingga Mei 3

2011 (Perkosmi). Dengan demikian, isu bahan halal dalam produk kosmetik menghadapi tantangan serius. Dorongan konsumen yang ingin tampil lebih menarik dari orang lain dapat membuat konsumen dalam melakukan pembelian. Schiffman dan Kanuk (2008) menyatakan bahwa motivasi digambarkan sebagai tenaga pendorong dalam diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak. Tenaga pendorong tersebut dihasilkan oleh keadaan tertekan, yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Rivai (2006) mengatakan bahwa motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal spesifik sesuai dengan tujuan individu. Setiadi (2010), menyatakan bahwa motivasi adalah pemberi daya gerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau berkerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Selain itu faktor gaya hidup juga dapat memicu konsumen dalam melakukan pembelian kosmetik. Hampir semua wanita bergantung kepada produk kosmetik, terutama bagi wanita yang telah bekerja, mereka dituntut untuk selalu berpenampilan menarik dan ini yang membuat mereka konsumtif terhadap produk kosmetik. Kotler (2002) menyatakan bahwa gaya hidup merupakan pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menunujukan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uang, dan bagaimana mengalokasikan waktu mereka. Oleh karenanya hal ini berhubungan dengan tindakan dan perilaku sejak lahir. 4

Sehubungan dengan perkembangan hijab di Indonesia, maka tren kosmetik halal juga berkembang dengan pesat. Karena wanita muslim yang berhijab pasti juga menginginkan kosmetik yang mereka gunakan bebas dari bahan-bahan yang berbahaya dan haram. Wardah kosmetik merupakan salah satu pelopor kosmetik halal di Indonesia. Wardah kosmetik merupakan produk dari PT. PUSAKA TRADISI IBU (PTI), didirikan pada tanggal 28 Februari 1985, oleh pasangan suami istri Drs. H. Subakat Hadi, M.Sc dan Dra. Hj. Nurhayati Subakat, Apt. Drs. H. Subakat Hadi, M.Sc merupakan sarjana kimia lulusan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), sedangkan sang istri Dra. Hj.Nurhayati Subakat, Apt adalah Sarjana Farmasi alumni dari Institut yang sama pula, lulusan tahun 1975, dan memperoleh gelar apoteker pada tahun 1976. Pada awal berdirinya (Tahun 1985) PT. PTI hanya memproduksi produk perawatan rambut. Kemudian pada tahun 1987 disusul dengan perawatan rambut Merk dagang Ega yang dipasarkan ke salon-salon. Selanjutnya pada tahun 1993 PT. PTI meluncurkan produk perawatan rambut dan kulit dengan merk Puteri yang penggunaanya ditujukan untuk pemakaian sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen, pada tahun 1995 PT. PTI meluncurkan produk kosmetika halal yaitu Wardah, kemudian disusul dengan peluncuran merk dagang Zahra. Untuk merk dagang Zahra dipasarkan khusus melalui jaringan pemasaran berjenjang Syariah (Multi Level Marketing) Ahad Net Internasional. Disamping itu, produk-produk Wardah memiliki sertifikat halal dari LP POM MUI serta non-alkohol. 5

Pengembangan produk yang dilakukan oleh PT. PTI telah berhasil merebut perhatian dari segmen wanita Muslim. Ditunjukkan dengan peningkatan penjualan kosmetik Wardah di Sumatera Barat dari tahun 2002-2013. Namun jika dilihat dari pangsa pasar yang dimiliki oleh kosmetik Wardah yaitu sebesar 12,85% yang mana masih tertinggal jika dibandingkan produk kosmetik dengan penjualan terbaik yang didominasi perusahaan-perusahaan multinasional, seperti Unilever pangsa pasar mencapai 60%, Procter & Gamble (P&G) pangsa pasar mencapai 20%, dan L oreal dengan pangsa pasar 8% (Rahma, 2012). Dimana produk dari perusahaan multinasional ini belum memiliki sertifikasi halal. Saat ini masyarakat Muslim hampir sepenuhnya bergantung pada produk kosmetik yang dibuat oleh non-muslim dan kesadaran serta pengetahuan mereka terhadap produk halal masih tergolong rendah. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku mengkonsumsi produk perawatan tubuh dan kecantikan yang halal belum tentu searah dengan banyaknya penduduk beragama Islam. Dalam arti, bahwa seseorang yang beragama Islam belum tentu selalu bergaya hidup secara Islami, khususnya dalam mengkonsumsi kosmetik halal. Konsumen muslim membutuhkan keterangan bahwa produk tersebut halal untuk dikonsumsi. Perkara halal-haram merupakan wacana yang mudah sekali bergulir di Indonesia. Alasan yang mendasarinya dikarenakan penduduk Indonesia yang sebagian besar merupakan umat muslim Salah satu cara pemasaran Wardah adalah dengan mengadakan event-event yang bekerja sama dengan berbagai komunitas Hijab dalam mengadakan make up class dan hijab class di berbagaikota, termasuk di Kota Padang. Dengan tujuan 6

untuk mengajarkan cara menggunakan hijab, cara mengunakan kosmetik yang benar lalu menanamkan gaya hidup berhijab yang baik juga dilengkapi dengan produk kosmetik yang baik juga dan memotivasi masyarakat agar semakin mantap untuk berhijab. Pengguna hijab juga bisa lebih mengenal dan mempelajari lebih dalam tentang tutorial make up Wardah dan hijab melalui media sosial (youtube, facebook dan beauty blog). Namun untuk harga produk kecantikan Wardah masih cukup terjangkau dari produk pesaingnya. Adapun perbandingan harga produk kosmetik Wardah tersebut secara umum dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 1.2 Perbandingan Harga Perunit Produk Kosmetik Wardah Pixy Sari Ayu La Tulipe Lipstik Rp 37.000 Rp 38.400 Rp 38.000 Rp 42.500 Two Way Cake Rp 48.000 Rp 27.600 Rp 47.500 Rp 47.500 Blush On Rp 33.000 Rp 23.000 Rp 40.000 Rp 44.000 Eye Shadow Rp 36.000 Rp 30.000 Rp 44.000 Rp 24.500 Eye Brow Rp 29.500 Rp 25.000 Rp 30.000 Rp 27.500 Sumber : Survey toko di Plasa Andalas (PA) di Kota Padang, Des 2013 Dalam mengusung label kosmetik islami halal akan membuat ruang gerak Wardah sangat terbatas. Wardah dibelenggu oleh aturan serta opini dan persepsi yang berkembang di tengah masyarakat. Wardah yang termasuk sebagai kosmetik yang segmennya sempit karena berlabel halal, tentunya harus memiliki strategistrategi pemasaran yang jitu agar masyarakat yang menjadi target pasarnya mengetahui tentang informasi produknya. Dalam perkembangan waktu, demi mendapatkan target pasar wanita yang dinamis, Wardah menunjuk Dian Pelangi. Dian Pelangi yang memiliki kredibilitas yang baik, dan menginspirasi wanita 7

khususnya usia muda untuk berjilbab dengan stylish tentunya diharapkan mampu menginformasikan produk ini ke konsumen luas. Seiring berjalannya waktu, kini Wardah mencoba untuk memperluas segmen pasarnya. Tidak hanya menampilkan wanita berjilbab sebagai bintang iklannya, kini Wardah mulai menggandeng wanita tidak berjilbab tapi tetap konsisten dengan memposisikan sebagai kosmetika yang berlabel halal. Melalui perluasan tersebut, Wardah mencoba menanamkan persepsi bahwa kosmetik halal tidak hanya dapat digunakan oleh wanita berhijab, tetapi justru dapat digunakan oleh siapa pun yang ingin tampil cantik. Selain itu juga dengan mempertahankan kualitas terbaiknya dan menjadikan kualitasnya lebih baik lagi yang dituangkan dalam produk yang berbahan dasar halal, tentunya akan menjadikan kesan tersendiri bagi pangsa pasarnya. Dan diperkuat dengan citra mereknya yang positif dan pembubuhan label halal akan menjadikan salah satu potensi besar Wardah untuk bersaing di kalangan industri kosmetik dan untuk merebut hati para konsumen. Sehubungan dengan paparan di atas maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya hidup dan motivasi konsumen terhadap proses keputusan pembelian, serta mengetahui dan menganalisis faktor dominan yang berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian kosmetik Wardah di Kota Padang. Dari uraian tersebut judul penelitian ini adalah: "Pengaruh Gaya Hidup dan Motivasi Konsumen Terhadap Proses Keputusan Pembelian Kosmetik Merek Wardah (Studi Kasus Pada Wanita Berhijab di Kota Padang) 8

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gaya hidup berpengaruh positif terhadap proses keputusan pembelian kosmetik merek Wardah di Kota Padang? 2. Bagaimana motivasi berpengaruh positif terhadap proses keputusan pembelian kosmetik merek Wardah di Kota Padang? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat disusun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap proses keputusan pembelian kosmetik merek Wardah di Kota Padang. 2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap proses keputusan pembelian kosmetik merek Wardah di Kota Padang 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,antara lain sebagai berikut : 1. Dapat menjadi acuan dan salah satu bahan referensi bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengaruh gaya hidup dan motivasi terhadap proses keputusan pembelian. 9

2. Dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan dalam hal menyikapi perilaku konsumennya khususnya dalam hal proses keputusan pembelian yang dipengaruhi oleh faktor gaya hidup dan motivasi. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini dibagi dalam beberapa bab dengan pokok pembahasan umum sebagai berikut: Pembahasan penelitian akan di bagi menjadi 5 bab dengan sistematika berikut ini : BAB I Merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Merupakan landasan teori yang membahas teori yang relevan dengan penelitian yang akan diadakan. BAB III Merupakan metode penelitian yang berisi tentang pembahasan desain peneilitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, defenisi operasional variabel, jenis data yang digunakan, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. BAB IV Merupakan pembahasan yang meliputi karakteristik responden, deskripsi jawaban responden, hasil analisis data serta pembahasan. BAB V Merupakan penutup yang meliputi kesimpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran.. 10