PERANAN BANK INDONESIA DALAM PENGAWASAN DAN PEMBINAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Oleh Eli Ratnaningsih

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. sendi penting dalam perekonomian nasional. Dengan kondisi perbankan yang. dalam menjaga kelangsungan pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. modal untuk kelancaran usahanya. Perkembangan perekonomian nasional dan

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BAB III PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO MENURUT KETENTUAN PBI 13/23/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

I. PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia telah memberi peranan yang sangat berarti dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Bank di dalam menjalankan fungsi menawarkan jasa-jasa keuangan,

Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan BPR dan BPRS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMBAHASAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

I. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1992/31, TLN 3472]

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

ANDRI HELMI M, A.Md., SE., MM.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI LAUT SEJAHTERA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TEGAL SARI KOTA TEGAL

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN. Melemahnya nilai tukar rupiah yang terus berubah-ubah menjadi masalah

Jacob Abolladaka Pendidikan Ekonomi, FKIP-Undana Kupang-NTT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

STIE DEWANTARA Manajemen Bank

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat. Saat ini perbankan merupakan salah satu unsur pengembangan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan

I. UMUM II. PASAL...

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. telah menetapkan undang-undang mengenai Mortgage (Perumahan). Peraturan

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini. Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang No. 10

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORITIS

No. 3/23/DPNP Jakarta, 30 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

SISTEM DAN KEBIJAKAN PERBANKAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam. perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 39

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SISTEM PERBANKAN. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. semua sektor perekonomian. Dengan memberikan kredit kepada sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia terasa

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Pasal Ayat Batang Tubuh Penjelasan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

STIE DEWANTARA Pengertian Sistem & Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LIKUIDASI BANK DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Pengertian Likuidasi Bank menurut Pasal 1 angka 13 Peraturan Lembaga

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/29/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penulisan secara umum yang akan ditulis.

Ronny Kusnandar ISSN Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

Andri Helmi M, SE., MM Manajemen Dana Bank

Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar melemah diluar batas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 31 Tahun 1992 TLN Nomor 3472, Pasal 4. Aditya Bakti, 2003), hal 86. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dimana kegiatannya hanya menghimpun dana atau kembali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan urat nadi perekonomian suatu bangsa, sehingga apabila terjadi masalah di dunia perbankan

BAB I PENDAHULUAN. adequacy ratio), batas maksimum pemberian kredit (legal lending limit), kualitas aktiva

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/24/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan kemudahan untuk mendirikan bank, cukup dengan setor modal

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

BAB I PENDAHULUAN. Masih banyak perbankan yang tidak melakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998

- 2 - Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Nega

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

Kegiatan yang dilakukan Bank Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

Transkripsi:

PERANAN BANK INDONESIA DALAM PENGAWASAN DAN PEMBINAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Oleh Eli Ratnaningsih Abstrak Perkembangan industri BPR yang terus meningkat sejalan dengan perkembangan dunia perbankan dan teknologi informasi yang cukup pesat perlu diawasi dan dibina agar tercipta BPR yang sehat, mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik dan berkembang secara wajar serta bermanfaat bagi perekonomian nasional. Di Indonesia, kewenangan di dalam pengawasan dan pembinaan BPR dilakukan Bank Indonesia. Dalam rangka mengamati dan membina bank, Bank Indonesia menetapkan peraturan memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari Bank, melaksanakan pengawasan bank dan mengenakan sanksi terhadap bank. Pendahuluan Bank Perkreditan Rakyat, yang selanjutnya disebut BPR adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat 4 undang-undang nom7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan undangundang nomor 10 tahun 1998, dalam undang-undang tersebut secara tegas disebutkan bahwa BPR adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan meyalurkan dana dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect dan pendapatn bunga. Adapun usaha-usaha BPR adalah (1) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan atau dalam bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, (2) memberikan kredit, (3) menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada bank lain. Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum. Tetapi tidak boleh dilakukan BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah (1)

menerima simpanan berupa giro, (2) melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, (3) melakukan usaha perasuransian, (4) melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam usaha BPR. Kesediaan masyarakat menyerahkan dananya pada BPR-BPR pada dasarnya tanpa jaminan yang bersifat kebendaan dan semata-mata hanya dilandasi oleh kepercayaan bahwa pada waktunya dana tersebut akan kembali ditambah dengan sejumlah penghasilan dari bunga atau bagi hasil investasi. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap suatu BPR mempunyai efek domino yang dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap BPR lainnya sehingga BPR secara keseluruhan mengalami kesulitan. Oleh karena itu, kebutuhan untuk melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap perbankan sangat diperlukan untuk menjaga kepercayaan masyarakat. TUJUAN PENGAWASAN DAN PEMBINAAN BPR Pengawasan dan pembinaan BPR merupakan salah satu tugas Bank Indonesia sebagaimana ditentukan dalam pasal 8 undang-undang no 23 tahun 1999 yang telah diubah dengan UU No. 3 tahun 2004. Dalam rangka melaksanakan tugas mengawasi dan membina bank, Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari BPR, melaksanakan pembinaan dan mengenakan sanksi terhadap BPR. Untuk maksud tersebut, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuanketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian, ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian tersebut bertujuan untuk memberikan rambu-rambu bagi penyelenggaraan kegiatan usaha perbankan, guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat. Pengawasan dan pembinaan BPR diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai (1) lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana, (2) pelaksana kebijakan moneter, dan (3) lembaga yang ikut berperan membantu pertumbuhan ekonomi serta pemerataan agar tercipta perbankan yang sehat, sistem perbankan

secara menyeluruh maupun individual dan mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi perekonomian nasional. Dalam menjalankan tugas pengawasan perbankan, saat ini Bank Indonesia melaksanakan pengawasan dengan menggunakan dua pendekatan yakni (1) pengawasan berdasarkan kepatuhan dan (2) pengawasan berdasarkan risiko, pendekatan pengawasan berdasarkan pemantauan kepatuhan bank untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terkait dengan operasi dan pengelolaan bank, sedangkan pengawasan berdasarkan risiko difokuskan pada aktivitas fungsional bank serta sistem pengendalian risiko. KEGIATAN OPERASIONAL DAN IMPLEMENTASI PENGENDALIAN RISIKO DI BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Sebagaimana halnya dengan bank umum, BPR dapat melakukan kegiatan usaha perbankan konvensional dan berdasarkan prinsip syariah. Disamping itu, ketentuan operasional terutama yang berkaitan dengan prinsip kehati-hatian yang berlaku bagi bank umum juga berlaku bagi BPR, antara lain ketentuan mengenai CAR, LDR dan BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit). Fungsi BPR tidak hanya sekedar menyalurkan kredit kepada para pengusaha mikro kecil dan menengah, tetapi juga menerima simpanan dari masyarakat. Dalam penyaluran kredit kepada masyarakat menggunakan prinsip 3T, (Tepat Waktu, Tepat Jumlah, Tepat Sasaran) karena proses kreditnya yang relatif cepat persyaratan lebih sederhana dan sangat menegrti akan kebutuhan nasabah. Jenis layanan yang dapat diberikan oleh BPR meliputi (1) menghimpun dana masyarakat dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu, (2) memberikan kredit dalam bentuk kredit modal kerja, kredit investasi, maupun kredit konsumsi. Bank dalam mencapai tujuannya untuk memperoleh keuntungan dengan menjalankan fungsi menawarkan jasa-jasa keuangan selalu dihadapkan kepada risiko. Tanpa kegiatan usaha berisiko tersebut, bank tidak akan memperoleh return

sebagai imbal hasil. Oleh karena itu, bank harus membina dan mengelola berbagai jenis risiko secara efektif dan efisien agar dampak megatifnya tidak terjadi. Raghavan (2003) menyatakan risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Untuk dapat menerapkan proses manajemen risiko, maka pada tahap awal bank harus secara tepat mengidentifikasi risiko yang sudah ada (inherent risk) maupun yang mungkin timbul dari suatu bisnis baru bank, termasuk risiko yang bersumber dari perusahaan terkait dan afiliasi lainnya. Penerapan manajemen risiko untuk Bank Perkreditan Rakyat, berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, selama ini pengawasan Bank Indonesia terhadap BPR menggunakan borang penilaian tersendiri. Borang tersebut sekaligus sebagai panduan untuk menilai sejauh mana penerapan manajemen resiko yang dilakukan oleh BPR. Aspek-aspek yang dinilai dalam borang tersebut mencakup dua hal, yakni manajemen umum dan manajemen risiko. Manajemen umum merupakan penilaian Bank Indonesia atas sistem pengelolaan BPR yang meliputi empat elemen, yakni (1) strategi/sasaran, (2) struktur, (3) sistem, dan (4) kepemimpinan. Aspek manajemen risiko merupakan penilaian Bank Indonesia terhadap sistem pengendalian risiko oleh masing-masing BPR yang meliputi : (1) risiko likuiditas, (2) risiko kredit, (3) risiko operasional, (4) risiko hukum, dan (5) risiko pemilik/pengurus. Selengkapnya, masing-masing aspek diuraikan sebagai berikut: (1) Manajemen umum Meliputi strategi/sasaran, sistem, struktur dan kepemimpinan. Pihak Bank Indonesia (BI) menilai mengenai rencana kerja tahunan BPR sebagai dasar acuan kegiatan usahanya, menilai bagan organisasi, apakah telah mencerminkan kegiatan bank, kemudian menilai kegiatan operasional dan pemberian kredit yang dilaksanakan sesuai dengan sistem dan prosedur tertulis dan apakah pimpinan senantiasa melakukan pengawasan terhadap perkembangan dan pelaksanaan kegiatan bawahannya. Dan yang terakhir Bank Indonesia (BI) menilai apakah pimpinan Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) komit untuk menangani permasalahan bank yang dihadapi serta senantiasa melakukan langkah-langkah perbaikan yang dilakukan dan apakah direksi serta karyawan memiliki tertib kerja yang meliputi disiplin kerja serta komitmen. (2) Manajemen Risiko Jenis-jenis risiko yang dihadapi BPR adalah sebagai berikut: Pertama, risiko likuiditas, yaitu risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang salah tempo dari sumber pendanaan arus kas dan atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. Likuiditas sangat penting untuk menjaga kelangsungan usaha bank. Oleh karena itu, bank harus memiliki manajemen risiko likuiditas bank yang baik. Kedua, risiko kredit, yaitu risiko ketidakmampuan debitur atau counter party melakukan pembayaran kembali kepada bank. Jenis risiko ini merupakan risiko terbesar dalam sistem perbankan Indonesia dan dapat menjadi penyebab utama bagi kegagalan bank. Ketiga, risiko operasional, yaitu ketidakpastian mengenai usaha bank merupakan risiko operasional bank antara lain dapat berasal dari: a. Kemungkinan kerugian dari operasi bank bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank. b. Kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk baru yang diperkenalkan. Keempat, risiko hukum, yaitu risiko yang tumbuh akibat hukum dan atau kelemahan aspek yuridis, risiko ini timbul antara lain karena adanya ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai. Kelima, risiko pemilik/pengurus, yaitu berkaitan dengan: a. Ketidakikutsertaan mencampuri kegiatan operasional sehari-hari yang cenderung menguntungkan kepentingan sendiri, keluarga atau grupnya sehingga merugikan bank.

b. Direksi bank dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya melakukan hal-hal yang cenderung menguntungkan diri sendiri, keluarga atau grupnya berpotensi akan merugikan bank. c. Dewan komisaris tidak melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan tugas direksi dalam batasan tugas dan wewenang yang jelas yang dilakukan secara efektif. PELAKSANAAN PENGAWASAN BPR Dalam melaksanakan pengawasan terhadap BPR, Bank Indonesia melakukannya dengan dua cara, yaitu pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung dapat berupa pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan keuangan bank dan untuk memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku serta untuk mengetahui apakah terdapat praktek-praktek tidak sehat yang membahayakan kelangsungan usaha bank, sedangkan pengawasan tidak langsung, yaitu pengawasan melalui alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan bank. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 8/26/PBI tanggal 8 Nopember 2006 tentang Bank Perkreditan Rakyat, BPR harus diperiksa minimal satu tahun sekali, kegiatan pemeriksaan lainnya dilakukan tergantung pada sejauh mana suatu bank dipandang mengandung potensial problem yang memerlukan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan pada dasarnya dimaksudkan untuk meyakini kebenaran data yang dilaporkan BPR, menggali lebih lanjut permasalahan yang dihadapi, melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan action program, serta untuk tujuan lainnya dalam rangka pengawasan bank secara dini. Untuk mencapai sasaran bidang pengawasan BPR, perlu inisiatif strategis yang harus dilakukan Bank Indonesia (BI) adalah dengan menyempurnakan peraturan yang sesuai dengan karakteristik BPR, misalnya ketentuan mengenai pengelolaan aktiva produktif tentang kewajiban penyediaan modal minimum BPR dan perihal penerapan manajemen risiko bagi BPR serta melengkapi kerangka pengawasan seperti CAMEL.

Penyempurnaan peraturan tersebut adalah dimaksudkan agar aktivitas operasional yang dilakukan bank tidak menimbulkan kerugian yang melebihi kemampuan bank untuk menyerap kerugian tersebut atau membahayakan kelangsungan usaha bank dan juga agar pengelolaan seluruh aktivitas bank dapat terintegrasi ke dalam suatu sistem pengelolaan risiko yang akurat dan komprehensif serta mampu menganalisa dan mengelola seluruh risiko yang terkait. PENUTUP Dari hal-hal yang diuraikan diatas, dapatlah diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Di Indonesia, tugas dan wewenang untuk mengawasi dan membina bank adalah Bank Indonesia (BI). 3. Tujuan pengawasan bank adalah menciptakan iklim yang kondusif agar BPR dapat tumbuh dan berkembang secara sehat sesuai kebutuhan masyarakat. 4. Dalam kegiatan operasional dan pengelolaan atas risiko yang terjadi pada BPR berbeda dengan bank umum, sehingga dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaannya juga perlu prosedur dan tata cara berbeda. DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia, 2011. Himpunan Peraturan Perbankan. Jakarta. Bank Indonesia Dahlan Siamat, 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Intermedia. Jakarta. Surat Edaran Bank Indonesia No. 27/1/BPPP tanggal 3 Agustus 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 8/26/PBI tanggal 08 Nopember 2006 tentang Bank Perkreditan Rakyat Raghavan, R.S, 2003. Risk Management in Bank Chartered Accountant.

Undang-undang nomor 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan. RIWAYAT PENULIS Nama : Eli Ratnaningsih, SE., M.Si. Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tridharma Bandung.