BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan seluruh potensi daerah guna mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Wawancara dengan Moda Transportasi Penumpang/Orang (angkutan Kota, Mobil Pribadi dan Kendaraan bermotor Roda dua)

Teknika; Vol: 2, No: 4, September 2012 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua (sepeda

ANALISIS KELAYAKAN PENAMBAHAN ARMADA BUS TIC DI TINJAU DARI INVESTASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. Mobil Penumpang (emp) adalah faktor yang menunjukkan pengaruh berbagai tipe

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Untuk mendukung kelancaran pergerakan dan interaksi penduduk

2017, No Republik Indonesia Nomor 5229); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lntas dan Angkutan Jalan (Lembaran N

BAB VI INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

ANALISIS KINERJA DAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN TERMINAL BARANG DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

Sejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN PEMBANGUNAN TERMINAL BARANG DI KABUPATEN ASAHAN TESIS. Oleh FAHMI PANDAPOTAN /PWD

TINJAUAN PUSTAKA. mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Sementara menurut Papacostas

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. akan memberikan kemungkinan laba yang besar bagi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia negara yang sedang berkembang, pembangunannya terus

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, yang. pembangunannya terus mengalami perkembangan yang diwujudkan dalam

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai aspek, antara lain ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Industrialisasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah membutuhkan jasa angkutan yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka

III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN. Kebijaksanaan pembangunan nasional di sektor transportasi adalah

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

BAB I PENDAHULUAN. Sarana infrastruktur jalan mempunyai peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Fidel Miro, 2004). Dewasa ini transportasi memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB IV ANALISIS KERAGAAN 22 KABUPATEN TERTINGGAL. Kajian mengenai karakteristik kondisi masing-masing wilayah diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG TERJADINYA KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI PRIMER KAWASAN PASAR UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. dari kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. arah perubahan struktural desa-kota diharapkan dapat berlangsung secara seimbang

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR KHUSUS TERHADAP INTENSITAS PARKIR DI KAWASAN SIMPANG LIMA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Oleh : S u y a d i L2D

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab secara profesional dalam menggali sumber-sumber. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan merata dan terpadu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kupang merupakan bagian dari wilayah negara Indonesia, terletak di

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada dasarnya adalah usaha untuk mengoptimalkan pemanfaatan seluruh potensi daerah guna mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi tersebut meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan (Suryanto, 1994:64). Jika dilihat dari aspek keruangan, potensi dari setiap daerah atau wilayah pada kenyataannya tidaklah sama baik dari jenis, jumlah maupun kualitasnya. Dengan penataan ruang yang optimal dapat menghindari inefisiensi dalam pemanfaatan sumber daya lokal. Berbagai upaya terus dilakukan untuk menggali potensi sumber dana yang ada guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan daerah. Peningkatan sumber pembiayaan yang berasal dari pendapatan asli daerah dilaksanakan dengan melakukan pungutan atas subyek, obyek dan tarif yang didukung oleh peraturan perundang undangan. Dengan cara ini maka upaya peningkatan pendapatan asli daerah diharapkan tidak menjadi distorsi bagi kemajuan perekonomian daerah maupun minat menanamkan modal di daerah tersebut. Alternatif sumber daya pembiayaan yang dapat dikembangkan adalah bagi hasil pajak dan bukan pajak, bantuan pemerintah pusat, pinjaman daerah dan peningkatan investasi swasta.

Pemerintah Kabupaten Asahan membutuhkan biaya cukup besar dalam menyediakan pelayanan dan perbaikan sarana serta prasarana yang dibutuhkan sektor usaha swasta. Keterbatasan keuangan daerah mengharuskan para perencana pembangunan untuk menentukan skala prioritas dalam pemenuhan kebutuhan prasarana fisik (Kunarjo, 2002: 20). Pemerintah Daerah harus lebih kreatif dan mampu menciptakan iklim yang mendorong peningkatan peran sector swasta/investor dalam pembangunan sarana dan prasarana pelayanan umum di daerah. Pihak swasta akan mendapat keuntungan dari investasi yang ditanamkan, sedangkan pemerintah daerah mempunyai kesempatan untuk membangun proyek prioritas lain sehingga secara otomatis dapat meringankan belanja publik yang harus disediakan. Untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang menjadi sasaran, maka perlunya transportasi hingga ke sentra-sentra produksi merupakan suatu kondisi yang harus ditumbuhkan. Dimana pada kondisi sekarang sistem transportasi tersebut masih kurang sampai ke sentra-sentra produksi. Salah satu sarana dan prasarana yang harus disediakan oleh pemerintah daerah adalah pada sektor transportasi. Menurut Mithani (1999: 1), transportasi memberikan kontribusi yang sangat penting bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Kontribusi ini tercapai apabila ada sistem transportasi yang efisien dan memadai untuk pergerakan manusia dan barang. Manfaat pengembangan sistem Transportasi adalah menghubungkan kawasan kegiatan yang saling berjauhan, tulang punggung bagi proses urbanisasi yang meningkatkan hubungan kota-desa, menentukan bentuk kota, meningkatkan mobilitas faktor-faktor produksi, mempengaruhi distribusi spasial

kegiatan ekonomi. Pembangunan sektor transportasi dimaksudkan untuk menggerakkan berbagai potensi daerah, pembangunan sarana dan prasarana transportasi agar mampu menjadi pendukung pertumbuhan bagi kawasan-kawasan di perkotaan. Bagi daerah perkotaan, transportasi yang aman dan lancar selain mencerminkan keteraturan kota juga menunjukkan kelancaran kegiatan perekonomian kota. Perwujudan kegiatan transportasi yang baik adalah dalam bentuk tata jaringan jalan dengan segala kelengkapan penunjang (Nasution, 2004: 23). Selain itu akan mempertinggi aksesibilitas dari potensi sumber daya dan memperluas pasar. Kabupaten Asahan merupakan daerah dengan dominasi struktur industri pengolahan hasil hasil pertanian (Agro Industri ) seperti industri sepatu dan industri minyak kelapa sawit, industri minyak kelapa, karet. Disisi lain, bahan baku untuk kepentingan industri harus didatangkan dari daerah/kecamatan didaerah sekitar kabupaten asahan. Kebutuhan akan ketersediaan bahan baku tersebut menyebabkan permintaan jasa transportasi. Menurut Nasution (1996: 12), transportasi merupakan derived demand yang berperan penting dalam saling menghubungkan antara daerah sumber daya, daerah produksi dan daerah pemasaran produk. Oleh karena itu, Kisaran menjadi tempat tujuan masuk bagi bahan baku dengan skala besar dalam waktu dan lokasi yang berbeda-beda, selain industri kegiatan ekonomi lainnya yang menjadi sumber PDRB yang cukup berarti adalah perdagangan, tingginya jumlah barang barang komoditi yang masuk ke Kisaran menyebabkan banyaknya jumlah kendaraan

berat yang memasuki kawasan CBD (centra buseniss district), hal ini disebabkan karena setiap pengusaha memiliki gudang untuk penyimpanan barang masing masing yang lokasinya berada dikawasan perkotaan, hal ini berdampak negatif bagi sistem transportasi kota kisaran, untuk mengurangi dampak negatif tersebut Kabupaten Asahan telah merencanakan pembangunan Terminal Barang sebagai fasilitas pelayanan publik dibidang transportasi dan juga sebagai sumber pendapatan asli daerah yang baru bagi kabupaten asahan. Dengan transportasi, bahan baku dan produk industri dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain sehingga bisa dipergunakan di tempat lain dimana barang tersebut tidak tersedia dan dengan demikian menciptakan manfaat tempat (place utility). Penyimpanan atau pergudangan yang didukung oleh tersedianya sarana transportasi memungkinkan bahan baku dan produk industri disimpan sampai waktu yang dibutuhkan, karenanya tercipta manfaat waktu (time utility). Gambar 1.1. Angkutan Barang di Ruas Jalan Perkotaan

Sebagian besar bahan komoditi langsung didistribusikan ke pabrik dan pergudangan yang berlokasi di dalam kota seperti yang terlihat pada Gambar 1.1 di atas sehingga menyebabkan kemacetan, kesemrawutan dan kerusakan jalan. Selama ini dampak negatif dari angkutan barang bahan baku industri yang masuk ke dalam kota tidak pernah diperhitungkan. Hal yang sama terjadi pada saat pengangkutan produk industri dan perdagangan untuk dipasarkan ke luar Kota Kisaran. Pembangunan Terminal Barang merupakan suatu cara menghilangkan eksternalitas akibat angkutan barang bahan baku industri bertonase besar yang memasuki kota dan angkutan produk industri yang berasal dari dalam menuju luar kota. Pengenaan tarif atas pemanfaatan fasilitas Terminal Barang merupakan perumusan perhitungan atas biaya sosial yang seharusnya menjadi beban pengusaha. Rencana pembangunan Terminal Barang oleh Pemerintah Kabupaten Asahan selain bertujuan meningkatkan PAD juga untuk mengelola arus distribusi keluar masuk barang baik dalam Kabupaten Asahan, antar kabupaten, maupun yang berskala nasional. Dengan pembangunan Terminal Barang, Pemerintah Kabupaten Asahan mempunyai peluang untuk memperoleh pendapatan asli daerah baru yang dapat dimanfaatkan untuk membiayai pelaksanaan pembangunan. Keberadaan Terminal Barang juga menjadi sarana yang dapat dimanfaatkan oleh daerah disekitarnya seperti Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Batu Bara.

Tabel 1.1. Data Angkutan Barang di Kabupaten Asahan Tahun Jumlah Angkutan Barang (Unit) 2008 745 2009 1183 2010 2588 Sumber: Data Asahan Dalam Angka Dari data di atas diketahui bahwa jumlah angkutan barang di Kabuapten Asahan dari tahun 2008 sampai kepada tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Tabel 1.2. Kondisi Jalan di Kabupaten Asahan 2008-2010 (dalam persen) Kondisi Jalan Tahun 2008 2009 2010 Baik 13,68 27,32 20,18 Sedang 5,78 6,55 6,61 Rusak 74,93 60,09 62,76 Rusak Berat 5,61 6,04 10,31 Sumber: Data Asahan Dalam Angka Sesuai dengan data pada tabel diatas keberadaan industri dan pergudangan di dalam kawasan perkotaan memberikan masalah yaitu semangkin tingginya tingkat kerusakan jalan di Kabupaten Asahan. Hal ini diduga akibat angkutan barang bertonase besar keluar atau masuk ke kota. Angkutan barang bertonase besar ini memuat bahan baku dan produk industri serta barang komoditi langsung keluar atau masuk kota sehingga menyebabkan dan mempercepat kerusakan badan jalan.

Panjang jalan di seluruh Kabupaten Asahan pada tahun 2009 mencapai 1353.21 km yang terbagi atas jalan Negara (90.81 km), jalan propinsi (117.32 km) dan jalan kabupaten (1145.08 km). Untuk jalan kabupaten sebagian besar permukaannya adalah Aspal 159.20 km, Kerikil 348.81 km, Tanah 542.99 km, dan Hotmix 94.08 km. Kondisi jalan di Kabupaten Asahan masih memerlukan perhatian yang serius, dengan kondisi jalan baik 190,13 km, jalan sedang 43,3 km, jalan rusak 1009,65 km dan jalan rusak berat 110,13 km. Walaupun sudah terjadi perbaikan di beberapa ruas jalan tetapi sebagian besar jalan di Asahan kondisinya masih rusak dan rusak berat baik jalan kabupaten maupun jalan Negara. Menurut Setijowarno dan Frazila (2003: 55), pelayanan angkutan barang memiliki ciri-ciri pelayanan yaitu prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan dan kelas jalan, tersedianya tempat memuat dan membongkar barang, dan dilayani dengan kendaraan bermotor jenis mobil barang. Pembangunan Terminal Barang di Kabupaten Asahan merupakan wujud kebijakan transportasi dalam menata angkutan barang untuk industri dan perdagangan yang berlokasi di dalam kota. Dengan melihat uraian di atas, kiranya perlu dilakukan analisis Kebutuhan Pembangunan Terminal Barang di Kabupaten Asahan. 1.2. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka kita dapat menguraikannya lebih lanjut dalam bentuk:

1.2.1. Identifikasi Masalah Dengan latar di atas maka kita dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat pada penelitian sebagai berikut: a. Tingginya persentase kerusakan jalan kabupaten yang meningkat setiap tahun yang diakibatkan oleh kendaraan bertonase besar yang memasuki kawasan perkotaan di Kabupaten Asahan; b. Tidak tersedianya tempat bongkar muat dan pergudangan yang disediakan oleh pemerintah daerah di Kabupaten Asahan. 1.2.2. Batasan Masalah Dari semua masalah yang teridentifikasi, penelitian ini dibatasi dengan belum tersedianya tempat bongkar muat dan pergudangan di Kabupaten Asahan. 1.2.3. Rumusan Masalah Melihat batasan masalah diatas dan keterbatasan yang ada maka yang menjadi bahan penelitian adalah Menentukan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas terminal barang di kota Kisaran sebagai bentuk peningkatan pelayanan serta usaha untuk penataan tertib lalu lintas di kawasan kota Kisaran. Memperhatikan rumusan masalah diatas, pertanyaan penelitian (research question) yang diangkat dalam penelitian ini, adalah Bagaimana Tanggapan Masyarakat dan Pengusaha tentang Kebutuhan Rencana Pembangunan Terminal Barang di Kabupaten Asahan?

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah diatas maka judul yang diambil dalam penelitian ini adalah Analisa Kebutuhan Pembangunan Terminal Barang di Kabupaten Asahan. 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan masyarakat terhadap pembangunan terminal angkutan barang di Kabupaten Asahan. 1.3.2. Manfaat Penelitian 1) Teoritis Penelitian ini berguna untuk dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama menyangkut ilmu perencanaan dan pengembangan wilayah pedesaan dan perkotaan 2) Praktis a. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Asahan tentang kebutuhan pembangunan terminal barang di Kabupaten Asahan. b. Sebagai peningkatan pelayanan terhadap masyarakat dalam hal kelancaran berlalu lintas dari penataan sistem angkutan barang di kawasan Kota Kisaran.