PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MAJENE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PERKEMBANGAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMANTAUAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) PILAR PERTAMA DI KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN BIDANG P2PL DINAS KESEHATAN KAB. BIMA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

RINGKASAN PRASTATI THALIB NIM :

PROGRAM PENGUATAN KEBERLANJUTAN UNTUK STBM KABUPATEN/KOTA DAN MASYARAKAT

Kata kunci : sanitasi lingkungan, pemukiman nelayan, peran serta masyarakat

Perilaku Masyarakat Pasca Kegiatan Pemicuan Pada Program Gerakan Sanitasi Total (GESIT) (Studi Di Desa Candijati Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember)

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. 1,1 milyar orang tidak memiliki fasilitas sanitasi. Hal ini kemudian berpengaruh pada

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MELAKSANAKAN 5 PILAR STBM DI SOROWAJAN BANTUL

: [i] adanya inginan untuk meningkatkan kondisi air minum

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) ADVOKASI,ORIENTASI, PEMICUAN, DAN DEKLARASI STBM

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

LAMPIRAN 5Deskripsi Program dan Kegiatan

Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

Gerakan STBM di Kabupaten Ende

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PROMOSI KESEHATAN TINGKAT MASYARAKAT

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

1,2,3 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar

DRAFT INSTRUMEN MONITORING KOMPONEN PHBS DAN LAYANAN HIGIENE SANITASI (DI MASYARAKAT DAN SEKOLAH)

BAB V PENUTUP. 1. Terdapat pengaruh antara penerapan metode Community Led Total Sanitation

BAB V Area Beresiko Sanitasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peran sanitasi dalam kesehatan masyarakat memiliki dampak yang cukup vital, sanitasi

Kelompok seperti inilah yang menjadi target grup program Pamsimas

BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

Disampaikan oleh: MENTERI KESEHATAN RI pada SEMINAR dan LAUNCHING INDONESIAN WOMEN for WATER, SANITATION and HYGIENE Jakarta, 18 Februari 2015

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SANITARIAN DALAM MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT NI LUH SARI ADNYANI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

VERIFIKASI ODF Di Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kontribusinya pada aspek perekonomian, sosial kemasyarakatan, maupun

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan

BAB I PENDAHULUAN. segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut. diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.05).

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DENGAN KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIBOGOR KABUPATEN TEGAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

IRGSC Policy Brief. Menuju Pembangunan Sanitasi yang Berkelanjutan: Pembelajaran dari Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

BAB 4 PEMBAHASAN. Umur

Terms of Reference Proyek Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka dituangkan

Tanam Satu Tumbuh Seribu

Evaluasi Capaian Pelaksanaan Pamsimas Komponen B

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Pedoman Pelaksanaan Pemicuan Desa

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

PERSEPSI STAKEHOLDERS

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT

BAB 1 PENDAHULUAN. besar di sungai, pekarangan rumah, atau tempat- tempat yang tidak

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TAMALANREA KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V AREA BERESIKO SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

MENEROBOS KETERBATASAN BERBAGI PENGALAMAN IMPLEMENTASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI JAKARTA UTARA

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI

Transkripsi:

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MAJENE Abdul Ganing, Miftah Chairani Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Mamuju ABSTRACT There is 89.02% urban/rural yet On Defecation Free (ODF) in Regional of Majene. Factors affecting the formation of village ODF is community behavior. The aim of this study was to describe behavior of society (knowledge, attitudes, and actions) towards the establishment of ODF village in Regional of Majene. Qualitative research methods carried out in Tande Timur and Adolang Dhua Village with descriptive design. The number of informants as many as 29 people (22 people informant ordinary and 7 key informants). Data processing begins with coll (place holder) ecting the results of the interview are processed, according to the studied variables and the contents analyzed and presented in manuscript form. The research result shows that the knowledge, attitudes and actions of people is good and supports the formation of ODF in the Village of Tande Timur. Knowledge and attitudes of people in the village Adolang Dhua is good yet the action not support to become ODF village. Keyword: behavior, total sanitation based community, on defecation free. PENDAHULUAN STBM adalah suatu pendekatan partisipatif yang mengajak masyarakat untuk menganalisa kondisi sanitasi mereka melalui suatu proses pemicuan, sehingga masyarakat dapat berpikir dan mengambil tindakan untuk meninggalkan kebiasaan buang air besar mereka yang masih di tempat terbuka dan sembarang tempat. Pendekatan yang dilakukan dalam STBM menyerang/menimbulkan rasa jijik, malu dan takut kepada masyarakat tentang kondisi lingkungannya. Melalui pendekatan ini kesadaran akan kondisi yang sangat tidak bersih dan tidak nyaman di timbulkan. Melalui pendekatan ini juga ditimbulkan kesadaran bahwa sanitasi (kebiasan BAB di sembarang tempat) adalah masalah bersama karena dapat berimplikasi kepada semua masyarakat sehingga pemecahannya juga harus dilakukan dan dipecahkan secara bersama. STBM meliputi 5 pilar, yaitu tidak buang air besar (BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar, mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman (Kementerian Kesehatan, 2009). STBM ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 untuk mempercepat pencapaian MDGs tujuan 7c, yaitu mengurangi hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi tahun 2015. Selanjutnya pada tahun 2025 diharapkan seluruh masyarakat Indonesia telah memiliki akses sanitasi dalam kesehariannya, sebagaimana amanat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia 2005 2025 (Yulianto. D, 2011). Akses sanitasi dasar layak di Indonesia masih berada dibawah Filipina, Singapura, Laos, Vietnam, Myanmar, Thailand, bahkan negara tetangga Malaysia. Kementerian Kesehatan terus melakukan perbaikan dibidang pelayanan kesehatan dan kebijakan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. STBM merupakan program lanjutan dari program WSLIC-2 (Second Water and Sanitation for Low Income Communities) dan CLTS (Community Led Total Sanitation). (Kesehatan, 2014). Jumlah kelurahan/desa di Kabupaten Majene sebanyak 82 desa/kelurahan, terdapat 73 (89,02%) desa/kelurahan yang telah melaksanakan STBM, dan hanya 1 diantaranya termasuk desa On Defecation Free (ODF) pada tahun 2013 dan terjadi peningkatan pada tahun 2014 menjadi 4 desa ODF. Hasil yang diperoleh hanya Kelurahan Tande Timur yang dinyatakan kelurahan ODF, selebihnya 10 kelurahan/desa dinyatakan belum ODF disebabkan karena faktor perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat, sungai, dan badan air yang digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan hygiene. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan perilaku masyarakat terhadap 66 Jurnal Kesehatan MANARANG

sanitasi total berbasis masyarakat di Kabupaten Majene. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan rancangan deskriptif. Penelitian dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan focus group discussion (FGD). Lokasi penelitian adalah Kelurahan Tande Timur Kecamatan Banggae Timur dan Desa Adolang Dhua Kecamatan Pamboang Kabupaten Majene, dilaksanakan pada 4 Juni 2015 sampai 31 Oktober 2015. Variabel bebas adalah perilaku masyarakat (pengetahuan, sikap, dan tindakan), dan variabel terikat adalah desa ODF. Informan dalam penelitian adalah masyarakat yang melaksanakan STBM dengan alasan peserta mampu memberikan jawaban dan berpartisipasi melaksanakan STBM. Kriteria informan penelitian adalah berdomisili di lokasi penelitian, dapat menjelaskan STBM dan bersedia menjadi informan. Jumlah informan sebanyak 29 orang, terdiri dari informan biasa sebanyak 22 orang (masyarakat yang berdomisili di Kelurahan Tande Timur 11 orang dan di Desa Adolang 11 orang) sebagai triangulasi data. Informan kunci sebanyak 7 orang (Kepala Seksi Sarana Penyediaan Air Minum dan Jamban Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Majene 1 orang, Kepala Puskesmas Pamboang 1 orang, Kepala Puskesmas Lembang 1 orang, Sanitarian 2 orang dan Fasilitator Pamsimas 3 orang). Proses pengolahan data dimulai dengan mengumpulkan hasil wawancara yang diolah sesuai variabel yang diteliti serta menggunakan content analysis dan disajikan dalam bentuk narasi. HASIL PENELITIAN Luas wilayah Kelurahan Tande Timur 4,01 Km 2, jarak dari ibu kota Kecamatan Banggae Timur 5 Km, jarak dari ibu kota Kabupaten Majene 7 Km. Batas wilayah Kelurahan Tande Timur sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Polewali Mandar, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Lembang, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Tande, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Baurung. Kelurahan Tande Timur terdiri dari 5 lingkungan, yaitu Lingkungan Kaloli, Lingkungan Buttu Samang, Lingkungan Salubulo, Lingkungan Lutang dan Lingkungan Taluwung. Topografi Kelurahan Tande Timur adalah dataran. Luas wilayah Desa Adolang Dhua 11,15 Km 2, jarak dari Ibu Kota Kecamatan Pamboang 10 Km dan jarak dari Ibu Kota Kabupaten Majene 27 Km. Batas wilayah Desa Adolang Dhua, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Mosso Dhua, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Banua Adolang, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sirindu, sebelah timur berbatasan dengan Desa Adolang. Desa Adolang Dhua terdiri dari 4 dusun, yaitu Dusun Pasapoang Barat, Dusun Seiyang, Dusun Penawar, dan Dusun Imogere. Topografi Desa Adolang Dhua adalah dataran tinggi (pegunungan). Aktifitas di Kelurahan Tande Timur dan Desa Adolang Dhua sebagian besar adalah petani (Majene, 2014). Distribusi penduduk berdasarkan jumlah penduduk, pendidikan, mata pencaharian, rumah tangga miskin dan agama di lokasi penelitian (lihat Tabel 1). Akses masyarakat terhadap jamban menjadi indikator desa ODF, distribusi penduduk menggunakan jamban keluarga (lihat Tabel 2). Cakupan penduduk yangg menggunakan jamban di Kelurahan Tande Timur sebesar 100% sehingga dinyatakan ODF. Sedangkan di Desa Adolang Dhua cakupan penduduk menggunakan jamban keluarga baru sebesar 80,90%, cakupan penduduk tertinggi menggunakan jamban keluarga di Dusun Seiyang sebesar 22,76%, terendah di Dusun Pasapoang Barat sebesar 18,5%, Desa Adolang Dhua dinyatakan belum ODF. Langkah awal penerapan STBM, yaitu meningkatkan perilaku tentang pentingnya STBM dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku memiliki 3 domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. (Murti.B, 2006). Tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang STBM dapat menjadi bahan intervensi. (Susilowaty, 2010). Pengetahuan informan terkait STBM melaui FGD di Kelurahan Tande Timur dan Desa Adolang Dhua dinyatakan tahu STBM, seperti kutipan kalimat informan: STBM die, maksudnya sanitasi berbasis masyarakat, waktu itu ada pemicuan dari petugas Puskesmas dan ibu Wara, diajak masyarakat supaya tidak beol di sembarang tempat (FGD no. 11, Kel. Tande Timur, tanggal 26 Oktober Ooo yang waktu itu dikumpulki dan dikasi tahu jangan buang air disembarang tempat (FGD no. 12, 67 Jurnal Kesehatan MANARANG

Desa Adolang Dhua, tanggal 25 Oktober Informan di Kelurahan Tande Timur dan Desa Adolang Dhua mengetahui STBM sehingga dapat mendorong sikap dan praktek akan pentingnya tidak BABs, terbukti kelurahan Tande Timur dinyatakan ODF. Informan di Desa Adolang Dhua juga mengetahui STBM, tetapi belum dinyatakan desa ODF. Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin Penduduk, Umur, Pendidikan, Mata Pencaharian, Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Majene Karakteristik Kelurahan Tande Timur Desa Adolang Dhua n = 1.757 % n = 1.018 % Jenis Kelamin Laki-Laki 867 49,34 527 51,76 Perempuan 890 50,65 491 48,23 Umur Penduduk 0 5 Tahun 236 13,43 117 11,49 6 16 Tahun 336 19,12 249 24,45 17 30 Tahun 495 28,17 276 27,11 31 55 Tahun 512 29,14 289 28,38 56 Tahun 178 10,13 87 8,54 Pendidikan Tidak Tamat SD 0 0 63 6,18 SD 576 32,78 397 38,9 SMP 382 21,74 297 29,17 SMA 553 31,47 228 22,39 Diploma (D3) 32 1,82 20 1,96 S1 191 10,87 13 1,27 S2 23 1,30 0 0 Mata pencaharian PNS 182 13,41 11 1,08 Petani 307 22,62 188 18,46 Nelayan 1 0,07 0 0 Wiraswasta 78 5,74 41 4,02 Pesiunan 25 1,84 0 0 Rumah tangga miskin 165 KK 189 KK Sikap merupakan respon evaluatif yang dapat berbentuk positip mapun negatif. Sikap merupakan pernyataan seseorang terhadap suatu obyek. Pernyatan Sikap masyarakat Kelurahan Tande Timur yang bersedia menerima program STBM sangat mendukung keberhasilan kelurahan ini menjadi kelurahan ODF, seperti kutipan kalimat informan: Waktu datang petugas PKM dan orang fasilitator yang melakukan pemicuan, banyak jeki yang hadiri (FGD no.6, Kel. Tande Timur, 26 Oktober 2015). Baguski bu kalau beol di jamban ki, apalagi adami air dari program Pamsimas (FGD no.5, Kel. Tande Timur, 26 Oktober 2015). Kalau kita beol disembarang tempat bisa merusak lingkungan dan mendatangkan penyakit (FGD no.3. 68 Jurnal Kesehatan MANARANG

Kel. Tande Timur, tanggal 26 Oktober Beol disembarang tempat baru kita gali tanah dan tidak bagus ditutup, baunya kemana-mana dan anak yang bermain-main tanah itu bisa kena diare dan cacingan (FGD no.7, Kel. Tande Timur, tanggal 26 Oktober Tabel 2. Distribusi Penduduk Menggunakan Jamban di Kabupaten Majene Kelurahan/Desa Jumlah Jamban Cakupan Penduduk Dilayani Kelurahan Tande Timur : Lingkungan Kaloli 37 176 100 Lingkungan Buttu Samang 64 212 100 Lingkungan Salabulo 57 502 100 Lingkungan Lutang 87 434 100 Lingkungan Taluwung 76 433 100 Jumlah 321 1.757 100 Desa Adolang Dhua : Dusun Pesapoang Barat 26 201 18,15 Dusun Seiyang 35 292 22,76 Dusun Penawar 40 224 19,42 Dusun Imogeare 32 233 20,22 Jumlah 133 950 80,90 % Sikap yang serupa juga dilakukan oleh masyarakat di Desa Adolang Dhua, sepeti kutipan informan: Waktu pemicuan pak, banyak jeki yang hadir (FGD no.9, Desa Adolang Dhua, tanggal 25 Oktober 2015). Khan waktu pemicuan adami beberapa yang bersedia bangun jamban pak (FGD no.7, Desa Adolang Dhua, tanggal 25 Oktober 2015). Untuk desa Adolang Dhua, masalah ekonomi menjadi salah satu kendala bagi masyarakat untuk membangun jamban, seperti kutipan informan: Susahki membangun jamban pak, tidak ada danata (FGD no.5, Desa Adolang Dhua, tanggal 25 Oktober 2015). Banyakji yang mau bangun jamban disini pak setelah ikut pemicuan, tapi itumi lagi masalahnya karena tidak ada uangta (FGD no.6, Desa Adolang Dhua, tanggal 25 Oktober 2015). Mengetahui tahapan seseorang mengambil keputusan untuk berperilaku baru sangat bermanfaat bagi para pendidik kesehatan untuk membuat perencanaan kegiatan pelaksanaan dan evaluasi suatu program pendidikan kesehatan masyarakat. (Azwar, 2005). Tindakan nyata informan di Kelurahan Tande Timur tentang STBM, seperti kutipan kalimat informan: Sekarang nyamanmi bu kalau mau beol, tidak perlu lagi menggali dan sembunyi-sembunyi (FGD no.5, Kel. Tande Timur, tanggal 26 Oktober Tidak takut meki lagi sekarang kalau mau beol malam-malam (FGD no.3, Kel. Tande Timur, tanggal 26 Oktober Kalau ada tamu dari Makassar, tidak malu-malu meki lagi karena adami WC di rumah (FGD no.8, Kel. Tande Timur, tanggal 26 Oktober Bersihmi sekarang lingkunganta, karena tidak adami WC sepanjang 69 Jurnal Kesehatan MANARANG

jalan (FGD no.1, Kel. Tande Timur, tanggal 26 Oktober Hampir 100% masyarakat disini sudah pakai WC (FGD no.3, Kel. Tande Timur, tanggal 26 Oktober Ie, hampir semua masyarakat sudah menggunakan WC, kebetulan ada lagi programnya pemerintah WC umum jadi yang tidak punya WC bisa kesana (FGD no.11, Kel. Tande Timur, tanggal 26 Oktober Tindakan nyata informan di Desa Adolang Dhua tentang STBM juga terlihat seperti kutipan kalimat informan: Pasti enakki pak kalau adami WC ta, tidak perlu meki lagi takut kalau mau beol malam-malam (FGD no.5, Desa Adolang Dhua, tanggal 25 Oktober Banyakji yang mau bangun jamban disini pak setelah ikut pemicuan, tapi itumi lagi masalahnya karena tidak ada uangta (FGD no.6, Desa Adolang Dhua, tanggal 25 Oktober Tindakan nyata di masing-masing lokasi penelitian ini, dapat dinyatakan baik. Kelurahaan Tande Timur 100% penduduk menggunakan jamban sebagai tempat BAB. Desa Adolang Dhua 80,90 % penduduk menggunakan jamban, selebihnya BAB di kebun dan sungai disebabkan karena faktor kebiasaan dan keterbatasan dana. PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan ahwa terdapat perbedaan antara perilaku masyarakat di desa ODF dengan masyarakat di desa belum ODF. Perilaku adalah adanya sesuatu ide/gagasan baru, yang diperkenalkan kepada individu dan yang diharapkan untuk diterima/dipakai oleh individu tersebut. Mengadopsi suatu hal baru di dalam diri seseorang dimulai dengan proses yang berurutan dalam beberapa tahap, yaitu tahap memahami, meminati, menilai, mencoba dan mengadopsi, sesudah paham adanya suatu hal baru, seseorang yang berminat akan mencari informasi lebih lanjut kepada orang lain, petugas kesehatan atau anggota kelompok masyarakat yang dinilai lebih mengetahui tentang hal baru tersebut. Perubahan perilaku sangat dipengaruhi oleh ide dan komitmen petugas dan masyarakat. Perubahan perilaku ditandai dengan adanya perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan masyarakat tentang STBM di kelurahan Tande Timur dan Desa Adolang Dhua menggambarkan tingkat pengetahuan yang sama tentang STBM, sebagian besar masyarakat telah mengetahui tentang SBTM disebabkan karena petugas sanitarian puskesmas dan fasilitator STBM telah beberapa kali melakukan pemicuan, masyarakat juga memperoleh informasi STBM dari orang lain, media massa, seperti televisi, radio. Tingkat pendidikan di Kelurahan Tande Timur lebih baik bila dibandingkan dengan Desa Adolang Dhua. Kondisi ini juga mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang STBM, sehingga Kelurahan Tande Timur dinyatakan ODF. Desa Adolang Dhua belum mampu menjadi Desa ODF disebabkan karena faktor kebiasaan dan ekonomi. Sejalan dengan penelitian Media, Y. (2002) di Kabupaten Subang tahun 2002, yang melakukan pengumpulan data dengan wawancara mendalam, diskusi kelompok, hasilnya menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap dan penerimaan berkaitan dengan gerakan kesehatan lingkungan dan hygiene perorangan cukup positif. Pembentukan sikap dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, institusi atau lembaga tertentu serta faktor emosi dalam diri individu yang bersangkutan (Sugiono, 2008). Pengetahuan yang baik akan ditunjukkan dengan sikap yang mendukung. Sikap masyarakat terhadap STBM di Kelurahan Tande Timur dan desa Adolang Dhua sebagian besar menyatakan sikap positif terhadap program STBM. Masyarakat di Kelurahan Tande Timur menyambut baik adanya program STBM karena masyarakat telah mengatahui dampak terhadap kesehatan dan lingkungan jika buang air besar sembarangan (BABs). Hasil FGD di Kelurahan Tande Timur menunjukkan bahwa seluruh masyarakat menyatakan siap untuk stop BABs. Sikap seseorang dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Muncul rasa malu masyarakat Kelurahan Tande Timur jika buang air besar di sembarang tempat setelah dilakukan pemicuan. Hal inilah yang menjadi faktor internal yang memunculkan sikap positif 70 Jurnal Kesehatan MANARANG

masyarakat dalam bentuk pernyataan untuk menjadi kelurahan ODF. Sebagian besar masyarakat di Desa Adolang Dhua telah memberikan tanggapan positif terhadap ODF, namun masih ada faktor internal yang mempengaruhi. Mengadopsi suatu hal yang baru, dimulai dalam diri seseorang melalui proses yang berurutan dalam beberapa tahap, yaitu tahap memahami, meminati, menilai, mencoba, dan mengadopsi. Tindakan masyarakat di Kelurahan Tande Timur telah sampai pada tahap adopsi terbukti dengan terbentuknya ODF di kelurahan tersebut. Desa Adolang Dhua masih pada tahap meminati karena terkendala pada faktor kebiasaan dan ekonomi. Solusi faktor kebiasaan dilakukan dengan pemicuan oleh petugas kesehatan dan fasilatator STBM. Faktor ekonomi solusinya dengan kebijakan dana pembangunan jamban yang telah dianggarkan dalam ADD (Anggaran Dana Desa). KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa masyarakat di Kelurahan Tande Timur dan Desa Adolang Dhua telah mengetahui tentang STBM. Terdapat perbedaan perilaku masyarakat di Kelurahan Tande Timur dan Desa Adolang Dhua terhadap STBM, hal inilah yang mempengaruhi pembentukan desa ODF. Sikap yang positif lebih banyak dinyatakan di Kelurahan Tande Timur dibandingkan di Desa Adolang Dhua. Tindakan yang mendukung keberhasilan STBM ada pada Kelurahan Tande Timur (ODF), sedangkan di Desa Adolang Dhua masih kurang. Saran kepada pemerintah agar memberikan komitmen yang kuat terhadap perilaku stop BABs. Petugas kesehatan harus meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam memberikan pemberdayaan masyarakat melalui konsep kearifan lokal. Disarankan untuk penelitian selanjutnya dilakukan dalam bentuk penelitian intervensi. DAFTAR PUSTAKA Azwar. (2005). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Budiarto.E. (2009). Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Hargono K, S. R. (2010). Dasar-Dasar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Surabaya: Universitas Airlangga. Kesehatan, K. (2014). Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator STBM di Indonesia. Kementerian Kesehatan. (2009). Field book pelaksanaan sanitasi total berbasis masyarakat dalam program pamsimas. Majene, B. P. (2014). Majene Dalam Angka. Majene. Media.Y. (2002). Pengetahuan, Sikap, Perilaku Kaitannya dengan Kesehatan Lingkungan dan Hygiene Perorangandi Kabupaten Subang, Jawa Barat. Center of Research and Develop of Health Ecology,NHIRD. Murti, B. (2006). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sugiono (2008). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV.Alfabeta. Susilowaty, S. D. (2010). Faktor-Faktor Demografi dan Perilaku Ibu Hamil dalam Perawatan Antenatal sebagai Risiko Kejadian Distokia di RSUP Dr.Sardjito. Majalah BKM. Yulianto, D. (2011). Peran fasilitator dan Co fasilitator dalam program sanitasi total berbasis masyarakat di Kabupaten Bogor Jawa Barat. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 8 15. 71 Jurnal Kesehatan MANARANG