MENJADI PUSTAKAWAN PROFESIONAL BERSAMA IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA (IPI)

dokumen-dokumen yang mirip
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007: Peluang dan Tantangan Bagi Pustakawan 1

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dibidang pendidikan. Perpustakaan merupakan tempat untuk

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang berkat limpahan rahmat serta karunia-nya kita semua dapat

PENTINGNYA SERTIFIKASI PUSTAKAWAN BAGI PUSTAKAWAN DI PTN/PTS INDONESIA

Seminar, Workshop & Munas FPPTI. Pendahuluan. Latar Belakang Pentingnya Sertifikasi Kesejahteraan Rakyat. Pertumbuhan ekonomi Daya Saing

OPTIMALISASI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN BUDAYA BACA DAN MENULIS YANG UNGGUL DAN KREATIF

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak

PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMBENTUKAN CITRA PERPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IPI Dalam Sertifikasi Pustakawan

Jabatan Fungsional Pustakawan Berdasarkan Permenpan dan RB Nomor 9 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah merupakan Perpustakaan

SAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI PADA RAPAT KERJA PUSAT XVII DAN SEMINAR ILMIAH PUSTAKAWAN INDONESIA

MENULIS SEBAGAI SARANA MENINGKATKAN BUDAYA BACA DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN Haryani Pustakawan UPT Perpustakaan Undip

MERUBAH PARADIGMA PERPUSTAKAAN MELALUI STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN

PERAN PUSTAKAWAN DI ERA INFORMASI

PENGEMBANGAN KARIER PUSTAKAWAN MELALUI JABATAN FUNGSIONAL

PERPUSTAKAAN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UGM : INOVASI KEGIATAN DAN IMPAK

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kejaksaan negeri (biasa disingkat KEJARI) adalah lembaga kejaksaan

RPSEP-82 MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DAN KODE ETIK PUSTAKAWAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DAN PROFESIONALISME.

BAB III LANDASAN TEORI. Terdapat dua kelompok di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PUSTAKAWAN DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM MEMPEROLEH ANGKA KREDIT

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi kehidupan masyarakat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia,

BAB III PERAN KODE ETIK PUSTAKAWAN PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI SUMATERA UTARA

Program Otomasi Perpustakaan IPB Pada Masa Krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen perpustakaan..., Masyrisal Miliani, FIB UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. pelestarian khasanah budaya bangsa, serta memberikan berbagai layanan jasa

PROBLEM KENAIKAN PANGKAT GURU Oleh : Istamaji, S.I.Kom (Analis Kepegawaian Pertama Kantor Kementerian Agama Kab. Way Kanan)

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Pelayanan Sumber Informasi di Perpustakaan

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR... TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN

PERPUSTAKAAN IDEAL: Di Tinjau Dari Berbagai Aspek pendukungnya

BAB I PENDAHULUAN. lainnya yang dibaca dan disimpan menurut tata susunan tertentu untuk

BIMBINGAN PEMUSTAKA UNTUK MAHASISWA BARU STMIK SURABAYA DI ERA DIGITAL. Deasy Kumalawati Perpustakaan STMIK Surabaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masitoh Hamdayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang juga sekaligus sebagai asset bangsa yang nantinya kelak akan

BAB II PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

2016 HUBUNGAN PEMAHAMAN KEPUSTAKAWANAN DENGAN KREATIVITAS PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan perguruan tinggi di era informasi saat ini perlu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Oleh Kepala Bidang Perpustakaan BPAD Provinsi DKI Jakarta

KONDISI SUMBERDAYA MANUSIA DI PERPUSTAKAAN IPB: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN 1. oleh: Abdul Rahman Saleh 2

AYO JADI PUSTAKAWAN. Yuniwati Pustakawan Muda UNDIP

pengamatan (observasi), wawancara mendalam (indept interview) dan dokumentasi dan Pustakawan Bidang Deposit sebagai informannya.

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1. Pengertian

Peningkatan Kompetensi & Profesionalisme Tenaga Perpustakaan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PUSTAKAWAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

MANFAAT LITERASI INFORMASI UNTUK PROGRAM PENGENALAN PERPUSTAKAAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SEKOLAH DASAR ISLAM DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat diperoleh melalui jalur non-formal salah satunya melalui perpustakaan.

ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 90 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN BANTUL

STRATEGI PEMBINAAN MINAT BACA DI PERGURUAN TINGGI OLEH IKHWAN,S.Sos.,M.M (PUSTAKAWAN MADYA UNRAM)

PENTINGNYA PERPUSTAKAAN DI PERGURUAN TINGGI OLEH: IKHWAN, S.Sos.,M.M. Pustakawan Madya UNRAM

Lampiran INSTRUMEN KUESIONER PENERAPAN KODE ETIK PUSTAKAWAN PADA PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI MEDAN

Kompetensi Pustakawan Pengolahan. Qudussisara Perpustakaan UIN Ar-Raniry Banda Aceh

PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DALAM ERA GLOBALISASI INFORMASI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET NIM. K

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

FUNGSI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DAN KOLEKSINYA UNTUK KEPUASAN PEMUSTAKA. Oleh Aries Hamidah

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat

Peran lembaga pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi dalam mempersiapkan kompetensi lulusan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN

TUGAS. Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 45. Kiat-Kiat Memperoleh Angka Kredit Optimal

PERATURAN DAERAH SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PERPUSTAKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERAM BAGIAN TIMUR,

Prosiding Pendidikan Agama Islam ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh peserta didik (in put), pendidik, sarana dan prasarana,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iis Naeni Sabila, 2013

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

Optimalisasi Layanan Koleksi Audio Visual di Perpustakaan ISI Surakarta oleh Sartini. Abstrak

PERMASALAHAN SEPUTAR LAYANAN SIRKULASI DI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI Oleh : Bambang Hermanto 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Banyak negara menerapkan prinsip good governance dengan mengadopsi

KAJIAN PENGADAAN KOLEKSI UPT PERPUSTAKAAN DALAM MENYEDIAKAN INFORMASI YANG DI BUTUHKAN OLEH MAHASISWA UNIVERSITAS SAM RATULANGI

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya

PENGARUH KETERSEDIAAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN TERHADAP TINGKAT KUNJUNGAN PEMUSTAKA DI PERPUSTAKAAN ISNSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

JADI PUSTAKAWAN DI PERGURUAN TINGGI, KENAPA HARUS TAKUT?

BAB I PENDAHULUAN. harus mempunyai nilai kompetensi (Mony, 2012:6). yang cukup panjang dan bukan hal yang kebetulan sesaat semata.

MANAJEMEN PERSONALIA PENDIDIKAN PUSTAKAWAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik commit Indonesia to 1945, user pembukaan alinea ke-4

Oleh: Pembantu Rektor II UB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH

STRATEGI PUSTAKAWAN SUKSES UJI SERTIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN Profil Perpustakaan Institut Manajemen Telkom

BAB I PENDAHULUAN. merupakan unit pelaksana teknis (UPT) yang bersama -sama dengan unit lain

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang dewasa ini sedang giat-giatnya

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

Transkripsi:

ISSN : 2089-6549 MENJADI PUSTAKAWAN PROFESIONAL BERSAMA IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA (IPI) Oleh: Dian Hapsari Abstrak Salah satu dampak perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih adalah semakin membludaknya arus informasi. Teknologi informasi telah menciptakan era baru dalam masyarakat yakni era masyarakat informasi. Pada era ini, kebutuhan masyarakat terhadap informasi juga semakin meningkat, bahkan bisa diibaratkan bagai udara yang dibutuhkan untuk bernafas. Masyarakat semakin membutuhkan informasi dalam setiap aspek kehidupan. Informasi tidak hanya digunakan sebagai kebutuhan tersier atau sekunder tetapi sudah meningkat menjadi kebutuhan primer, bahkan seringkali informasi digunakan sebagai alat bertahan hidup.. Kata Kunci: Pustakawan Profesional, Ikatan Pustakawan Indonesia A. Latar Belakang Semakin banyaknya sumber penghasil informasi, membuat kehadiran informasi menjadi tak terkendali. Semua media berlomba-lomba mengeluarkan informasi dengan berbagai macam slogannya seperti yang terdepan, yang tercepat, yang utama dan lain sebagainya. Sehingga seringkali seseorang merasa kewalahan dengan berbagai informasi yang diterimanya. Bahkan terkadang saking banyaknya, seseorang dapat memperoleh informasi tentang suatu hal yang sama tetapi bertentangan. Lebih parahnya lagi terkadang seseorang tidak dapat menemukan informasi yang dibutuhkannya karena sudah terlalu pusing dengan terpaan informasi yang diterimanya, akibatnya informasi yang seharusnya bisa berguna bagi seseorang malah bersifat useless. Untuk itulah terdapat lembagalembaga atau institusi yang menyediakan layanan informasi baik yang bersifat profit oriented maupun non- profit oriented yang diharapkan dapat membantu seseorang untuk memperoleh informasi yang tepat sesuai dengan kebutuhannya juga pada saat yang tepat. Perpustakaan, sebagai salah satu lembaga penyedia informasi, memiliki peran untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya. Keberadaanya memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Fungsi edukatif/pendidikan Segala koleksi bahan pustaka yang ada di EduLib - Dian Hapsari 119

EduLib, Vol 1, No. 1 November 2011 perpustakaan dapat digunakan untuk mendukung proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut. 2. Fungsi penelitian/research Perpustakaan sebagai penyedia informasi dengan koleksi yang up to date sehingga dapat digunakan sebagai bahan penelitian 3. Fungsi pelestarian Di dalam fungsi pelestarian ini, perpustakaan berperan sebagai sumber deposit bagi karya-karya ilmiah yang dihasilkan oleh civitas akademika lembaga penaungnya ataupun dapat juga bagi koleksi bahan pustaka yang bersifat langka. 4. Fungsi Informasi Perpustakaan diharapkan dapat menyediakan akses informasi yang dibutuhkan para penggunanya (pemustaka) 5. Fungsi rekreatif Keberadaan perpustakaan juga diharapkan menyediakan koleksi yang bersifat rekreatif sehingga pemustaka yang datang dapat memanfaatkan koleksi ini untuk menemukan ide-ide baru ataupun inovasi. Dalam era masyarakat informasi saat ini, kehadiran perpustakaan sebagai lembaga penyedia, pengolah dan kemudian menyebarkan informasi harus dapat menjawab segala tantangan. Untuk itulah perpustakaan harus memikirkan bentuk dan ide-ide kreatif yang tepat untuk dapat melaksanakan fungsi-fungsi tersebut diatas agar jangan sampai tertinggal atau bahkan tergilas kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat. B. Pustakawan Sebagai Profesi Di dalam perpustakaan, banyak faktor yang memegang peranan penting. Salah satunya adalah faktor pustakawan. Sehebat atau secanggih apapun perpustakaannya apabila tidak didukung oleh Sumber Daya Manusia yang baik, dalam hal ini adalah pustakawannya, tidak akan banyak berarti. Namun sayangnya, di masyarakat kita keberadaan pustakawan sebagai suatu profesi seringkali tidak diakui di masyarakat. Banyak yang menganggap pekerjaan pustakawan tidak menarik ataupun tidak ada tantangannya sehingga pustakawan tidak pantas disebut sebagai profesi. Imej tentang pustakawan hanyalah sebatas penjaga buku di sebuah gedung, tua, galak dan tidak menarik. Imej seperti inilah yang terkadang membuat pustakawannya malu menyebutkan pekerjaannya. 120 MENJADI PUSTAKAWAN PROFESIONAL BERSAMA IPI

ISSN : 2089-6549 Seolah-olah profesi pustakawan adalah profesi kelas dua. Apabila begitu bagaimana dunia perpustakaan di Indonesia bisa maju jika pustakawannya sering bersifat malu-malu kucing dengan profesinya sendiri. Padahal apabila ditilik lebih jauh, profesi pustakawan sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Bahkan di film-film sejarah, pustakawan sering digambarkan sebagai sosok yang pintar dan sering memegang informasi yang penting. Luar biasa... Di negara-negara maju yang seringkali menjadi impian dan harapan para pustakawan di Indonesia, pustakawan sudah diakui sebagai suatu profesi. Bagaimana di negara kita? Menurut Sulistyo Basuki (1993) ada 7 (tujuh) syarat yang harus dipenuhi agar suatu pekerjaan dapat diakui sebagai profesi, yakni: 1) adanya organisasi yang anggotanya terdiri atas profesi sejenis, 2) Mempunyai pendidikan dan ketrampilan khusus, 3) Isi intelektual 4) Berorientasi pada jasa, 5) Mempunyai kode etik, 6) kemandirian, 7) Status Sementara, seperti yang diamanatkan dalam Undang- Undang No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, pemerintah menetapkan profesi pustakawan sebagai jabatan fungsional. Dalam jabatan fungsional tersebut seorang pustakawan dituntut untuk : 1) memiliki pendidikan, keahlian dan ketrampilan di bidang perpustakaan yang diperoleh melalui pendidikan formal, penataran atau diklat dan sebagainya, 2) memiliki kemandirian, yaitu mampu memimpin diri sendiri, tidak selalu diperintah, tidak diatur oleh pejabat jabatan fungsional lain, menggunakan ilmu pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan dalam bekerja 3) dinamis, artinya selalu mengikuti perkembangan dan tuntutan profesi, dan 4) mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan sosial dan iptek (Lasa, 1996) Kembali ke masalah perkembangan teknologi, untuk menjawab berbagai tantangan dalam hal ini adalah kebutuhan masyarakat akan informasi yang semakin tinggi dibutuhkan keberadaan seorang pustakawan profesional. Bagaimanakah sosok pustakawan yang profesional tersebut, penulis membayangkan sosok pustakawan profesional adalah sebagai berikut: EduLib - Dian Hapsari 121

EduLib, Vol 1, No. 1 November 2011 (1) Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai kemudian masih mau untuk terus belajar mengenai hal-hal baru untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian dan ketrampilan. (2) Pustakawan harus mempunyai jaringan yang luas. Pustakawan juga manusia, maksudnya pustakawan tidak bisa menangani segala hal tetapi bukan berarti apabila pustakawannya tidak bisa kemudian berhenti, mandek. Sebagai contoh, pustakawan tidak bisa membuat website untuk perpustakaan, maka pustakawan bisa menggunakan jasa seorang ahli informasi teknologi untuk membuatkan website. Atau pun ketika terdapat pemustaka yang meminta suatu informasi yang tidak ada di perpustakaan, dengan jaringan yang luas maka pustakawan bisa mencarikan di tempat lain. Salah satu cara memiliki jaringan yang luas, pustakawan dapat menjadi anggota profesi ataupun turut aktif dalam seminar-seminar. (3) Pustakawan harus menguasai alat-alat pencari informasi. Sudah bukan jamannya lagi pustakawan gaptek. (4) Pustakawan juga menguasai bidang ilmu lain. Misalnya saja pustakawan memiliki kemampuan bahasa asing untuk mengolah bahan pustaka yang berasal dari luar negeri. Ataupun pustakawan memiliku ilmu akuntansi yang digunakan dalam kegiatankegiatan administrasi di perpustakaan. C. IPI dan Pustakawan Seperti telah disebutkan diatas, Salah satu poin agar bisa disebut profesi adalah mempunyai organisasi profesi. Organisasi Profesi sebagaimana diamanatkan dalam UU No 43 Tahun 2007 adalah sebagai berikut: pustakawan membentuk organisasi profesi, berfungsi memajukan dan memberi perlindungan profesi kepada pustakawan, Setiap pustakawan menjadi anggota profesi, Organisasi profesi dibina, dikembangkan, difasilitasi oleh Pemerintah, Pemda dan/atau masyarakat Di Indonesia, profesi pustakawan sebenarnya telah diakui pemerintah melalui SK MENPAN No.18/MENPAN/1988 dan diperbaharui dengan SK MENPAN No. 33/MENPAN/1990, 122 MENJADI PUSTAKAWAN PROFESIONAL BERSAMA IPI

ISSN : 2089-6549 yang kemudian diperkuat dengan keputusan-keputusan lain mengenai hak dan kewajiban profesi pustakawan seperti yang juga termaktub dalam UU No 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Organisasi profesi pustakawan lebih dikenal dengan Ikatan Pustakawan Indonesia atau yang biasa disingkat IPI (yang harus dibaca dengan I-Pe-I). Didirikan pada tanggal 6 Juli 1973 dalam Kongres Pustakawan Indonesia yang diadakan di Ciawi, Bogor, 5-7 Juli 1973. Dari IPI inilah kemudian muncul forum-forum yang berkaitan dengan dunia perpustakaan seperti FP2T (Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi), ISIPI dan lain sebagainya. Namun sayangnya keberadaan organisasi profesi pustakawan masih dirasa kurang terasa manfaatnya bagi para pustakawan karena masih banyak pustakawan yang belum terdaftar bahkan ada juga yang belum tahu tentang IPI. Apalagi kedudukan IPI lebih cenderung mengacu pada profesi pustakawan PNS. Banyak pustakawan di instansi-instansi swasta kurang merasakan manfaatnya ketika bergabung dalam IPI. Untuk itulah peran IPI dalam dunia perpustakaan dan kepustakawan dirasa sangat strategis. IPI diharapkan sebagai lembaga penaung pustakawan, menjawab dan menyelesaiakan segala permasalahan yang dihadapi oleh pustakawan termasuk juga memberi sanksi bagi pustakawan (bila diperlukan) apabila melanggar peraturanperaturanyang telah dibuat. Kemudian IPI juga diharapkan dapat bekerja sama dengan organisasi profesi yang lain sehingga profesi pustakawan lebih dikenal di dunia luar. Karena sebuah organisasi profesi tidak mungkin berdiri sendiri tanpa didukung oleh organisasi profesi yang lain. Untuk itulah sudah seharusnya para pustakawan profesional bersama-sama dengan IPI berjalan tegak bersama-sama untuk memajukan dunia perpustakaan di Indonesia. Menghilangkan imej bahwa profesi pustakawan adalah aneh, salah pilih, ataupun buangan. Melalui IPI, para pustakawan dapat menyalurkan ide-ide kreatif untuk menjawab tantangan pengguna, dapat sharing dengan sesama EduLib - Dian Hapsari 123

EduLib, Vol 1, No. 1 November 2011 pustakawan, menemukan solusi untuk segala permasalahan yang ada di perpustakaan. D. Penutup Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat membuat perpustakaan sebagai salah satu lembaga penyedia informasi harus memikirkan bentuk dan ide-ide kreatif agar dapat menjawab kebutuhan para penggunanya yang semakin cepat. Tuntutan informasi yang cepat, tepat dan akurat yang harus disediakan oleh perpustakaan sudah tidak bisa ditawar lagi apabila perpustakaan tidak ingin ditinggalkan penggunanya. Untuk itulah seorang pustakawan profesional diperlukan untuk menjawab tantangan yang diberikan dengan memanfaatkan adanya teknologi informasi. Sudah bukan lagi jamannya pustakawan hanya berkutat pada kegiatan sehari-hari di perpustakaan. Pustakawan yang hanya hidup di dunianya sendiri tanpa mau beradaptasi dengan dunia luar. Hadirnya teknologi informasi bukan sebagai momok tetapi lebih sebagai sarana yang membantu pustakawan untuk menjalankan tugasnya. Pustakawan profesional adalah pustakawan yang memenuhi beberapa standar kompetensi antara lain yang memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai, bersikap terbuka terhadap hal-hal baru, kreatif dan yang terpenting mau belajar. Dengan demikian seorang pustakawan profesional dapat mengukur dirinya sendiri apakah sudah memenuhi kompetensi yang dimaksud untuk selanjutnya dipikirkan apakah sudah ada penghargaan ataupun reward yang pantas diterima karena profesinya tersebut. Salah satu poin dalam syaratsyarat profesi adalah adanya adanya organisasi profesi. Ikatan Pustakawan Indonesia sebagai organisasi profesi pustakawan di Indonesia sebenarnya mempunyai peran strategis dalam upayanya memajukan dunia perpustakaan dan kepustakawanan di Indonesia. Ke depan diharapkan keberadaan IPI bisa merangkul pustakawan dari segala lapisan. Dengan demikian pustakawan tidak merasa minder untuk mengakui profesinya. 124 MENJADI PUSTAKAWAN PROFESIONAL BERSAMA IPI

ISSN : 2089-6549 Kini, sudah saatnya para pustakawan profesional bergerak bersama-sama dengan IPI berjuang memajukan dunia perpustakaan dan kepustakawanan di Indonesia. Bersama-sama melakukan berbagai kegiatan seperti sosialisasi agar profesi pustakawan semakin dikenal dimasyarakat kita sendiri dan juga para pustakawannya tidak hanya bermimpi untuk menjadikan perpustakaan seperti yang sudah ada di luar negeri. Bukan perkara mudah memang, tetapi bukan berarti tidak bisa kan? Maju dunia perpustakaan di Indonesia!!!! F. Daftar Pustaka Basuki, Sulistyo. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan.Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud Harmawan. 2008. Kompetens Pustakawan: antara harapan dan kerisauan. Makalah Seminar Nasional tentang Kompetensi dan Sertifikasi Profesi Pustakawan, 14 Oktober 2008. Surakarta: UPT Perpustakaan UNS Hastjarjo, Sri. 2009. Membangun dan Mengelola Perpustakaan Masa Depan. Makalah Bedah Buku yang diadakan oleh FISIP UNS, 14 Desember 2009. Surakarta: FISIP UNS Lasa, HS. 1996. Memantapkan Jabatan Fungsional Pustakawan. Makalah Seminar Pustakawan UGM, 13 Januari. Yogyakarta: UPT Perpustakaan UGM Supriyanto.2008. Kompetensi & Sertifikasi Profesi Pustakawan Implikasi UU Perpustakaan No. 32 Tahun 2007. Makalah Seminar Nasional tentang Kompetensi dan Sertifikasi Profesi Pustakawan, 14 Oktober 2008. Surakarta: UPT Perpustakaan UNS Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan EduLib - Dian Hapsari 125

EduLib, Vol 1, No. 1 November 2011 Website http://davidrothman.net/2010/05/04 /professional-librarian diakses tanggal 20 Agustus 2010 http://nurbayanti.blogspot.com/200 9/01/membangun-profesipustakawan-yang.html diakses tanggal 20 Agustus 2010 http://www.ipi.or.id diakses tanggal 20 Agustus 2010 _*****_ 126 MENJADI PUSTAKAWAN PROFESIONAL BERSAMA IPI