Gambaran Jumlah Urin Vol.1 No.2 Edit

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB 1 PENDAHULUAN. kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data. epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa pernah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. bermain toddler (1-2,5 tahun), pra-sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Yayan Akhyar Israr, S.Ked

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Infeksi mikroba. intrinsik untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kemih. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita semua umur,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wanita 54,5% lebih banyak dari laki-laki. Namun pada neonatus, ISK lebih

BAB I PENDAHULUAN. sepsis terbanyak setelah infeksi saluran nafas (Mangatas, 2004). Sedangkan

INFEKSI TERSERING PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN KENCING DI LABORATORIUM KLINIKA SURABAYA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID :

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi

Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Pekanbaru

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

INFEKSI SALURAN KEMIH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan host. ISK berhubungan dengan interaksi antara bakteri patogen dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (ureteritis), jaringan ginjal (pyelonefritis). 1. memiliki nilai kejadian yang tinggi di masyarakat, menurut laporan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I S O L A S I DAN E N U M E R A S I K U M A N P A T O G E N

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. pada wanita hamil maupun wanita tidak hamil. Bakteriuria pada wanita

BAB II TINJAUAN PUSKATA. dijumpai wanita maupun pria. Wanita lebih sering menderita infeksi saluran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. melaksanakan tugas teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang yang. bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit

BAB I PENDAHULUAN. (Morgan, 2003). Bakteriuria asimtomatik di definisikan sebagai kultur

UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS KEDOKTERAN SEMARANG 2006

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yaitu poliuria, polidipsi dan polifagi (Suyono, 2009). Menurut Riskesdas (riset kesehatan dasar) prevalensi diabetes melitus

FAKTOR RISIKO INFEKSI SALURAN KEMIH DI BAGIAN RAWAT INAP RSU MOKOPIDO TOLITOLI TAHUN Hermiyanty

ABSTRAK. Lingkan Wullur, 2009; Pembimbing I : Penny S. M, dr., Sp.PK., M.Kes. Pembimbing II: Yanti Mulyana, Dra., Apt., DMM., MS.

UNIVERSITAS INDONESIA

ABSTRAK. Pembimbing II : Triswaty Winata,dr,M.Kes.

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat saat ini. Salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat

PENDAHULUAN. Sistitis adalah suatu penyakit yang merupakan reaksi inflamasi sel-sel. urotelium melapisi kandung kemih. Penyakit ini disebabkan oleh

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

BAKTERI DAN LEUKOSIT DALAM URIN IBU HAMIL YANG BEKERJA DI PABRIK ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu dianggap berasal dari endoderm. Pertumbuhan dan. perkembangan normal bergantung kepada rangsang endokrin dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hiperplasia prostat atau BPH (Benign Prostate Hiperplasia) adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOESELO SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER URINE DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO

BAB I PENDAHULUAN. rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

Transkripsi:

Gambaran Jumlah Urin Vol.1 No.2 Edit GAMBARAN JUMLAH LEUKOSIT DALAM SEDIMEN URIN DAN HASIL KULTUR URIN PADA PASIEN YANG DIDIAGNOSIS INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUMAH SAKIT UROLOGI DAN BEDAH Dr. BENGGOL MALANG Oleh Roihatul Mutiah Dosen Analis Kesehatan Akademi Analis Kesehatan Malang INTISARI Tujuan dari penelitian yaitu untuk mendapatkan gambaran tentang hasil laboratorium leukosit dalam sedimen urin dan kultur urin pada pemeriksaan yang didiagnosis infeksi saluran kemih di laboratorium klinik RS. Urologi Dan Bedah Dr. Benggol Malang. Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif observasional non eksperimental dengan memberikan gambaran tentang pemeriksaan laboratorium mengenai jumlah lekosit dalam sedimen urin dan hasil kultur urin pada pasien yang didiagnosis ISK berdasarkan klinis di laboratorium klinik Rumah Sakit Urologi dan Bedah Dr.Benggol Malang Dari data pasien yang didiagnosis ISK di Rumah Sakit Urologi Dan Bedah Dr. Benggol Malang, sebanyak 50 pasien didapatkan hasil kultur urin positif baik jumlah leukosit normal maupun meningkat, ISK yang sesungguhnya ternyata hanya 38 pasien (76%) dan sisanya 12 pasien (24%) tidak ditemukan kuman pada hasil kultur urinnya atau steril. PENDAHULUAN Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah episode bakteriuria signifikan (yaitu infeksi dengan jumlah koloni > 100.000 mikroorganisme tunggal per ml) yang mengenai saluran kemih bagian atas (pielonefritis, abses ginjal) atau bagian bawah (sistitis) atau keduanya.( Pierce AG, dkk. 2006 : 166-167) Infeksi Saluran Kemih dapat terjadi baik pada pria maupun wanita dari semua umur. Perbandingan yang terkena ISK antara orang dewasa wanita danpria dewasa berkisar 10 : 1 sampai 50 : 1. ISK terjadi karena ada bakteri yang masuk dari luar melalui uretra naik ke atas ke kandung kemih. Lebih sering ISK terjadi pada wanita, karena uretranya lebih pendek dari pada uretra pria, maka jarak tempuh bakteri lebih pendek pada wanita yang masih aktif melakukan hubungan seks maka bakteri lebih sering masuk kedalam saluran kemih pada saat berhubungan seks. Sedangkan pada wanita yang tidak haid (menopouse) karena hormon estrogen berkurang, maka berbagai jaringan menjadi lebih tipis dan rapuh sehingga lebih mudah terinfeksi. (Nico, dkk. 2004 : 36-40) 1 ISK bisa menjadi awal dari gagal ginjal. Diperkirakan hampir sepertiga sampai setengah jumlah manusia pernah menderita ISK. Di Amerika Serikat ISK menyerang 21 persen wanita dewasa setiap tahunnya, dan 2-4 persen diantaranya kurang beruntung karena mengalami infeksi yang terjadi secara terus-menerus. Lebih dari 5 juta wanita setiap tahunnya mengunjungi dokter karena ganggguan infeksi saluran kemih yang umumnya tidak terkontrol dan dapat berkembang menjadi peradangan pada kandung kemih. Walaupun ISK ini di terapi dengan antibiotika, sebagian pasien mengalami kondisi yang semakin parah menjadi kandung kemih dan infeksi ginjal, dengan konsekuensi yang serius.(alam S, dkk. 2007 : 29-30)

Organisme penyebab terjadinya ISK umunnya adalah basil gram negatif dan staphylococcus epidermidis kemampuan untuk melekat ke permukaan mukosa saluran kemih oleh Escherichia coli disebabkan oleh beberapa serotipe yang memiliki antigen permukaan tertentu (antigen K), yang tampaknya memberikan perlindungan terhadap fagosit strain tertentu proteus sering terjadi patogen saluran kemih karena memiliki pili yang memungkinkan mereka melekat ke epitel penjamu. Dengan demikian, bakteri ini lebih sulit terlepas, cepat naik ke ureter dan menyebabkan pielonefritis.(dinar G, dkk. 2003 : 166, 167) Manifestasi klinis ISK meliputi rasa panas saat kencing, frekuensi urgensi, urin keruh, hematura dan inkontinensia. Urin berubah berwarna gelap dan baunya menyengat. Pemeriksaan bakteriologik pada penderita ISK mempunyai arti yang penting baik dari segi diagnostik maupun untuk pengontrolan terapinya. Walaupun telah disepakati bahwa spesimen urin yang terbaik adalah yang berasal dari suprapubik aspiration (SPA), tapi dalam batas-batas tertentu urine yang berasal dari midstream urine (MSU) masih tetap merupakan bahan pemeriksaan dengan realibilitas yang tinggi, kalau prosedur pengambilan, penampungan dan pengirimannya ke laboratorium memenuhi syarat-syarat tertentu. Yang harus dipertimbangkan ialah bagaimana cara yang terbaik untuk menafsirkan hasil, jumlah leukosit dalam sedimen urin dan kultur urin yang positif maupun negatif.(charlene JR,dkk. 2001 : 210,211) Pengobatan ISK dapat dilakukan dengan antibiotika yang sesuai berdasarkan hasil kultur urin dan obati penyebab yang mendasari (misalnya hilangkan obstruksi). ( Pierce AG, dkk. 2006 : 166-167) Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui dalm bentuk prosentase jumlah leukosit dalam sedimen urin dan hasil kultur urin pada pasien yang didiagnosis infeksi saluran kemih di laboratorium klinik RS. Urologi Dan Bedah Dr. Benggol Malang. Tinjauan Pustaka Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi akibat terbentuknya koloni kuman di saluran kemih. (Rani HAA, dkk.2004 : 19) Beberapa istilah yang sering digunakan dalam klinis mengenai ISK (Purnomo BB. 2008 : 24) Etiologi Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Bermacam-macam mikro organisme dapat menyebabkan ISK, antara lain dapat dilihat pada tabel berikut : (Pattman R, dkk. 2005 : 3) Tabel 1 Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK No. Mikroorganisme Persentase biakan (%) 1. Escherichia coli 50-90 2. Klebsiela atau enterobacter 10-40 3. Proteus sp 5-10 4. Pseudomonas aeroginosa 2-10 5. Staphylococcus epidermidis 2-10 6. Enterococci 2-10 7. Candida albican 1-2 8. Staphylococcus aureus 1-2 Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococci dan Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki usia lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter urin. Demikian juga dengan Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih melalui jalur hematogen dan pada kira-kira 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi salmonella dalam urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui

cara hematogen adalah brusella, nocardia, actinomises, dan Mycobacterium tubeculosa. (Gardjito, dkk. 2005 : 98) Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasienpasien yang menggunakan kateter urin, pasien diabetes melitus, atau pasien yang mendapat pengobatan antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering ditemukan adalah Candida albican dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara hematogen. ( Tessy A, dkk. 2001 : 44) Patogenesis Infeksi Saluran Kemih Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembangbiak di dalam media urin. Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara ascending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal di introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra prostat vas deferens testis (pada pria) buli-buli ureter dan sampai ke ginjal. Gambar 1 Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih. Keterangan: 1. kolonisasi kuman di sekitar uretra, 2. masuknya kuman melaui uretra ke buli-buli, 3. penempelan kuman pada dinding buli-buli, 4. masuknya kuman melaui ureter ke ginjal. (Purnomo BB. 2008 : 24) Diagnosis Gambaran klinis Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai dari tanpa gejala hingga menunjukkan gejala yang sangat berat. (Ronald AS, dkk. 2001 : 428-429) Gejala yang sering timbul ialah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing yang biasanya terjadi bersamaan, disertai nyeri suprapubik dan daerah pelvis. Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi, yaitu : (Sukandar E. 2006 : 32) a. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa nyeri supra pubik, disuria, frekuensi, hematuri, urgensi, dan stranguria b. Pada ISK bagian atas, dapat ditemukan gejala demam, kram, nyeri punggung, muntah, skoliosis, dan penurunan berat badan. Gambar 2 Hubungan antara lokasi infeksi dengan gejala klinis. (Sukandar E. 2006 : 32)

Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah : ( Tessy A, dkk. 2001 : 44) - Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai - Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala, mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal. Oleh karenan itu pola pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK, keadaan anatomi saluran kemih, serta faktor-faktor penyerta lainnya. Bermacam cara pengobatan yang dilakukan untuk berbagai bentuk yang berbeda dari ISK, antara lain : - Pengobatan dosis tunggal - Pengobatan jangka pendek (10-14 hari) - Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu) - Pengobatan profilaksis dosis rendah - Pengobatan supresif. ( Tessy A, dkk. 2001 : 44) Infeksi saluran kemih berulang Untuk penanganan ISK berulang dapat dilihat pada gambar berikut : (Rani HAA, dkk. 2006 : 26) Gambar 3.Penanganan ISK berulang Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu saluran kemih, okstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisistem, gangguan fungsi ginjal. (Rani HAA, dkk.2004 :19)

Pencegahan rikut beberapa cara untuk mencegah ISK: (Kumala W. 2006 : 79) Banyak minum air putih untuk mendorong bakteri keluar Jangan menahan buang air kecil, segeralah buang air kecil saat terasa Basuh kemaluan dari arah depan ke belakang, bukan sebaliknya Segera buang air kecil setelah berhubungan seksual e. Menggunakan pelicin/lubrikasi saat berhubungan seksual apabila cairan vagina terlalu sedikit f. Jika anda menderita infeksi saluran kemih berulang maka hindari penggunaan alat kontrasepsi diafragma. Sebaiknya konsultasi dengan dokter untuk memilih alat kontrasepsi yang lain. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif observasional non eksperimental dengan memberikan gambaran tentang pemeriksaan laboratorium mengenai jumlah lekosit dalam sedimen urin dan hasil kultur urin pada pasien yang didiagnosis ISK berdasarkan klinis di laboratorium klinik Rumah Sakit Urologi dan Bedah Dr.Benggol Malang. Populasi dalam penelitian ini adalah data pasien sebanyak 50 orang yang telah didiagnosis ISK berdasarkan klinis melalui pemeriksaaan laboratorium di laboratorium klinik Rumah Sakit Urologi dan Bedah Dr. Benggol Malang pada bulan Januari sampai Agustus 2010 Teknik Kerja Sampel yang diambil dengan cara menampung urin ke dalam pot urine steril, dengan volume lebih kurang separo pot (Mid Stream/arus tengah) yang biasanya dilakukan pada orang dewasa. Sampel dapat juga diambil dengan menusukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra (kateterisasi) biasanya di lakukan pada orang sakit. Disamping itu, pengambilan sampel urine juga dapat dilakukan secara langsung dari kandung kemih (supra pubik) dan biasanya dilakukan pada bayi dan anak-anak. (Kumala W. 2006 : 79) Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel diantara lain: a) Pot urine steril b) Spuit steril 5 cc c) Kapas alkohol d) Media Transport dalam botol e) Label yang sudah diisi dengan identitas pasien (nama lengkap, tanggal dan jam mulai inkubasi) HASIL DAN PEMBAHSAN Pada hasil pemeriksaan laboratorium pasien yang didiagnosis ISK, jumlah leukosit dalam sedimen urin dan hasil kultur urin di Rumah Sakit Urologi dan Bedah Dr. Benggol Malang, hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2 Dari 50 pasien yang didiagnosa ISK didapatkan gambaran sebagai berikut Negatif Positif Hasil Kultur Urin Jumlah Leukosit Normal 8 Pasien 15 pasien (16%) (30%) Meningkat 4 pasien 23 pasien

(8%) (46%) Sumber Data: RS. Urologi & Bedah Dr.Benggol Malang Tabel 3 Distribusi jenis kelamin dan umur pasien, pada kelompok dengan leukosit meningkat, hasil kultur urin positif dari 23 pasien Jenis Kelamin Perempuan Laki - Laki 7 pasien 16 pasien Uraian: Tabel 4: Umur < 18 th 18-45 th > 45 th 1 pasien 10 pasien 12 pasien Uraian: Tabel 5. Jenis bakteri pada hasil kultur urin yang positif dari 38 pasien No. Jenis Bakteri Jumlah pasien Prosentase

1 Escherichia coli 17 pasien 44,74% 2 Staphylococcus koagulase (-) 9 pasien 23,68 % 3 Enterobacter gergoviae 3 pasien 7,89 % 4 Staphylococcus aureus 2 pasien 5,26 % 5 Salmonella arizonae 2 pasien 5,26 % 6 Salmonella spp 1 pasien 2,63 % 7 Enterobacter cloacae 1 pasien 2,63 % 8 Klebsiella pneumoniae 1 pasien 2,63 % 9 Pseudomonas pseudomallei 1 pasien 2,63 % 10 Aeromonas hydrophila 1 pasien 2,63 % Uraian: Prosentase jenis bakteri mulai dari yang terbanyak pada hasil kultur urin positif dari 38 pasien sebagai berikut:

g. Prosentase Enterobacter cloacae = 2,63 % h. Prosentase Klebsiella pneumoniae = 2,63 % i. Prosentase Pseudomonas pseudomallei = 2,63 % j. Prosentase Aeromonas hydrophila = 2,63 % Pembahasan Berdasarkan data pasien yang didiagnosis ISK di Rumah Sakit Urologi Dan Bedah Dr. Benggol Malang, sebanyak 50 pasien. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil kultur urin positif baik jumlah leukosit normal maupun meningkat, ISK yang sesungguhnya ternyata hanya 38 pasien (76%). Sisanya sebanyak 12 pasien (24%) tidak ditemukan kuman pada hasil kultur urinnya. Distribusi jenis kelamin pada 23 pasien yang jumlah leukosit dalam sedimen urinnya meningkat dan hasil kultur urinnya positif dapat dikatakan bahwa perempuanlah yang lebih rentan terinfeksi saluran

kemih daripada laki-laki. Terbukti ada 16 pasien perempuan (69,57%) dan 7 pasien laki-laki (30,43%). Hal ini karena uretra perempuan lebih pendek dari pada uretra pria. (Charlene JR, dkk. 2001 : 210, 212) Sedangkan faktor usia lebih rentan umur 45 tahun ke atas. Berdasarkan tabel 4.2b ada 12 pasien (52,17%) dari 23 pasien yang dinyatakan jumlah leukosit dalam sedimen urinnya meningkat dan hasil kultur urinnya positif. Pada wanita yang tidak haid (menopouse) karena hormon estrogen berkurang, maka berbagai jaringan menjadi lebih tipis dan rapuh sehingga lebih mudah terinfeksi. (Nico, dkk. 2004 : 36-40) Perlu diketahui bahwa jenis bakteri terbanyak pada penelitian ini yang menjadi penyebab ISK adalah Escherichia coli sebanyak 17 pasien (44,74%). Selain karena bakteri, faktor lain yang dapat meningkatkan resiko terjadinya ISK antara lain diabetes melitus, kehamilan, menopause, batu ginjal, memiliki banyak pasangan dalam aktivitas seksual, penggunaan diafragma sebagai alat kontrasepsi, inflamasi atau pembesaran pada prostat kelainan pada uretra, immobilitas, kurang masukan cairan, dan kateterisasi urin. (Dinar G, dkk.2003 : 166, 167) Maka dari itu pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan bakteriologik pada urin pasien ISK sangat penting untuk menegakkan diagnosis dan pasien dapat melakukan pengobatan secara tepat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari data pasien yang didiagnosis ISK di Rumah Sakit Urologi Dan Bedah Dr. Benggol Malang, sebanyak 50 pasien didapatkan hasil kultur urin positif baik jumlah leukosit normal maupun meningkat, ISK yang sesungguhnya ternyata hanya 38 pasien (76%) dan sisanya 12 pasien (24%) tidak ditemukan kuman pada hasil kultur urinnya atau steril. Saran a) Diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar bagi para peneliti untuk pengembangan penelitian. b) Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu jumlah sampel yang digunakan masih sedikit, untuk hasil yang lebih baik dan tajam perlu dilakukan penelitian yang sama dengan populasi sampel yang lebih besar. DAFTAR PUSTAKA Alam S, Iwan H. 2007. Informasi Lengkap Untuk Penderita Dan Keluarganya Gagal Ginjal. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 29-30 Anonim. 2008. Tips Mencegah Infeksi Saluran Kemih. Diambil dari: http://www. familydoctor.org. Pada Tanggal 30 September 2010 Baradero M. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC. Halaman 23, 24 Charlene JR, Gayle R, Robin L. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi I. Jakarta: Salemba Medica. Halaman 210-212 Davey P. 2005. At Glance Medica. Jakarta: Erlangga. Halaman 265 Dinar G, Christine B. 2003. Mikrobiologi Terapan Untuk Perawat. Jarta: EGC Kedokteran. Halaman 166-167 Fauci AS, Kesper DL, Longo DL et all. 2008. Horrison s Principle Of Internal Medicine 17 th Edition. USA: The Mc Graw - Hill Companies. Hal 112 Farlex. 2010. Definitom of Urine Culture. Diambil dari: http://medical_dictionary.the free dictionary.com/ urine+culture. Pada Tanggal 15 September 2010. Gardjito W, Puruhito, Iwan A et all. 2005. Saluran Kemih Dan Alat Kelamin Lelaki Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta: EGC. Halaman 98 Hecht F, Shiel WC. Urinary Tract Infection. Diambil dari: http://www.emedicinehealth.com/urinary tract innfection/article em.htm%23 Urinary%2520 Tract%2520 infection%2520 overview.htm. Pada Tanggal 15 September 2010. Kumala, W. 2006. Diagnosis Laboratorium Mikrobiologi Klinik. Jakarta: Universitas Trisakti. Halaman 79 Lubis S, Syah R, Djohan EU, Harun YRL. 2001. Mikroorganisme Penyebab Infeksi Saluran Kemih (ISK) Di Sumatera Utara. Medan: Bagian Mikrobiologi, Bagian IPD Fakultas Kedokteran USU. Halaman 58

Liza.2006. Buku Saku Ilmu Penyakit Dalam Edisi I. Jakarta: FKUI. Halaman 33 Nico AL, K.Nefro dkk. 2004. Kenali Jenis Penyakit Dan Cara Penyembuhannya. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo. Halaman 36-40 Notoadmojo S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 70, 79, 138 st Edition. Pattman R, Snow M, Hardy P et all. 2005. Oxford Handbook Of Genitourinary Medicine, HIV, and AIDS 1 Newcastle: Oxford University Press. Halaman 3 Pierce AG, Neil RB.2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta: Erlangga. Halaman 166-167 Purnomo BB. 2008. Dasar- Dasar Urologi Edisi II. Jakarta: Sagung Seto. Hal 24 Rani HAA, Soegondo S, Nasir AU et all. 2004. Panduan Pelayanan Medik Dalam Edisi 2004. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI. Halaman 19 Rani HAA, Soegondo S, Masir AU et all. 2006. Panduan Pelayanan Medik - Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Edisi 2004. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI. Halaman 26 Riswanto. 2010. Urinalisis 2(Analisis Mikroskopik). Diambil dari: http://lab Kesehatan.blogspot.com/2010/02/urinalisis-2-analisis mikroskopik.html. Pada Tanggal 15 September 2010. Ronald AS, Richard AMP. 2001. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. Jakarta: EGC Kedokteran. Halaman 428-429 Sukandar E. 2006. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbit IPD FKUI. Halaman 32 Suprayudi M. 2007. Diktat Kuliah Bakteriologi III. Malang: Akademi Analis Kesehatan Malang. Halaman 14, 15 Tessy A, Ardaya, Suwanto. 2001. Infeksi Saluran Kemih Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta: FKUI. Halaman 44 Wirawan R, Immanuel S, Dharma R. 2003. Penilaian Hasil Pemeriksaan Urin. Jakatra: Bagian Patologi Klinik FKUI. Halaman 37 Widayati A, Wirawan IPE, Kuharwanti AMW. 2005. Kesesuaian Pemilihan Antibiotika Dengan Hasil Kultur Dan Uji Sensitivitas Serta Efektivitasnya Berdasrkan Parameter Angka Leukosit Urin Pada PsienISK Rawat Inap Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta (Juli-Desember 2004). Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Halaman 3