14 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

dokumen-dokumen yang mirip
Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari

PERUBAHAN FUNGSI RUANG RUMAH KUNO DI KAMPUNG KAUMAN SURAKARTA

BAB V: KONSEP PERENCANAAN

PENATAAN KORIDOR GATOT SUBROTO SINGOSAREN SURAKARTA SEBAGAI KAWASAN WISATA

PERBANDINGAN RUMAH TINGGAL TRADISIONAL JAWA DAN RUMAH TINGGAL MODERN DI SURAKARTA

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

ARSITEKTURAL KALIANDRA (PASURUAN)

BAB V PENUTUP. dengan keadaan lapangan maka dapat disimpulkan bahwa Roemahkoe Heritage

BAB V KAJIAN TEORI. Kawasan Wisata Goa Kreo. Tanggap Lingkungan. Asitektur Tradisional Jawa. Asitektur Regionalisme

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III TINJAUAN BENTUK DALAM ARSTEKTUR DAN ARSITEKTUR TRADISIONAL JAWA

RUMAH TRADISIONAL JAWA

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

BENTUK DAN PERUBAHAN FUNGSI PENDHAPA DALAM BUDAYA MASYARAKAT JAWA

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB 5 HASIL RANCANGAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep diambil dari tema Re-

DISERTASI PA3352 RUMAH JAWA DALAM DINAMIKA PERUANGAN SEBAGAI DAMPAK HUBUNGAN GENDER KASUS: KOMUNITAS KAMPUNG LAWEYAN SURAKARTA

Konsep Design Mikro (Bangsal)

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui

RUMAH TRADISIONAL BANYUWANGI

BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

REGOL PAGAR RUMAH TRADISIONAL DI LAWEYAN SURAKARTA

ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG.

TATA RUANG DAN MAKNA RUMAH KENTHOL DI BAGELEN, PURWOREJO, JAWA TENGAH

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan membahas tentang latarbelakang, pertanyaan penelitian, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV: KONSEP. c) Fasilitas pendukung di hotel (event-event pendukung/pengisi kegiatan kesenian di hotel)

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

Butulan sebagai Ruang Harmoni dan Keselarasan pada Arsitektur di Laweyan Surakarta

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR KEBONDALEM PURWOKERTO SEBAGAI KAWASAN WISATA BELANJA

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

TENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

TEORI PERANCANGAN KOTA : FIGURE GROUND THEORY

BAB 3 TINJAUAN TEMA. 3.2 Latar belakang permasalahan Tema

BAB I PENDAHULUAN. elemen fisik yang menunjukan rupa kota itu sendiri. Aspek fisik dan sosial ini

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan

sampai sasaran keempat. Berikut ini merupakan kesimpulan dari konsep Konservasi; 1. Konsep pada kondisi tetap: Konsep Preservasi jaringan jalan (pola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

tidak dapat berkembang secara maksimal.oleh karena itu, dibutuhkan sarana yang memiliki kualitas dan kuantitas yang baik untuk mendukung apresiasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Timur, dikenal dengan keragaman suku asli

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan

TEORI & STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY

BAB VI KESIMPULAN. Historiografi komunitas seniman-priyayi Kemlayan adalah. kekuasaan Jawa, baik Keraton Kasunanan maupun pemerintah Republik

BAB V KONSEP. 5.1 Konsep dasar perancangan objek dengan tema extending tradition

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

Tugas akhir ismail yakub BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PENDEKATAN KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pendekatan konsep untuk tata ruang dan tata fisik

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

BAB I PENDAHULUAN. kerugian harta benda dan dampak psikologis (IDEP, 2007)

Keleluasaan Pengembangan Gandhok dalam Morfologi Rumah Jawa pada Abad 20

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERUBAHAN FUNGSI RUANG DAN STRUKTUR DINDING RUMAH KALANG

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

Jawa Timur secara umum

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. tersebut memiliki kaitan erat dengan cara pandang orang Sabu tentang sesama

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

TATA RUANG DAN FUNGSI RUMAH KENTHOL DI BAGELEN PURWOREJO JAWA TENGAH SKRIPSI DISUSUN OLEH: ANUGRAH AJI PRATAMA

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Proses kajian yang dipergunakan dalam merancang Perpustakaan Islam di

Transkripsi:

14 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 TIPOLOGI RUANG RUMAH ABDI DALEM DI KAMPUNG KEMLAYAN SURAKARTA Oleh : Teddy Hartawan Dosen pada Fakultas Teknik Universitas Nusa Tenggara Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan merumuskan tipologi ruang pada rumah abdi dalem di kampung Kemlayan Surakarta beserta faktor yang mempengaruhinya yang dikategorikan pada 2 kelompok rumah abdi dalem berdasarkan kepemilikannya saat ini yang terdiri dari 2 kelompok yaitu 1). Rumah abdi dalem milik keturunan dan 2). Rumah abdi dalem milik bukan keturunan. Objek penelitian ini adalah rumah abdi dalem di kampung Kemlayan yang berjumlah 16 rumah dengan subyek penelitian adalah pemakai kegiatan di dalam rumah dan keturunan langsung abdi dalem Kraton Surakarta. Pengumpulan data dilakukan pada seluruh objek rumah abdi dalem melalui pengukuran rumah beserta ruang-ruangnya dan melakukan penggambaran kembali data yang meliputi siteplan, denah, tampak dan potongan ruang pada rumah sebagai bahan analisis tipologi. Penelitian ini menggunakan metode rasionalistik dalam menggali pemikiran atas konsep-konsep ruang rumah sebagai bagian dari kajian arsitektur yang tidak saja dipahami oleh pengamat, tetapi juga oleh penghuni/ pengguna ruangnya melalui pemahaman atas konsep dan bentuk ruang yang dilatarbelakangi oleh faktor lingkungannya.perkampungan tradisional Jawa merupakan perluasan dari pusat kekuasaan yang diperuntukkan bagi masyarakat yang mengabdi pada Raja. Kampung Kemlayan sebagai salah satu kampung tradisional di Jawa merupakan kampung yang dihuni oleh masyarakat pekerja seni atau mlaya dan karawitan yang mengabdi pada Kraton Surakarta sebagai pusat kerajaan dan pemerintah. Kekayaan kebudayaan dan tradisi kehidupan Jawa serta kedekatan dengan kraton Surakarta mempengaruhi kekayaan wujud lingkungan fisiknya. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedua kelompok rumah abdi dalem tersebut dipengaruhi oleh fungsi kawasan yang mempengaruhi bentuk, luas dan fungsi ruang pada rumah. Tipologi ruang pada rumah abdi dalem terdapat dua komposisi berdasarkan pendopo dan dalem, tiga komposisi berdasarkan gandok yang dipengaruhi perkembangan kawasan sekitarnya. Kata Kunci: Tipologi, Ruang, Abdi dalem PENDAHULUAN Surakarta sebagai kota Kraton, memiliki perkampungan atau permukiman yang terbentuk dan dikenal dengan nama golongan, kelompok atau adipati yang memerintah daerah tersebut. Masyarakat yang tinggal di daerah tersebut mudah dikenali profesi atau tingkat golongannya karena nama perkampungan identik dengan nama kelompok penghuninya. Perkampungan atau permukiman dalam konsep urban Jawa merupakan suatu perluasan dari Dalem Karaton hingga kawasan Negra Agung. Dalam budaya Jawa, tempat tinggal juga merujuk pada Kalenggahan dan Ngasta alias bekerja, dalam perwujudan fisik disebut hunian atau pawisman, memiliki hirarki status yang dikaitkan dengan hubungan kepala keluarga yang bersangkutan dengan pusat kekuasaan. Kampung Kemlayan sebagai salah satu kampung tradisional saat ini masih terdapat banyak bangunan tradisional yang masih menggunakan aturan-aturan Jawa dalam penataannya di satu sisi, kampung Kemlayan sebagai salah satu kampung tradisional di pusat kota, saat ini hampir tidak berbeda dengan kampung-kampung lain di Surakarta. Keberadaannya di pusat kota telah membentuk kampung Kemlayan menjadi permukiman campuran yang padat dengan bangunan dan jalan lingkungan yang lebarnya hanya dua sampai dua setengah meter. Sisi paling luar dari kampung ini hampir seluruhnya pertokoan, dan sebagian besar milik etnis Cina. Banyak rumahrumah penduduk asli yang kini telah dimiliki para pedagang, namun ada pula beberapa penduduk yang memiliki dan mewarisi dalem, masih berkeinginan untuk melestarikannya. Pada masa pemerintahan PB X sampai tahun 1960-an, Etnis Cina yang menghuni perkampungan di sekitar karaton termasuk Kampung Kemlayan, diatur menurut hukum adat, hanya boleh menghuni pada lapis pertama dari jalan utama, sehingga komunitas kehidupannya tidak akan banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat asli atau pribumi di Kampung Kemlayan. Setelah periode

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 15 tersebut sampai sekarang dengan berkembangnya kawasan pusat kota, maka hukum adat yang berlaku ditinjau kembali dengan kesepakatan masyarakat yang memperbolehkan etnis lain menempati sampai lapis kedua jalan utama pada sisi jalan Gatot Subroto, jalan Rajiman, jalan Yos Sudarso, dan jalan Slamet Riyadi (Karsono 1996 dalam Aliyah, 2003). Perkembangan saat ini, masyarakat etnis Cina tidak hanya menempati lapis luar, tetapi telah mencapai bagian dalam Kemlayan. Karakteristik dan keberagaman arsitektur yang ada di kampung Kemlayan, faktor-faktor yang melatarbelakangi perkembangan arsitektur di dalam kawasan menjadi sesuatu yang sangat menarik untuk dikaji, mengingat keberadaan awal kampung Kemlayan sebagai sebuah kampung yang hanya dihuni oleh satu kelompok masyarakat kemudian berkembang menjadi kampung yang dihuni oleh berbagai kelompok masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tipologi ruang pada rumah tinggal abdi dalem Kraton Surakarta di Kampung Kemlayan dan faktor yang mempengaruhi terbentuknya tipologi ruang tersebut. METODOLOGI PENELITIAN Metode analisis berdasarkan hasil objek atas rumah tinggal abdi dalem dengan melakukan penggambaran ulang atas objek-objek yang didapat. Dari masing-masing objek yang akan ditipologikan berdasarkan keberadaan ruang-ruang pada rumah yang dikelompokan ke dalam 2 kelompok, yaitu : Form & Space (Bentuk & Ruang) dalam menentukan aspek-aspek yang berkaitan dengan ruang-ruang rumah sebagai faktor pembahasan. Kemudian dari analisis ini dilakukan pencarian melalui wawancara untuk melihat keterhubungan dari masing-masing ruang berdasar objek tipologi, elemen-elemen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kemudian mencari hubungan antara konsep-konsep dalam upaya untuk mengembangkan suatu konstruksi teoritis dengan cara constant comparative method, dimana fokus penelitian diidentifikasi. Deskripsi, analisis, dan perbandingan untuk dapat mengembangkan kerangka konseptual menuju teori. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap constant comparative method yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Pengumpulan data mengenai ruang yang ada disetiap rumah abdi dalem 2. Menemukan tema dari observasi lapangan untuk kemudian diangkat menjadi kategorisasi. 3. Kumpulan tema kategori dijadikan sebagai bahan kajian untuk menentukan sub-aspek kategori dalam menemukan tiplogi. 4. Menguraikan dan menjabarkan melalui analisis kategori yang diselidiki untuk mendiskripsikan dan memahami semua aspek yang terdapat dalam data sambil menelusuri dan mencari hal-hal baru. 5. Mengolah data dan model yang muncul untuk menemukan proses dan hubungan masingmasing obyek. 6. Menarik kesimpulan untuk dijadikan sebagai konsep. PEMBAHASAN PENELITIAN Dari hasil penelitian lapangan dihasilkan bahwa terdapat dua kelompok kategori rumah abdi dalem berdasarkan kepemilikannya yaitu rumah abdi dalem yang diwarisi oleh keturunannya dan rumah abdi dalem yang dimiliki oleh bukan keturunannya. a. Tipologi Ruang Pada Rumah Abdi Dalem Keturunan Kategori ruang rumah tinggal abdi dalem (selanjutnya disebut rumah) menurut teori rumah Jawa dalam Lukito (2005) tidak termasuk pada tipe rumah milik orang biasa, lebih dekat pada tipe rumah milik bangsawan karena selalu ada gandok walaupun ukuran, jumlah dan bentuknya tidak sama persis. Kepemilikan oleh abdi dalem mempengaruhi usaha untuk memberikan identitas abdi dalem kraton dengan mencoba merujuk pada bentuk skema denah rumah bangsawan kraton. Elemen ruang penyusun bangunan rumah pada dasarnya memiliki tiga elemen yaitu: 1). Pendopo, 2). Dalem dan, 3). Gandok. 1. Pendopo a) Bentuk Dasar Geometri Pendopo 1) Bentuk empat persegi panjang membujur site 2) Bentuk cenderung bujur sangkar b) Sifat Dasar Ruang Pendopo 1) Ruang pendopo bersifat terbuka 2) Ruang pendopo bersifat tertutup c) Bagian Ruang Pendopo 1) Pendopo yang terdiri dari ruang pendopo dan pringgitan Volume 1, No. 3, Desember 2015

16 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 dalam suatu rumah dan melindungi privasi penghuni di dalamnya. c) Bagian Ruang Dalem Gambar 1. Rumah dengan pendopo dan pringgitan 2) Pendopo yang hanya terdiri dari ruang pendopo/ emperan Gambar 4. Lapisan ruang dalem Gambar 2. Rumah dengan pendopo d) Fungsi Ruang Pendopo 1) Fungsi ruang sebagai ruang sosial 2) Fungsi ruang sebagai ruang ekonomi 2. Dalem Gambar 5. Lapisan ruang dalem Pembagian dunia atau alam ke dalam tiga lapisan tersebut tergambarkan pada ruang dalem yang terdiri dari; 1. Jogan; 2. Jerambah; 3. Senthong; Ruang senthong pada rumah abdi dalem dilengkapi dengan furniture yang melekat pada dinding senthong dengan jerambah yang disebut krobongan. Gambar 3. Ruang dalem a) Bentuk Dasar Geometri Dalem 1) Empat persegi panjang membujur site 2) Empat persegi panjang melintang site 3) Cenderung bujur sangkar Tabel 1. Perbandingan bentuk dasar dalem Sumber: Peneliti, 2008 b) Sifat Dasar Ruang Dalem Sifat dasar ruang dalem secara keseluruhan adalah ruang tertutup, hal ini sebagai gambaran bahwa ruang dalem adalah ruang yang mengkhususkan diri bagi keluarga inti Gambar 6. Kategorisasi ruang senthong d) Fungsi Ruang Dalem 1) Fungsi sebagai ruang pribadi 2) Fungsi sebagai ruang ekonomi. 3. Gandok Arti kata Gandok adalah gandeng. Ruang ini bergandengan dengan dalem yang merupakan wujud penyesuaian terhadap kebutuhan ruang penghuni rumah. a) Bentuk Dasar Geometri Gandok 1) Bentuk letter I 2) Bentuk letter U b) Sifat Dasar Ruang Gandok Sifat ruang gandok disetiap rumah adalah tertutup yang menandakan bahwa ruang gandok adalah ruang yang digunakan untuk

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 17 kegiatan anggota keluarga seperti ruang makan dan ruang tidur. c) Bagian Ruang Gandok Gandok kiwa Gandok kiwa dan gandok tengen Gandok kiwa, gandok tengen dan gadri Gandok kiwa, gandok tengen, gadri dan longkangan Penggabungan bentuk pendopo melintang dengan dalem bujur sangkar, c). Penggabungan bentuk pendopo bujur sangkar dengan dalem melintang. Gambar 7. Kategorisasi ruang gandok d) Fungsi Ruang Gandok Fungsi dari gandok, gadri dan longkangan adalah sebagai ruang makan, ruang tidur tambahan, ruang santai dan ruang servis yang meliputi dapur, gudang, selasar, dan kamar mandi. Oleh karena itu tidak jarang gandok digunakan sebagai dapur dan ruang makan. Secara umum bahwa fungsi gandok adalah sebagai ruang pelayanan untuk mendukung kebutuhan ruang utama. Gandok sebagai ruang pelengkap fungsinya sangat bergantung pada kebutuhan ruang penghuninya, dimana ruang-ruang utama sudah memiliki fungsi pokok yang tidak mudah di ubah. Komposisi bentuk denah antara ruang pendopo dan dalem terdiri dari dua tipe yaitu; 1) Komposisi tipe sejajar, ; a). Penggabungan bentuk pendopo melintang dengan dalem melintang. b). Penggabungan bentuk pendopo bujur sangkar dengan dalem bujur sangkar. Gambar 8. Komposisi denah tipe sejajar 2) Komposisi tipe tegak lurus, a). Penggabungan bentuk pendopo melintang dengan dalem membujur, b). Gambar 9. Komposisi denah tipe tegak lurus Bentuk komposisi tersebut di atas dipengaruhi oleh pandangan Jawa yang ada dalam diri abdi dalem kraton yaitu bentuk pendopo sebagai ruang sosialisasi harus menunjukan sikap yang terbuka dan siap menerima siapa saja yang datang padanya dan bagi penghuni yang menempati ruang dalem untuk kesehariannya maka besarnya ruang disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga (prinsip abdi dalem seperti halnya masyarakat Jawa umumnya, selalu berpikir kedepan (Ronald, 2005) dengan selalu mengacu pada konsep keintiman di dalam ruang tersebut untuk menciptakan suasana akrab di antara anggota keluarga. Dasar komposisi bentuk tersebut tetap mempertimbangkan faktor luas lahan yang ada. b. Tipologi Ruang Pada Rumah Abdi Dalem Bukan Keturunan 1. Pendopo a) Bentuk Dasar Geometri Pendopo Bentuk empat persegi panjang membujur site berhubungan dengan kegiatan yang direncanakan pada saat pendopo dibangun. Kegiatan tersebut terkait hubungan sosial pemilik rumah dengan masyarakat yakni kegiatan kesenian yang diselenggarakan di ruang pendopo dan direncanakan mampu menampung kegiatan seni tari dan karawitan. b) Sifat Dasar Ruang Pendopo Sifat dasar ruang pendopo adalah sifat ruang pendopo berdasarkan keberadaan dinding pembatas dengan ruang lain dan lingkungan luarnya yaitu ruang pendopo bersifat tertutup, Perubahan dimaksudkan untuk mempertegas keinginan pemilik membatasi diri dengan lingkungan luarnya. Pendopo menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bagian rumah yang lain seperti Volume 1, No. 3, Desember 2015

18 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 dalem dan gandok sehingga pada akhirnya menciptakan privasi penghuni dalam melindungi aktifitas dan keamanan bendabenda yang berada di dalamnya. c) Bagian Ruang Pendopo Kategori pendopo berdasarkan jenis/ bagian penyusun ruangnya, yaitu pendopo yang terdiri dari ruang pendopo dan pringgitan. Rumah tipe ini merupakan rumah dengan pendopo murni (bukan emperan) dengan bentuk atap joglo dan bentuk atap pringgitan adalah terusan atap pendopo dan atap dalem. Konfigurasi antara pendopo dan pringgitan ini tidak mempengaruhi kegiatan yang berlangsung di dalamnya karena kedua ruang tersebut tidak berbeda sehingga ruang menjadi luas dan efektifitas pergerakan di dalamnya tetap memadai. b) Sifat Dasar Ruang Dalem Sifat dasar ruang dalem secara keseluruhan adalah ruang tertutup untuk melindungi kegiatan di dalamnya yang membutuhkan privasi dan keamanan. c) Bagian Ruang Dalem Gambar 12. Bagian ruang dalem 1) Jogan; 2) Jerambah; 3) senthong; Gambar 10. Rumah dengan pendopo dan pringgitan d) Fungsi Ruang Pendopo 1) Sebagai ruang sosial, 2) Sebagai ruang ekonomi 2. Dalem Dalem merupakan inti dari rumah terdiri dari ruang jogan, jerambah dan senthong. Gambar 11. Ruang dalem a) Bentuk Dasar Geometri Dalem Bentuk ruang yang ada saat ini telah berubah dari bentuk geometri empat persegi panjang membujur menjadi bentuk geometri abstrak, dimana bentuknya telah mengalami pengurangan bentuk dasarnya. Bentuk dasar geometri yang tidak sempurna ini terjadi karena pertimbangan fungsional kebutuhan ruang pemilik rumah. Gambar 13. Kategorisasi ruang senthong 1 bagian d) Fungsi Ruang Dalem Sebagai ruang yang ditujukan untuk mendapatkan keuntungan komersial dan secara makna fungsional ruang telah bergeser. Perbedaan pandangan pemilik rumah mempengaruhi makna ruang yang merupakan lambang kewibawaan pemiliknya. 3. Gandok Arti kata Gandok adalah gandeng. Ruang ini bergandengan dengan dalem yang merupakan wujud penyesuaian terhadap kebutuhan ruang penghuni rumah. a) Bentuk Dasar Geometri Gandok Bentuk dasar geometri gandok terdiri dari bentuk letter I yaitu posisi gandok berada sejajar dengan ruang dalem dan terdiri dari gandok kiwa dan gandok tengen. Bentuk tersebut merupakan penyesuaian terhadap kebutuhan ruang bagi penghuni. Meningkatnya kebutuhan akan ruang yang dipengaruhi pemanfaatan lahan yang masih kosong disebabkan bertambahnya kebutuhan ruang untuk bekerja. b) Sifat Dasar Ruang Gandok

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 19 Sifat ruang gandok disetiap rumah adalah tertutup sebagai bentuk perlindungan terhadap keberadaan benda-benda di dalamnya dan aktifitas pekerja yang berada di dalamnya. c) Bagian Ruang Gandok Kelompok ruang gandok pada rumah abdi dalem bukan keturunan meliputi gandok kiwa dan gandok tengen. Jumlah dan luasan ruang pelengkap ini berdasarkan kebutuhan pemilik rumah dan lahan yang dimilikinya. Rumah memiliki 2 gandok yang berada di sisi sebelah kiri dan kanan dalem. d) Fungsi ruang Fungsi ruang gandok sebagai ruang bekerja yaitu sebagai workshop dan ruang parker kendaraan roda dua milik karyawan. Uraian di atas menunjukkan bahwa keberadaan ruang gandok mempengaruhi fungsi yang diwadahinya yaitu fungsi gandok kiwa dan gandok tengen sebagai ruang usaha. Sehingga rumah abdi dalem yang telah dimiliki bukan keturunan, fungsi ruangnya didominasi oleh fungsi komersial. Komposisi antara ruang pendopo dan dalem hanya memiliki satu tipe komposisi tegak lurus, dengan komposisi penggabungan antara bentuk ruang pendopo membujur timur-barat dengan dalem membujur utaraselatan. (a) Gambar 14. Tipe komposisi bentuk denah tegak lurus Bentuk komposisi tersebut di atas tidak mengalami perubahan walaupun telah berganti kepemilikan rumah. Pola komposisi tersebut mengandung makna bahwa adanya pola dan konsep bermukim dalam keluarga besar ditunjukkan dengan besarnya luasan dalem untuk anggota keluarga. Konsep bermukim dalam keluarga yang lebih besar lagi ditunjukkan dengan keberadaan pendopo/ emperan sebagai ruang sosialisasi dengan kerabat sekitar. Saat ini pola komposisi tersebut dimanfaatkan oleh pemiliknya untuk menampung kegiatan usaha Konsep tentang pendopo tidak lagi terkandung fungsi dan makna yang khusus. Pergeseran pandangan pemilik saat ini yang berorientasi komersial mengubah konsep dan makna yang terjkandung di dalamnya. Pendopo/ emperan yang pada awalnya terletak pada daerah umum, dalam pengertian makro kosmosnya terletak pada zonning profan tidak lagi mempunyai tempat di bagian paling depan dari sebuah rumah Jawa tetapi telah bergeser menjadi ruang belakang. Ruang dalem tidak mengalami perubahan dari segi bentuk fisiknya tetapi dari segi makna ruang telah bergeser menjadi ruang komersial dan tidak mengandung makna sebagai ruang privat yang dikhususkan bagi anggota keluarga. Perubahan pandangan dan budaya pemilik rumah saat ini dari tradisional menuju ke modern, yang memberi arti bahwa perubahan tersebut mengandung unsurunsur akan efektifitas dan efisiensi dari sebuah ruang. PENUTUP Tipologi ruang pada rumah abdi dalem yang masih diwarisi oleh keturunan abdi dalem dan yang dimiliki oleh bukan abdi dalem pada dasarnya hampir tidak terdapat perbedaan. Perbedaan paling mendasar adalah rumah yang masih diwarisi oleh keturunan abdi dalem masih menunjukan nilai-nilai hidup masyarakat Jawa yang ditunjukan dengan fungsi ruang pendopo masih sebagai ruang sosialisasi dengan masyarakat sekitar, dan fungsi ruang dalem tetap sebagai ruang pribadi untuk keluarga. Rumah yang telah dimiliki oleh bukan keturunan abdi dalem telah mengalami pergeseran fungsi dan makna ruang sebagai ruang komersial sehingga budaya kehidupan masyarakat Jawa telah hilang. DAFTAR PUSTAKA Aliyah, Istijabatul, 2003. Arah Perkembangan Fisik sebagai dasar Pertimbangan Konservasi Kampung Kemlayan Di Surakarta. Jurnal Arsitektura Volume I. No. 1, April, hal 18-24. Aliyah, Istijabatul, 2004. Identifikasi Kampung Kemlayan Sebagai Kampung Tradisional Volume 1, No. 3, Desember 2015

20 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 Jawa Di Pusat Kota. Jurnal T eknik Volume XI. No. 1, April, hal 33-40. Ismunandar, K.R. 1986. Joglo,Arsitektur rumah tradisional Jawa. Dahara Prize, Semarang. Lukito Kratono J., 2005, Konsep Ruang Tradisional Jawa Dalam Konteks Budaya, Jurnal Dimensi Interior, Petra, Surabaya Ronald, Arya, 2005. Nilai-Nilai Arsitektur Rumah Tradisional Jawa, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press. Setiawan, A.J. 1991. Rumah tinggal orang Jawa;Suatu kajian tentang dampak perubahan wujud arsitektur terhadap tata nilai sosial budaya dalam rumah tinggal orang Jawa di Ponorogo ; Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta. Sukada, Budi A., 1989, Memahami Arsitektur tradisional Dengan Pendekatan Tipologi. Jati Diri Arsitektur Indonesia, Eko BudiHarjo(ed). Alumni, Bandung. Widayatsari Siti, 2002, Tata Ruang Rumah Bangsawan Yogyakarta, Dimensi Teknik Arsitektur, Petra, Surabaya Ronald, A., 1990, Nilai-Nilai Arsitektur Tradisional Jawa. UGM Press, Yogyakarta.