BAB I PENDAHULUAN. dan meminta untuk menghitung uang kembaliannya, kebanyakan anak bisa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika secara tuntas di setiap jenjang pendidikan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

LAMPIRAN A. A1. Kurikulum KTSP A2. Prosedur Pengembangan RPP dan LKS A3. Hasil Wawancara Pra-Penelitian dengan Guru A4.

BAB I PENDAHULUAN. dari ilustrasi yang dekat dan mampu dijangkau siswa, dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

CATATAN OBSERVASI PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia. Hal ini dapat dilihat bahwa kecerdasan, keterampilan, kepribadian,

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MTs. Ubudiyah Kec. Bati-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan. satunya adalah rendahnya minat belajar matematika.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa komponen yang menjadi satu kesatuan fungsional yang saling

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan antara peserta didik dan pendidik yang dirancang sedemikian rupa

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DENGAN PERMAINAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bicara tentang pelajaran matematika tidak terlepas dari bagaimana persepsi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian pengembangan yang telah dilakukan, diperoleh hasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Key Words: Hasil Belajar Matematika, Metode Play Answer

KAJIAN KESULITAN MAHASISWA TERHADAP MATA KULIAH STATISTIKA ELEMENTER

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh peserta didik (in put), pendidik, sarana dan prasarana,

TUJUH5ARITMATIKASOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. pengelola pendidikan pada khususnya. biasa, seharusnya mampu bersaing dalam memajukan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana siswa yang belajar benar-benar berperan aktif dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MEDIA KARTU DOMINO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 NATAR

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIS DAN RASA INGIN TAHU SISWA KELAS XI MIPA SMA NEGERI 6 SEMARANG MELALUI MODEL PBL

IMPLEMENTASI STRATEGI PETA KONSEP DALAM COOPERATIF LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 1 MADIUN

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal yang sangat penting bagi kemajuan dan. kemajuan zaman saat ini. Dengan majunya pendidikkan maka akan bisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. mendasar kegunaanya. Setiap ilmu pengetahuan tidak pernah lepas dari ilmu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak. diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. secara kolaboratif antara peneliti dan guru matematika kelas VII SMP BOPKRI

commit 1to user BAB 1 PENDAHULUAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII b SMP NEGERI 1 TIRAWUTA PADA MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT MELALUI METODE PENEMUAN TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. keahlian dimana program keahlian yang dilaksanakan di SMK disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Mohamad Sopian Wiguna, Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Kompetensi Dasar 15.1 yaitu Menjelaskan alur cerita, pelaku, dan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. faktor mempengaruhi keberhasilan pendidikan tanpa diketahui faktor

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Pembimbing Penelitian, P.Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah.

segitiga di kelas VIIF SMP Negeri 2 kecamatan Balong.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika seorang anak diminta oleh orang tuanya untuk membeli sesuatu dan meminta untuk menghitung uang kembaliannya, kebanyakan anak bisa melakukannya. Tanpa disadari bahwa teori pengurangan pada matematika sedang dia pelajari dan kuasai, bahkan kejadian tersebut terjadi pada anak yang tidak sedang belajar hitungan sebesar uang yang sedang dipegangnya pada saat itu. Banyak temuan bahwa seorang atau sekelompok siswa yang sebenarnya telah menemukan kejadian yang memiliki kesamaan atau sekurang-kurangnya mengarah pada materi matematika yang sedang dipelajarinya, namun kesulitan ketika harus menyelesaikan materi tersebut jika disajikan dalam bentuk soal matematika. Pada dasarnya, meskipun manfaat dari materi matematika telah sering mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari, namun hal tersebut belum tentu membuat para siswa dapat memahami dengan baik materi tersebut dalam bentuk soal-soal matematika. Permasalahan tersebut seringkali kurang mendapat perhatian dari guru untuk dijadikan dasar dalam menerapkan suatu model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Alasan yang paling klasik adalah terlalu banyak menghabiskan waktu, sehingga target pencapaian materi pelajaran dikhawatirkan kurang 1

2 terpenuhi. Kalaupun disajikan, kebanyakan guru hanya memberikannya dalam bentuk soal-soal cerita, dimana siswalah yang dituntut untuk pandai-pandai memaknai sendiri. Sementara itu, pesan yang disampaikan kurikulum jelas-jelas mengarah pada model pembelajaran yang mengacu pada pengalaman pribadi siswa yang mengarah pada materi yang sedang dipelajarinya. Proses pembelajaran dimana siswa mengalami dengan sendirinya baik secara nyata ataupun secara simulasi sebenarnya akan merangsang siswa untuk memahami teori yang sebenarnya ada di pelajaran formalnya, sehingga para siswa akan semakin termotivasi untuk memahami materi-materi matematika yang lainnya karena mereka tahu bahwa materi matematika memiliki banyak kegunaan dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan. Tentunya proses pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan jika memang sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan juga sesuai dengan bagaimana kondisi para siswa pada saat itu. Pembelajaran seperti itu juga mendidik siswa untuk bisa mengambil manfaat dalam mempelajari ilmunya, dalam hal ini tentu saja ilmu matematika. Kronologi proses pembelajaran yang ditawarkan dari kurikulum sebenarnya memang dimulai dari bagaimana guru diharapkan mampu memberikan motivasi kepada para siswa yang salah satunya adalah dengan memberikan penjelasan tentang manfaat dari materi yang akan mereka pelajari. Penekanan motivasi ini dirasa sangat kurang dalam pembelajaran, bahkan terasa hanya sebagai syarat cukup dalam proses pembelajaran.

3 Para siswa diharapkan bisa menggali ilmu yang dipelajarinya di sekolah untuk bisa diterapkan di kehidupan masyarakat sekitarnya ataupun sebaliknya sebelum siswa tersebut terjun di masyarakat, hendaknya bisa dibekali berbagai teori matematika yang aplikasinya banyak muncul di dalam kehidupan seharihari. Dalam hal ini guru diharapkan akan mengutamakan kepentingan siswa, karena pada dasarnya ilmu yang dipelajari oleh para siswa di sekolah akan diterapkan di masyarakat dan untuk mencapai hal tersebut maka salah satu kompetensi yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh para siswa adalah kompetensi pemahaman matematis. Peneliti menemukan permasalahan tersebut di MTs Az-Zahra, sebuah yayasan sekolah swasta yang sedang berkembang dan terletak di Jl. Cihanjuang KM. 8,2 RT 02/16 Desa Cihanjuang Rahayu Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Sekolah yang berdiri pada tahun 2000 ini pada tahun ajaran 2011/2012 memiliki 19 guru dan 101 siswa. Sedangkan jumlah kelas di sekolah ini seluruhnya adalah 5 kelas yaitu kelas VIIA, VIIB, VIII, dan kelas IX. Walaupun masih berkembang, pada dasarnya sekolah tersebut memiliki banyak potensi yang sangat mungkin untuk dikembangkan ke arah yang lebih maju termasuk potensi para siswanya. Setelah melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika terkait bagaimana kemampuan pemahaman matematis siswa di sekolah tersebut, beliau mengatakan bahwa kemampuan pemahaman matematis siswa kelas VII MTs Az-Zahra sebagian besar bisa dikatakan masih rendah, hal ini bisa dilihat dari hasil pembelajaran dimana dalam tiga tahun terakhir masih banyak siswa

4 yang belum atau hanya memenuhi KKM mata yang telah ditetapkan. Banyak hal yang dapat menyebabkan permasalahan di atas, diantaranya adalah kualitas pembelajaran yang masih belum optimal ketika mereka masih duduk di bangku sekolah dasar, latar belakang kedua orangtua siswa, kemampuan personal siswa, proses pembelajaran, kompetensi siswa dan atau kompetensi guru, keadaan lingkungan, dan faktor-faktor penyebab yang lainnya. Dalam hal ini peneliti mengangkat penyebab terjadinya permasalahan tersebut yang dianggap sebagai salah satu masalah yang krusial dan masih bisa diselesaikan dengan segera, faktor penyebab masalah tersebut adalah proses pembelajaran. Untuk itu perlu dilihat bagaimana proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru mata pelajaran di sekolah tersebut pada tahun-tahun sebelumnya dan bagaimanakah hasilnya. Setiap tahunnya, pembelajaran matematika di kelas VIIB ini seringkali menggunakan pembelajaran langsung (direct teaching), hasil yang diperoleh ternyata tidak selalu sesuai dengan harapan dan bahkan seringkali harus mengadakan remedial di setiap akhir semester karena nilai siswa yang masih belum tuntas. Meskipun pada saat-saat dan materi tertentu pembelajaran langsung itu memang diperlukan, namun peneliti menganggap perlu adanya suatu inovasi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, hal ini diharapkan bisa membantu siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan pemahaman matematisnya. Kemudian peneliti dan guru sepakat untuk menerapkan suatu model pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang nantinya diharapkan bisa

5 meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa. Untuk itu perlu dipilih salah satu materi yang diketahui sulit untuk dipahami oleh sebagian besar siswa jika hanya disampaikan dengan pembelajaran secara langsung, materi tersebut adalah aritmetika sosial yang terdiri dari beberapa pokok bahasan yaitu uang dalam perdagangan, presentasi untung dan rugi, rabat (diskon), bruto, tara, neto, aplikasi bentuk persen dalam masalah tabungan dan koperasi, bunga tunggal, serta pajak. Setelah menentukan materi yang akan dijadikan bahan penelitian, peneliti dan guru mencari suatu model pembelajaran yang sesuai baik dengan materi pelajaran maupun dengan karakteristik siswa kelas VII MTs. Model tersebut adalah model interaksi sosial dengan bermain peran, model yang berpusat pada siswa tersebut jelas sangat berbeda dengan pembelajaran langsung yang berpusat pada guru. Karena permasalahan rendahnya pemahaman matematis siswa merupakan suatu permasalahan yang terdapat di dalam kelas, masalah tersebut akan diselesaikan dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaan PTK ini juga diharapkan akan menjadi pengalaman peneliti sebagai calon guru di masa yang akan datang agar mampu melaksanakan PTK dengan baik. Menurut Suhardjono (2010 : 2) PTK merupakan salah satu alat dalam rangka mengembangkan profesionalisme guru dan untuk meningkatkan kualitas/mutu kegiatan pembelajarannya. Atas dasar permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul Penggunaan Model Interaksi Sosial dengan Bermain Peran sebagai Upaya

6 untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Kelas VII MTs pada Konsep Aritmetika Sosial. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti merumuskan beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut adalah: 1. Sejauh mana penggunaan model interaksi sosial dengan bermain peran dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa kelas VII MTs pada konsep aritmetika sosial? 2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model interaksi sosial dengan bermain peran? C. Batasan dan Cara Pemecahan Masalah Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, permasalahan yang ada dalam penelitian ini harus dibatasi. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan pemahaman matematis siswa kelas VII MTs pada konsep aritmetika sosial melalui proses pembelajaran menggunakan model interaksi sosial dengan bermain peran. Dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, peneliti akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan diuraikan pada pembahasan berikutnya. PTK ini rencananya akan dilaksanakan dalam tiga siklus dengan melihat situasi dan kondisi serta kemungkinan yang terjadi.

7 D. Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman matematis siswa kelas VIIB MTs Az-Zahra pada konsep aritmetika sosial melalui proses pembelajaran menggunakan model interaksi sosial dengan bermain peran. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi siswa, guru, sekolah, dosen, dan bagi individu atau lembaga yang akan menggunakan hasil penelitian ini. Manfaat-manfaat tersebut diantaranya adalah: 1. Manfaat untuk siswa Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman matematisnya pada konsep aritmetika sosial sehingga mereka bisa memperoleh hasil belajar yang lebih baik. 2. Manfaat untuk guru Sedangkan bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam merancang atau mendesain suatu proses pembelajaran yang kompeten serta dapat melakukan penelitian sederhana (dalam hal ini PTK) tetapi memberikan peran yang kompleks terhadap keberhasilannya melaksanakan pembelajaran baik dilihat dari proses ataupun hasilnya.

8 3. Manfaat untuk sekolah Hasil penelitian ini juga diharapkan akan mampu membantu sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajarannya dan meningkatkan kompetensi guru-gurunya dalam melakukan penelitian tindakan kelas sebagai salah satu cara untuk menjadikan sekolah yang memiliki guru-guru yang teladan dan profesional. 4. Manfaat untuk dosen Selanjutnya adalah manfaat yang bisa diperoleh dosen dari hasil penelitian ini yaitu dapat mengetahui lebih jauh permasalahan-permasalahan pembelajaran matematika di sekolah sehingga para dosen tersebut diharapkan dapat membekali para mahasiswanya dengan pengetahuan tentang bagaimana menjadikan sebuah model pembelajaran sebagai alat untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam pembelajaran. F. Definisi Operasional Berdasarkan judul di atas, perlu diketahui dan dipahami beberapa istilah berikut ini: 1. Model interaksi sosial Menurut Mulyadiprana (2009 : 2) model interaksi sosial terbentuk berdasarkan teori belajar gestalt. Model pembelajaran ini menitikberatkan pada suatu hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat atau learning to life together.

9 2. Bermain peran Bermain peran yang terdapat pada model pembelajaran interaksi sosial mengacu kepada pengelompokan menurut Fainnie Shatel & George Fhatel (dalam Hamid, 2009 : 2). Pengelompokan tersebut dirancang untuk mempengaruhi peserta didik agar menemukan nilai-nilai pribadi dan sosial, selain itu juga model interaksi sosial dengan bermain peran merupakan salah satu bentuk model pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa akan memainkan perannya secara berkelompok untuk lebih memaknai suatu permasalahan matematis. 3. Aritmetika sosial Aritmetika sosial adalah salah satu materi dari matematika yang memiliki banyak aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Materi ini dipelajari oleh siswa MTs/SMP kelas VII pada semester satu. 4. Pemahaman matematis Pemahaman matematis menurut Suherman (2008 : 4) dapat diartikan sebagai kemampuan kognitif setingkat di atas pengetahuan. Jika pengetahuan cukup hanya dengan mengenal dan mengetahui yang berkenaan dengan fakta, konsep, atau aturan, pertanyaan apa, berapa, tuliskan, sebutkan, atau gambarkan cenderung berkisar pada pengetahuan, sedangkan pemahaman adalah kemampuan memaknainya dengan pertanyaan mengapa, dari mana, atau bagaimana.

10 G. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan yang dapat dibuat sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah Jika siswa kelas VII MTs diberikan pembelajaran menggunakan model interaksi sosial dengan bermain peran, maka kemampuan pemahaman matematis serta responnya meningkat.