BAB I P E N D A H U L U A N

dokumen-dokumen yang mirip
Direksi mempunyai tugas dan wewenang ganda yaitu melakukan pengurusan dan menjalankan perwakilan perseroan Direksi yang mengurus dan mewakili

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BAB I PENDAHULUAN. selalu memperoleh sesuatu yang lebih menguntungkan dari sebelumnya.

BAB II PENGATURAN DIREKSI MENURUT KETENTUAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS. perseroan yang paling tinggi, serta yang berhak dan berwenang untuk

EKSISTENSI DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS. Oleh : Raffles, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, Jakarta, 2000 hal 1. Universitas Sumatera Utara

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Peranan notaris..., E. Paramitha Sapardan, FH UI, hlm. 1. Universitas Indonesia

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN UMUM PERSEROAN TERBATAS

BAB III PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL DALAM TANGGUNG JAWAB DIREKSI PADA SEBUAH PERSEROAN TERBATAS DAN DAMPAK PENERAPANNYA

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS PT TRIKOMSEL OKE Tbk.

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

PENJELASAN AGENDA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN PT KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL, Tbk. TANGGAL 23 MEI 2017

BAB I PENDAHULUAN. bertumbuh pesat. Menurut Peneliti terbukti dengan sangat banyaknya

PENJELASAN AGENDA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN PT KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL, Tbk. TANGGAL 27 MEI 2016

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI PT TRIKOMSEL OKE Tbk.

BAB II BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS. pemegang sahamnya untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT

BAB II BATASAN KRITERIA DIREKSI PERSEROAN TERBATAS DALAM MELAKSANAKAN DUTY OF LOYALTY DAN DUTY OF CARE BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan business judgment..., Kanya Candrika K, FH UI, , TLN No. 4756, Pasal 1 angka 1.

SYARAT-SYARAT SAHNYA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) DI INDONESIA 1 Oleh : Nicky Yitro Mario Rambing 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat terpisahkan dari dunia bisnis di Indonesia. Terkait dengan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. BUMN sebagai salah satu badan hukum publik yang bergerak di sektor

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan: 1. Batasan Kewenangan dan Intervensi yang Dimiliki Komisaris

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Tanggungjawab terbatas..., Ronald U.P. Sagala, FH UI, 2010.

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERBUATAN-PERBUATAN PENDIRI SEBELUM PERSEROAN MEMPEROLEH PENGESAHAN BADAN HUKUM Oleh: Adem Panggabean BAB I PENDAHULUAN

Pengelolaan BUMD berbentuk PT dikaitkan dengan tindak Pidana Korupsi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. kemampuan dan keahlian masing-masing serta cara yang berbeda-beda dalam

Lex Privatum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2014 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

KEJAHATAN KORPORASI (CORPORATE CRIME) OLEH: Dr. Gunawan Widjaja,SH.,MH.,MM

B AB II PENGANGKATAN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI BANK MENURUT UNDANG-UNDANG PERBANKAN. A. Kedudukan PT dan PT Bank dalam Hukum Perusahaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan )

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Dasar Hukum dan Pengertian Perseroan Terbatas (PT) a. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

BAB I PENDAHULUAN. dan harta kekayaan para pendiri atau pemegang sahamnya. 3. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

PIAGAM DIREKSI PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Definisi

Definisi Perseroan Terbatas menurut Pasal 1 angka 1 UUPT adalah sebagai

PT. Indo-Rama Synthetics Tbk ( Perseroan ) Pedoman Dewan Komisaris

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI PADA SEBUAH PERSEROAN TERBATAS MENURUT

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Definisi

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk.

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris

BAB II HUBUNGAN HUKUM INDUK PERUSAHAAN DENGAN ANAK PERUSAHAAN. A. Status Badan Induk perusahaan dan Anak Perusahaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. separate entity dan limited liability yang dikenal di dalam Perseroan Terbatas.

PENJELASAN BAHAN MATA ACARA RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN (RUPS TAHUNAN) PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 31 Maret 2017

peraturan perundang-undangan di Indonesia TANGGUNG JAWAB DIREKSI PT (Persero) GO-PUBLIC TERHADAP PENJUALAN SAHAM PERUSAHAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERSEROAN TERBATAS

BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PIAGAM DIREKSI. Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. A.

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

II. TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut E. Utrecht, badan hukum (rechtpersoon), yaitu badan yang menurut

BAB II KEWENANGAN KURATOR DALAM PROSES KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS. Kurator diangkat dan ditunjuk oleh Hakim Pengadilan Niaga (Pasal 15 ayat

PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

BAB II PEMBUBARAN DAN TANGGUNGJAWAB LIKUDIATOR

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terelakkan lagi, dimana Indonesia berada di tengah dan dalam kancah

BAB V PENUTUP. 1. Dalam hal pemegang saham tidak menaikan modalnya pada saat Perseroan

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.../20...

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan )

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan )

PIAGAM KOMISARIS. A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Tanggung Jawab Direksi Terhadap Kerugian Yang Diderita Perseroan

BAB II PENGATURAN TENTANG PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

I. PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk kegiatan ekonomi yang pemaknaannya banyak

PEDOMAN DEWAN DIREKSI PT ENSEVAL PUTERA MEGATRADING TBK

BADAN HUKUM Overview ade saptomo

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. monopoli terhadap suatu jaringan usaha. Disisi lain perusahaan grup itu

BAB I PENDAHULUAN. Komanditer atau sering disebut dengan CV (Commanditaire. pelepas uang (Geldschieter), dan diatur dalam Kitab Undang-Undang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KEWENANGAN DIREKSI PERSEROAN DALAM MELAKSANAKAN PENGURUSAN PERUSAHAAN

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan )

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34/POJK.04/2014 TENTANG KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PIAGAM DIREKSI PT SINAR MAS AGRO RESOURCES AND TECHNOLOGY Tbk.

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33/POJK.04/2014 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

BAB II PERSYARATAN KEPEMILIKAN SAHAM DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

perubahan Anggaran Dasar.

Transkripsi:

BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Tumbuh dan berkembangnya perekonomian dan minat pelaku usaha atau pemilik modal menjalankan usahanya di Indonesia dengan memilih bentuk badan usaha Peseroan Terbatas telah diikuti dengan adanya perubahan terhadap ketentuan hukum yang mengatur tentang Perseroan Terbatas terdahulu yakni Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sebagaimana telah dirubah dengan adanya Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Keberadaan Perseroan Terbatas di Indonesia selain tunduk pada ketentuan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, juga tunduk pada peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan keberadaan dan jalannya Perseroan Terbatas, termasuk Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), sepanjang tidak dicabut atau ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dibuatnya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas juga merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah untuk meningkatkan kepastian hukum dalam kegiatan usaha di Indonesia. Hal ini tentunya sejalan dengan keberadaan Perseroan terbatas sebagai salah satu bentuk badan usaha di Indonesia yang oleh pemerintah tidak dapat dipandang 1

sebelah mata, karena kontribusinya yang tidak kecil sebagai salah satu sumber pendapatan negara, utamanya dari sektor pajak. Di sektor lain keberadaan Perseroan Terbatas juga turut membantu pemerintah dalam upaya penyerapan sebagian besar tenaga kerja yang semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Sebagaimana telah diuraikan diatas, Perseroan Terbatas merupakan bentuk kegiatan usaha ekonomi yang paling disukai karena disamping pertanggungjawabannya yang bersifat terbatas, Perseroan Terbatas juga memberi kemudahan bagi pemegang saham untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya pada perusahaan tersebut. Selain itu bentuk Perseroan Terbatas lebih mudah dalam mengumpulkan dana untuk modal dari bentuk badan usaha lainnya. Hal ini disebabkan pemilik modal menginginkan risiko dan biaya sekecil mungkin dalam melakukan investasi. Sebagaimana ketentuan yang diatur pada Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dinyatakan bahwa : Perseroan Terbatas memperoleh status sebagai badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Peseroan Terbatas. Selanjutnya Pasal 14 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dinyatakan bahwa : Perbuatan hukum atas nama Perseroan Terbatas yang belum memperoleh status badan hukum, hanya boleh dilakukan oleh anggota Direksi bersama- 2

sama semua pendiri serta semua anggota Dewan Komisaris dan mereka semua bertanggung jawab secara tanggung renteng. Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, karena hukum menjadi tanggung jawab Perseroan Terbatas setelah Perseroan Terbatas menjadi badan hukum. Diakuinya Perseroan Terbatas sebagai institusi berbadan hukum dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, telah menempatkan Perseroan Terbatas sebagai subyek hukum sehingga dianggap cakap untuk melakukan perbuatan hukum dan dapat bertanggung jawab atas segala perbuatan hukum yang dibuatnya. 1 Sebagai subjek hukum, Perseroan Terbatas dianggap sama dengan manusia, yaitu sebagai manusia buatan/tiruan atau artificial person, dapat menggugat ataupun digugat, dapat membuat keputusan dan dapat mempunyai hak dan kewajiban, mempunyai utang-piutang, mempunyai kekayaan seperti selayaknya manusia biasa. 2 Namun sebagai artificial person tentu saja Perseroan Terbatas tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan dirinya sendiri, untuk itulah diperlukan adanya natural person yaitu orang dalam arti yang sebenarnya. Dalam Perseroan Terbatas, orang-orang tersebut dilembagakan dalam bentuk organ-organ perseroan terbatas, yang terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris. 1 I.G. Ray Widjaya, Berbagai Peraturan dan Pelaksanaan Undang-Undang di Bidang Hukum Perusahaan, Pemakaian Nama PT, Tata Cara Mendirikan PT, Tata Cara Pendaftaran Perusahaan, TDUP & SIUP, cet. 3, (Jakarta : Kesaint Blanc, 2003), hal. 148. 2 I.G.Ray Widjaja, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, cet.4 (Jakarta : Kesaint Blanc, 2002), hal.7. 3

Dari ketiga organ tersebut, Direksi berfungsi sebagai organ pengurus yang diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Direksi memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab yang penuh terhadap dan jalannya Perseroan Terbatas yang dipimpinnya untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan Terbatas. Pasal 92 ayat (1) Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa kepengurusan perseroan dilakukan oleh Direksi, termasuk dalam hal mewakili Perseroan Terbatas, bertindak untuk dan atas nama Perseroan Terbatas. Sebagaimana Fred BG Tumbuan juga menyatakan bahwa : Kewenangan pengurusan tersebut dipercayakan oleh Undang-Undang kepada Direksi untuk kepentingan perseroan sebagai badan hukum yang mempunyai eksistensi sendiri selaku subyek hukum mandiri (Persona Standi In Judicio). 3 Apabila Perseroan Terbatas telah menjadi badan hukum maka segala perbuatan hukum yang dilakukan Direksi untuk dan atas nama Perseroan Terbatas menjadai tanggung jawab Perseroan Terbatas. Ketentuan tersebut diatas apabila dilihat dari sisi pemilik modal atau pemegang saham Perseroan Terbatas, maka ketentuan tersebut juga mengandung makna secara prinsip bahwa pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas seluruh perikatan yang dibuat oleh dan atas nama Perseroan Terbatas dengan pihak 3 Fred BG Tumbuan, Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris serta Kedudukan RUPS Perseroan Terbatas menurut Undang Undang No. 1 Tahun 1995, makalah kuliah S2 Fakultas Hukum Universitas Indonesia Tahun ajaran 2001 2002, hal. 7. 4

ketiga. Dan oleh karenanya tidak bertanggung jawab atas setiap kerugian yang diderita oleh Perseroan Terbatas. Para pemegang saham tersebut hanya bertanggung jawab atas penyetoran penuh dari nilai saham yang diambil bagian olehnya sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas. Meskipun tanggung jawab dari pemegang saham Perseroan Terbatas sudah bersifat terbatas, namun sebagaimana ketentuan Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang No. 40 tahun 2007 diatas, bahwa perbuatan hukum atas nama perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, hanya boleh dilakukan oleh semua Direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota Dewan Komisaris Perseroan dan mereka semua bertanggung jawab secara tanggung renteng atas perbuatan hukum tersebut. Sementara dari sisi Direksi, Direksi Perseoan Terbatas dalam menjalankan tugasnya, diberikan hak dan kekuasaan penuh dengan konsekuensi bahwa setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh Direksi akan dianggap dan diperlakukan sebagai tindakan dan perbuatan Perseroan Terbatas, sepanjang mereka bertindak sesuai dengan apa yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas. Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur tentang tanggung jawab Direksi atas kerugian yang dialami Perseroan Terbatas akibat adanya kesalahan atau kelalaian Direksi dalam menjalankan tugas kepengurusannya. Hal ini diatur dalam Pasal 97 ayat (3), (4), dan Pasal 104 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 5

Sebagaimana telah diuraikan diatas terkait tanggung jawab pemegang saham, baik direksi dan komisaris juga memiliki tanggung jawab yang bersifat terbatas (limited liability) karena mereka adalah organ dari suatu badan hukum. Namun tanggung jawab terbatas tersebut bukan tanpa pengecualian, sebagai konsekwensi dari pelaksanaan tugas dan wewenang direksi yang sangat besar dalam Perseroan Terbatas. Pengecualian tanggung jawab dari sifat pertanggung jawaban perseroan yang terbatas dimaksudkan agar perseroan tidak disalahgunakan oleh organ-organnya, dalam hal ini Direksi selaku pengurus perseroan terbatas. Secara internal, tugas dan tanggung jawab Direksi terhadap Perseroan Terbatas dan pemegang saham Perseroan Terbatas telah dimulai sejak Perseroan memperoleh status badan hukum. Dalam hal Direksi bertindak mewakili Perseroan Terbatas, maka Direksi memiliki kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh Direksi. Kelalaian dalam melaksanakan kewajibannya memberikan sanksi yang mengakibatkan pertanggungjawaban dari seluruh anggota Direksi. Berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan kewajibannya secara internal, Direksi Perseroan diwajibkan untuk: 4 a) Membuat daftar Pemegang Saham Perseroan Terbatas yang berisikan keterangan mengenai kepemilikan saham dalam Perseroan oleh para pemegang saham, Daftar Khusus yang memuat keterangan mengenai kepemilikan saham oleh Direksi dan Komisaris Perseroan Terbatas beserta keluarganya atas setiap saham yang dimiliki oleh mereka dalam 4 Ahmad Yani et.al.,1999, Seri Hukum Bisinis Perseroan Terbatas, Raja Grafindo Persada, Jakarta hlm. 105. 6

Perseroan Terbatas maupun pada perseroan-perseroan terbatas lainnya, Risalah Rapat Umum Pemegang Saham dan Risalah Rapat Direksi Perseroan Terbatas; b) Membuat Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Perseroan Terbatas; c) Memelihara seluruh daftar, risalah, dokumen keuangan Perseroan dan dokumen Perseroan lainnya. Ketentuan di atas sesuai dengan ketentuan Pasal 100 ayat (1) UUPT. kemudian dalam Pasal 101 juga dijelaskan mengenai kewajiban Direksi untuk melaporkan kepada Perseroan Terbatas mengenai saham yang dimiliki anggota Direksi yang bersangkutan dan/atau keluarganya dalam Perseroan Terbatas dan Perseroan Terbatas lainnya untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus. Anggota Direksi yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut dan menimbulkan kerugian bagi Perseroan Terbatas, bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan tersebut. Sebagaimana halnya seorang pemegang kuasa yang melaksanakan kewajibannya berdasarkan kepercayaan yang diberikan oleh pemberi kuasa untuk bertindak sesuai dengan perjanjian pemberian kuasa dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, demikian pula Direksi Perseroan Terbatas sebagai pemegang kuasa (fiduciary duties) dari para pemegang saham Perseroan Terbatas, bertanggung jawab penuh atas pengurusan dan pengelolaan Perseroan untuk kepentingan dan tujuan Perseroan Terbatas dan untuk menjalankan tugas dan kewajiban yang diberikan kepadanya dengan itikad baik sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan oleh Anggaran Dasar Perseroan 7

Terbatas dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya tersebut diatas memberikan hak kepada pemegang saham Perseroan Terbatas untuk: 5 a) Secara sendiri-sendiri atau bersama-sama yang mewakili jumlah sepersepuluh pemegang saham Perseroan Terbatas melakukan gugatan, untuk dan atas nama Perseroan Terbatas melalui Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 97 ayat (6) UUPT. b) Secara sendiri-sendiri melakukan gugatan langsung untuk dan atas nama pribadi pemegang saham Perseroan terhadap Direksi Perseroan, atas setiap keputusan atau tindakan Direksi Perseroan yang merugikan pemegang Saham. Hal ini terdapat dalam Pasal 97 ayat (7) UUPT. Adapun Tugas dan tanggung jawab Direksi secara eksternal, yakni Tugas dan tanggung jawab Direksi Perseroan Terbatas terhadap pihak ketiga terwujud dalam kewajiban Direksi untuk melakukan keterbukaan (disclosure) terhadap pihak ketiga atas setiap kegiatan Perseroan yang dianggap dapat mempengaruhi kekayaan Perseroan. Kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada Direksi tersebut antara lain termuat dalam: 6 a) Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, dalam hal Perseroan ingin melakukan pengurangan modal; 5 Ibid., hlm. 113. 6 Ibid., hlm. 114. 8

b) Pasal 127 ayat (2) Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, dalam hal Perseroan Terbatas bermaksud untuk melakukan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan dan bagi: 1) perseroan yang bidang usahanya berkaitan dengan pengerahan dana masyarakat; 2) perseroan yang mengeluarkan surat pengakuan hutang; 3) perseroan terbuka. Sebagai kewajiban untuk melakukan keterbukaan, Direksi Perseroan Terbatas bertanggung jawab atas kebenaran dan keakuratan dari setiap data dan keterangan yang disediakan olehnya kepada publik (masyarakat) ataupun pihak ketiga berdasarkan perjanjian. Jika terdapat pemberian data atau keterangan secara tidak benar dan atau menyesatkan, maka seluruh anggota Direksi Perseroan Terbatas harus bertanggung jawab secara tanggung renteng atas setiap kerugian yang diderita oleh pihak ketiga, sebagai akibat dari pemberian data atau keterangan yang tidak benar atau menyesatkan tersebut, kecuali dapat dibuktikan bahwa keadaan tersebut terjadi bukan karena kesalahannya. Meskipun Undang-Undang memberikan ketentuan beberapa sanksi perdata yang sangat berat kepada setiap anggota Direksi Perseroan atas setiap kesalahan atau kelalaiannya, namun pelaksanaan dari pemberian sanksi itu sendiri sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan selama anggota Direksi yang bersangkutan bertindak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Para pemegang saham maupun pihak ketiga yang merasa dirugikan oleh 9

tindakan Direksi harus membuktikan apakah kerugian tersebut terjadi sebagai akibat kesalahan dan atau kelalaian dari Direksi Perseroan Terbatas. Selanjutnya sebagaimana telah diuraikan diatas tugas dan kewajiban serta wewenang Direksi Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah melakukan pengurusan perseroan. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik didalam maupun diluar pengadilan. Berkaitan dengan tanggung jawab Direksi, Undang-Undang Perseroan Terbatas memberikan ketetentuan umum bahwa Direski dari Perseroan yang mengalami kerugian tidak dapat dimintai pertanggung jawaban. Hal ini dikarenakan adanya azas didalam perseroan terbatas dimana perseroan adalah suatu subyek hukum yang terpisah dari Direksi Perseroan Terbatas. Perseroan Terbatas memiliki harta kekayaan yang terpisah dari harta kekayaan Pengurus Perseroan. Semua kewajiban perseroan akan dipenuhi / diselesaikan melalui harta kekayaan perseroan itu sendiri. Seperti halnya terhadap harta kekayaan Pemegang Saham, harta kekayaan Direksi tidak dapat dijangkau secara hukum untuk dijadikan sumber pelunasan kewajiban perseroan. Namun prinsip tersebut bukan tanpa pengecualian. Dalam hal tertentu Direksi dapat dimintai pertanggung jawaban secara pribadi, apabila karena kesalahannya Perseroan mengalami kerugian. Sudah merupakan kelaziman didalam praktek perusahaan bahwa pada akhir masa jabatannya dan/atau dalam menyampaikan Laporan Tahunan Perseoan 10

Terbatas, Direksi diberikan Pembebasan Tanggung Jawab et quit de charge oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Hal tersebut dinyatakan secara tegas dalam Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan Terbatas tersebut dan dituangkan dalam risalah rapat. Dikarenakan Pembebasan Tanggung Jawab et quit de charge diberikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi didalam Perseroan Terbatas kepada Direksi Perseroan Terbatas, maka Perseroan Terbatas terikat dengan keputusan RUPS tersebut. Konsekuensinya secara yuridis, Direksi Perseroan Terbatas yang diberikan Pembebasan Tanggung Jawab et quit de charge tidak dapat lagi digugat dikemudian hari atas perbuatannya dengan beberapa ketentuan pengecualiannya. Pada dasarnya Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Perseroan Terbatas tidak mengatur secara tegas ketentuan mengenai pemberian pembebasan dan pelunasan terhadap pertanggungjawaban (pengurusan) Direksi untuk satu tahun buku, atau lebih dikenal dengan istilah acquit et decharge. Akan tetapi sebagai konsekwensi dari Pasal 66 Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengatakan bahwa direksi dalam waktu enam bulan setelah tahun buku perseroan ditutup harus menyusun laporan tahunan untuk diajukan kepada Rapat Umum Pemegang Saham, maka saat itulah pemberian pembebasan tanggungjawab direksi ini diminta Direksi. Acquit et decharge yang diberikan Perseroan Terbatas kepada Direksi, terbatas pada perbuatan hukum perdata, sedangkan atas 11

perbuatan dan pengurusan yang termasuk dalam perbuatan pidana adalah di luar kewenangan Rapat Umum Pemegang Saham. Oleh sebab itu tidak pernah diberikan acquit et decharge pada Direksi Perseroan Terbatas yang diduga atau disangka telah melakukan perbuatan pidana terhadap perusahaan, seperti penggelapan uang perusahaan dan tindakan kriminal lainnya. Semua itu karena ketentuan pidana oleh undangundang ditetapkan bersifat personal, sehingga tidak dapat diwakilkan ataupun dialihkan. Dalam praktiknya, masalah acquit et decharge ini belum sepenuhnya dipahami tidak hanya para Direksi Perseroan Terbatas, namun juga pihak-pihak berkepentingan lainnya. Masih kuat pemahaman di antara Direksi Perseroan Terbatas bahwa bila sudah mempertanggungjawabkan pengurusannya dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Rapat Umum Pemegang Saham mengesahkannya, maka itu berarti otomatis acquit et decharge diberikan pada mereka, yang lalu akan membebaskan sepenuhnya pertanggungjawaban mereka selama pengurusan untuk seterusnya. Padahal untuk perbuatan-perbuatan yang tidak dilaporkan atau yang tidak tercermin dalam laporan tahunan, jika kemudian ternyata ada yang tidak dilaporkan dan atau ada pihak-pihak yang dirugikan, Direksi Perseroan Terbatas secara tanggung renteng tetap harus mempertanggungjawabkannya. Oleh karena itulah seharusnya Direksi Perseroan Terbatas, sekalipun telah ditetapkan pembagian tugas masing- 12

masing, tetap berkewajiban untuk saling mengawasi, mengingat seluruh anggota direksi adalah organ perseroan yang harus bertanggungjawab secara tanggung renteng dan secara bersama-samabila terjadi kesalahan pada Perseroan Terbatas. Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, Penulis ingin melakukan penelitian terhadap permasalahan hukum terkait Pembebasan Tanggung Jawab Hukum Direksi Perseron Terbatas, khususnya pemberian pembebasan tanggung jawab hukum yang diberikan Perseroan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan terkait Laporan Tahunan yang dibuat oleh Direksi. B. Rumusan Masalah Dalam penulisan tesis, ditemukan dan ditentukan rumusan-rumusan permasalahan, diantaranya : 1. Bagaimanakah bentuk pertanggungjawaban hukum Direksi Perseroan Terbatas terhadap tindakan-tindakan atau perbuatan perbuatan hukum yang berkaitan dengan tugas dan kewenangannya di dalam Perseroan Terbatas? 2. Apakah Direksi Perseroan Terbatas yang telah memperoleh pembebasan tanggung jawab hukum dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan masih dapat dilakukan tuntutan baik secara hukum perdata dan/atau pidana terkait adanya kerugian yang dialami Perseroan Terbatas? 13

C. Keaslian Penelitian Penelitian terhadap hasil-hasil penelitian dan karya-karya ilmiah tentang tanggung jawab Direksi Perseroan Terbatas telah banyak dilakukan. Namun sepengetahuan Penulis sejauh ini belum ditemukan penelitian yang sama dengan penelitian ini. Ada beberapa penelitian tentang pertanggung jawaban Direksi namun fokusnya berbeda dengan penelitian ini, adapun beberapa penelitian tersebut diantaranya Kedudukan, Peran dan Tanggung Jawab Hukum Direksi BUMN yang ditulis oleh Dina Khairunnisa, fokus penelitian tersebut pada tanggung jawab Direksi Perseroan Terbatas khsususnya Direksi pada Badan Usaha milik Negara. Sementara penelitian ini lebih memfokuskan pada pertanyaan yang mendasar dan spesifik yakni apakah Direksi Perseroan Terbatas yang telah memperoleh pembebasan tanggung jawab hukum dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan masih dapat dilakukan penuntutan baik secara hukum perdata dan/atau pidana terkait adanya kerugian yang dialami Perseroan Terbatas. D. Tujuan Penelitian Dari beberapa rumusan masalah tersebut diatas, terdapat tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Memperoleh pemahaman secara tepat mengenai bentuk pertanggungjawaban hukum Direksi Perseroan Terbatas terhadap tindakan- 14

tindakan atau perbuatan perbuatan hukum yang berkaitan dengan tugas dan kewenangannya di dalam Perseroan Terbatas; 2. Memperoleh jawaban terkait pertanyaan apakah Direksi Perseroan Terbatas yang telah memperoleh pembebasan tanggung jawab hukum dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan masih dapat dilakukan penuntutan baik secara hukum perdata dan/atau pidana terkait adanya kerugian yang dialami Perseroan Terbatas. E. Kegunaan Penelitian Penelitian yang berkaitan dengan pemberian pembebasan tangung - jawab hukum bagi Direksi Perseroan Terbatas, akan diketahui dan diperoleh pemahaman yang tepat dan secara menyeluruh bagaimana bentuk pertanggungjawaban hukum Direksi Perseroan Terbatas terhadap tindakantindakan atau perbuatan perbuatan hukum yang berkaitan dengan tugas dan kewenangannya di dalam Perseroan Terbatas. Harapan Penulis, bahan tesis ini dapat menjadi masukan yang berguna bagi para mahasiswa, akademisi, konsultan, aparat/penegak hukum serta para praktisi Bisnis. 15