DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

dokumen-dokumen yang mirip
DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

ALGORITMA & PENGEMBANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Definisi & Simbol Flowchart. Agustine Hana. M

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 347/KMK.01/2012 TENTANG

1. Simbol simbol yang digunakan dalam Data Flow Diagram. Table 1 Simbol simbol pada Data Flow Diagram. (Sumber: Romney dan Steinbart, 2006, p64)

PER - 11/BC/2011 PENERAPAN SECARA PENUH (MANDATORY) PERALIHAN PELAYANAN DAN PENGAWASAN KEMUDAHAN IMP

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.01/2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PANGKALAN SARANA OPERASI BEA DAN CUKAI

FLOWCHART. Dosen Pengampu : Aullya

2. Definisi dan Simbol Flowchart

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 133/PMK.01/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT KOMITE PENGAWAS PERPAJAKAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 44 /BC/2010 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Laporan Tahunan Layanan Informasi Publik Tahun Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Laporan Tahunan LAYANAN INFORMASI PUBLIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan, Pemantauan, dan Evaluasi Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan di Lingkunga

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 1

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR HK NOMOR KEP - 49 /BC/2006 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-81/BC/2011

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 06/BC/2006

POINTERS PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN DHANAPALA, 25 JULI 2008

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 23 /BC/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 24/BC/2007 TENTANG MITRA UTAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-22 /BC/1997 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlu kita ketahui tentang perbedaan sistem dengan prosedur. Sistem

PENGEMBANGAN SISTEM DAN TEKNIK DOKUMENTASI DIANA RAHMAWATI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 11/BC/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DAFTAR INVENTARISASI MATERI PERUBAHAN P-23

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG

NOMOR 246/PMK.01/2011 TENTANG MEKANISME PENETAPAN JABATAN DAN PERINGKAT BAGI PELAKSANA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 24 Tahun 2015 Seri E Nomor 16 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 28/M-DAG/PER/6/2009 TENTANG

Grafik Peningkatan Jumlah Nasabah

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2011, No sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Le

NOMOR : KEP-03/BC/2003 NOMOR : 01/DAGLU/KP/I/2003 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TERTIB ADMINISTRASI IMPORTIR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepoti

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.69/MEN/2011

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 3/BC/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG

PEDOMAN PENILAIAN LOMBA PELAYANAN. 1. Aspek-aspek yang menjadi obyek penilaian mencakup komponen dan kriteria penilaian, sebagai berikut :

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

NOMOR : 37/PMK.04/2005 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI YANG TELAH DIBAYAR DALAM RANGKA KEMUDAHAN IMPOR TUJUAN EKSPOR

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KPPBC TIPE MADYA PABEAN C TEMBILAHAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

MENTEHI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 08/BC/2008 TENTANG

Analisis Sistem Informasi Pedoman Membuat Flowchart

MAKALAH FLOW CHART. Disusun oleh: Nama : La Bomba Susihu NPM : SISTEM KOMPUTER / KELAS A SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

INVENTARISASI KEPUTUSAN/PERATURAN MENTERI KEUANGAN DI BIDANG KETATALAKSANAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 18 /BC/2008 TENTANG

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.04/2014 TENTANG REGISTRASI KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P - 12/BC/2006 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 56/BC/2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hall (2006: 6), mengartikan bahwa sistem adalah kelompok. dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-11/BC/2007 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

P - 34/BC/2009 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN DAN PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP

NOMOR : 38/PMK.04/2005 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN BEA MASUK, DENDA ADMINISTRASI, DAN/ATAU BUNGA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

TAHAPAN PENYUSUNAN SOP

L-1 PO CUST 1 SJ 1 INVOICE 1

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 16 /BC/2008 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2006 TENTANG BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 N

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. berkaitan dan berinteraksi yang bertanggung jawab dalam memproses input

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK KEMENTERIAN LUAR NEGERI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA SENSOR FILM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90/PMK.04/2012 TENTANG

Transkripsi:

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-21/BC/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PENETAPAN, DAN PELAKSANAAN, SERTA MONITOR DAN EVALUASI STANDARD PROSEDUR OPERASI DI LINGKUNGAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139/PMK.01/2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 55/PM.1/2007, telah ditetapkan pedoman penyusunan Standard Prosedur Operasi Di Lingkungan Departemen Keuangan; b. bahwa dalam rangka keseragaman penerapan dan pelaksanaan Standard Prosedur Operasi tersebut secara efektif, perlu memberikan pedoman penyusunan, penetapan, dan pelaksanaan, serta monitor dan evaluasi Standard Prosedur Operasi di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a dan huruf b di atas, dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang Pedoman Penyusunan, Penetapan, Dan Pelaksanaan, Serta Monitor Dan Evaluasi Standard Prosedur Operasi Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3612), sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4661); 2. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3613) sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4755); 3. Keputusan Menteri Keuangan nomor 448/KMK.01/2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Pangkalan Sarana Operasi Bea Dan Cukai; 4. Keputusan Menteri Keuangan nomor 449/KMK.01/2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Balai Pengujian Dan Identifikasi Barang; 5. Peraturan Menteri Keuangan. nomor 139/PMK.01/2006 tentang Pedoman Penyusunan Standard Prosedur Operasi (Standard Operating Procedures) Di Lingkungan Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 55/PM.1/2007; 6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.01/2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai; 7. Peraturan Menteri Keuangan nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menetrai Keuangan nomor 149/PMK.01/2008; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PENETAPAN, DAN PELAKSANAAN, SERTA MONITOR DAN EVALUASI STANDARD PROSEDUR OPERASI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI. Pasal 1 Dalam Keputusan Direktur Jenderal ini, yang dimaksud dengan : 1. Standard Prosedur Operasi (Standard Operating Procedure) yang selanjutnya disingkat SOP adalah pedoman pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi berdasarkan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai, serta ketentuan umum penyelenggaraan organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal di bidang kelembagaan dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kehumasan, dan ketentuan umum lainnya. 2. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. 3. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai. 4. Unit Kerja adalah unit organisasi di tingkat pusat, instansi vertikal, dan unit pelayanan teknis (UPT) berdasarkan ketentuan organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal. Pasal 2 (1) SOP disusun atas setiap kegiatan penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dengan tujuan untuk menyederhanakan dan membakukan proses bisnis kegiatan, untuk memberikan transparansi kepada pemangku kepentingan (stakeholder), serta untuk digunakan sebagai salah satu ukuran dalam menilai kinerja pelaksanaan organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal. (2) SOP disusun dan dirumuskan oleh berdasarkan hasil koordinasi dan pembahasan dengan Unit Kerja yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang perumusan kebijakan. (3) SOP dirumuskan dengan menggunakan format dan contoh pengisian sebagaimana Lampiran Peraturan Direktur Jenderal ini, yang terdiri dari : a. Lampiran I, yaitu Lembar Pertama/Penjelasan SOP yang menjelaskan Dasar Hukum, Deskripsi, Persyaratan, Biaya, dan Norma Waktu Layanan. b. Lampiran II, yaitu Lembar Kedua/Flow Chart SOP yang menjelaskan aktivitas, diagram flow chart mengenai alir bisnis sejak proses awal (start) sampai dengan akhir kegiatan (end), unit kerja struktural pelaksana SOP. (4) Simbol yang digunakan dalam perumusan diagram flow chart sebagaimana tersebut pada ayat (3) huruf b, menggunakan contoh sebagaimana Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal ini. Pasal 3 (1) SOP yang telah disusun dan dirumuskan sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 ayat (3) disampaikan oleh kepada Kepala Biro Organisasi Dan Ketatalaksanaan Departemen Keuangan untuk mendapat rekomendasi dari Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan. (2) SOP ditetapkan dengan atau berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal setelah mendapat rekomendasi dari Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan. Pasal 4 (1) SOP sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 ayat (2) dilaksanakan oleh Unit Kerja, dan menjadi pedoman bagi setiap pejabat atau pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi. (2) Agar pelaksanaan SOP sebagaimana tersebut pada ayat (1) dapat dilakukan secara efektif, Unit Kerja perlu melakukan internalisasi dan sosialisasi. (3) Untuk pengukuran kinerja pelaksanaan SOP sebagaimana tersebut pada ayat (1), setiap Unit Kerja berkewajiban : a. Memonitor SOP dan melakukan evaluasi pelaksanaannya di lingkungan kerjanya. b. Melakukan analisa tingkat kepuasan pemangku kepentingan (stakeholder) terhadap pelaksanaan SOP, biaya, dan janji layanan atau norma waktu layanan, berdasarkan pendapat tertulis yang disampaikan melalui kuesioner dengan contoh sebagaimana Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal ini. Pasal 5 Unit Kerja berkewajiban membuat laporan monitor dan evaluasi pelaksanaan SOP

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 3 - sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 ayat (2), disertai hasil analisa tingkat kepuasan pemangku kepentingan (stakeholder), serta menyampaikan laporan tersebut secara periodik kepada Direktur Jenderal setiap 3 (tiga) bulan sekali atau sewaktu-waktu diperlukan, dengan format laporan sebagaimana Lampiran V Peraturan Direktur Jenderal ini. Pasal 6 (1) SOP bersifat dinamis yang terus berkembang mengikuti setiap perubahan kebijakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) SOP adalah pedoman yang bersifat praktis, yang apabila terdapat kendala atau terjadi permasalahan dalam pelaksanaannya, diselesaikan dengan tetap mempertimbangkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum penetapannya. (3) Contoh penyusunan dan perumusan SOP sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal. Pasal 7 Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Direktur Jenderal ini dengan menempatkannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Salinan Peraturan Direktur Jenderal ini disampaikan kepada : 1. Menteri Keuangan R.I.; 2. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara R.I.; 3. Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan R.I.; 4. Kepala Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Departemen Keuangan R.I.; 5., para Direktur, dan Tenaga Pengkaji DJBC; 6. Para Kepala Kantor Pada Instansi Vertikal dan Unit Pelayanan Teknis DJBC. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober 2008

FORMAT SOP (Lembar Pertama/Penjelasan Ringkas SOP) LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL NOMOR P-21C/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PENETAPAN, DAN PELAKSANAAN, SERTA MONITOR DAN EVALUASI STANDARD PROSEDUR OPERASI DI LINGKUNGAN Nomor :...(1)... Tanggal :...(1)... Revisi :...(2)... Tanggal :...(2)... DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA... (3)... STANDARD PROSEDUR OPERASI... (4)... DASAR HUKUM : (5) DESKRIPSI : (6) PERSYARATAN : (7) BIAYA : (8) NORMA WAKTU LAYANAN : (9) Mengetahui : (10)...... NIP 0600... Petunjuk Pengisian : (1) Nomor dan tanggal SOP, diisi oleh Sekretariat Direktorat Jenderal; (2) Catatan dan tanggal revisi SOP, diisi oleh Sekretariat Direktorat Jenderal; (3) Nama Unit Kerja pelaksana SOP. (4) Judul layanan. (5) Dasar hukum layanan (UU, Peraturan/Keputusan Menteri, Peraturan/Keputusan Direktur Jenderal). (6) Penjelasan ringkas proses bisnis layanan dan hal-hal lainnya yang perlu dijelaskan. (7) Persyaratan untuk mendapatkan layanan sesuai ketentuan dan tata laksana yang berlaku. (8) Biaya layanan resmi, (misalnya : PNBP, jika tidak ada cukup ditulis Tidak Dipungut Biaya ). (9) Lamanya proses layanan sejak awal s.d. akhir kegiatan, berdasarkan satuan waktu, yang dapat diperhitungkan secara keseluruhan atau dibagi/dikelompokkan berdasarkan tahap kegiatan. (10) Diisi nama jabatan, nama dan NIP pejabat eselon II dari unit yang menyusun dan merumuskan SOP.

FORMAT SOP (Lembar Kedua/Flow Chart SOP) LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL NOMOR P-21/BC/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PENETAPAN, DAN PELAKSANAAN, SERTA MONITOR DAN EVALUASI STANDARD PROSEDUR OPERASI DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA... (3)... STANDARD PROSEDUR OPERASI... (4)... Nomor :...(1)... Tanggal :...(1)... Revisi :...(2)... Tanggal :...(2)... NO AKTIFITAS PEMOHON............ (5) (6) (7) (8) (8) (8) (8) (mis : Direktur) (mis : Kepala Subdirektorat) (mis : Kepala Seksi) (mis : Pelaksana) (9) START 1 Proses awal kegiatan Contoh : Pemohon mengajukan...... 10 Proses akhir kegiatan Contoh : Direktur melalui Kepala Subbag Tata Usaha mengirimkan Surat Keputusan kepada Pemohon (9) END Mengetahui : (10)...... NIP 0600... Petunjuk Pengisian : (1) Nomor dan tanggal SOP, diisi oleh Sekretariat Direktorat Jenderal. (2) Catatan dan tanggal revisi SOP, diisi oleh Sekretariat Direktorat Jenderal. (3) Nama Unit Kerja pelaksana SOP. (4) Judul layanan. (5) Nomor urut aktivitas. (6) Penjelasan singkat mengenai tahap kegiatan dari awal s.d. akhir kegiatan. (7) Pemohon layanan yang dicukup ditulis dengan kata Pemohon. (8) Nama jabatan yang melaksanakan SOP, bilamana layanan menggunakan sarana elektronik (SOP) juga dicantumkan kolom Sistem Aplikasi untuk menampung kegiatan yang dilakukan secara elektronik. (9) Flow chart atau alir proses bisnis yang diawali dengan Start dan diakhiri dengan End, penggunaan simbol untuk kegiatan lainnya sesuai contoh pada Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal ini. (10) Diisi nama jabatan, nama dan NIP pejabat eselon II dari unit yang menyusun dan merumuskan SOP.

LAMPIRAN III PERATURAN DIREKTUR JENDERAL NOMOR P-21/BC/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PENETAPAN, DAN PELAKSANAAN, SERTA MONITOR DAN EVALUASI STANDARD PROSEDUR OPERASI DI LINGKUNGAN CONTOH SIMBOL FLOW CHART SIMBOL NAMA KETERANGAN SIMBOL INPUT/ OUTPUT Dokumen tunggal Simbol dokumen atau laporan yang dapat dipersiapkan dengan tulisan tangan, atau dicetak dengan komputer Dokumen rangkap Simbol dokumen atau laporan yang dapat dipersiapkan dengan tulisan tangan, atau dicetak dengan komputer Proses input atau output data atau dokumen Menggambarkan proses input atau output yang juga dapat dipakai untuk mewakili jurnal dan buku besar. Display / tampilan Menggambarkan display atau tampilan informasi berupa output on-line, seperti terminal, monitor, atau layar. Proses input secara manual Menggambarkan proses input secara manual yang dapat dilakukan melalui peralatan on-line seperti terminal atau personal komputer. Terminal atau Personal Komputer Menggambarkan suatu tampilan on-line yang digunakan secara bersama untuk mewakili terminal dan personal komputer. SIMBOL PROSES KEGIATAN Proses elektronis Proses Manual Kegiatan pemrosesan secara elektronis misalnya dengan menggunakan perangkat komputer; biasanya menghasilkan perubahan atas data atau informasi (print-out). Kegiatan pemrosesan secara manual. Misalnya proses pembukuan secara administratif. Proses pendukung (auxiliary operation) Kegiatan pemrosesan melalui peralatan pendukung misalnya peralatan atau mesin lainnya selain personal komputer. SIMBOL PENYIMPANAN Data base atau data storage berupa media penyimpan akses sekuensial. Biasanya data disimpan dalam pita magnetis dengan akses secara berurutan / sekuensial seperti pita kaset, film dll

SIMBOL NAMA KETERANGAN Data base atau data storage berupa media penyimpan akses langsung (Direct Access Storage). Data base atau data storage berupa berupa disk magnetis (Magnetic Disk). Biasanya data disimpan dalam media penyimpan dengan akses langsung tidak berurutan seperti disket, flash disk dll Biasanya data disimpan secara permanen di dalam disk magnetis, dipergunakan untuk file utama / master file dan data base Data base atau data storage berupa penyimpan data secara on-line. Biasanya data disimpan didalam file on-line temporer melalui media yang dapat diakses secara langsung, seperti disk. N Proses penyimpanan data atau dokumen. Menggambarkan proses penyimpanan data atau dokumen secara manual. Huruf yang ditulis dalam simbol menunjukkan urutan pengaturan file secara N= numeris, A= alfabetis, D berdasarkan tanggal. SIMBOL LAIN-LAIN Proses awal dan akhir kegiatan (Terminator START dan END). Titik awal, akhir, atau pemberhentian dalam suatu proses atau program; juga dipergunakan untuk menunjukan adanya pihak eksternal. Proses pengambilan keputusan (Decision). Konektor dalam satu halaman (On Page Connector). Konektor dengan halaman yang lain (Off Page Connector). Proses pengambilan keputusan; dipergunakan dalam sebuah bagan alir untuk memperlihatkan adanya 2 alternatif. Simbol berisi pertanyaan keputusan dengan jawaban ya atau tidak. Menghubungkan arus pemrosesan di satu halaman yang sama. Penggunaan konektor ini akan menghindari garis-garis yang saling silang di satu halaman. Dua simbol yang berhubungan berisi angka yang sama. Suatu penanda masuk dari, atau keluar ke, halaman lain. Dua simbol yang berhubungan berisi angka yang sama. N Pengambilan data atau dokumen secara manual (Extract atau Unfiling). Proses menunggu (Delay) File dokumen secara manual ditarik kembali. Huruf yang ditulis dalam simbol menunjukkan urutan pengaturan file secara N= numeris, A= alfabetis, D berdasar tanggal Proses menunggu keputusan / proses aktifitas yang berakibat mengubah data atau dokumen, biasanya berhubungan dengan pihak lain. Alir dokumen atau proses. Arah pemrosesan atau arus dokumen; arus yang normal mengarah ke bawah dan mengarah ke kanan. Alir data atau informasi. Arah arus data/informasi;sering dipergunakan untuk memperlihatkan data yang dikopi dari satu dokumen ke dokumen lainnya.

SIMBOL NAMA KETERANGAN Persimpangan alir dokumen atau proses. Persimpangan atau persilangan arus dokumen atau proses jika tidak memakai konektor. Anotasi. Komentar diskriptif tambahan atau catatan penjelasan untuk klarifikasi. Catatan : 1. Simbol flow chart ini merupakan contoh simbol yang umum digunakan untuk menggambarkan proses bisnis kegiatan. 2. Penggunaan simbol ini pada alur bisnis flow chart dapat disertai dengan keterangan yang ditulis di dalamnya namun ringkas, semata-mata untuk memudahkan dalam memahami setiap tahap kegiatan. 3. Terhadap kegiatan lain yang belum tercantum pada Lampiran Peraturan Direktur Jenderal ini, dapat menggunakan simbol berdasarkan referensi yang berlaku umum.

LAMPIRAN IV PERATURAN DIREKTUR JENDERAL NOMOR P- XXXXX /BC/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PENETAPAN, DAN PELAKSANAAN, SERTA MONITOR DAN EVALUASI STANDARD PROSEDUR OPERASI DI LINGKUNGAN CONTOH KUESIONER K U E S I O N E R PENILAIAN KINERJA TERHADAP LAYANAN PERMOHONAN PENETAPAN KLASIFIKASI SEBELUM IMPOR (PRE-ENTRY CLASSIFICATION) Penjelasan : Dalam rangka pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, telah ditetapkan Standard Prosedur Operasi (SOP) Layanan Permohonan Penetapan Klasifikasi Sebelum Impor (Pre-Entry Classification) dengan norma waktu layanan paling lama 8 (delapan) hari kerja setelah permohonan diterima lengkap. Tujuan : Kuesioner ini dimaksudkan untuk menilai kinerja dan efektifitas Layanan Permohonan Penetapan Klasifikasi Sebelum Impor (Pre-Entry Classification), serta sejauh mana manfaat layanan tersebut, dan harapan Anda kedepan untuk lebih meningkatkan kinerja pelayanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Kerahasiaan : Penilaian Anda pada kuesioner ini akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan mempengaruhi perlakuan terhadap aktivitas Anda dalam melaksanakan pekerjaan di bidang kepabeanan dan cukai. Instruksi : Pada kuesioner ini terdapat dua jenis penyataan yaitu : (1) pernyataan pilihan yang akan Anda nilai; dan (2) Pernyataan Isian mengenai harapan Anda kedepan. Pada pernyataan pilihan terdapat dua penyataan dan ditengahnya terdapat sebaris angka 1 s.d. 10, berilah tanda silang pada salah satu angka saja. Lebih dekat angka yang Anda silang dengan pernyataan tertentu, akan menggambarkan lebih jelas penilaian anda terhadap pernyataan tersebut. Contoh : Pejabat Bea dan Cukai belum melaksanakan tugas dengan baik dan profesional. jawaban di atas menunjukan penilaian Anda terhadap pernyataan sebelah kiri Pejabat Bea dan Cukai sudah melaksanakan tugas dengan baik dan profesional. Data Responden : beri tanda silang pada kotak jawaban di bawah ini Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Usia : < 20 tahun 21 s.d. 30 Tahun 31 tahun < Pendidikan : SMA D3/S1 Lainnya... Pengalaman bekerja : < 5 tahun 6 s.d. 10 Tahun 10 Tahun <

Pernyataan Anda : 1. Pemahaman Anda tentang ketentuan peraturan pelaksanaan Penetapan Klasifikasi Sebelum Impor (Pre-Entry Classification). Saya belum memahami ketentuan Pre-Entry Classification. Saya sudah memahami ketentuan Pre-Entry Classification. 2. Akses kemudahan informasi mengenai ketentuan Pre-Entry Classification. Informasi susah didapat. Informasi mudah didapat. 3. Prosedur layanan Pre-Entry Classification. Prosedur layanan belum dilaksanakan dengan efektif dan belum efisien. Prosedur layanan sudah dilaksanakan dengan efektif dan sangat efisien. 4. Standar waktu penyelesaian dokumen Pre-Entry Classification. Belum dicapai dalam waktu rata-rata 4 Jam. Sudah dicapai dalam waktu rata-rata 4 Jam. 5. Sikap Petugas Bea dan Cukai yang memberikan layanan (disiplin, terampil, dan profesional). Petugas Bea dan Cukai belum melaksanakan tugas dengan baik dan profesional. Petugas Bea dan Cukai sudah melaksanakan tugas dengan baik dan profesional. 6. Sarana dan fasilitas layanan Pre-Entry Classification (misalnya jumlah petugas, sarana teknologi komputer, dan fasilitas ruangan). Sarana dan fasilitas yang disediakan belum memadai. Sarana dan fasilitas yang disediakan sudah memadai. 7. Harapan Anda kedepan :............... Catatan : Kuesioner di atas adalah contoh. Materi kuesioner, pertanyaan yang disampaikan kepada responden, metode penilaian dapat dikembangkan sesuai jenis kegiatan/layanan.

LAMPIRAN V PERATURAN DIREKTUR JENDERAL NOMOR P-21/BC/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PENETAPAN, DAN PELAKSANAAN, SERTA MONITOR DAN EVALUASI STANDARD PROSEDUR OPERASI DI LINGKUNGAN LAPORAN MONITOR DAN EVALUASI PELAKSANAAN STANDARD PROSEDUR OPERASI Unit Kerja :... (1) Periode Laporan :... (2) No. (3) Jenis Layanan (4) Jumlah Permohonan (5) Norma Waktu Layanan (6) Diajukan Selesai Dilayani Dalam Proses Tepat Waktu Tidak Tepat Waktu Rata-rata Waktu Penyelesaian Hasil Evaluasi (7) Keterangan (8) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Keterangan : (1) Nama Kantor, misalnya : Kantor Pelayanan Utama Tipe A Tanjung Priok. (2) Periode pelaksanaan SOP, misalnya 1 Januari s.d. 31 Maret 2009. (3) Nomor urut (4) Jenis layanan, diisi sesuai judul SOP, nomor dan tanggal SOP. (5) Pelaksanaan layanan, meliputi jumlah permohonan yang diajukan, jumlah yang telah diselesaikan, dan yang dalam proses. (6) Penyelesaian layanan, meliputi jumlah pormohonan yang diselesaikan tepat waktu, tidak tepat waktu, dan rata-rata waktu penyelesaian. (7) Hasil evaluasi berdasarkan analisa tingkat kepuasan pemangku kepentingan. (8) Keterangan, yang meliputi kendala dan permasalahan, serta hal-hal lain yang perlu dijelaskan. Jflhf