KARAKTERISTIK EKSTERIOR DAN UKURAN TUBUH INDUK KAMBING BLIGON DI DESA BANYUSOCO, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA EXTERIOR CHARACTERISTIC AND BODY MEASUREMENT OF EWE BLIGON GOAT IN BANYUSOCO VILLAGE, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA Latifah 1, Dwi Ahmad Priyadi 1, Dyah Maharani 1, Kustantinah 2, dan Tety Hartatik 1 * 1 Departemen Pemuliaan dan Reproduksi, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 2 Departmen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik Kualitatif dan Kuantitatif induk kambing Bligon di Desa Banyusoco Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Sampel yang diamati sebanyak 41 induk kambing Bligon. Induk kambing Bligon dikelompokkan berdasarkan umur I 2 sebanyak 9 ekor, I 3 sebanyak 16 ekor dan I 4 sebanyak 16 ekor. Peubah yang diamati yaitu sifat kualitatif (distribusi warna) dan sifat kuantitatif (berat badan, panjang badan, lingkar dada dan tinggi pundak). Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induk kambing Bligon memiliki rata-rata berat badan 22,8 ± 5,9 kg ; panjang badan 52,9 ± 4,2 cm; lingkar dada 63,3 ± 8,4 cm; tinggi pundak 58,4 ± 5,5 cm pada I 2 dengan distribusi warna tubuh coklat (44,4%), putih (33,3%) dan coklat putih (22,2%) ; rata-rata berat badan 28,9 ± 8,2 kg ; panjang badan 54,5 ± 5,6 cm; lingkar dada 67,5 ±4,6 cm; tinggi pundak 59,9 ± 4,6 cm pada I 3 dengan distribusi warna tubuh coklat (81,3%), putih (6,3%) dan coklat putih (12,5%); rata-rata Berat badan 33,2 ± 8,7 kg; panjang badan 58,2 ± 5,4; lingkar dada 69 ±8,9 cm; tinggi pundak 60,3 ± 4,6 cm pada I 4 dengan distribusi warna tubuh coklat (68,8%), putih (12,5%) dan coklat putih (18,8%). Berdasarkan hasil deskriptif, berat badan dan ukuran tubuh induk kambing Bligon pada I 4 lebih besar daripada I 2 dan I 3. Distribusi warna pada ketiga kelompok umur didominasi dengan warna coklat. Kata kunci: Induk Kambing Bligon, Karakteristik kualitatif, Karakteristik kuantitatif ABSTRACT The aim of this research was to characterize the qualitative and quantitative data of Bligon goat in Banyosoco village, Gunung Kidul, Yogyakarta. A total of 41 ewes of Bligon goats were obseved. The goats were divided in to 3 groups (I 2 = 9 heads, I 3 = 16 heads and I 4 = 16 heads). Variables observed were qualitative traits (color distribution) and quantitative traits (body weight, body length, chest circumference and height shoulder). The quantitative data was analysed using descriptive method. The result of this research showed that the average of body weight, body length, chest circumference and height shoulder in I 2 were 22,8 ± 5,9 kg ; 52,9 ± 4,2 cm; 63,3 ± 8,4 cm; 58,4 ± 5,5 cm, respectively while the colour variation in Bligon goats were brown (44,4%), white (33,3%) dan brown white (22,2%). The average of body weight, body length, chest circumference and height shoulder in I 3 were 28,9 ± 8,2 kg ; 54,5 ± 5,6 cm; 67,5 ±4,6 cm; 59,9 ± 4,6 cm, respectively while the colour variation were brown (81,3%), white (6,3%) and brown white (12,5%). Furthermore, the average of body weight, body length, chest circumference and height shoulder in I 4 were 33,2 ± 8,7 kg; 58,2 ± 5,4; 69 ±8,9 cm; 60,3 ± 4,6 cm, respectively while the colour variation were brown (68,8%), white (12,5%) * Korespondensi (corresponding author): E-mail: tety@ugm.ac.id 244
and brown white (18,8%). In conclusion, the body weight and body length of ewes Bligon goat in I 4 was higher than I 2 or I 3. Color distribution whitin 3 groups of age were dominated in brown. Keywords: Ewe Bligon goat, Qualitative characteristic, Quantitative characteristic Pendahuluan Indonesia memiliki sumber daya genetik ternak yang beraneka ragam dan merupakan asset besar dalam usaha pengembangan ternak. Berbagai rumpun ternak lokal spesifik lokasi, baik yang sudah dikenal umum maupun yang belum dapat ditemukan di setiap propinsi dengan jumlah dan potensi yang belum diketahui. Rumpun tersebut mempunyai keunggulan komparatif dibanding ternak impor, antara lain daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan tropis dengan sifat reproduksi yang baik sebagai akibat seleksi alam yang alami. Diantara berbagai jenis ternak lokal, kambing merupakan ternak yang banyak dipelihara (Murdjito, et al., 2011). Populasi kambing di Indonesia dari tahun 2011 sampai 2015 berturut-turut adalah 16.946, 17.906, 18.500, 18.640 dan 18.880 ekor. Melihat dinamika populasi kambing di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, sehingga berpotensi sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan daging nasional Menurut data statistik 2015 daging kambing telah mampu memenuhi kebutuhan daging dari tahun 2011 sampai 2015 sebesar 66,3; 65,2; 65,2; 65,142 dan 65,9 ton. (Dirjennak, 2015). Bangsa kambing yang ada di Indonesia meliputi kambing Kacang, Peranakan Etawa (PE), Bligon, Kejobong, Gembrong, Marica, Samosir, Muara, dan Benggala (Hartatik, 2014). Jenis kambing yang saat ini banyak mendapat perhatian adalah kambing Bligon. Kambing Bligon merupakan kambing persilangan kambing lokal Kacang dengan Perananakan Etawah, dan kambing Bligon memiliki profil darah lebih dari 50% kambing Kacang (Budisatria, et al., 2012). Karakteristik eksterior dan ukuranukuran tubuh pada kambing Bligon berperan penting dalam pemilihan ternak. Jika ingin mengetahui lebih dalam tentang kambing Bligon maka yang pertama dilihat adalah bagian eksteriornya. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari karakteristik eksterior baik secara kualitatif (distribusi warna) maupun secara kuantitatif (berat badan, panjang badan, lingkar dada dan tinggi pundak) pada kambing Bligon di desa Banyusoco kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta. Penelitian ini dapat dijadikan referensi dan informasi tentang karakteristik fenotip khas induk kambing Bligon di Desa Banyusoco Kabupaten Gunung kidul Yogyakarta. Materi dan Metode Penelitian ini dilakukan di desa Banyusoco kecamatan Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta. Materi penelitian yang digunakan adalah 41 ekor induk kambing Bligon dengan 3 kelompok umur yaitu poel 2 (I 2 ) sebanyak 9 ekor, poel 3 (I 3 ) sebanyak 16 ekor dan poel (I 4 ) sebanyak 16 ekor. Karakteristik kuantitatif yang diukur meliputi berat badan dan ukuran tubuh (panjang badan, lingkar dada dan tinggi pundak). Peninmbangan berat badan induk kambing Bligon menggunakan timbangan dengan ketelitian 100 gram. Tinggi Pundak (TP) merupakan jarak tertinggi pundak sampai ke tanah, diukur menggunakan tongkat ukur dengan satuan cm. Panjang Badan (PB) adalah jarak garis lurus dari tulang pocessus spinosus dari vertebrae thoracalis tertinggi sampai benjolan tulang tapis (tulang duduk), diukur dengan menggunakan pita ukur dalam satuan cm. Lingkar Dada (LD), diukur melingkari rongga dada melalui os scapula. Karakteristik kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah distribusi warna pada induk kambing Bligon yang dikelompokkan dalam 5 warna yaitu coklat, putih, hitam, coklat putih dan coklat hitam. Bagian tubuh yang diamati yaitu bagian badan, kepala leher, kaki dan ekor. 245
Data kuantitatif yang meliputi berat badan dan ukuran tubuh (panjang badan, lingkar dada dan tinggi pundak) dianalisis menggunakan metode deskriptif berdasarkan kelompok umur (I 2, I 3 dan I 4 ). Hasil dan Pembahasan Rerata berat badan dan ukuran tubuh (panjang badan, lingkar dada dan tinggi pundak) di desa Banyusoco kecamatan pada Tabel 1. Secara deskriptif, rerata berat badan dan ukuran tubuh kambing Bligon pada kelompok umur I 4 lebih besar dibandingkan dengan kelompoj I 2 dan I 3. Hal ini menunjukkan bahwa umur berpengaruh terhadap berat badan dan ukuran tubuh. Menurut Basuki (1998), faktor umur sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ternak. Berat badan Rata-rata berat badan hasil penelitian dari ketiga kelompok induk kambing berdasarkan kelompok umur untuk induk kambing Bligon I 2 22,8 ± 5,9 kg; I 3 28,9 ± 8,2 kg dan I 4 33,2 ± 8,7 kg. Komariyah et.al. (2015), melaporkan bahwa berat badan kambing Jawarandu untuk kurban 27,4 ± 4,8 kg. Berat badan pada kambing PE pada umur 0,5 1 tahun; > 1 2 tahun dan > 2 4 tahun berturut-turut adalah 22 ± 5 kg; 34 ± 6 kg dan 41 ± 7 kg (Anonimus, 2008). Ukuran tubuh Rerata panjang badan 52,9 ± 4,2 cm; lingkar dada 63,3 ± 8,4 cm; tinggi pundak 58,4 ± 5,5 cm pada I 2 ; rerata panjang badan 54,5 ± 5,6 cm; lingkar dada 67,5 ±4,6 cm; tinggi pundak 59,9 ± 4,6 cm pada I 3 ; rerata panjang badan 58,2 ± 5,4; lingkar dada 69 ±8,9 cm; tinggi pundak 60,3 ± 4,6 cm pada I 3. Rerata panjang badan dan lingkar dada pada kambing Jawarandu untuk kurban berturut-turut adalah 53, 2 ± 6,2 dan 63 ± 6,3 (Komariah, et.al., 2015). Hasil penelitian Sutiyono et.al. (2006) menunjukkan bahwa induk kambing beranak tunggal memiliki panjang badan ± 65,07 cm dan tinggi pundak ± 64,78 cm; induk beranak kembar dua memiliki panjang badan ± 67,75 cm dan tinggi pundak ± 69,77 cm; dan induk beranak kembar lebih dari dua memiliki panjang badan ± 69,69 cm dan tinggi pundak ± 66,46 cm. Distribusi warna Distribusi warna tubuh induk kambing Bligon di desa Banyusoco kecamatan pada Tabel 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi warna pada induk kambing Bligon didominasi warna coklat (44,4% pada I 2 ; 81,3% pada I 3 dan 68,8% pada I 4 ). Menurut Komariah, et al. (2015), Kambing Jawarandu dengan warna dominan (C) tampak lebih beragam dibandingkan dengan kelompok (H) dan (P), yaitu coklat tua polos, coklat muda polos, coklat dengan belang besar, belang kecil hitam maupun putih, coklat dengan garis punggung hitam. Pola warna pada kambing Jawarandu coklat yang diamati ada tiga macam, yaitu: coklat polos atau coklat dengan hitam, coklat dengan putih atau kombinasi tiga warna tersebut. Secara deskriptif, rerata berat badan dan ukuran tubuh kambing Bligon pada kelompok umur I 4 lebih besar dibandingkan dengan kelompoj I 2 dan I 3. Hal ini menunjukkan bahwa umur berpengaruh terhadap berat badan dan ukuran tubuh. Menurut Basuki (1998), faktor umur Umur Tabel 1. Rerata hasil pengukuran berat badan dan ukuran tubuh Berat Badan Ukuran Tubuh PB LD TP I 2 22,8 ± 5,9 kg 52,9 ± 4,2 cm 63,3 ± 8,4 cm 58,4 ± 5,5 cm I 3 28,9 ± 8,2 kg 54,5 ± 5,6 cm 67,5 ± 4,6 cm 59,9 ± 4,6 cm I 4 33,2 ± 8,7 kg 58,2 ± 5,4 cm 69,0 ± 8,9 cm 60,3 ± 4,6 cm 246
sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ternak. Berat badan Rata-rata berat badan hasil penelitian dari ketiga kelompok induk kambing berdasarkan kelompok umur untuk induk kambing Bligon I 2 22,8 ± 5,9 kg; I 3 28,9 ± 8,2 kg dan I 4 33,2 ± 8,7 kg. Komariyah et.al. (2015), melaporkan bahwa berat badan kambing Jawarandu untuk kurban 27,4 ± 4,8 kg. Berat badan pada kambing PE pada umur 0,5 1 tahun; > 1 2 tahun dan > 2 4 tahun berturut-turut adalah 22 ± 5 kg; 34 ± 6 kg dan 41 ± 7 kg (Anonimus, 2008). Ukuran tubuh Rerata panjang badan 52,9 ± 4,2 cm; lingkar dada 63,3 ± 8,4 cm; tinggi pundak 58,4 ± 5,5 cm pada I 2 ; rerata panjang badan 54,5 ± 5,6 cm; lingkar dada 67,5 ±4,6 cm; tinggi pundak 59,9 ± 4,6 cm pada I 3 ; rerata panjang badan 58,2 ± 5,4; lingkar dada 69 ±8,9 cm; tinggi pundak 60,3 ± 4,6 cm pada I 3. Rerata panjang badan dan lingkar dada pada kambing Jawarandu untuk kurban berturut-turut adalah 53, 2 ± 6,2 dan 63 ± 6,3 (Komariah, et.al., 2015). Hasil penelitian Umur I 2 I 3 I 4 Tabel 2. Distribusi warna induk kambing Bligon Sutiyono et.al. (2006) menunjukkan bahwa induk kambing beranak tunggal memiliki panjang badan ± 65,07 cm dan tinggi pundak ± 64,78 cm; induk beranak kembar dua memiliki panjang badan ± 67,75 cm dan tinggi pundak ± 69,77 cm; dan induk beranak kembar lebih dari dua memiliki panjang badan ± 69,69 cm dan tinggi pundak ± 66,46 cm. Distribusi warna Distribusi warna tubuh induk kambing Bligon di desa Banyusoco kecamatan pada Tabel 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi warna pada induk kambing Bligon didominasi warna coklat (44,4% pada I 2 ; 81,3% pada I 3 dan 68,8% pada I 4 ). Menurut Komariah, et al. (2015), Kambing Jawarandu dengan warna dominan (C) tampak lebih beragam dibandingkan dengan kelompok (H) dan (P), yaitu coklat tua polos, coklat muda polos, coklat dengan belang besar, belang kecil hitam maupun putih, coklat dengan garis punggung hitam. Pola warna pada kambing Jawarandu Distribusi Warna Bagian tubuh Coklat Putih Hitam Coklat putih Coklat hitam N % N % N % N % N % Badan 4 44,4 3 33,3 0 0,0 2 22,2 0 0,0 Leher 5 55,6 4 44,4 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Kepala 3 33,3 1 11,1 0 0,0 4 44,4 1 11,1 Kaki 3 33,3 1 11,1 0 0,0 4 44,4 1 11,1 Ekor 1 11,1 3 33,3 4 44,4 1 11,1 0 0,0 Badan 13 81,3 1 6,3 0 0,0 2 12,5 0 0,0 Leher 15 93,8 1 6,3 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Kepala 10 62,5 1 6,3 0 0,0 2 12,5 3 18,8 Kaki 9 56,3 1 6,3 4 44,4 1 6,3 1 6,3 Ekor 2 12,5 0 0,0 0 0,0 0 0,0 14 87,5 Badan 11 68,8 2 12,5 0 0,0 3 18,8 0 0,0 Leher 12 75,0 2 12,5 0 0,0 2 12,5 0 0,0 Kepala 8 50,0 2 12,5 0 0,0 0 0,0 6 37,5 Kaki 6 37,5 4 25,0 3 33,3 2 12,5 1 6,3 Ekor 2 12,5 2 12,5 12 75,0 0 0,0 0 0,0 247
coklat yang diamati ada tiga macam, yaitu: coklat polos atau coklat dengan hitam, coklat dengan putih atau kombinasi tiga warna tersebut. Kesimpulan Berdasarkan hasil deskriptif, berat badan dan ukuran tubuh induk kambing Bligon pada I 4 lebih besar daripada I 2 dan I 3. Distribusi warna pada ketiga kelompok umur didominasi dengan warna coklat. Daftar Pustaka Anonimus. 2008. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE). Badan Standardisasi Nasional. SNI: 7325. Basuki, P., Nono, N. dan Gatot, M., 1998. Dasar Ilmu Ternak Potong dan Kerja. Hand Out. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta. Budisatria I. G. S., Panjono, A. Agus1and H. M. J. Udo. 2012. The Productivity of Kejobong and Bligon Goats, a Local Indonesian Goats Kept by Farmers. Proceedings of the 15th AAAP Animal Science Congress.Thammasat University. Rangsit Campus. Thailand. Dirjennak. 2015. Buku Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hwan Kementrian Pertanian RI. Avaliabel at http://ditjennak.pertanian.go.id/. Diakses pada senin, 14 Desember 2015 pukul 13.45 wib. Hartatik, T., 2014. Analisis Genetik Ternak Lokal. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta: 75-88. Komariah, Dwi Joko Setyono, dan Aslimah. 2015. Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Kambing Dan Domba Sebagai Hewan Qurban Di Mitra Tani Farm. Buletin Peternakan Vol. 39 (2): 84-91. Murdjito, G., I Gede Suparta Budisatria, Panjono, Nono Ngadiyono, dan Endang Baliarti.2011. Kinerja Kambing Bligon gang Dipelihara Peternak Di Desa Giri Sekar, Panggang, Gunungkidul. Buletin Peternakan. 35(2): 86-95. Sutiyono B. N. J. widyani dan E. Purbowat. 2006. Studi Performans Induk Kambing Peranakan Etawah Berdasarkan Jumlah Anak Sekelahiran Di Desa Banyuringin Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner: 537-544. 248