KERAGAMAN POLA WARNA TUBUH, TIPE TELINGA DAN TANDUK DOMBA KURBAN DI BOGOR

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi

TINJAUAN PUSTAKA Domba

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. cukup besar, tidak hanya keanekaragaman flora tetapi juga faunanya. Hal ini

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

Karakteristik Morfologi Kerbau Lokal (Bubalus bubalis) Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Abstrak

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba. Ukuran Tubuh Minimal Maksimal Rata-rata Standar Koefisien

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

PENDAHULUAN. terutama telurnya. Telur puyuh sangat disukai karena selain bentuknya yang

KARAKTERISASI, KERAGAMAN POLA WARNA, CORAK TUBUH DAN GENETIK KUDA LOKAL SULAWESI UTARA

KARAKTERISTIK RUMPUN DOMBA PALU DI WILAYAH LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH (Characteristic of Palu Sheep Family In Palu Valley Region Central Sulawesi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

Pendugaan Nilai Heritabilitas Bobot Lahir dan Bobot Sapih Domba Garut Tipe Laga

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

Suhardi, S.Pt.,MP MONOHIBRID

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging

DASAR-DASAR PROGRAM PENINGKATAN MUTU GENETIK DOMBA EKOR TIPIS

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

KARAKTERISTIK MORFOLOGI KAMBING PE DI DUA LOKASI SUMBER BIBIT

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

PENDAHULUAN ekor di Tahun 2016 (Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ketersediaan bibit domba yang berkualitas dalam jumlah yang

I. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DOMBA PETERNAK DOMBA DI KAWASAN PERKEBUNAN TEBU PG JATITUJUH MAJALENGKA

INJAUAN PUSTAKA Domba Komposit Sumatera

KARAKTERISASI FENOTIPIK DOMBA KISAR

Simbol untuk suatu gen

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Garut

STUDI KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF PADA DOMBA LOKAL DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA SKRIPSI NOK MALEKHA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

PENDAHULUAN. Domba mempunyai arti penting bagi kehidupan dan kesejahteraan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

Fahrul Ilham ABSTRAK PENDAHULUAN

POTENSI KERAGAMAN SUMBERDAYA GENETIK KAMBING LOKAL INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

PENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Ayam

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

KARAKTERISTIK KUANTITATIF DAN KUALITATIF KAMBING DAN DOMBA SEBAGAI HEWAN QURBAN DI MITRA TANI FARM

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

PEWARISAN POLA WARNA MUKA PADA DOMBA GARUT DI PETERNAKAN TERNAK DOMBA SEHAT (TDS) KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR. SKRIPSI Ardhana Surya Saputra

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

Transkripsi:

KERAGAMAN POLA WARNA TUBUH, TIPE TELINGA DAN TANDUK DOMBA KURBAN DI BOGOR HENI INDRIJANI 1, ARIFAH HESTI SUKMASARI 2 dan EKO HANDIWIRAWAN 3 1 Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang Km 21, Bandung 2 Alumni Program Studi Ilmu Ternak, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor 3 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Pajajaran, Kav. E-59, Bogor 16151 ABSTRAK Domba menempati posisi penting dalam perekonomian keluarga peternak kecil. Keragaman ternak domba yang dipelihara peternak pada umumnya cukup tinggi baik dari sisi sifat kuantitatif (produksi) maupun sifat kualitatif. Pengamatan karakteristik sifat kualitatif untuk mempelajari keragaman sifat yang terdapat pada suatu populasi domba dapat menunjukkan ciri umum yang dimiliki pada populasi tersebut sebagai informasi karakteristik populasi yang diamati. Pengamatan dilakukan di sekitar kota Bogor dan daerah pinggir jalan raya sepanjang Sindang Barang sampai Darmaga, dimana terdapat cukup banyak para pedagang domba untuk keperluan kurban. Data yang diperoleh dan dianalisis adalah dari 231 ekor domba yang diamati, yang dari hasil wawancara dengan pedagang ternak kurban berasal dari Ciampea, Cianjur, Cibedug, Cibinong, Ciomas, Darmaga, Garut, Leuwiliang, Sukabumi dan Tasikmalaya. Sifat fenotipe kualitatif yang diamati adalah (1) sebaran pola warna tubuh pada bagian kepala, badan, ekor, dan kaki, (2) tipe telinga yang dikelompokkan ke dalam panjang, medium dan pendek (rumpung), dan (3) keberadaan dan warna tanduk. Hasil yang diperoleh adalah pola warna dominan pada bagian kepala, badan, ekor dan kaki domba pada umumnya adalah putih, sedangkan warna dominan coklat muncul dengan persentase yang sangat sedikit. Warna belang putih dan hitam merupakan warna yang ditemukan paling banyak dengan pola warna yang sering adalah belang kecil dan besar. persentase belang umumnya ditemukan sedikit daripada domba dengan persentase belang sedang dan banyak. Domba-domba umumnya mempunyai tipe telinga panjang sedangkan yang bertipe telinga medium dan pendek ditemukan sedikit. Seluruh domba jantan yang diamati memiliki tanduk dengan warna bervariasi berturut-turut dari yang paling banyak adalah putih, hitam dan campuran warna putih dan hitam. Kata kunci: Domba, keragaman, warna tubuh, tipe telinga, tanduk PENDAHULUAN Populasi domba di Indonesia saat ini sekitar 8,5 juta ekor dengan pertumbuhan populasi sebesar 2,6% per tahun. Pada tahun 2006, domba memberikan kontribusi terhadap produksi daging nasional sekitar 51,9 ribu ton. Propinsi dengan jumlah populasi ternak domba terbesar adalah Jawa Barat, yaitu sekitar 45,2% dari jumlah total populasi nasional, disusul Propinsi Jawa Tengah (22,8%) dan Jawa Timur (16,6%) (DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN, 2006). Domba yang banyak dipelihara peternak adalah domba lokal ekor tipis (DET) dan domba ekor gemuk (DEG). Ternak domba di Indonesia umumnya digunakan sebagai ternak potong. Sebagai ternak penghasil daging, domba mempunyai arti yang cukup baik sehubungan dengan kapasitas reproduksinya yang cepat. Peranan domba di masyarakat pedesaan cukup penting sebagai penambah penghasilan keluarga dan disukai peternak karena mudah dipelihara dan telah menyatu dengan budaya setempat. Pada saat Idul Adha, di Jawa Barat umumnya ternak domba berarti penting dalam pelaksanaan ibadah kurban dan memberikan tambahan penghasilan yang cukup tinggi dengan harga rata-rata yang lebih baik dibandingkan pada hari-hari biasa. Keragaman ternak domba yang dipelihara peternak pada umumnya cukup tinggi baik dari sisi sifat kuantitatif (produksi) maupun sifat kualitatif. Dengan kondisi demikian maka seleksi sebenarnya lebih mudah untuk dilakukan. Perbaikan produksi akibat kemajuan genetik dari hasil seleksi akan cukup tinggi dalam populasi yang demikian. 236

Beberapa sifat fenotipik yang dapat diamati pada DET diantaranya adalah warna bulu, tipe telinga dan tanduk. Warna pada mamalia disebabkan terdapatnya butiran pigmen di dalam rambut dan wool yang terdiri dari melanin. Sel dimana produksi melanin terjadi disebut melanosit dan butiran pigmen yang dihasilkan dikenal sebagai eumelanosom dan phaeomelanosom. Melanin didalam butiran dibentuk oleh rangkaian jalur metabolis yang mengkonversi tyrosin menjadi eumelanin (warna gelap) atau phaeomelanin (warna terang). Eumelanin sering digambarkan sebagai hitam termasuk coklat dan turunan dari hitam dan coklat. Phaeomelanin (sering disebut kuning) dapat berkisar dari kuning terang sampai merah (NICHOLAS, 1987). Warna bulu domba lokal umumnya putih dengan bercak hitam sekitar mata, hidung atau bagian lainnya (MULLIADI, 1996). Pola warnanya sangat beragam dari bercak putih, coklat, hitam, atau warna polos putih dan hitam (TIESNAMURTI, 1992). BOGART (1959) dan SIREGAR (1981) menyatakan bahwa keadaan tipe telinga yang kecil dipengaruhi oleh sepasang gen resesif dalam keadaan homozigot, telinga sedang (medium) diakibatkan oleh keadaan gen yang heterozigot dan dalam keadaan homozigot dominan akan menampakkan bentuk telinga panjang. Selanjutnya BOGART (1959) menjelaskan bahwa, keadaan ini berbeda dengan sifat yang tidak bertelinga. Menurut DIGGINS dan BUNDY (1958) bila domba jantan murni tidak bertanduk dikawinkan dengan betina bertanduk, diperoleh keturunan tidak bertanduk. Sifat tidak bertanduk diduga dominan dan yang lainnya resesif, tetapi pada generasi berikutnya tampak yang diperlihatkan resesif tetapi muncul tanduk. Sifat tidak bertanduk ini menurut beberapa peneliti diketahui sebagai gen dominan, gen sifat bertanduk adalah resesif. Pengamatan karakteristik sifat kualitatif untuk mempelajari keragaman sifat yang terdapat pada suatu populasi domba dapat menunjukkan ciri umum yang dimiliki pada populasi tersebut sebagai informasi karakteristik populasi yang diamati. Diharapkan hasil pengamatan ini dapat menambah informasi mengenai sifat-sifat fenotipe domba lokal ekor tipis sehingga dapat berguna dalam membantu menetapkan sifatsifat fenotipik yang khas (karakteristik) dari domba lokal tersebut yang dapat digunakan dalam usaha pengembangan serta pelestarian sumber bibit ternak asli. MATERI DAN METODE Pengambilan data dilakukan di sekitar Kota Bogor dan daerah pinggir jalan raya sepanjang Sindang Barang sampai Darmaga, dimana di daerah tersebut pada saat dilakukan pengambilan data, terdapat cukup banyak para pedagang domba untuk keperluan kurban (menjelang Idul Adha). Materi yang diamati adalah domba jantan yang siap jual untuk dijadikan ternak kurban. Data yang diperoleh dan dianalisis adalah dari 231 ekor domba yang diamati, yang dari hasil wawancara dengan pedagang ternak kurban berasal dari Ciampea, Cianjur, Cibedug, Cibinong, Ciomas, Darmaga, Garut, Leuwiliang, Sukabumi dan Tasikmalaya. Metoda penelitian yang dilakukan adalah survei dengan menggunakan kuesioner. Pengelompokan dalam analisis data didasarkan kepada asal domba tersebut. Sifat fenotipe kualitatif yang diamati adalah: 1. Sebaran pola warna tubuh pada bagian kepala, badan, ekor, dan kaki: Sebaran pola warna dibagi ke dalam pola warna dasar dominan yang dikelompokkan ke dalam empat kelompok utama yaitu putih, coklat muda, coklat tua, dan hitam sesuai dengan sebaran dominasinya. Kombinasi warna (warna belang) dikelompokkan dalam satu warna, dua warna dan tiga warna. Pola warna belang dibedakan dalam warna polos, bintik-bintik, belang kecil dan belang besar. Diamati pula persentase belang yang dikelompokkan menjadi persentase belang sedikit (<20%), sedang (20-30%) dan banyak (>30-50%). 2. Tipe telinga yang dikelompokkan ke dalam panjang, medium dan pendek (rumpung). 3. Keberadaan dan warna tanduk (hitam, putih atau campuran), Data yang terkumpul diolah dan dihitung nilai frekuensi relatif persentase untuk masingmasing sifat yang dikelompokkan berdasarkan asal domba. 237

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat warna bulu Pola warna tubuh, warna belang dan persentase belang dari domba untuk kurban yang diamati diduga merupakan pola warna yang umum disukai oleh konsumen untuk dijadikan kurban. Para pedagang domba tersebut yang telah berdagang domba cukup lama, telah mempelajari dan mengambil pelajaran selama berinteraksi dengan konsumen sehingga domba yang disediakan untuk dijual mengikuti selera konsumen pada umumnya agar domba yang diperdagangkan dapat cepat terjual. Tabel 1. domba untuk pola warna dominan kepala, badan, ekor dan kaki menurut asal domba Bagian Pola warna dominan Tubuh Putih Coklat muda Coklat tua Hitam Ciampea Kepala 8(3,46) 1(0,43) 0(0) 12(5,20) 21(9,09) Badan 16(6,93) 1(0,43) 0(0) 4(1,73) Ekor 15(6,49) 1(0,43) 0(0) 5(2,17) Kaki 17(7,36) 1(0,43) 0(0) 3(1,30) Cianjur Kepala 15(6,49) 2(0,87) 0(0) 9(3,90) 26(11,26) Badan 18(7,79) 0(0) 0(0) 8(3,46) Ekor 21(9,09) 0(0) 0(0) 5(2,17) Kaki 18(7,79) 1(0,43) 0(0) 7(3,03) Cibedug Kepala 14(6,06) 6(2,60) 1(0,43) 14(6,06) 35(15,15) Badan 23(9,96) 4(1,73) 2(0,87) 6(2,60) Ekor 23(9,96) 4(1,73) 0(0) 8(3,46) Kaki 19(8,23) 0(0) 2(0,87) 14(6,06) Cibinong Kepala 3(1,30) 0(0) 0(0) 3(1,30) 6(2,60) Badan 4(1,73) 0(0) 2(0,87) 0(0) Ekor 4(1,73) 0(0) 0(0) 2(0,87) Kaki 5(2,17) 0(0) 0(0) 1(0,43) Ciomas Kepala 8(3,46) 3(1,30) 2(0,87) 6(2,60) 19(8,23) Badan 12(5,20) 2(0,87) 1(0,43) 4(1,73) Ekor 11(4,76) 3(1,30) 0(0) 5(2,17) Kaki 10(4,33) 1(0,43) 3(1,30) 5(2,17) Darmaga Kepala 28(12,12) 0(0) 0(0) 8(3,46) 36(15,58) Badan 36(15,58) 0(0) 0(0) 0(0) Ekor 36(15,58) 0(0) 0(0) 0(0) Kaki 35(15,15) 0(0) 0(0) 1(0,43) Garut Kepala 14(6,06) 5(2,17) 0(0) 8(3,46) 27(11,69) Badan 20(8,66) 2(0,87) 0(0) 5(2,17) Ekor 19(8,23) 3(1,30) 0(0) 5(2,17) Kaki 21(9,09) 0(0) 0(0) 6(2,60) Leuwiliang Kepala 29(12,55) 1(0,43) 0(0) 1(0,43) 31(13,42) Badan 31(13,42) 0(0) 0(0) 0(0) Ekor 30(12,99) 1(0,43) 0(0) 0(0) Kaki 30(12,99) 0(0) 0(0) 1(0,43) Sukabumi Kepala 10(4,33) 1(0,43) 1 (0,43) 6(2,60) 18(7,79) Badan 15(6,49) 0(0) 0(0) 3(1,30) Ekor 16(6,93) 0(0) 0(0) 2(0,87) Kaki 15(6,49) 0(0) 0(0) 3(1,30) Tasikmalaya Kepala 9(3,90) 0(0) 2(0,87) 1(0,43) 12(5,20) Badan 11(4,76) 0(0) 0(0) 1(0,43) Ekor 10(4,33) 0(0) 0(0) 2(0,87) Kaki 10(4,33) 0(0) 0(0) 2(0,87) Total Kepala 138(59,74) 19(8,23) 6(2,60) 68(29,44) 231(100) Badan 186(80,52) 9(3,90) 5(2,17) 31(13,42) Ekor 185(80,09) 12(5,20) 0(0) 34(14,72) Kaki 180(77,92) 3(1,30) 5(2,17) 43(18,62) Keterangan: Angka di dalam kurung merupakan persentase terhadap total individu yang diamati 238

Warna dominan tubuh domba terlihat bervariasi (Tabel 1), dimana pada umumnya warna putih merupakan warna yang dominan di seluruh bagian tubuh domba, baik pada bagian kepala (59,7%), badan (80,5%), ekor (80,1%) maupun kaki (77,9%). Domba yang memiliki warna dominan hitam pada bagian badan hanya sekitar 13,4% sedangkan pada bagian kepala sekitar 29,4%. Melihat warna dominan putih yang terdapat pada sampel domba yang diamati menunjukkan bahwa domba-domba tersebut merupakan domba tipe pedaging. TRI-WULANINGSIH et al. (1981) melaporkan bahwa domba lokal tipe pedaging memiliki warna dominan putih (58%) dan berbeda dengan domba tipe adu (tangkas) yang berwarna dominan hitam (51%). Tabel 2. domba untuk warna belang kepala, badan, ekor dan kaki menurut asal domba Bagian tubuh Warna belang Putih Coklat muda Coklat tua Hitam Dua warna Ciampea Kepala 9(5,88) 2(1,31) 0(0) 4(2,61) 1(0,65) 16(10,45) Badan 3(2,75) 1 (0,92) 0(0) 9(8,26) 1(0,92) 14(12,84) Ekor 3(6,98) 0(0) 0(0) 2(4,65) 1(2,33) 6(13,95) Kaki 1(0,81) 2(1,63) 0(0) 12(9,76) 1(0,81) 16(13,01) Cianjur Kepala 11(7,19) 3(1,96) 0(0) 7(4,58) 1(0,65) 22(14,38) Badan 7(6,42) 4(3,67) 0(0) 4(3,67) 0(0) 15(13,76) Ekor 5(11,63) 3(6,98) 0(0) 4(9,30) 0(0) 12(27,91) Kaki 5(4,07) 4(3,25) 1(0,81) 7(5,69) 1(0,81) 18(14,63) Cibedug Kepala 14(9,15) 4(2,61) 2(1,31) 7(4,58) 4(2,61) 31(20,26) Badan 6(5,50) 5(4,59) 1(0,92) 8(7,34) 0(0) 20(18,35) Ekor 5(11,63) 0(0) 0(0) 1(2,33) 0(0) 6(13,95) Kaki 8(6,50) 5(4,07) 0(0) 7(5,69) 1(0,81) 21(17,07) Cibinong Kepala 0(0) 0(0) 0(0) 1(0,65) 3(1,96) 4(2,61) Badan 2(1,83) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) 2(1,83) Ekor 1(2,33) 0(0) 0(0) 1(2,33) 0(0) 2(4,65) Kaki 1(0,81) 0(0) 0(0) 2(1,63) 0(0) 3(2,44) Ciomas Kepala 8(5,23) 2(1,31) 1(0,65) 3(1,96) 0(0) 14(9,15) Badan 4(3,67) 4(3,67) 1(0,92) 2(1,83) 0(0) 11(10,09) Ekor 2(4,65) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) 2(4,65) Kaki 5(4,07) 2(1,63) 1(0,81) 4(3,25) 0(0) 12(9,76) Darmaga Kepala 6(3,92) 2(1,31) 0(0) 3(1,96) 0(0) 11(7,19) Badan 0(0) 3(2,75) 3(2,75) 0(0) 0(0) 6(5,50) Ekor 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) Kaki 1(0,81) 2(1,63) 0(0) 6(4,88) 0(0) 9(7,32) Garut Kepala 10(6,54) 1 (0,65) 0(0) 5(3,27) 2(1,31) 18(11,76) Badan 5(4,59) 3(2,75) 1 (0,92) 5(4,59) 0(0) 14(12,84) Ekor 5(11,63) 1 (2,33) 0(0) 3(6,98) 0(0) 9(20,93) Kaki 4(3,25) 7(5,69) 0(0) 6(4,88) 0(0) 17(13,82) Leuwiliang Kepala 2(1,31) 2(1,31) 0(0) 16(10,46) 0(0) 20(13,07) Badan 0(0) 1(0,92) 1(0,92) 9(8,26) 0(0) 11(10,09) Ekor 1(2,33) 0(0) 0(0) 2(4,65) 0(0) 3(6,98) Kaki 1(0,81) 0(0) 0(0) 10(8,13) 0(0) 11(8,94) Sukabumi Kepala 4(2,61) 1(0,65) 0(0) 6(3,92) 2(1,31) 13(8,50) Badan 2(1,83) 2(1,83) 0(0) 6(5,50) 2(1,83) 12(11,01) Ekor 0(0) 0(0) 0(0) 3(6,98) 0(0) 3(6,98) Kaki 0(0) 3(2,44) 0(0) 9(7,32) 0(0) 12(9,76) Tasikmalaya Kepala 1(0,65) 0(0) 0(0) 2(1,31) 1 (0,65) 4(2,61) Badan 1(0,92) 1(0,92) 1(0,92) 1 (0,92) 0(0) 4(3,67) Ekor 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) Kaki 1(0,81) 1(0,81) 1(0,81) 1(0,81) 0(0) 4(3,25) Total Kepala 65(42,58) 17(11,11) 3(1,96) 54(35,29) 14(9,15) 153(100) Badan 30(27,52) 24(22,02) 8(7,34) 44(40,37 3(2,75) 109(100) Ekor 22(51,16) 4(9,30) 0(0) 16(37,21) 1(2,33) 43(100) Kaki 27(21,95) 26(21,14) 3(2,44) 64(52,03) 3(2,44) 123(100) Keterangan: Angka di dalam kurung merupakan persentase terhadap total individu yang diamati 239

Tabel 3. domba untuk pola warna belang kepala, badan, ekor dan kaki domba menurut asal domba Bagian tubuh Pola warna belang Satu warna Bintik-bintik Belang kecil Belang besar Ciampea Kepala 5(2,17) 1(0,43) 7(3,03) 8(3,46) 21(9,09) Badan 7(3,03) 3(1,30) 4(1,73) 7(3,03) Ekor 15(6,49) 1(0,43) 3(1,30) 2(0,87) Kaki 5(2,17) 3(1,30) 9(3,90) 4(1,73) Cianjur Kepala 4(1,73) 3(1,30) 10(4,33) 9(3,90) 22(11,26) Badan 11(4,76) 0(0) 5(2,17) 10(4,33) Ekor 14(6,06) 1(0,43) 6(2,60) 5(2,17) Kaki 8(3,46) 2(0,87) 11(4,76) 5(2,17) Cibedug Kepala 5(2,17) 9(3,90) 10(4,33) 11(4,76) 35(15,15) Badan 15(6,49) 4(1,73) 5(2,17) 11(4,76) Ekor 29(12,55) 2(0,87) 3(1,30) 1(0,43) Kaki 15(6,49) 7(3,03) 8(3,46) 5(2,17) Cibinong Kepala 2(0,87) 1(0,43) 0(0) 3(1,30) 6(2,60) Badan 4(1,73) 0(0) 0(0) 2(0,87) Ekor 4(1,73) 1(0,43) 0(0) 1(0,43) Kaki 3(1,73) 1(0,43) 2(0,87) 0(0) Ciomas Kepala 5(2,17) 9(3,90) 3(1,30) 2(0,87) 19(8,23) Badan 8(3,46) 3(1,30) 2(0,87) 6(2,60) Ekor 17(7,36) 2(0,87) 0(0) 0(0) Kaki 7(3,03) 7(3,03) 4(1,73) 1(0,43) Darmaga Kepala 25(10,82) 0(0) 8(3,46) 3(1,30) 36(15,58) Badan 30(12,99) 0(0) 4(1,73) 2(0,87) Ekor 36(15,58) 0(0) 0(0) 0(0) Kaki 27(11,69) 0(0) 9(3,90) 0(0) Garut Kepala 9(3,90) 2(0,87) 5(2,17) 11(4,76) 27(11,69) Badan 13(5,63) 1(0,43) 3(1,30) 10(4,33) Ekor 18(7,79) 0(0) 5(2.17) 4(1,73) Kaki 10(4,33) 3(1,30) 10(4,33) 4(1,73) Leuwiliang Kepaia 11(4,76) 9(3,90) 6(2,60) 5(2,17) 31(13,42) Badan 20(8,66) 6(2,60) 3(1,30) 2(0,87) Ekor 28(12,12) 0(0) 3(1,30) 0(0) Kaki 20(8,66) 3(1,30) 5(2,17) 3(1,30) Sukabumi Kepala 5(2,17) 0(0) 3(1,30) 10(4,33) 18(7,79) Badan 6(2,60) 1(0,43) 6(2,60) 5(2,17) Ekor 15(6,49) 0(0) 2(0,87) 1 (0,43) Kaki 6(2,60) 1(0,43) 8(3,46) 3(1,30) Tasikmalaya Kepala 7(3,03) 3(1,30) 0(0) 2(0,87) 12(5,20) Badan 8(3,46) 1(0,43) 3(1,30) 0(0) Ekor 12(5,20) 0(0) 0(0) 0(0) Kaki 8(3,46) 0(0) 4(1,73) 0(0) Total Kepala 78(33,77) 37(16,02) 52(22,51) 64(27,71) 231(100) Badan 122(52,81) 19(8,23) 35(15,15) 55(23,81) Ekor 188(81,39) 7(3,03) 22(9,52) 14(6,06) Kaki 109(47,19) 27(11,69) 70(30,30) 25(10,82) Keterangan: Angka di dalam kurung merupakan persetase terhadap total individu yang diamati 240

Tabel 4. domba untuk persentase belang kepala, badan, ekor dan kaki domba menurut asal domba Bagian tubuh Persentase belang Sedikit Sedang Banyak Ciampea Kepala 13(8,50) 1(0,65) 2(1,31) 16(10,46) Badan 10(9,17) 1(0,92) 3(2,75) 14(12,84) Ekor 4(9,30) 0(0) 2(4,65) 6(13,95) Kaki 12(9,76) 2(1,63) 2(1,63) 16(13,01) Cianjur Kepala 10(6,54) 5(3,27) 7(4,58) 22(14,38) Badan 7(6,42) 3(2,75) 5(4,59) 15(13,76) Ekor 6(13,95) 0(0) 6(13,95) 12(27,91) Kaki 13( 10,57) 1(0,81) 4(3,25) 18(14,63) Cibedug Kepala 24(15,69) 3(1,96) 3(1,96) 30(19,61) Badan 9(8,26) 1 (0,92) 10(9,17) 20(18,93) Ekor 5(11,63) 1 (2,33) 0(0) 6(13,95) Kaki 15(12,20) 4(3,25) 2(1,63) 21(17,07) Cibinong Kepala 4(2,61) 0(0) 0(0) 4(2,61) Badan 0(0) 0(0) 2(1,83) 2(1,83) Ekor 1(2,33) 0(0) 1 (2,33) 2(4,65) Kaki 2(1,63) 1(0,81) 0(0) 3(2,44) Ciomas Kepala 9(5,88) 5(3,27) 0(0) 14(9,15) Badan 3(2,75) 1(0,92) 7(6,42) 11(10,09) Ekor 1 (2,33) 0(0) 1 (2,33) 2(4,65) Kaki 4(3,25) 6(4,88) 2(1,63) 12(9,76) Darmaga Kepala 6(3,92) 5(3,27) 0(0) 11(7,19) Badan 3(2,75) 3(2,75) 0(0) 6(5,50) Ekor 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) Kaki 7(5,69) 2(1,63) 0(0) 9(7,32) Garut Kepala 8(5,23) 5(3,27) 5(3,27) 18(11,76) Badan 9(8,26) 2(1,83) 3(2,75) 14(12,84) Ekor 2(4,65) 3(6,98) 4(9,30) 9(20,93) Kaki 10(8,13) 3(2,44) 4(3,25) 17(13,82) Leuwiliang Kepala 15(9,80) 4(2,61) 1 (0,65) 20(13,07) Badan 11(10,09) 0(0) 0(0) 11(10,09) Ekor 3(6,98) 0(0) 0(0) 3(6,98) Kaki 9(7,32) 1(0,81) 1(0,81) 11(8,94) Sukabumi Kepala 4(2,61) 1(0,65) 8(5,23) 13(8,50) Badan 7(6,42) 2(1,83) 3(2,75) 12(11,01) Ekor 2(4,65) 0(0) 1(2,33) 3(6,98) Kaki 6(4,88) 2(1,63) 4(3,25) 12(9,76) Tasikmalaya Kepala 2(1,31) 2(1,31) 1 (0,65) 5(3,27) Badan 4(3,67) 0(0) 0(0) 4(3,67) Ekor 0(0) 0(0) 0(0) 0(0) Kaki 4(3,25) 0(0) 0(0) 4(3,25) Total Kepala 95(62,09) 31(20,26) 27(17,65) 153(100) Badan 63(57,80) 13(11,93) 33(30,28) 109(100) Ekor 24(55,81) 4(9,30) 15(34,88) 43(100) Kaki 82(66,67) 22(17,89) 19(15,45) 123(100) Keterangan: Angka di dalam kurung merupakan persentse terhadap total individu yang diamati Demikian pula hasil penelitian TRIWULANINGSIH et al. (1998) mendapatkan hasil bahwa domba Ciamis memiliki warna dominan putih (74,8%) sedangkan domba Garut memiliki warna dominan hitam (56,1%). Lebih lanjut dijelaskan, perbedaan warna tubuh dominan antara domba tipe adu dan tipe pedaging ini diduga berkaitan dengan seleksi warna yang dilakukan oleh peternak sesuai dengan persepsi warna yang dianggap bagus. Domba yang memiliki warna badan dominan coklat muda dan coklat tua ditemui 241

dalam jumlah yang sangat sedikit yaitu berturut-turut 3,9 dan 2,2%. Domba-domba yang berasal dari Cibinong, Darmaga dan Tasikmalaya sama sekali tidak memiliki warna dominan coklat muda pada keempat bagian tubuh yang diamati. Sementara itu untuk warna dominan coklat tua pada keempat bagian tubuh yang diamati tidak didapati pada dombadomba yang berasal dari Ciampea, Cianjur, Darmaga, Garut, dan Leuwiliang. Hasil tersebut tidak berbeda jauh dengan yang diperoleh TIESNAMURTI et al. (1998) yang menemukan proporsi warna tubuh dominan coklat pada domba Ciamis berkisar antara 1-2,5%. Warna belang putih dan hitam merupakan warna yang umum terdapat pada domba yang diamati (Tabel 2). Warna belang putih pada bagian badan ditemukan sekitar 27,5% sedangkan warna belang hitam ditemukan lebih tinggi yaitu sekitar 40,4 %. Warna belang coklat muda pada bagian badan dan kaki ditemukan agak banyak yaitu masing-masing sekitar 22,0 dan 21,1%. Pada Tabel 3 terlihat bahwa pola warna belang cukup bervariasi pada keempat bagian tubuh yang diamati. Pola warna belang kecil paling banyak terdapat pada bagian kepala (22,5%) dan kaki (30,3%) sedangkan pola warna belang besar banyak terdapat pada bagian kepala (27,7%) dan badan (23,8%). Warna belang ini umumnya adalah satu warna (Tabel 2) sedangkan yang dua warna hanya sekitar 2,8% pada bagian badan. Persentase penyebaran belang untuk keempat bagian tubuh pada umumnya sedikit, yaitu 62,1% pada kepala, 57,8% pada badan, 55,8% pada ekor dan 66,7% pada kaki (Tabel 4). Hasil ini mirip dengan hasil penelitian TIESNAMURTI et al. (1998) yang memperoleh nilai sebesar 65,9% untuk penyebaran belang kurang dari 10%. Sementara itu penyebaran belang dalam kategori sedang dan banyak pada bagian badan berturut-turut sebesar 11,9 dan 30,3%. Warna putih pada domba diketahui merupakan warna dominan terhadap warna hitam dan coklat, sedangkan warna hitam dominan terhadap warna coklat. Munculnya warna hitam atau coklat diketahui dalam kondisi bergenotipe homozigot resesif (JOHANSSON dan RENDEL, 1966; SEARLE, 1967; TURNER dan YOUNG, 1969). Warna coklat jarang ditemukan pada domba-domba Eropa (JOHANSSON dan RENDEL, 1966), sedangkan warna dominan hitam dan coklat sering dijumpai pada domba-domba asli di Asia (SEARLE, 1967). Pendapat-pendapat tersebut sejalan dengan hasil pengamatan yang diperoleh. Sebaran warna dasar, kombinasi warna dan pola warna domba mungkin disebabkan oleh gen yang berlainan. Pola warna ditentukan o!eh gen yang berbeda, tetapi bekerjasama dengan gen warna dasar, demikian pula gen warna dalam pola warna (MULLIADI, 1996). Sebagai contoh domba yang memiliki gen warna dasar hitam dan gen pola warna belang atau bercak hitam maka domba tersebut akan berwarna hitam tetapi karier sebagai domba belang atau bercak hitam. Sifat belang tersebut akan muncul bila gen pola warna belang atau bercak tadi adalah putih, sehingga akan didapat domba hitam dengan pola belang putih. Atau sebaliknya bila domba dengan gen warna dasar putih dengan gen pola warna belang putih akan tetap berwarna putih dan warna belang putih tersebut akan muncul jika gen warna dasar yang dimiliki adalah hitam. Sifat tipe telinga SABRANI et al. (1982) dan DIWYANTO (1982) mengkategorikan tipe telinga domba lokal berdasarkan ukuran panjang telinga ke dalam tiga kategori, yaitu telinga normal (> 9 cm), medium/sedang (5-8 cm) dan pendek (< 4 cm). Ketiga tipe telinga tersebut juga teramati pada domba pengamatan (Tabel 5). Domba yang paling banyak adalah domba yang memiliki tipe telinga panjang yaitu 81,4%, sedangkan domba yang memiliki telinga medium dan pendek berturut-turut adalah 11,7 dan 6,9%. SABRANI et al. (1982) memperoleh hasil 57, 14,9 dan 28,1% untuk tipe telinga panjang, medium dan pendek. Hasil pengamatan ini lebih mendekati hasil penelitian MULLIADI (1996) dimana hasil penelitian pada domba lokal (Pandeglang dan Garut) mempunyai tipe telinga panjang berkisar antara 73,5-95%, sedangkan tipe telinga medium berkisar 4-23,8% dan tipe telinga pendek berkisar antara 0-5,8%. 242

Tabel 5. Tipe telinga domba menurut asal domba Pendek Sedang Tipe telinga Panjang Ciampea 0(0) 7(3,03) 14(6,06) 21(9,09) Cianjur 6(2,60) 4(1,73) 16(6,93) 26(11,26) Cibedug 3(1,30) 2(0,87) 30(12,99) 35(15,15) Cibinong 0(0) 0(0) 6(2,60) 6(2,60) Ciomas 0(0) 1(0,43) 18(7,79) 19(8,23) Darmaga 0(0) 2(0,87) 34(14,72) 36(15,58) Garut 3(1,30) 6(2,60) 18(7,79) 27(11,69) Leuwiliang 0(0) 0(0) 31(13,42) 31(13,42) Sukabumi 2(0,87) 4(1,73) 12(5,20) 18(7,79) Tasikmalaya 2(0,87) 1(0,43) 9(3,90) 12(5,20) Total 16(6,93) 27(11,69) 188(81,39) 231(100) Keterangan: Angka di dalam kurung merupakan persentase terhadap total individu yang diamati DIWYANTO (1982) melaporkan bahwa telinga pendek dipengaruhi oleh sepasang gen dalam keadaan homosigot resesif (tt), sedangkan telinga medium dalam keadaan heterosigot (Tt) dan untuk telinga panjang dalam keadaan homosigot dominan (TT). Dari segi praktis, seleksi terhadap sifat resesif (telinga pendek) tersebut akan lebih efektif dilakukan daripada sifat dominan, seperti dilakukan oleh peternak domba adu/tangkas yang lebih menginginkan domba bertelinga pendek (rumpung) karena dapat menghindari luka atau lecet saat diadu. Sifat bertanduk Hasil pengamatan menunjukkan bahwa seluruh domba jantan yang diamati memiliki tanduk, hasil ini sejalan dengan penelitian MULLIADI (1996) yang mengamati bahwa seluruh domba lokal (Pandeglang dan Garut) jantan memiliki tanduk. Tidak didapatkan domba jantan yang tidak bertanduk seperti yang terdapat pada domba persilangan lokal x ekor gemuk. Warna tanduk bervariasi dengan warna hitam (35,1%), putih (36,4%) atau campuran (28,6%). Tabel 6. Warna tanduk domba menurut asal domba Warna tanduk Hitam Putih Campuran Ciampea 13(5,63) 4(1,73) 4(1,73) 21(9,09) Cianjur 7(3,03) 6(2,60) 13(5,63) 26(11,26) Cibedug 11(4,76) 7(3,03) 17(7,36) 35(15,15) Cibinong 1 (0,43) 3(1,30) 2(0,87) 6(2,60) Ciomas 5(2,17) 8(3,46) 6(2,60) 19(8,23) Darmaga 12(5,20) 19(8,23) 5(2,17) 36(15,58) Garut 10(4,33) 8(3,46) 9(3,90) 27(11,69) Leuwiliang 8(3,46) 16(6,93) 7(3,03) 31(13,42) Sukabumi 11(4,76) 5(2,17) 2(0,87) 18(7,79) Tasikmalaya 3(1,30) 8(3,46) 1 (0,43) 12(5,20) Total 81(35,07) 84(36,36) 66(28,57) 231(100) Keterangan: Angka di dalam kurung merupakan persentase terhadap total individu yang diamati Sifat bertanduk pada domba dikendalikan secara genetik (JOHANSSON dan RENDEL, 1966) tetapi juga dipengaruhi oleh aktivitas hormon testosteron (jenis kelamin) (LASLEY, 1978). Sifat tidak bertanduk diketahui sebagai gen dominan sedangkan sifat bertanduk adalah resesif (JOHANSSON dan RENDEL, 1966). Dengan demikian domba jantan yang memiliki gen resesif akan bertanduk akan tetapi domba betina yang memiliki gen resesif, pertumbuhan 243

tanduk terhenti atau mengalami hambatan (tidak bertanduk). KESIMPULAN Dari hasil pengamatan dapat diambil kesimpulan: Pola warna dominan pada bagian kepala, badan, ekor dan kaki domba pada umumnya adalah putih (60 80%), sedangkan kejadian warna dominan coklat muncul dengan persentase yang sangat sedikit (0 8%). Warna belang putih dan hitam merupakan warna yang ditemukan paling banyak dengan pola warna yang sering adalah belang kecil dan besar. persentase belang umumnya ditemukan sedikit (<20%) daripada domba dengan persentase belang sedang dan banyak. Domba-domba umumnya mempunyai tipe telinga panjang (81%), sedangkan yang bertipe telinga medium dan pendek ditemukan sedikit (12 dan 7%). Seluruh domba jantan yang diamati memiliki tanduk dengan warna bervariasi berturut-turut dari yang paling banyak adalah putih, hitam dan campuran warna putih dan hitam (36; 35 dan 29%). DAFTAR PUSTAKA BOGART, R. 1959. Improvement of Livestock. The Mac Millan Co. New York. DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN. 2006. Statistik Peternakan 2006. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta. DIGGINS, R. V. and C. E. BUNDY. 1958. Sheep Production. Prentice-Hall. Inc. Englewood Cliffs. N. J. DIWYANTO, K. 1982. Pengamatan Fenotip Domba Priangan serta Hubungan antara Beberapa Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan. Thesis. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. JOHANSSON, I. and J. RENDEL. 1966. Genetics and Animal Breeding. W. H. Freeman and Co. San Francisco. LASLEY, J. F. 1978. Genetics of Livestock Improvement. 3 th ed. Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs. New Jersey. MULLIADI, D. 1996. Sifat Fenotipik Domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogar. Bogor. NICHOLAS, F. W. 1987. Veterinary Genetics. Oxford University Press Inc. New York. SABRANI, M., P. SITORUS, M. RANGKUTI, SUBANDRYO, I. W. MATHIUS, T. D. SOEDJANA, dan A. SEMALI. 1982. Breeding dan Reproduksi. Laporan Survey Baseline Ternak Kambing dan Domba. SR-CRSP. Balai Penelitian Ternak. Bogor. SEARLE, A. G. 1967. Comparative Genetics of Coat Colour in Mammals. Academic Press. New York. SIREGAR, A. R. 1981. Pendugaan Parameter Fenotipik dan Genetik Sifat Pertumbuhan serta Pengamatan Beberapa Sifat Kuantitatif Domba Priangan. Thesis. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. TIESNAMURTI, B. 1992. Alternatif Pemilihan Jenis Ternak Ruminansia Kecil untuk Wilayah Indonesia Bagian Timur. Potensi Ruminansia Kecil di Indonesia Bagian Timur. Prosiding Lokakarya Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, 17-18 Juni 1991. Balai Penelitian Ternak. Bogor. TIESNAMURTI, B., SUBANDRIYO, B. SUDARYANTO, A. SUPARYANTO, dan S. W. HANDAYANI. 1998. Keragaan Biologi Domba Ekor Tipis Lokal di Jawa Barat dan Sumatera Utara. Plasma Nutfah III (1) : 46-54. TRIWULANINGSIH, E., P. SITORUS, L P. BATUBARA, dan K. SURADISASTRA. 1981. Performans Domba Garut. Buletin BPT. Bogor. 28 : 1-13. TURNER, H. N. and S. S. Y. YOUNG. 1969. Quantitative Genetics in Sheep Breeding. 1 st ed. Cornell University Press. Ithaca. New York. 244