BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat. Perkembangan usaha peternakan di Indonesia meliputi

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Bab 4 P E T E R N A K A N

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rahmat Sulaeman, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sumber :

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

Hubungi Kami : Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama Industri PETERNAKAN di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

Potensi dan Prospek Domba di Indonesia MAKALAH PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING. Disusun Oleh : Kelompok I. Kelas C. Ismail Firdaus

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian adalah suatu proses perubahan sosial. Hal tersebut tidak

KATA PENGANTAR Buku Petunjuk Teknis Pengumpulan Data Peternakan

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BISNIS PETERNAKAN BEBEK

Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah. berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator)

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. DATA STATISTIK PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

I. PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BUKU SAKU DATA PETERNAKAN DAN PERIKANAN 2014

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

1.2 Latar Belakang Kondisi Peternakan Di Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis menjadi salah satu faktor pendukung peternakan di Indonesia. Usaha peternakan yang berkembang di Indonesia meliputi ternak besar dan ternak kecil. Adapun ternak besar meliputi sapi potong, sapi perah, kuda dan kerbau. Sedangkan ternak kecil meliputi ternak kambing dan domba. Tabel 1.1. Keragaan dan Potensi Sumber Daya Ternak Indonesia dan Tipologi Usahanya Keragaan Ternak Jenis Ternak Tipologi Usaha Ternak Besar Sapi Potong Usaha Industri, Sapi Perah Kerbau Kuda Usaha Industri, Ternak Kecil Kambing Domba Babi Usaha Industri, Aneka Ternak Ayam Ras Usaha Industri, Ayam Buras Itik Kelinci Puyuh Merpati Sumber : F. Rahardi dan Rudi Hartono, 2003

1

2 Selain kondisi geografis yang sangat mendukung, prospek usaha peternakan di Indonesia juga sangat baik. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan perekonomian nasional, permintaan terhadap kebutuhan pangan akan terus meningkat. Hal tersebut menjadi peluang yang sangat bagus bagi usaha peternakan di Indonesia. Dari usaha peternakan tersebut, dihasilkan berbagai produk seperti daging, telur, susu, bulu, kulit, serta keindahan dan keunikan. Menurut Arief Daryanto (2007:1) menjelaskan bahwa: Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan rata-rata pendapatan penduduk, dan penciptaan lapangan pekerjaan. Hal ini juga sejalan dengan Kebijakan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Besarnya potensi sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia memungkinkan pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru perekonomian Indonesia. Salah satu jenis peternakan yang secara umum apabila ditinjau dari sudut ekonomi relatif telah menghidupkan perekonomian pedesaan, perluasan lapangan kerja dan usaha adalah peternakan domba dan kambing. Peternakan domba/kambing di wilayah-wilayah yang masih memiliki lahan penggembalaan dapat dijadikan komoditas alternatif pengentasan kemiskinan, sehubungan dengan kemampuan reproduksi domba/kambing yang relatif cepat. Kenyataannya, usaha peternakan domba dan kambing telah menjadi usaha yang

3 merakyat bagi sebagian masyarakat petani baik sebagai pekerjaan utama ataupun hanya sebagai pekerjaan sampingan selain bertani. Populasi domba dan kambing menyebar secara merata berdasarkan dengan tingkat kecocokannya, baik kecocokan dari segi vegetasi, topografi, iklim, atau bahkan dari sisi sosial-budaya daerah setempat. Lokasi penyebaran kambing sangat cocok bila dikembangkan di Provinsi Jawa Tengah, pada provinsi tersebut populasi kambingnya adalah yang paling tinggi dibandingkan provinsiprovinsi lain di Indonesia (3.033.952 ekor), dan domba sangat cocok bila dikembangkan di Provinsi Jawa Barat, karena populasi domba di Provinsi Jawa Barat adalah yang paling tinggi di Indonesia yaitu sebanyak 4.221.806 ekor atau mencapai 55,9 % populasi domba nasional. Jawa Barat sebagai provinsi dengan populasi domba terbesar memiliki kekhasan yaitu memiliki suatu jenis domba yang merupakan kekayaan plasma nutfah Indonesia serta menjadi ciri khas provinsi yang dikenal dengan julukan bumi parahyangan tersebut. Domba Garut, Ovies Aries, domba ini adalah hasil persilangan dari 3 rumpun bangsa domba: Merino - Australia, Kaapstad dari Afrika dan Jawa Ekor Gemuk di Indonesia. Domba Jawa Ekor Gemuk sudah ada sebelumnya sejak lama sebagai jenis domba lokal, Domba Merino dibawa oleh pedagang Belanda ke Indonesia sedangkan Domba Kaapstad didatangkan para pedagang Arab ke tanah Jawa sekitar abad ke-19. Domba Garut memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan domba lain yang ada dibelahan dunia lainnya. Domba Garut adalah jenis domba tropis bersifat prolific yaitu dapat beranak lebih dari 2 (dua) ekor dalam 1 siklus-

4 kelahiran. Di mana dalam periode 1 tahun, Domba Garut dapat mengalami 2 siklus kelahiran. Selain itu, domba ini memiliki berat badan rata-rata di atas domba lokal Indonesia lainnya. Menurut Bambang (1992:24) menjelaskan bahwa: hasil laporan penelitian di Eropa, Domba Garut merupakan jenis domba yang paling baik didunia karena sifatnya yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang keras. Jenis domba ini juga dapat melahirkan anak lebih dari satu, bahkan lebih sering kembar 2-4 ekor. Hal ini menunjukkan kelebihan dibandingkan domba-domba mancanegara. Keistimewaan lainnya adalah tidak mengenal musim beranak sehingga kesempatan untuk bunting dan melahirkan anak tidak terpengaruh oleh musim. Populasi Domba Garut yang paling banyak berada di Kabupaten Garut. Meskipun belum ada data spesifik terhadap populasi Domba Garut, dapat dijelaskan bahwa populasi ternak domba secara keseluruhan di Kabupaten Garut selalu tinggi dan tertinggi di antara jenis ternak besar lainnya setiap tahunnya. Berdasarkan data yang tercatat di Dinas Peternakan, populasi ternak domba saat ini mencapai angka 589.676 ekor. Angka ini meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya yang belum mencapai angka 509.025. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.2.di halaman 5. Pada prinsipnya setiap Domba Garut yang dipelihara diperuntukan sebagai domba pedaging. Namun Domba Garut memiliki suatu keistimewaan yaitu ternak domba jantan dengan anatomi tanduknya yang bermacam-macam, tubuhnya serta tempramen/sifat-sifat yang spesifik sebagai domba adu dan terkenal dengan domba tangkas dan sekarang lebih dikenal dengan domba laga, karena domba adu memiliki konotasi yang kurang baik di masyarakat. Dikatakandomba tangkas karena memiliki seni ketangkasan yang dipadukan dengan seni pencak silat, dan

5 dikatakan domba laga karena berlaga dilapangan yang menarik perhatian orang banyak serta memiliki unsur seni yang indah dipandang. Tabel 1. 2. Jumlah Populasi dan Kapasitas Produksi Ternak Kabupaten Garut Jumlah Produksi Jenis Ternak Populasi (Ekor) Daging (Ton) Kulit (Lbr) Susu (Ltr) Telur (Kg) Sapi Perah 16.197 19.834.821-1.850,283 - Sapi Potong 12.099 - - Kerbau 12.392 708,617 - - - Ternak Kuda 2.442 - - - - Besar Domba 589.676 905,073 - - - Kambing 76.486 359,442 - - - Jumlah 709.292 3.823,415 0 19.834.821 0 Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut, 2009 Ternak Domba Garut umumnya dipelihara secara tradisional, hal ini lebih dikarenakan karena Domba Garut lebih berfungsi sebagai hewan kesayangan dan lebih diperuntukkan untuk kesenangan (hoby). Karena dipelihara secara tradisional, rata-rata tingkat kepemilikan domba umumnya rendah yaitu dibawah 10 ekor per keluarga petani. Kultur masyarakat dalam memelihara domba masih sangat tinggi dan umumnya beternak domba sudah menjadi tradisi turun temurun di kalangan masyarakat Kabupaten Garut. Kebanyakan peternak memelihara Domba Garut dengan sistem sederhana, penyediaan pakan terbatas yang

6 mengandalkan alam sekitar atau setengah digembalakan, dan tanpa pemilihan bibit secara terarah. Sebagian besar peternak Domba Garut di Kabupaten Garut menjadikan pekerjaan tersebut sebagai mata pencaharian sampingan. Hal ini dikarenakan pertanian masih menjadi sektor mata pencaharian utama di kalangan masyarakat. Beternak domba menjadi alternatif mata pencaharian lain karena adanya kebutuhan terhadap pupuk untuk pertanian yang semakin meningkat. Pupuk tersebut didapatkan dari kotoran Domba Garut. Sehingga pada dasarnya beternak domba bagi para peternak tersebut memiliki tiga fungsi yaitu sebagai sumber pupuk, sebagai tabungan, dan sebagai sumber mata pencaharian lainnya. Pilihan para peternak untuk memilih Domba Garut sebagai alternatif sumber pendapatan lain bukanlah tanpa alasan. Potensi ekonomis hewan ternak Domba Garut yang tidak hanya identik dengan domba aduan, kualitas daging Domba Garut juga memiliki nilai gizi yang cukup baik dibandingkan dengan kambing untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Bahkan tidak hanya dimanfaatkan dagingnya saja, kulit Domba Garut dapat dijadikan bahan baku untuk pembuatan jaket berkualitas. Data tahun 2005 yang didapat dari website Kabupaten Garut, industri jaket berbahan baku kulit Domba Garut dapat menyerap 2.656 tenaga kerja dengan nilai ekspor Rp. 84,7 milyar ke berbagai negara tujuan seperti Singapura, Malaysia, Taiwan dan Australia. Kotoran ternak Domba Garut pun dapat memberikan keuntungan dan nilai manfaat bila diolah dengan baik yaitu sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik.

7 Meskipun sebagian besar masyarakat menjadikan beternak Domba Garut sebagai mata pencaharian sampingan selain bertani. Namun, tidak sedikit pula peternak yang menjadikan pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan pokok. Hal tersebut dikarenakan beternak domba merupakan salah satu usaha yang sangat menguntungkan. Terlebih jika Domba Garut tersebut menjadi domba adu tanding unggulan, harga Domba Garut tersebut dapat naik berkali-kali lipat dari harga biasanya. Para peternak yang menjadikan usaha tersebut sebagai mata pencaharian pokok melakukan hal yang berbeda dari para peternak Domba Garut lainnya karena peternak tersebut lebih fokus menjadikannya sebagai sektor usaha yang menjanjikan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi permodalan, ketersediaan pakan (kepemilikan lahan untuk pakan), dan teknologi yang digunakan. Pada dasarnya, usaha beternak domba merupakan sektor usaha yang menguntungkan baik sebagai mata pencaharian sampingan maupun mata pencaharian utama seperti yang dikemukakan oleh Sumitro dalam Ema (2005:4): penciptaan lapangan kerja pada dasarnya menciptakan dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Berarti bahwa dengan pendapatan yang semakin meningkat diharapkan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. Berdasarkan uraian diatas, maka secara garis besar usaha peternakan Domba Garut di Kabupaten Garut merupakan usaha yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya peternak. Namun yang menjadi permasalahan disini, populasi Domba Garut yang besar tersebut ternyata belum diketahui secara rinci mengenai keberadaannya. Dengan kata lain, jumlah tersebut hanya dalam

8 bentuk angka yang ada di dinas terkait. Namun, belum banyak orang yang mengetahui tentang keberadaan ternak domba tersebut. Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Garut hanya mengetahui keberadaan ternak Domba Garut tersebut di beberapa tempat yang memang merupakan kawasan sentra Domba Garut. Selain masalah persebaran tersebut, hal lain yang menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut adalah mengenai kondisi sosial ekonomi peternak Domba Garut dan besarnya penggunaan dari hasil usaha peternakan Domba Garut tersebutdalam kondisi sosial ekonomi peternak. Masalah mengenai persebaran Domba Garut di Kabupaten Garut dan kontribusi usaha peternakan Domba Garut terhadap kondisi sosial ekonomi peternak tersebut yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Profil Peternakan dan Peternak Domba Garut di Kabupaten Garut. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis mencoba membuat rumusan masalah untuk memudahkan penelitian. Rumusan masalah ini dirinci ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah persebaran Domba Garut di Kabupaten Garut? 2. Bagaimanakah kondisi sosial ekonomi peternak Domba Garut di Kabupaten Garut? 3. Bagaimanakah penggunaan hasil usaha ternak Domba Garut dalam kondisi sosial ekonomi peternak Domba Garut di Kabupaten Garut?

9 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan persebaran Domba Garut di Kabupaten Garut 2. Mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi peternak Domba Garut di Kabupaten Garut 3. Mendeskripsikan penggunaan hasil usaha ternak Domba Garut dalam kondisi sosial ekonomi peternak Domba Garut 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan pendalaman teori yang berkaitan dengan teori peternakan yang didapatkan pada mata kuliah geografi pertanian 2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat di Kabupaten Garut pada budidaya ternak Domba Garut 3. Sebagai bahan masukan/pertimbangan bagi instansi yang terkait mengenai budidaya ternak Domba Garut 4. Sebagai sumber data bagi peneliti selanjutnya berkaitan dengan usaha budidaya ternak Domba Garut 5. Sebagai bahan pengayaan dalam proses pembelajaran mata pelajaran geografi SMA kelas XII dalam pokok bahasan kawasan industry

10 1.5. Definisi Operasional - Profil Peternakan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia profil merupakan grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan yang dimaksud peternakan adalah pemeliharaan dan pembiakan (binatang). Profil peternakan yang dimaksud disini adalah gambaran tentang usaha peternakan Domba Garut di Kabupaten Garut. - Domba Garut Domba Garut adalah jenis domba yang merupakan hasil persilangan antara tiga rumpun bangsa yaitu Merino - Australia, Kaapstad dari Afrika dan Jawa Ekor Gemuk di Indonesia. - Persebaran Persebaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah daerah-daerah di Kabupaten Garut dimana terdapat ternak Domba Garut. Analisisnya dilakukan dengan cara mengaitkan lokasi tersebut dengan zona agroklimat. - Kondisi Sosial Ekonomi Kondisi sosial ekonomi adalah keadaan hidup semua orang yang hidupnya tergantung pada usaha budidaya Domba Garut. Parameter kondisi sosial ekonomi yang diukur adalah: 1. Pendapatan adalah perolehan barang atau uang yang diterima atau dihasilkan oleh seorang peternak dari hasil ternaknya setiap tahun 2. Pendidikan peternak diukur berdasarkan jenjang/tingkat pendidikan yang dilalui oleh keluarga peternak

11 3. Kesehatan peternak diukur melalui jasa kesehatan yang digunakan oleh keluarga peternak 4. Kondisi tempat tinggal diukur berdasarkan tiga kategori yaitu rumah permanen, semi permanen dan tidak permanen 5. Kepemilikan fasilitas hidup ini diukur dengan melihat fasilitas apa saja yang sudah dimiliki peternak