AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi 6-12 Juni 2012 No.3460 Tahun XLII

dokumen-dokumen yang mirip
Pelaksanaan Biosekuritas Pada Peternakan Ayam

FAKTOR DAN AGEN YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT & CARA PENULARAN PENYAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL...vii. PETA KEDUDUKAN BAHAN AJAR... viii. GLOSARIUM...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

Biosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini

TINJAUAN PUSTAKA Instalasi Karantina Hewan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA AYAM PEDAGING DAN AYAM PETELUR YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK

2014, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tamba

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA ITIK PEDAGING DAN ITIK PETELUR YANG BAIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran

PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM ASLI DAN AYAM LOKAL YANG BAIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/6/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM ASLI DAN AYAM LOKAL YANG BAIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN AJAR KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER BIOSEKURITI OLEH : DR. DRH. IDA BAGUS NGURAH SWACITA,MP

Dasar-dasar Diagnosa Penyakit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

PEDOMAN BUDI DAYA KELINCI YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Peluang Bisnis Beternak Puyuh

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2

BAB IX SANITASI PABRIK

BUDIDAYA BURUNG PUYUH. : Coturnix-coturnix Japonica

COMPANY PROFILE PETERNAKAN AYAM PETELUR (CHICKEN LAYER FARM) CV. SUMBER BERKAT. MOTTO : Continuous Innovation: from innovation to innovation

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

METODE PENELITIAN. pada peternakan ayam ras petelur di Desa Gulurejo adalah metode deskripsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

WALIKOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN

Proses Penyakit Menular

Untuk menjamin makanan aman

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

[Pemanenan Ternak Unggas]

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

RESISTENSI AYAM LOKAL JAWA BARAT: AYAM SENTUL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 36/Permentan/OT.140/3/2007 TENTANG PEDOMAN BUDIDAYA ITIK PEDAGING YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT

Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK

PROGRAM PEMELIHARAAN KESEHATAN AYAM JANTAN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN Nomor : 499/Kpts/PD /L/12/2008 TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIBITAN TERNAK NON RUMINANSIA TAHUN 2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pedagang Daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA KELINCI YANG BAIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. badan yang bertujuan untuk memproduksi daging. Ayam pedaging dikenal dengan

I. PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat

KUISIONER PENELITIAN Kontrol

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 420/Kpts/OT.210/7/2001 TENTANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

KAP MENGENAI BIOSEKURITI PADA INSTALASI KARANTINA HEWAN (IKH) DOC BBKP SOEKARNO HATTA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

I Peternakan Ayam Broiler

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Skematis virus ND. (FAO 2004)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 40/Permentan/OT.140/7/2011 TANGGAL : 20 Juli 2011 PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM RAS YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

GUBERNUR MALUKU UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Instalasi Karantina Hewan Sapi Impor

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan

Transkripsi:

Biosecurity Budidaya Peternakan Ayam Wabah penyakit pada usaha peternakan dapat menimbulkan kerugian yang signifikan. Untuk meminimalisasi kerugian tersebut, perlu dilakukan metoda pencegahan, termasuk praktek pengendalian penyakit yang disebabkan oleh organisme patogen dan vektornya. Cara-cara melakukan kontrol tersebut secara konprehensif disebut biosecurity. Biosecurity tidak harus identik dengan biaya yang besar, namun dapat dilakukan dengan murah tetapi tetap memenuhi syarat biosecurity. Biosecurity berasal dari kata bio artinya hidup dan security artinya pengamanan. Jadi biosecurity adalah sebagai suatu tindakan atau program yang dirancang untuk mengurangi penyebaran penyakit yang disebabkan oleh organisme dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Biosecurity praktis berhubungan dengan prosedur desinfeksi dan sanitasi bahkan eradikasi atau mengurangi agen patogen sampai pada tingkat tidak infeksius. Untuk suatu peternakan skala menengah, tindakan pencegahan seperti vaksinasi dan monitoring secara serologi juga membantu menjamin kesehatan ternak. Menjadi suatu kesulitan dan mahal untuk membersihkan, melakukan sanitasi dan desinfeksi terhadap suatu fasilitas peternakan apabila sudah terkontaminasi oleh patogen. Ada tiga perlakuan utama dalam biosecurity yaitu isolasi, kontrol lalu lintas dan sanitasi. Kontrol lalu lintas dan sanitasi merupakan metoda yang efektif untuk mengendalikan manajemen resiko suatu penyakit pada satu flok. Bila dua komponen tersebut diabaikan, maka dengan melakukan sanitasi akan sangat membantu prinsip biosecurity tersebut. Sanitasi adalah pembersihan dan desinfeksi semua peralatan dan bahan yang masuk maupun yang ada di peternakan, termasuk kebersihan petugas kandangnya. Semua komponen tersebut sangat krusial untuk mengeliminasi keberadaan agen penyakit. Pemilik peternakan harus mengontrol beberapa faktor yang dapat menyebabkan penyebaran penyakit antara lain : pembuangan bangkai ayam, ayam sakit, kontak dengan objek terkontaminasi seperti pakaian, sepatu, pakan dan lain-lain. Dalam tulisan ini akan diulas tentang biosecurity secara luas dan implementasinya di peternakan ayam ras maupun ayam kampung yang dipelihara dengan biosekuriti sederhana. Biosecurity di peternakan ayam menjadi penting, karena pemeliharaan ayam umumnya masal dan agribisnis yang melibatkan banyak komponen, selain itu banyak penyakit ayam yang bersifat contangious (cepat menular) dengan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) yang tinggi. Bagaimana penyakit dapat menyebar dari satu peternakan ayam ke peternakan lainnya? Agen penyakit dapat menyebar ke suatu peternakan dengan berbagai cara yaitu: Tertular dari ayam yang sakit. Tertular dari ayam yang sehat, namun baru sembuh dari sakit, sehingga bertindak

sebagai karier. Sepatu atau pakaian dari tamu atau pegawai/petugas kandang yang berpindah dari kandang/flok ke kandang/flok yang lain. Misalnya berbagai penyakit virus dan bakteri (Salmonella, Campylobacter). Terbawa masuk dari DOC yang datang (transmisi vertikal) atau dari ayam di luar flok/kandang (transmisi horisontal). Tertular melalui muntahan, debu, bulu-bulu atau sayap, dan kotoran (manure) pada peralatan dan sarana lain seperti alat angkut truk, kandang ayam, tempat telur dll. Tertular melalui telur-telur dari flok-flok pembibit yang terinfeksi. Contoh agen penyakit yang ditularkan dari induk ke anak ayam adalah virus Egg Drop Syndrome dan virus Leukosis, bakteri Samonella pullorum, S. enteritidis, dan Mycoplasma serta Aspergillus. Terbawa dari bangkai ayam mati yang dibuang sembarangan. Terbawa oleh air yang terkontaminasi oleh agen penyakit (Salmonella, Escherichia coli dan fungi Aspergillus). Tertular dari kumbang, lalat, caplak, tungau dan serangga lainnya, rodensia (tikus), maupun hewan liar dan burung-burung liar. Burung liar merupakan reservoar bagi penyakit ND, IB, Psitakosis, influensa unggas dan Pasteurella spp. Kumbang merupakan reservoar sejumlah besar infeksi termasuk penyakit Marek, Gumboro, salmonellosis, pasteurellosis dan koksidiosis. Rodensia dapat menyebarkan berbagai ragam penyakit termasuk pasteurellosis dan salmonellosis. Lalat dapat menularkan berbagai bakteri penyebab penyakit pencernaan ayam dan virus cacar ayam (fowl pox). Caplak Argas dapat menjadi vektor pembawa spirokhetosis. Tungau Ornitonyssus bursa dapat menimbulkan gangguan produksi ayam dan kegatalan bagi karyawan, sedangkan Culicoides (agas atau mrutu) dapat menjadi vektor Leucocytozoonosis yang cukup merugikan. Dari pakan, tempat pakan dan kemasan pakan yang telah terkontaminasi. Kontaminasi bahan baku pakan atau pakan jadi dengan beberapa jenis patogen seperti Salmonella spp atau IBD/Gumboro dan paramyxovirus, Egg Drop Syndrom, Aflatoksin dapat menginfeksi kawanan unggas yang peka terhadap penyakit ini. Terbawa oleh udara seperti virus vilogenik ND, ILT. Tertular melalui vaksin hidup atau kontaminasi vaksin. Vaksin unggas terkontaminasi yang dibuat pada telur yang diperoleh dari peternakan yang tidak bebas patogen spesifik (non-spf) dapat mengandung patogen antara lain adenovirus, reovirus, atau agen lain yang bertanggung jawab terhadap anemia dan retikuloendoteliosis. Patogen juga dapat ditularkan di antara ternak akibat peralatan vaksinasi yang digunakan dalam pemberian vaksin atau petugas yang terkontaminasi. Untuk mengetahui seberapa jauh tindakan biosecurity di dalam suatu peternakan yang diperlukan akan dipertimbangkan secara ekonomi, rasional dan resiko. Ayam

yang baru masuk merupakan resiko besar terhadap biosecurity karena statusnya yang belum diketahui. Kemungkinan ayam-ayam baru tersebut sudah terinfeksi atau peka terhadap infeksi yang sebenarnya ayam sudah terinfeksi, namun terlihat normal. Manajemen all in all out (ayam masuk pada umur yang sama dan dipanen dalam waktu yang sama) sudah umum diterapkan pada suatu peternakan. Cara lain adalah menyediakan kandang karantina pada suatu lokasi yang terisolir pada ayam yang baru masuk yang terpisah dengan ayam yang sudah ada. Karantina dilakukan sekurang-kurangnya dilakukan selama 2 minggu dan sebaiknya adalah 4 minggu. Perhatikan ayam-ayam tersebut apabila ada tanda-tanda sakit. Menguji darah ayam-ayam tersebut terhadap beberapa penyakit infeksius akan lebih baik. Sebaiknya menggunakan bahan-bahan angkut dari plastik dan hindarkan dari kayu. Bahan dari kayu akan sulit untuk dibersihkan dan merupakan media yang baik untuk menularkan penyakit sampai jarak yang jauh. Agar dihindarkan DOC baru dari kotoran, debu, dan bulu-bulu dari flok terdahulu. Beberapa penyakit dapat menyebabkan kematian secara cepat, namun ada juga penyakit yang menyebabkan penularan lebih lama. Virus-virus penyebab gangguan pernafasan cenderung lemah di luar tubuh inang, meskipun dapat menempuh perjalanan sekitar 5 mil di udara bila kondisinya memuaskan. Tabel 1 menggambarkan lamanya agen penyakit dapat bertahan di luar tubuh unggas. Tabel 1. Lama hidup agen penyebab penyakit di luar induk semang (host) Agen Penyakit Nama penyakit Lama hidup di luar tubuh unggas Virus avibirna Infectious bursal diseases Beberapa bulan (gumboro) Eimeria spp Koksidiosis Beberapa bulan Virus duck plaque Duck plaque Beberapa hari Pasteurella multocida Kolera ayam Beberapa minggu Haemophillus gallinarum Coryza (Snot) Beberapa jam-hari Virus herpes ongkogenik Marek Beberapa bulan-tahun Virus paramyxo ND (tetelo) Beberapa hari-minggu Mycoplasma gallisepticum, M. Mikoplasma Beberapa jam-hari synoviae Salmonella spp Salmonellosis Beberapa bulan Histomonas Histomoniasis Beberapa bulan Aspergillus fumigatus Aspergillosis Beberapa bulan Mycobacterium avium Avian tubercullosis Beberapa tahun Sumber : Jeffrey (1997) Bagaimana penyakit dapat masuk ke suatu fasilitas peternakan? Penyakit dapat masuk ke suatu peternakan berasal dari salah satu dari empat cara, yaitu : 1. Ditularkan/dibawa oleh orang termasuk pegawai, petugas servis, sopir truk, petugas vaksinasi, dokter hewan, dll.

2. Kemungkinan terbawa melalui unggas yang baru (DOC, ayam pulet, pejantan, dll). 3. Kemungkinan berasal kontaminan terdahulu akibat pembersihan peralatan kurang bersih. 4. Kemungkinan terbawa oleh vektor seperti tikus, unggas liar, serangga, angin atau air. Cara-cara melakukan tindakan biosecurity di suatu peternakan dilakukan berdasarkan SOP dan tingkat biosecuritynya. Tingkatan Biosecurity Dalam suatu usaha peternakan ayam, tingkatan biosecurity dapat dibagi menjadi 2 tingkat yaitu biosecurity level 1 dan level 2. Biosecurity level 1 adalah biosecurity berbasis harian yang mencegah agar tidak terjadi penularan penyakit dari luar atau mencegah masuknya agen penyakit ke dalam peternakan ayam tersebut. Dalam hal ini diterapkan SOP yang rutin dikerjakan yang menjadi tindakan minimal biosecurity. Sedangkan biosecurity level 2 merupakan resiko tinggi biosecurity yaitu apabila sudah terjadi wabah yang endemik dalam suatu flok. Prosedur biosecurity level 1 adalah : 1. Pastikan bahwa semua pegawai/karyawan peternakan sudah mempunyai kepedulian tentang pentingnya biosecurity dan sudah menerima pelatihan/ training praktis tentang pentingnya biosecurity. 2. Kurangi dan batasi akses masuk terhadap orang, hewan, binatang liar dan vektor lainnya termasuk rodensia. Dapat dibuat peringatan di pintu masuk misalnya Biosecurity Area. Yang tidak berkentingan dilarang masuk. Untuk membersihkan peternakan dari vektor penyakit di antaranya adalah unggas liar, ektoprasit dan serangga lainnya. Agen patogen dapat ditularkan melalui muntahan atau feses, bulu dan debu, dapat juga terbawa angin, air atau pakan. Agar prosedur biosecurity menjadi efektif, maka harus dilakukan kontrol terhadap tikus dan unggas liar. Tikus biasanya makan pakan yang terkontaminasi dan dapat menyebarkan penyakit, selain dapat juga merusak telur, DOC, unggas dan peralatan. Unggas liar dapat dihindari dengan menutup semua ventilasi dengan kawat kasa. Agar dilakukan kontrol tikus dan serangga secara rutin. 3. Dipastikan disediakan/dibangun pembatas atau pagar sehingga zona biosecurity menjadi jelas. Sebaiknya dipisahkan antara area produksi dan pasca panen/ pengeluaran ayam. Perlu ada peta skematis yang menggambarkan tempat produksi, pemeliharaan, dan pembuangan, dengan akses jalan yang berbeda. Agar dipastikan bahwa skema tersebut selalu diperbarui. Agar diusahakan drainase dari area pengeluaran tidak melewati area produksi dan dipastikan drainase tersebut lancar/tidak mampet (tergenang di suatu tempat tertentu). 4. Pintu masuk utama untuk area produksi agar dilengkapi dengan jalan yang memudahkan kendaraan untuk masuk jika diperlukan dan selalu dalam keadaan terkunci.

5. Dipastikan ada tempat parkir, sehingga kendaraan yang keluar masuk selalu terkontrol dan disediakan sepatu bot dan pakaian tersendiri untuk memasuki area produksi. Agar selalu disediakan disinfektan untuk semua pekerja yang masuk area produksi mencelupkan sepatunya ke dalamnya. Desinfektan tersebut agar diganti setiap hari. Adanya tempat cuci tangan (hand sanitizer) akan lebih baik. 6. Agar disediakan tempat pembuangan ayam mati. Apabila ada tempat pembakaran bangkai (incenerator), maka pastikan memperhatikan kesehatan lingkungan. 7. Agar di peternakan dipelihara satu jenis unggas saja, apabila dipelihara unggas lain, maka agar dipisahkan dan mempunyani akses tersendiri, termasuk para pekerjanya yang terpisah. 8. Tamu/orang luar yang masuk harus mengisi buku tamu dan meninggalkan kartu identitas apabila diperlukan. 9. Persyaratan spesifik lainnya adalah (a) pada waktu mengeluarkan unggas, maka mulailah dengan yang berumur muda terdahulu dan secara sekuensial ke umur yang lebih tua atau dilakukan ayam muda bersama-sama, kemudian ayam yang lebih tua bersama-sama. (b) Truk yang mengangkut DOC harus selalu didesinfeksi setiap hari termasuk sopir dan keneknya. (c) Truk yang membawa litter agar didesinfeksi apabila mengangkut dari area produksi satu ke area produksi lainnya. (d) Agar disediakan cacatan keluar masuknya kendaraan yang mengangkut pakan, litter maupun DOC dll. Agar pergerakan petugas pengantar dapat diketahui ke mana saja tempat-tempat yang dikunjungi dengan cara dicatat. 10. Setiap tamu atau orang yang masuk peternakan harus cuci tangan dan mencelupkan kaki/sepatu pada desinfekstan yang telah disediakan. Tempat untuk desinfeksi tangan dan kaki harus disediakan di area depan lokasi peternakan sebelum memasuki bangunan kandang. 11. Agar dipastikan bahwa air yang digunakan adalah air bersih. Air bersih dapat diperoleh dari proses khlorinasi. Apabila menggunakan khlorin, maka tidak boleh lebih dari 1 2 ppm dan ditunggu setelah 2 jam dilakukan klorinasi. Biosecurity level 2 diimplementasikan apabila ada wabah penyakit atau terjadi kasus penyakit yang menjadi endemik. Masing-masing penyakit akan mempunyai SOP tersendiri. Tindakan Sanitasi Tindakan sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut. Prinsip sanitasi yaitu bersih secara fisik, bersih secara kimiawi (tidak mengandung bahan kimia yang membahayakan) dan bersih secara mikrobiologis. Kontaminasi agen patogen dapat terjadi pada semua

titik dalam proses produksi. Oleh karenanya sanitasi harus diterapkan pada semua proses produksi ternak termasuk penanganan pasca panen. Sanitasi di lingkungan peternakan dapat dilakukan pada kandang, hewan, pekerja dan sarana-prasarana. 1. Sanitasi kandang dilakukan untuk mensucihamakan kandang termasuk peralatan di dalamnya. Tindakan sanitasi yang dapat dikerjakan adalah : a. Pembersihan dan penyemprotan kandang dilakukan sebelum hewan masuk dengan menggunakan desinfektan yang telah direkomendasikan dan ramah lingkungan. Hal ini dilakukan untuk membersihkan kandang dari kuman penyakit. b. Pembersihan peralatan kandang, seperti tempat pakan dan tempat minum. c. Pembersihan lantai kandang dilakukan secara rutin 2-3 hari sekali. d. Pembuangan kotoran ternak sebaiknya dibuatkan tempat pembuangan sendiri yang agak jauh dari lokasi kandang. 2. Sanitasi hewan dilakukan dengan penyemprotan ketika hewan masuk dalam lingkungan peternakan beserta sarana pengangkutnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penyebaran bibit penyakit yang berasal dari hewan atau mikroorganisme selama pengangkutan. 3. Sanitasi pekerja dilakukan kepada setiap pekerja yang ada di kandang, dimaksudkan agar mobilitas pekerja dari kandang satu dengan kandang lainnya tetap terjaga dalam kondisi bebas penyakit sehingga penyebaran agen penyakit bisa terhindarkan. 4. Sanitasi sarana-prasarana ini dilakukan untuk menjaga dan mengantisipasi penyebaran agen penyakit di lingkungan peternakan yang disebabkan oleh penggunaan sarana dan prasarana secara bergantian di masing-masing kandang. Penggunaan sanitiser perlu memperhatikan target/jenis mikroba yang akan dibunuh sehingga tindakan sanitasi dapat berjalan secara efektif. Tabel 2 memaparkan target mikroba yang disanitasi dan senyawa (sanitiser) yang direkomendasikan. Tabel 2. Target mikroba, jenis air, jenis peralatan dan senyawa yang direkomendasikan untuk digunakan Tujuan Senyawa yang direkomendasikan 1. Jenis Mikroba Spora bakteri Bakteriophage Coliform Salmonella Bakteri gram (-) Sel Vegetatif gram (+) Virus 2. Kondisi Air Air sadah Air dengan kadar besi tinggi Water treatment (penanganan air) Khlorin Hipokhlorit, Iodophore Hipokhlorit, Iodophore Khlorin Quat, Iodophore Quat, Iodophore, Anion-asam Anionik-asam, hipokhlorit, Iodophore Iodophore Hipokhlorit Iodophore, Quat

3. Ruang/Peralatan Peralatan aluminium Udara berkabut Sanitasi tangan Peralatan pada saat akan digunakan Peralatan akan disimpan Dinding Khlorin, iodophore, Quat Iodophore Iodophore, Khlorin Quat Quat, khlorin Khlorin, quat Pengendalian Penyakit dan Biosecurity pada Ayam Kampung Hal lain yang perlu diperhatikan, bahwa biosecurity tidak harus memerlukan biaya mahal. Pemeliharaan ayam kampung dapat dilakukan dengan melakukan biosecurity dengan membuat pagar yang sederhana, yang terpenting bahwa ayam kampung tidak berkeliaran, sehingga juga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. Tindakan cuci tangan setelah menangani hewan adalah merupakan tindakan biosecurity praktis yang dianjurkan untuk menghindari penyakit Avian Influenza. Pengendalian penyakit pada ayam diupayakan untuk mengurangi hubungan antara penyebab penyakit sampai pada tingkat di mana hanya sedikit hewan yang sakit atau tidak ada lagi hewan yang sakit, karena jumlah penyebab penyakit telah dikurangi atau dimatikan. Hal yang perlu diperhatikan untuk mengendalikan penyakit antara lain : 1. Menjaga kesehatan ayam dengan melakukan vaksinasi rutin. 2. Memperhatikan komposisi bahan pakan (baik dan seimbang). 3. Mengoptimalkan pemakaian limbah pertanian yang ada. 4. Memperhatikan sumber air bersih yang digunakan. Prinsip-prinsip dasar yang perlu dilakukan berkaitan dengan program kesehatan ternak antara lain adalah mencegah munculnya bibit penyakit. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah munculnya agen penyakit adalah melakukan sanitasi yang benar dan teratur, ternak yang baru datang agar dipisahkan (dikarantina), menjaga lingkungan yang baik dan bila perlu ternak yang sakit agar dikeluarkan. Cara berikutnya adalah menjaga agar ketahanan tubuh ternak tetap baik dengan cara menjaga pakan yang baik, cukup dan seimbang. Dapat dilakukan vaksinasi yang teratur, dilakukan seleksi secara baik. Tindakan yang perlu dilakukan apabila ternak yang sakit, selain dipisahkan kandangnya, maka segera dilakukan pengamatan secara seksama tingkah laku, tanda-tanda/gejala-gejala fisik, nafsu makannya dan sebagainya. Dapat diberikan pengobatan sementara dan produksinya harus selalu dicatat. Diagnosa secara fisik juga dapat dilakukan apabila dapat dilihat. Secara visual dapat dibedakan antara ternak yang sehat dengan yang sakit. Pada Tabel 3 dipaparkan perbedaan secara fisik antara ternak yang sehat dengan yang sakit.

Tabel 3. Gambaran visual perbedaan ternak sehat dan sakit Ternak Sehat Ternak aktif, lincah, mata jernih, bulu halus, bersih dll Nafsu makan normal Pertumbuhan/pertambahan berat badan baik Dari lubang alami (hidung, mulut, anus) tidak mengeluarkan cairan abnormal Ternak Sakit Ternak kurang aktif/lincah, mata sayu/ pucat, bulu kusam dan berdiri dll Kurang nafsu makan, sedikit/cenderung tidak mau makan Pertumbuhan kurang baik atau tidak normal Keluar leleran atau lendir yang tidak normal dari lubang-lubang alami (seperti hidung, telinga dll) misalnya pilek, diare/ mencret dll Kesimpulan Tindakan biosecurity didasari pada tiga perlakuan utama, isolasi, kontrol lalu lintas dan sanitasi. Isolasi merupakan tindakan pencegahan penularan dari ternak yang baru masuk. Kontrol lalu lintas merupakan tindakan pencegahan penularan yang disebabkan oleh manusia, peralatan dan alat angkut. Sanitasi adalah tindakan penting yang tidak bisa dihindari dengan menggunakan sanitiser yang disesuaikan dengan target mikroba/penyakit agar dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Pengamatan yang seksama terhadap ternak yang diduga sakit perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran agen penyakit. Gejala-gejala yang secara visual dapat diketahui perlu dipelajari dan dicarikan solusi pengobatannya. Pada prinsipnya biosecurity adalah suatu tindakan pencegahan yang baik agar penularan penyakit tidak terjadi, sehingga dapat dicapai produksi yang tinggi dan terhindar dari kerugian ekonomi yang besar. Tindakan biosecurity dapat membantu pemilik peternakan dan lingkungan sekitarnya dapat melakukan usaha peternakan secara aman dan nyaman. Biosecurity bukanlah merupakan sesuatu yang mahal, karena tindakan ini merupakan tindakan pencegahan. Pencegahan selalu lebih baik dan murah daripada mengobati atau melakukan eradikasi. Sebaliknya, biosecurity yang tidak dilakukan dengan baik akan menimbulkan kerugian yang lebih besar apabila terjadi wabah penyakit. Biosecurity tidak harus mahal, namun disesuaikan dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Biosecurity terhadap ayam kampung pada prinsipnya adalah terpisah dari rumah dan diberi pagar pembatas, untuk menghindari penularan Avian Influenza dari unggas ke manusia. Dr. drh. Sri Muharsini Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jalan Raya Pajajaran Kav E 59 Bogor 16151 Email : criansci@indo.net.id/niniek_122@yahoo.com

Contoh kandang ayam sederhana dengan pemagaran dan terpisah dari rumah. Pagar dibuat lebih tinggi agar ayam-ayam dewasa tidak bisa terbang keluar. Kandang ayam dengan pagar di sekelilingnya. Contoh biosecurity sederhana. Untuk ayam kampung. Kandang dibangun terpisah dengan bangunan rumah.