Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

Infografis Kemakmuran Hijau v5.2 PRINT.pdf PROYEK KEMAKMURAN HIJAU

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN PENGELOLAAN HIBAH MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

Kerangka Acuan. Kegiatan Profesionalisasi Pengadaan. Mentor ULP untuk Manajemen Sumber Daya Manusia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

Kinerja Lingkungan dan Sosial (ESP)

KERANGKA ACUAN KERJA PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI SEKRETARIAT PENGELOLA HIBAH MILLENNIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) TAHUN ANGGARAN 2014

KERANGKA ACUAN KERJA REVISI-II PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI KEGIATAN PENGELOLAAN HIBAH MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) TAHUN ANGGARAN 2014

PROYEK MODERNISASI PENGADAAN

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

DAFTAR ISI. iii KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Asesmen Gender Indonesia

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

Ketimpangan dan Anak-anak di Indonesia

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Hibah Pengetahuan Hijau

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA,

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012)

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

RESUME PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

RANGKUMAN HASIL KONFERENSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

Mencegah kekurangan gizi pada anak, mencegah stanting.

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

Pemantauan & Evaluasi

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

PENGAKUAN DAN PENGUATAN PERAN PEREMPUAN DALAM IMPLEMENTASI UU DESA NO 6 TAHUN 2014

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research

Kata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

Keynote Speech STRATEGI INDONESIA MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, INKLUSIF, DAN BERKEADILAN

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM)

Strategi Pemberdayaan Lembaga Keuangan Rakyat BPR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

2 4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); MEMUTUSKAN:

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tujuan merupakan pernyataan perilaku atau arah program dan manajemen.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KAJIAN KONSEP RESILIENT CITY DI INDONESIA

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

9 Kebutuhan dan Rekomendasi Utama Orang Muda (Young People) Indonesia terkait ICPD PoA

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Transkripsi:

Oleh : Arief Setyadi Persyaratan Gender dalam Program Compact Perempuan Bekerja Menyiangi Sawah (Foto: Aji) Program Compact memiliki 5 persyaratan pokok, yakni: 1. Analisis ERR di atas 10%, 2. Analisis Dampak Manfaat, 3. Kesetaraan Gender, 4. Jangka Waktu 5 tahun, dan 5. Keberlanjutan. Dengan demikian, MCC memandang kesetaraan gender merupakan aspek yang penting untuk dipenuhi dalam pelaksanaan Untuk persyaratan gender, Indonesia telah melampaui persyaratan dari Kebijakan Gender MCC dengan disetujuinya hibah Compact MCC kepada Indonesia pada November 2011. Adapun persyaratan gender dalam Compact adalah: 1. Hal-hal yang diperlukan dalam Program Compact untuk mengatasi kendala-kendala kebijakan, peraturan, dan sosial budaya bagi perempuan dan laki-laki untuk memperoleh manfaat secara penuh dari investasi 2. Perbedaan peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang akan mempengaruhi tujuan program. Variasi perbedaan tersebut berdasarkan karakteristik sosial dan demografi dari masyarakat pemanfaat 3. Perbaikan atau mitigasi dalam Program Compact atas ketidaksetaraan gender dalam akses dan kontrol dari sumber daya produktif yang relevan dalam tujuan program. 4. Kesesuaian antara tujuan Program Compact dengan kebutuhan praktik dan kepentingan strategis gender atau berbagai kepentingan untuk perbaikan ketidaksetaraan gender struktural yang menghambat pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan dalam Program Program Compact di Indonesia terdiri dari 3 proyek, yakni: 1. Green Prosperity, ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan pengurangan bahan bakar fosil melalui perluasan energi terbarukan dan meningkatkan produktvitas dan pengurangan emisi berbasis daratan melalui perbaikan praktik-praktik penggunaan lahan dan pengelolaan sumber daya alam. 2. Community-based Health and Nutrition to Reduce Stunting, ditujukan untuk mengurangi dan mencegah rendahnya berat badan bayi, anak pendek dan anak kurang gizi. 3. Procurement Modernization, ditujukan untuk meningkatkan penghematan belanja pemerintah dalam pengadaan barang dan jasa dan perbaikan pelayanan publik melalui anggaran belanja yang terencana.

Fokus dan Orientasi Kesetaraan Gender Kesetaraan gender dalam Program Compact difokuskan pada misi Compact untuk pengurangan kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi yang menekankan perempuan sebagai aktor pelaku ekonomi, untuk mengoperasionalkan pendekatan gender berbasis hak. Disadari juga, ketidaksetaraan gender dapat menjadi kendala yang signifikan dalam pencapaian misi Disisi lain, Program Compact juga menekankan bahwa terdapat hubungan yang kompleks dan multi-dimensional antara pertumbuhan, ke- Berdasarkan pembelajaran yang diperoleh MCC hingga saat ini, maka orientasi integrasi gender dari Program Compact adalah: 1. Definisi integrasi gender yang komprehensif yakni bergerak dari resiko menuju peluang, dimana bukan sekedar target yang sederhana dari bantuan untuk perempuan dan mencari bias yang tidak disengaja dari desain proyek yang kelihatannya bersifat netral. 2. Perumusan integrasi gender yang lebih operasional, dari desain Compact ke hasil Integrasi gender melingkupi 5 aspek dari persyaratan pengembangan program dan pelaksanaan Compact, yakni: kepemilikan program bagi negara penerima Compact (country ownership), focus pada analisis pertumbuhan dan ekonomi, pentingnya kebijakan, integrasi gender dalam kegiatan program dan fokus pada hasil. 3. Menterjemahkan aspirasi ke dalam pelaksanaan, dimana aspek gender dalam Compact tidak sekedar menghargai nilai-nilai gender namun akan dilaksanakan dalam bentuk-bentuk kegiatan Compact dan didukung sumberdaya yang memadai. Isu spesifik kesetaraan gender yang telah dimunculkan oleh MCC dari kegiatan Compact di Indonesia adalah: 1. Proyek Community-based Health and Nutrition to Reduce Stunting (PNPM Generasi) memerlukan keterlibatan laki-laki (kelompok ayah) untuk mencapai tujuan kegiatan mengingat perilaku mereka sangat menentukan untuk kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Kepada mereka, diperlukan upaya peningkatan pengetahuan dan promosi kesehatan keluarga, sebagai isu masyarakat, dari ranah domestik perempuan menjadi ranah publik. Hal ini merupakan tantangan untuk menggeser pemikiran bahwa gender bukanlah program untuk perempuan, namun lebih untuk memberikan pemahaman bahwa pendekatan kesetaraan gender juga untuk mempererat keterlibatan laki-laki dalam pelaksanaan program. 2. Indonesia belum memenuhi indikator gender yang baru dari indikator ekonomi, dimana UU Perkawinan Indonesia masih menempatkan laki-laki sebagai kepala keluarga sehingga perempuan akan membayar pajak lebih tinggi daripada laki-laki dan bagi perempuan kepala keluarga menjadi hal yang memberatkan untuk masuk dalam angkatan kerja formal. Program Compact akan melakukan eksplorasi dan mengungkapkan berbagai hambatan kebijakan yang berhubungan dengan kegiatan Compact, seperti definisi legal untuk perempuan pengusaha. Pertemuan Khusus Kelompok Perempuan (Foto: Dewi Novirianti)

Pengembangan Agenda Integrasi Gender Integrasi Gender dalam Compact Indonesia perlu dipersiapkan dengan rancangan yang inklusif dari masing-masing kegiatan Compact dan kegiatan yang bersifat cross cutting dari keseluruhan kegiatan Hal tersebut merupakan langkah untuk melakukan analisa gender bagi pengembangan, perancangan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi Program Pengembangan kegiatan gender dalam Compact meliputi: 1. Integrasi gender di dalam masing-masing kegiatan dengan pendanaan dari masingmasing kegiatan. 2. Cross cutting isu gender dengan pendanaan tersendiri untuk isu: Kebijakan (policy), Kelembagaan (institutional), dan Peningkatan Kapasitas (capacity building) Laki-laki menimbang berat Balita di Posyandu (Foto: Iiing Mursalin) Adapun agenda integrasi gender dalam masing-masing kegiatan Program Compact adalah: 1. Green Prosperity (GP) Kegiatan GP dikoordinasikan secara langsung oleh MCA-Indonesia, bekerjasama dengan Pemerintah Daerah yang menjadi tempat pelaksanaan kegiatan, Kementerian/Lembaga terkait, lembaga donor dan Iembaga relevan lainnya. Integrasi gender dalam kegiatan GP akan dilakukan dengan memasukkan persyaratan gender manual operasional proyek, yang meliputi: Seluruh konsultasi stakeholder yang dilakukan dalam perencanaan kegiatan akan mengikutkan proses inklusif gender. Dalam seluruh tahapan atau siklus proyek memasukkan aspek ketimpangan sosial dan gender, berkonsultasi dengan masyarakat secara luas dan dipastikan menjangkau kelompok perempuan dan rentan untuk menyerap aspirasi mereka melalui proses konsultasi yang inklusif dan adanya manfaat untuk kelompok perempuan dan rentan serta rencana meminimalkan dampak negatif dari aspek sosial dan gender. Termasuk dipastikan adanya ahli gender dalam proyek tersebut. Diberikannya pemihakan kepada NGO perempuan dan kelompok perempuan dan rentan melalui pendanaan hibah khusus bagi mereka. Pengembangan kegiatan cross cutting gender untuk GP, yang meliputi: a. Penguatan Perempuan Kepala Keluarga, yang ditujukan untuk penguatan posisi legal dan sosial perempuan kepala keluarga dan membantu memformalkan status legal mereka agar memperkuat kemampuan perempuan dan rasa percaya diri untuk lebih aktif terlibat dalam kegiatan masyarakat. Hal tersebut untuk memastikan keberdayaan mereka dan dapat mengambil manfaat dari investasi GP. b. Peningkatan Kapasitas Stakeholder GP, yang ditujukan untuk membantu stakeholder GP memahami persyaratan Social and Gender Assessment.

2. Community-based Health and Nutrition to Reduce Stunting Kegiatan ini dilaksanakan melalui PNPM Generasi oleh Kementerian Dalam Negeri dari sisi demand dan dari sisi supply akan dikoordinasikan oleh Kementerian Kesehatan. Integrasi Gender untuk kegiatan ini telah diidentifikasi dari sisi dimensi gender yang mana diperlukannya perubahan perilaku untuk mendukung pengurangan anak pendek (stunting), yaitu : Peningkatan akses dari perempuan dan laki-laki kepada pemanfaatan informasi mengenai anak pendek, kesehatan ibu hamil, ASI, praktik penyapihan dan pemberian makan anak, pengasuhan yang efektif dan hak-hak pelayanan. Peningkatan rasa tanggung jawab laki-laki untuk kelahiran dan kesehatan anak sebagai isu komunitas maupun keluarga. Peningkatan kemauan laki-laki untuk berbagi tanggung jawab dalam keluarga sehingga terdapat waktu yang lebih untuk menyiapkan makanan sehat dan memberikan makanan anak yang tepat. Peningkatan kapasitas perempuan untuk pengambilan keputusan di rumah, terkait dengan penggunaan waktu, alokasi sumber daya untuk makanan sehat dan pemanfataan pelayanan kesehatan. Peningkatan kapasitas perempuan untuk pengambilan keputusan dalam komunitas. Peningkatan kapasitas penyedia jasa (swasta) untuk memunculkan dimensi gender dari kelahiran dan gizi anak serta anak pendek, termasuk perbaikan sanitasi. Waktu luang untuk peningkatan produktivitas perempuan (Foto: Lila Meulila) 3. Procurement Modernization Integrasi gender dalam modernisasi pengadaan barang dan jasa pemerintah akan berupaya meningkatkan peluang bagi beragam penyedia barang dan jasa melalui: Memastikan keseimbangan gender jumlah staf ULP1 dan peluang untuk memperoleh pelatihan dengan demikian perempuan dan laki-laki akan memperoleh manfaat dalam upaya meningkatkan profesionalisme staf pengadaan barang dan jasa pemerintah. Program pelatihan akan meningkatkan efektivitas keterlibatan dan layanan staf ULP selama proses penawaran. Program ini pada akhirnya akan membangun kepercayaan dan jasa tentang layanan ULP dan meningkatkan akses beragam dan jasa terhadap kontrak pemerintah. Pelatihan staf ULP akan memasukkan fokus tentang gender dan kewirausahaan perempuan2.

Melakukan penelitian, analisa dan pengumpulan data tentang gender dan pengadaan barang dan jasa. MCC telah mendanai survey gender terhadap pengada (vendor/supplier) barang dan jasa untuk mengidentifikasi persoalan dan hambatan yang dialami oleh perempuan pengusaha ketika ikut serta dalam proses pengadaan barang dan jasa pemerintah. Sebagai bagian dari survey, sebuah definisi tentang perusahaan yang dimiliki oleh perempuan telah mulai dikembangkan dan digunakan untuk mengidentifikasi perusahaan perempuan dalam survey. Rekomendasi survey akan digunakan untuk mendukung integrasi gender dalam modernisasi pengadaan barang dan jasa termasuk pelatihan staf dan menjaring pengada (vendor/supplier) barang dan jasa. Kelompok Perempuan Posyandu (Foto: Iing Mursalin) Mendukung peluang bagi perusahaan yang dimiliki oleh perempuan untuk memperoleh manfaat dari pengadaan barang dan jasa pemerintah. Meningkatkan kemampuan perempuan pengusaha untuk menjadi dan jasa yang akan membantu keragaman pengada (vendor/supplier) barang dan jasa serta memperluas peluang bagi beragam perusahaan yang ikut serta dalam proses pengadaan barang dan jasa. Hal ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan keragaman dan kemampuan dan jasa dan membantu ULP untuk mengembangkan jumlah pengada (vendor/supplier) barang dan jasa. Dengan kompetisi yang semakin besar, pemerintah akan memiliki dan jasa dengan kualitas dan harga yang lebih bersaing3. FGD Perempuan Pengusaha Dalam Procurement (Foto: Aang Sutisna) 1ULP merupakan unit organisasi pemerintah yang bersifat struktural maupun non-struktural yang bertugas untuk menangani pekerjaan pengadaan barang dan jasa pemerintah secara terintegrasi dan terpadu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2Sebagai contoh, 40% staf Kementerian Pekerjaan Umum yang telah bersertifikat ahli pengadaan barang dan jasa adalah perempuan namun yang menjadi panitia lelang masih sangat terbatas. Disisi lain, data LKPP belum memuat disagregasi gender untuk ahli pengadaan barang dan jasa (Laporan Assessment Gender Integration untuk Procurement Modernization oleh Konsultan Gender MCC). 3Laporan IFC NORC (2010) memperlihatkan perempuan menjalankan 39% dari seluruh usaha mikro dan kecil dan 18 % dari seluruh usaha menengah dan besar. Jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang dikelola oleh perempuan meningkat sebesar 42% antara tahun 2002-2007 dan sejalan dengan trend global, pertumbuhan tahunannya melebihi usaha yang dikelola oleh laki-laki yaitu masing-masing 8% dan - 0,27% (Policy Brief Gender Equality, 2011)