Buku Saku. Bidang Pendidikan. Pengarusutamaan Gender

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL CAPAIAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kelompok Kerja (Pokja) Bidang Pendidikan. Pengarusutamaan Gender

ARTIKEL 11 KEGIATAN WORKSHOP PENINGKATAN

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe

EVALUASI DAN SEMILOKA PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PUG BIDANG PENDIDIKAN

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

Sambutan Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial RI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

dalam Pembangunan Nasional;

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

MENGENALI DAN MEMAHAMI PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN YURNI SATRIA

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014

Panduan Umum. Bidang Pendidikan. Pengarusutamaan Gender

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG

4.9 Anggaran Responsif Gender Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun , telah menetapkan tiga strategi pengarusutamaan

WALIKOTA PROBOLINGGO

Position Paper Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Profil Gender. Panduan Penyusunan. Bidang Pendidikan Daerah

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

Reviu 10 Buku Pengarusutamaan Gender (PUG) bidang Pendidikan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

POLICY BRIEF NO. 005/DKK.PB/2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KELUARGA TAHUN 2017

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TENTANG

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI BULUNGAN TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BULUNGAN.

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN TAHUN 2013

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

PENGARUSUTAMAAN GENDER DI INDONESIA

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

TEKNIK ANALISIS GENDER. Oleh: Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

2013, No Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional; 3. Peraturan Menteri Pertahanan Nom

ANGGARAN RESPONSIF GENDER Anggaran Responsif Gender (ARG) DAN PENYUSUNAN GENDER BUDGET STATEMENT

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

STRATEGI PUG dalam pembangunan daerah. Hj. ANDI MURLINA PA, S.Sos KEPALA DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PROV.

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Bahan Ajar Keaksaraan Dasar Tema Kehutanan

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

KESEPAHAMAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN HIV DAN AIDS MELALUI PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG

PEMBANGUNAN NASIONAL BERWAWASAN GENDER

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan;

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

1) Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 tahun 2006 jo No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Keuangan di Daerah

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Transkripsi:

Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Panduan Penyusunan Profil Gender Bidang Pendidikan Daerah Panduan Strategi Pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Responsif Gender Isu dan Solusi Gender Bidang Pendidikan Strategi Pengembangan Sekolah Responsif Gender Panduan Penyusunan Bahan Ajar Responsif Panduan GenderPenyusunan Profi l Gender Bidang Pendidikan Daerah Panduan Strategi Umum Pengembangan Pengarusutamaan Pusat Gender Kegiatan Belajar Masyarakat Bidang Pendidikan (PKBM) Responsif Gender Isu Panduan dan Solusi Kelompok Gender Bidang Kerja (Pokja) Pendidikan PUG Bidang Strategi Pendidikan Pengembangan Sekolah Responsif Gender Panduan Buku Saku Penyusunan Pengarusutamaan Bahan Ajar Gender Responsif Bidang Gender Panduan Pendidikan Umum Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Panduan Data dan Kelompok Indikator Kerja Pendidikan (Pokja) PUG Berwawasan Bidang Pendidikan Buku Gender Saku tahun Pengarusutamaan 2010/2011 Gender Bidang Pendidikan Data Bahasa dan dan Indikator Gender Pendidikan Berwawasan Gender tahun 2010/2011 Bahasa dan Responsif Gender

Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan i

Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT) Sardin Supriatna Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan/ Sardin Supriatna, Kurniati Restuningsih; Editor, Ella Yulaelawati, Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat-Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013 x+ 22 hlm + illustrasi; 10 x 15 cm Kata Sambutan ISBN 978-602-1224-00-7 1. Wanita dalam pendidikan. I. Judul II. Kurniati Restuningsih III. Ella Yulaelawati. Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena dapat menginvestasikan perwujudan manusia Indonesia yang berakhlak mulia, berkarakter produktif, dan berdaya saing sehingga dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pendidikan sebagai hak azasi manusia tercantum pada pasal 28B ayat (2) UUD 1945 yang tertulis: Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pada Pasal 28C ayat (1) tertulis, Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Dalam upaya memenuhi hak-hak warga negara terhadap akses pendidikan yang bermutu, adil dan setara bagi perempuan dan laki-laki serta kesempatan meningkatkan kualitas hidup, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan ii Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan iii

Informal sebagai Koordinator Program PUG Bidang Pendidikan melakukan berbagai strategi dan program sehingga seluruh provinsi dan beberapa kabupaten/kota telah mengintegrasikan gender dalam bidang pendidikan melalui bantuan program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pengintegrasian gender dalam bidang pendidikan juga dilakukan secara sinergi dan koordinatif dengan kementerian dan lembaga terkait lainnya terutama dalam hal perencanaan dan penganggaran pendidikan responsif gender, audit gender, pengembangan pedoman, dan acuan teknis kegiatan yang disusun bersama-sama dengan pakar, para mitra, pokja kabupaten, kota dan provinsi. Sinergi dan koordinasi ini diharapkan akan menghasilkan peningkatan kapasitas pengarusutamaan gender bidang pendidikan secara lebih memadai. Sampai pada tahun 2012, capaian kinerja layanan kabupaten/kota telah menerapkan pengarusutamaan gender (PUG) bidang pendidikan sebesar 57,34% lebih tinggi dari target Renstra Pembangunan Pendidikan Nasional 2010-2014 sebesar 54% dan angka disparitas gender penduduk tuna aksara sebesar 2,4% dari jumlah tuna aksara sebanyak 6.401.522 orang. Penyusunan dan penerbitan sepuluh judul Buku PUG Bidang Pendidikan tahun 2012 merupakan komitmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam merealisasikan amanat Inpres No. 9 Tahun 2000 dan Permendiknas Nomor 84 tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan PUG Bidang Pendidikan sebagai wujud peningkatan kapasitas PUG bidang Pendidikan. Sebagai realisasi amanat Inpres tersebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memenuhi target Renstra Kemdikbud tahun 2012 yaitu tercapainya 54% Kabupaten/Kota melaksanakan PUG bidang Pendidikan. Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak atas kontribusi dan perannya dalam penyusunan bukubuku tersebut. Akhirnya semoga Norma Standar Prosedur dan Kriteria yang disusun dengan kesungguhan, komitmen, dan keikhlasan ini dapat bermanfaat untuk kita semua, dengan harapan semoga Allah SWT berkenan memberikan rakhmat dan hidayahnya kepada kita semua. Amin. Jakarta, November 2012 Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal, Prof. Dr. Lidya Freyani Hawadi,Psikolog NIP 195703121982112001 iv Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan v

Kata Pengantar Sejak tahun 2002, kegiatan pengarusutamaan gender di bidang pendidikan telah difasilitasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Upaya ini dilakukan dalam rangka mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender dalam pembangunan pendidikan. Sampai tahun 2012 semua provinsi dan 294 kabupaten/kota telah melaksanakan pengarusutamaan gender dalam bidang pendidikan. Pencapaian ini tidak secara otomatis mampu menghilangkan kesenjangan dan ketidakadilan gender di masyarakat, karena persoalan gender berkait erat dengan konstruksi sosial budaya. Menyadari bahwa akar masalah gender bersumber pada konstruksi sosial budaya masyarakat, upaya pengarusutamaan gender bidang pendidikan dilakukan dengan menyertakan berbagai elemen pemerintah yang berkaitan dengan pembangunan pendidikan serta masyarakat stakeholders pendidikan. Berbagai kegiatan telah dilakukan, antara lain: 1) peningkatan kapasitas kelembagaan dan para perencana kebijakan dan teknis bidang pendidikan, 2) kemitraan dengan Pusat Studi Wanita/Pusat Studi Gender untuk melakukan kajian studi kebijakan pendidikan yang berwawasan gender, 3)kemitraan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat, khususnya dalam rangka mengembangkan pengalaman empirik pendidikan keluarga berwawasan gender dan lifeskill perempuan, 4)penataan database dan sistem pendataan pendidikan yang berwawasan gender, 5)melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat luas melalui berbagai media massa, cetak maupun elektronik. Dalam upaya mendinamisasi dan melakukan penjaminan mutu program/ kegiatan pengarusutamaan gender bidang pendidikan tersebut, baik di tingkat pusat maupun daerah, telah dibentuk Pokja PUG Pendidikan. Pengalaman yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa motivasi, wawasan, dan ketersediaan sumberdaya pengelola di masing-masing provinsi dan kabupaten/kota cukup beragam. Keadaan seperti ini terkadang menimbulkan kekurangefektifan program/kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan suatu pedoman, acuan dan bahan-bahan lain yang memudahkan para pengelola dan pengambil kebijakan dalam mengintegrasikan gender dalam pembangunan pendidikan. Untuk keperluan tersebut, tahun 2012 telah disusun 10 (sepuluh) buku bahan sosialisasi PUG Bidang Pendidikan vi Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan vii

Mudah-mudahan dengan adanya bahan sosialisasi ini dapat meningkatkan kualitas kinerja program/kegiatan pengarusutamaan gender di bidang pendidikan secara keseluruhan. Daftar Isi Jakarta, November 2012 Direktur r Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Ella Yulaelawati, lawati, M.A., Ph.D. NIP.195804091984022001 Kata Sambutan... iii Kata Pengantar... vi Perempuan dan Laki-Laki... 1 Pengertian Gender... 3 Gender dalam Pendidikan... 5 Penerapan Gender... 10 Daftar Pustaka... 21 viii Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan ix

Kerangka Kerja Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Pemegang Kebijakan Pusat/ Prov/Kab-Kota WORKSHOP, RTD, FGD CAPACITY BUILDING Perencana & Pengelola Program STUDI, WORKSHOP STUDI KEBIJAKAN KEMITRAAN PSW Kebijakan Responsif Gender Position Paper/ RAN - RAD PT/PSW PENG. MODEL KEMITRAAN LSM Rencana & Program Responsif Gender LSM Org. Perempuan Analisis situasi/ Profil Gender Pendidikan PKBG/ Life Skills Perempuan Penerbit/ Penulis/ Satuan Pend/ Stakeholders PENGUATAN STAKEHOLDERS Panduan BA/ Pembelajaran Pengelolaan Satuan Pend. Responsif Gender KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN Database/ Website Uploading PENGEMB. PENDATAAN DATA & WEBSITE Masyarakat Berwawasan Gender SOSIALISASI MEDIA KIE Perempuan dan Laki - Laki Sejak manusia dilahirkan ke dunia, pada saat itu juga telah membawa beban dan tugas gender. Jika anak lahir mempunyai penis, ia dikonsepsikan sebagai anak laki-laki, dan bila lahir mempunyai vagina, maka ia dikonsepsikan sebagai perempuan. Adapun ciri-cirinya: pria: memiliki jakun, penis dan sperma yang berfungsi untuk membuahi. wanita: memiliki vagina, sel telur, dan rahim. Kodrat merujuk pada istilah yang diberikan kepada makhluk (termasuk manusia) yang sifatnya menetap/tidak berubah. Perbedaan organ biologis perempuan dan lakilaki, khususnya pada bagian alat-alat reproduksi adalah anugerah Tuhan yang sifatnya menetap, x Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 1

sehingga itulah yang disebut sebagai kodrat. Secara kodrati, perempuan mempunyai fungsi reproduksi seperti menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui; sedangkan laki-laki mempunyai fungsi membuahi. Peran reproduksi tidak dapat berubah, tidak dapat dipertukarkan dan berlaku sepanjang masa. Jadi gender itu bukan kodrat karena buatan manusia, tapi peran reproduksi adalah kodrat karena buatan Tuhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi relasi gender Konstrusi Sosial GENDER Bukan Kodrat Buatan Manusia Dapat diubah Dapat dibentuk dan dirubah Dipengaruhi oleh Ketidak adilan dan ketidaksetaraan Sumber : Aida Vitalaya, 2010 hal. 345 Tempat Waktu / Zaman Suku/Ras/Bangsa Kultur Agama / Ideologi Status sosial Negara PengertianGender GENDER perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab, dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat berubah menurut waktu serta kondisi setempat (MOWE, UNFPA & BKKBN 2005). pembedaan peran dan tanggung jawab lakilaki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008). Gender lahir karena budaya yang dibuat oleh manusia, sehingga dapat berubah sesuai dengan 2 Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 3

kebutuhan, wilayah manusia, serta perkembangan zaman, sehingga gender bukan merupakan kodrat karena berhubungan dengan peran baik perempuan maupun laki-laki yang bersifat relatif, dapat berubah, dan dapat dipertukarkan. Gender Dalam Pendidikan Pengarusutamaan Gender Pada Bidang Pendidikan strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui penyusunan kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki mulai tahapan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi di berbagai bidang pembangunan. Kebijakan Responsif Gender Bidang Pendidikan (netral, bias, dan responsif gender). netral gender adalah kebijakan yang tidak membedakan untuk kepentingan perempuan atau laki-laki, sehingga akan terus melestarikan kesenjangan gender pada kaum tertentu. 4 Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 5

bias gender adalah kebijakan yang memberikan keberpihakan kepada salah satu jenis kelamin dan membatasi untuk jenis kelamin lainnya tanpa didasarkan atas pertimbangan keadilan dan kesetaraan. responsif gender adalah kebijakan yang mengintegrasikan dimensi keadilan dan kesetaraan gender. Kebijakan yang responsif gender merupakan upaya pemerintah untuk menegakkan hak perempuan dan lakilaki atas kesempatan, pengakuan dan penghargaan yang sama di masyarakat. Sistem Pendukung Kebijakan responsif Gender Perangkat sistem yang umum digunakan adalah Alat analisis kesenjangan gender. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Meneg PP dan PA) dan Bapenas mengembangkan alat analisis yang disebut dengan Alur Kerja Analisis Gender (Gender Analysis Pathway/GAP). Alat ini bertujuan untuk menemukenali kebijakan dan faktor penyebab munculnya kesenjangan gender dan rekomendasi untuk memperbaiki kebijakan. Lebih lengkap tentang GAP dapat dibaca pada Pesan Standar Gender. Analisis kesenjangan gender dapat juga menggunakan alat analisis lainnya. Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender: perangkat yang digunakan dalam merencanakan program dan kegiatan yang mengintegrasikan dimensi keadilan dan kesetaraan gender. Perencanaan yang responsif gender memberikan kejelasan tentang penerima 6 Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 7

manfaat dari program/kegiatan yang dilakukan dilihat dari perspektif gender. Perencanaan dan penganggaran responsif gender juga didukung oleh pernyataan anggaran gender (gender budget statement). Audit Gender, perangkat pengontrol yang digunakan untuk memastikan bahwa program yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan penganggaran responsif gender. Audit gender bukan berarti terhadap program gender akan tetapi audit terhadap setiap program yang direncanakan oleh kementrian/lembaga, dinas pendidikan sampai satuan pendidikan (sekolah) dalam perspektif gender. Kelompok Kerja PUG Bidang Pendidikan, bertugas menjadi mitra di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan, atau satuan pendidikan dalam merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi pelaksanaan pengarusutamaan gender pada unit kerja. Focal Point gender, sumber daya yang memiliki pemahaman, komitmen, dan pengaruh terhadap para pengambil kebijakan dan perencana pendidikan di bidang pendidikan. Prasyarat Lembaga Pendidikan Pelaksana PUG Bidang Pendidikan Komitmen politik para pimpinan (eksekutif, legislatif, yudikatif) Kebijakan yang mengintegrasikan dimensi keadilan dan kesetaraan gender Mekanisme pelaksanaan PUG Bidang Pendidikan Sumber daya yang mendukung (focal point gender) Sistem dan informasi data terpilah Alat-alat pendukung pelaksanaan berupa; panduan, modul pelatihan, dan alat analisis gender. 8 Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 9

Satuan Pendidikan (Formal dan Nonformal) Penerapan Gender Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota Membangun komitmen semua pengambil kebijakan di unit kerja memiliki pemahaman yang utuh tentang pengarusutamaan gender bidang pendidikan. Menyusun kebijakan dan program responsif gender Membentuk Kelompok Kerja sebagai mitra dari unit kerja Mengembangkan sumber daya melalui pelatihan atau peningkatan kapasitas. Mengembangkan sistem informasi dan data terpilah Mengembangkan alat analisis gender, panduanpanduan, dan modul-modul. Membangun dan mengembangkan jejaring. 1. Manajemen Pendidikan Manajemen sekolah yang memberikan kesempatan dan peran yang yang sama atau setara dalam mengendalikan sistem pendidikan di sekolah. Memberikan pelayanan pendidikan di sekolah dan dapat memperoleh manfaat yang sama dari kesempatan yang diberikan pada perempuan dan laki-laki. Menyusun materi dan data terpilah jenis kelamin untuk membantu guru dalam melakukan penilaian atau evaluasi proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Mendorong guru untuk merubah pola pembelajaran yang dilakukan jika tidak responsif gender. Mendorong sekolah untuk menyusun rencana kerja untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender. Menyediakan prasarana sekolah sesuai dengan kebutuhan khusus anak perempuan dan lakilaki (kamar ganti, kamar kecil, sarana olah raga). 10 Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 11

BAB II KONSEP-KONSEP DASAR GENDER Menjamin peraturan sekolah memberi peluang yang sama bagi anak laki-laki dan perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan. Menyusun mekanisme untuk mengidentifi kasi, mendukung dan memonitor anak yang beresiko atau yang membutuhkan perhatian khusus. Menyediakan program untuk guru, pembimbing dan orangtua yang memungkinkan mereka memahami anak-anak yang beresiko tinggi yang berpeluang tidak melanjutkan sekolah. 2. Proses Pembelajaran Responsif Gender a. Perilaku guru dalam proses pembelajaran memperlakukan siswa perempuan dan lakilaki secara setara dan berkeadilan dengan memperhatikan sifat-sifat pribadi dan kebutuhan spesifi k berdasarkan biologi dan sosial. menghindari sikap dan perilaku yang mengarah pada pelecehan sosial, seksual, dan budaya pada siswa perempuan dan laki-laki. menumbuhkan motivasi belajar, memilih program studi yang cocok sesuai kompetensi, minat dan kemampuan ekonomi siswa perempuan dan laki-laki: memberi wawasan dan motivasi pada siswa perempuan dan laki-laki yang kompeten untuk melanjutkan belajar ke program studi sesuai dengan minat dan bakatnya (baik 12 Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 13

ilmu teknik/eksakta maupun ilmu sosial) serta sekaligus dibekali bagaimana cara mengatasi kegagalan dalam studi. memberikan jaminan kepada peserta didik perempuan dan laki-laki dalam memperoleh hak dan kewajiban yang sama dalam belajar di sekolah, misalnya sama-sama dapat belajar secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. memberikan pelayanan yang baik dan bermutu kepada peserta didik perempuan dan laki-laki yang memiliki kesulitan belajar b. Bahan Ajar yang Responsif Gender Memberikan gambarkan tentang potret perempuan dan laki-laki yang dinamis Menggambarkan peran gender yang seimbang dan berkeadilan, Meninggalkan stereotipe gender yang keliru Menggambarkan kehidupan nyata yang obyektif dan komunikatif. 14 Buku Saku Pengarusutamaan ngen Gender er Bidang Pendidikan 15

Contoh Text dan Analisis Gambar Bias Gender: Bentuk aktivitas dan permainan yang dilabelkan pada anak laki-laki dan perempuan berbeda. Anak laki-laki umumnya digambarkan membantu ayah dan melakukan bentuk permaian keras seperti sepak bola, bela diri, dll, dan anak perempuan membantu ibu dan melakukan bentuk permainan yang lembut seperti main boneka, menanam bunga, dll. Perempuan distereotipikan dengan peran gender sebagai penanggung jawab pekerjaan rumah tangga, pencari nafkah tambahan, pelaku kegiatan sosial kemasyarakatan. Sedangkan laki-laki sebagai kepala rumah tangga, pencari nafkah utama. Contoh Teks dan Analisis Gambar Responsif Gender: Sekarang ibu-ibu dapat bekerja seperti yang dilakukan ayah. Ayah juga harus membantu pekerjaan ibu di rumah. Jadi ayah dan ibu harus saling membantu (Peran gender) 16 Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 17

Sejak SD sampai SLTP Ridwan menduduki peringkat pertama di kelasnya. Demikian pula dengan Zainab ia selalu menduduki peringkat pertama di kelasnya. Ridwan dan Yusuf anak pak Rasyid dan Bu Hadijah Pak Rasyid bekerja sebagai guru SD. Bu Hadijah bekerja di perusahaan swasta. 3. Peran Serta Masyarakat Responsif Gender Melibatkan orangtua dan masyarakat dalam pengembangan program dan berbagai materi yang mendukung peningkatan pemahaman konsep gender dan aplikasinya di lingkungan sekolah dengan tujuan untuk meningkatkan pendidikan bagi anak perempuan dan laki-laki. Menyusun program untuk mendidik anak perempuan dan laki-laki agar dapat melakukan komunikasi yang efektif dan ketrampilan hidup untuk menyelesaikan konfl ik/masalah. Menyusun peraturan di tingkat sekolah untuk menunjukkan bahwa penyimpangan perilaku (kenakalan, narkoba, pergaulan bebas) dan pelecehan seksual merupakan perilaku yang tidak dapat diterima dan harus diberi sanksi hukuman. Menyediakan program dan bahan-bahan untuk memberikan pemahaman pada komunitas sekolah tentang dampak negatif dari penyimpangan perilaku (kenakalan, narkoba, pergaulan bebas) dan pelecehan seksual terhadap anak. Komite sekolah harus mempunyai data terpilah berdasarkan jenis kelamin tentang peserta didik yang mempunyai masalah (material, perilaku) dan bersama-sama dengan sekolah mencari jalan keluar. Komite sekolah menyusun RPS dan RAPBS yang melibatkan perempuan dan laki-laki dalam secara seimbang dalam fungsi kontrol. Indikator Sekolah yang Sudah Responsif Gender? Pimpinan sekolah dan Komite Sekolah memberikan dukungan setara kepada anak-anak perempuan dan laki-laki untuk belajar di sekolah Pimpinan sekolah dan komite sekolah menghargai secara setara guru perempuan dan laki-laki Kepala sekolah memperlakukan guru laki-laki dan perempuan sesuai dengan kebutuhan sosial dan biologisnya 18 Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 19

Anak-anak perempuan dan laki-laki merasa aman dari gangguan, diskriminasi, dan pelecehan seksual di sekolah Adanya bahasa komunikasi guru dan siswa yang menghargai kedua jenis kelamin Latihan dan cerita pada mata pelajaran menggambarkan secara setara posisi anak-anak perempuan dan laki-laki Peran, tanggung jawab, dan aktivitas siswa perempuan dan laki-laki mencerminkan kesetaraan di lingkungan sekolah Guru perempuan dan laki-laki diberi kesempatan sebagai pelatih utama dalam penerapan kurikulum dan bahan ajar baru yang responsif gender Semua sarana dan prasarana di sekolah sudah dipertimbangkan berdasarkan kebutuhan perempuan dan laki-laki Metode bimbingan dan konseling sudah disesuaikan dengan kebutuhan siswa baik perempuan maupun laki-laki dan sifat karakternya masing-masing Daftar Pustaka Departemen Pendidikan Nasional, (2005), Pesan Standar Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional, (2005), Position Paper. Jakarta: Depdiknas. Kementerian Pemberdayaan Perempuan (KPP). (2001). Pemantapan Kesepakatan Mekanisme Operasional Pengarusutamaan Gender Kesejahteraan dan Perlindungan Anak dalam Pembangunan Nasional dan Daerah: Bagian I dan II. Rakernas Pemberdayaan PP & KPA. Jakarta: KPP Kementerian Pemberdayaan Perempuan (KPP). (2004). Bunga Rampai: Panduan dan Bahan Pembelajaran Pelatihan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI, BKKBN, dan UNFPA. Jakarta: KPP 20 Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan 21

Kementerian Pemberdayaan Perempuan. (2005). Bahan Pembelajaran Pengarusutamaan Gender. Kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI, BKKBN, dan UNFPA. Jakarta: KPP Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun (2000) Tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional. Permendagri No. 67 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan di Daerah Permendiknas No. 84 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Permendagri No. 15 Tahun 2008 yang sudah direvisi menjadi Permendagri 67 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan di Daerah 22 Buku Saku Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan