METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
39 HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

3. Metodologi Penelitian

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

3 Metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

3 Metodologi Penelitian

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

3 Metodologi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

SINTESIS DAN APLIKASI POLIMER KATIONIK ALAMI PADA SISTEM EMULSI SKIN LOTION. Oleh DEWI SONDARI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April Penelitian

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian bertempat di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

3. Metodologi Penelitian

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013.

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODA. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013 di Laboratorium Teknologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan bulan Juni

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

3. Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

3.1 Alat dan Bahan Alat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 di. Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro, Semarang.

Transkripsi:

29 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Bahan baku yang digunakan pada pembuatan skin lotion meliputi polietilen glikol monooleat (HLB12,2), polietilen glikol dioleat (HLB 8,9), sorbitan monooleat (HLB 4,1) (diperoleh dari Pusat Penelitian Kimia LIPI Serpong), trietanol amin, cetil alkohol, minyak silikon, minyak mineral (dibeli dari Bratachem), virgin coconut oil (diperoleh dari Pusat Penelitian Kimia LIPI Serpong), gliserin, air destilasi, metil paraben, selulosa, chitosan (dibeli dari Bratachem), 3-kloro 2-hidroksipropiltrimetil amonium klorida p.a (dari Aldrich), iso propanol, propilen glikol dan sodium hidroksida (dibeli dari Bratachem). Alat yang digunakan meliputi peralatan gelas, oven vakum merk Heraeus Vacutherm, pengaduk magnetik, pipet, cawan porselen, pemanas listrik, phmeter, neraca timbangan, viskometer Ostwald, viskosimeter Brookfield, alat fotomikroskop merk Zeiss, alat untuk mengukur tegangan permukaan dan tegangan antar muka merk Tensiomart 21, alat FTIR merk Shimadzu, alat NMR, alat Spektrofotometer UV-Visible Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Polimer, Pusat Penelitian Kimia LIPI Serpong dengan waktu penelitian mulai bulan September 2006 sampai bulan Mei 2007. Analisa sampel dilakukan di Laboratorium Polimer dan Surfaktan, Pusat Penelitian Kimia LIPI, Serpong dan Laboratorium Teknologi Kimia Departemen Teknologi Industri Pertanian, FATETA IPB, Bogor. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap pertama pembuatan sistem emulsi. Pada pembuatan sistem emulsi tersebut digunakan 3 jenis minyak (minyak silikon, minyak mineral dan virgin coconut oil) dan 3 jenis surfaktan (polietilen glikol 400 monooleat, polietilen glikol 400 dioleat dan sorbitan monooleat) sebagai emulsifier. Tahap selanjutnya adalah sintesis polimer alami

30 (selulosa dan chitosan) dan tahap terakhir adalah aplikasi polimer kationik pada sistem emulsi skin lotion. Secara garis besarnya diagram alir tahapan penelitian adalah sebagai berikut. Pembuatan sistem emulsi Sintesis polimer kationik Aplikasi polimer kationik pada formula skin lotion Analisis dan karakterisasi Gambar 15. Diagram alir tahapan penelitian Pembuatan Sistem Emulsi Dalam penelitian ini digunakan tiga jenis surfaktan yaitu sorbitan monooleat, polietilen glikol (400) monooleat dan polietilen glikol (400) dioleat dan tiga jenis minyak, yaitu minyak mineral, minyak silikon dan virgin coconut oil, sehingga dapat dikelompokkan menjadi tiga formula. Formula A adalah formula menggunakan surfaktan polietilen glikol (400) dioleat, formula B menggunakan surfaktan polietilen glikol (400) monooleat dan formula C menggunakan surfaktan sorbitan monooleat. Ketiga formula menggunakan variasi tiga jenis minyak yaitu minyak mineral, minyak silikon dan virgin coconut oil. Pembuatan sistem emulsi tipe minyak dalam air menggunakan perbandingan fasa internal/ fasa terdispersi sekitar 20% dan fasa eksternal/fasa pendispersi sekitar 80%, dengan formulasi yang digunakan sebagai berikut : fase minyak (surfaktan 4%, cetil alkohol 1%, asam stearat 2%, minyak 13%), fase air ( metil paraben 0,1%, trietanolamin 0,1%, propilen glikol 2%, air destilasi 77,8%).

31 Fase air dan fase minyak masing-masing dipanaskan pada suhu 75 o C dan di aduk, kemudian fase air ditambahkan sedikit-sedikit ke dalam fase minyak sambil diaduk selama 1 jam dengan kecepatan pengadukan 75 rpm. Sintesis Polimer Alami Sintesis polimer alami dilakukan dengan menggunakan bahan dari alam yaitu selulosa dan chitosan. Sebelum dilakukan sintesis chitosan, maka dilakukan penentuan derajat deasetilasi dan berat molekul untuk mengetahui kemurnian chitosan yang dipakai. Sintesis polimer chitosan dilakukan dengan melarutkan chitosan dalam asam asetat 1%, kemudian ditambahkan sodium hidroksida sampai ph 9,5 pada suhu 25 o C. Selanjutnya ditambahkan 3-kloro-2-hidroksipropil trimetil amonium klorida sambil dipanaskan selama 18 jam pada suhu 60 o C. Tahap selanjutnya adalah penambahan aseton untuk penetralisir ph campuran, kemudian dilakukan penyaringan, pencucian dan pengeringan dalam oven vakum pada suhu Perbandingan antara chitosan dengan 3-kloro-2-hidroksipropil trimetil amonium klorida adalah 1:3, 1:4 dan 1:6. Diagram alir sintesis polimer chitosan kationik dapat dilihat pada Gambar 16. Sintesis polimer selulosa dilakukan dilakukan dengan melarutkan selulosa dalam iso propanol sambil diaduk selama 30 menit kemudian ditambahkan larutan sodium hidroksida, setelah diaduk selama 30 menit tambahkan larutan 3-kloro-2- hidroksipropil trimetil amonium klorida, campuran reaksi tersebut dipanaskan pada suhu 50 o C selama 2 jam dan pemanasan dilanjutkan sampai suhu 76 o C selama 15 menit.. Setelah itu tambahkan larutan asam asetat yang berfungsi sebagai penetralisir ph campuran. Tahap selanjutnya adalah penyaringan hasil campuran reaksi, pencucian dan pengeringan dalam oven vakum pada suhu 45 o C. Perbandingan antara selulosa dengan 3-kloro-2-hidroksipropil trimetil amonium klorida adalah 1:3, 1:4 dan 1:6. Diagram alir sintesis polimer selulosa kationik dapat dilihat pada Gambar 17.

32 2,5 g Chitosan + asam asetat 1% + NaOH sampai ph 9,5 dimasukkan dalam reaktor suhu 25 o C Pengadukan selama 30 menit Penambahan 3-kloro-2-hidroksipropil trimetil amonium klorida Pemanasan T=60 o C 18jam Ditambahkan 20 ml aseton Penyaringan dan pencucian dengan air sebanyak 3x Pengeringan pada T=50 o C dalam oven vakum Analisis NMR dan FTIR Gambar 16. Diagram alir sintesis polimer chitosan kationik (Cho et al., 2006) 34,3 g Selulosa + 480 ml isopropanol + 45,3 ml sodium hidroksida dimasukkan kedalam reaktor Pengadukan selama 30 menit Penambahan 45 ml 3-kloro-2-hidroksipropil trimetil amonium klorida Dipanaskan T=50 o C, 2 jam kemudian dinaikkan sampai T=76 o C, 15 min Penambahan 15 ml asam asetat Penyaringan dan pencucian dengan air sampai ph=7 Pengeringan pada T=45 o C dalam oven vakum Analisis NMR dan FTIR Gambar 17. Diagram alir sintesis polimer selulosa kationik (US Patent No 3,472,840)

33 Aplikasi Polimer Kationik Pada Formula Skin Lotion Polimer kationik selulosa amonium kuartener dengan konsentrasi 0,1%, 0,5%, 1% dan kontrol ditambahkan pada sistem emulsi dalam pembuatan skin lotion, sehingga diperoleh skin lotion yang mempunyai kestabilan tinggi dengan diameter globula emulsi tertentu. Untuk polimer kationik chitosan amonium kuartener digunakan konsentrasi 0,01%, 0,05%, 0,1% dan kontrol. Polimer kationik dari selulosa atau chitosan dilarutkan dalam fase air kemudian dipanaskan pada suhu 75 o C dan diaduk dengan kecepatan 75 rpm selama 30 menit. Fase minyak yang sudah dipanaskan pada suhu 75 o C dan diaduk dengan kecepatan 75 rpm selanjutnya ditambahkan secara pelan-pelan ke dalam fase air sambil diaduk hingga terbentuk skin lotion. Analisis dan Karakterisasi Analisis Sistem Emulsi Yang Dihasilkan Pengujian terhadap stabilitas emulsi dilakukan dengan mengamati penampakan fisik emulsi tersebut, yaitu sebagai berikut. 1. Pengamatan Terhadap Ukuran Partikel Pengamatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan Fotomikroskop. 2. Pengukuran Stabilitas Relatif Emulsi (Suryani et al., 2000) Stabilitas emulsi relatif dapat diukur dengan menggunakan tabung reaksi. Sistem emulsi dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml kemudian didiamkan kira-kira satu minggu. Selanjutnya diamati krim yang terbentuk dan dihitung volume krim berdasarkan perhitungan berikut. Stabilitas (%) = (10 volume skim)/10 x 100% 3. Viskositas (Reddy et al., 1981) Viskositas emulsi juga dapat menunjukkan kestabilan sistem emulsi. Perubahan viskositas emulsi dari viskositas semula menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pada sistem emulsi. Emulsi yang tidak stabil cenderung mengalami penurunan viskositas selama penyimpanan. Hal ini terjadi karena kerusakan emulsi menyebabkan fasa internal

34 terpisah dengan fasa eksternal. Viskositas produk diukur dengan menggunakan Viskometer Brookfield dengan laju rotasi 6 rpm pada suhu 25 o C. 4. Tegangan Permukaan dan Tegangan Antar Muka Pengukuran tegangan permukaan dan tegangan antar muka menggunakan Surface Tensiomat Model 21 Cat No 59951-14. Tegangan permukaan berkaitan dengan gaya bebas yang bekerja di antara molekul-molekul di permukaan cairan. Molekul-molekul yang berada di dalam cairan akan mengalami gaya kohesi dengan molekul cairan lain yang mengelilinginya, sehingga molekul tersebut mengalami gaya resultan yang seimbang. Namun molekul yang berada pada permukaan cairan akan mengalami gaya resultan yang tidak seimbang. Karena gaya molekul permukaan yang lebih lemah dibandingkan gaya kohesi antara molekul cairan, dengan demikian molekul cairan tersebut mengalami gaya yang mengarah ke dalam cairan, sehingga energi bebas lebih besar pada permukaan cairan. Tegangan permukaan diasumsikan sesuai dengan jumlah gaya kohesi yang bekerja antar molekul pada permukaan atau batas antar muka dari dua cairan. Analisis Hasil Sintesis Polimer Kationik Analisis terhadap hasil sintesis polimer kationik alami meliputi derajat deasetilasi dan berat molekul chitosan, analisis FTIR dan NMR chitosan dan selulosa kationik, dan kelarutan chitosan kationik. 1. Derajat Deasetilasi dan Berat Molekul Chitosan (Bastaman, 1989) Film chitosan dibuat dengan cara melarutkan 1% (b/v) chitosan dalam 1% larutan asam asetat. Larutan dikeringkan di atas glass plate pada suhu 40 o C dalam pengering vakum selama 12 jam. Film chitosan di simpan dalam desikator selama 12 jam sebelum diukur spektrum infra merahnya. Derajat deasetilasi chitosan ditentukan dengan metode base line dihitung dengan mengukur absorbansi pada frekuensi (angka gelombang) 1655 cm -1 dengan absorbansi pada frekuensi 3450 cm -1.

35 Penentuan berat molekul menggunakan persamaan Mark Houwink- Sakurada. Chitosan kationik dilarutkan dalam pelarut air pada konsentrasi 0,5 sampai 2,5 M, kemudian di ukur nilai rata-rata waktu turunnya larutan chitosan kationik tersebut dalam viskometer pada suhu kamar. 2. Analisis FTIR (Fourier Transform Infra Red) dan NMR (Nuclear Magnetic Resonance) Analisis gugus fungsi dilakukan dengan metode FTIR menggunakan alat Shimadzu-IR Prestige. Sampel di ukur pada panjang gelombang 500-4000 cm -1. Kromatogram hasil FTIR di analisa dan dibandingkan dengan standar dari literatur, sehingga diketahui gugus fungsi yang ada. Selain dengan metoda FTIR, dilakukan pula analisis dengan NMR (Nuclear Magnetic Resonance) untuk melihat ikatan antara atom C dan H dengan adanya pergeseran kimia yang khas untuk masingmasing senyawa atau komponen. 3. Analisis Kelarutan Chitosan Kationik Analisis kelarutan chitosan kationik menggunakan alat spektrofotometer UV-Visible. Chitosan kationik dilarutkan dalam air dengan konsentrasi mulai dari 0,2 sampai 20 gram/liter. Kemudian larutan tersebut diukur trasmitannya menggunakan spektrofotometer UV-Visible pada panjang gelombang 600 nm. Analisis Hasil Aplikasi Polimer Kationik Pada Formula Skin Lotion Analisis sistem emulsi formula skin lotion meliputi ukuran partikel, derajat keasaman (ph), stabilitas produk, dan total mikroba. 1. Ukuran Partikel menggunakan alat fotomikroskop 2. Derajat Keasaman (ph) (SNI 16-4952-1998) Nilai ph merupakan nilai yang menunjukkan derajat keasaman suatu bahan, standar nilai ph untuk produk lotion bayi menurut SNI 16-4952-1998 adalah berkisar antara 4,0 7,5. Sejumlah sampel dilarutkan ke dalam aquades kemudian diukur derajat keasamannya dengan ph-meter. 3. Stabilitas Produk (Barnett, 1962)

36 Uji stabilitas lotion dilakukan dengan cara menyimpan produk lotion pada suhu yang berbeda yaitu suhu kamar, 45 o C dan 50 o C selama satu bulan. Menurut Barnett (1962), emulsi suatu produk kosmetik harus stabil pada suhu 45 o C sampai 50 o C dan suhu kamar. Lotion yang telah di simpan selama satu bulan harus tetap stabil dan dapat dituang. Sejumlah bahan emulsi dimasukkan ke dalam wadah dan ditimbang beratnya. Wadah dan bahan tersebut dimasukkan dalam oven dengan suhu 45 o C dan 50 o C selama satu jam kemudian dimasukkan ke dalam pendingin bersuhu di bawah 0 o C dan dibiarkan sampai beratnya konstan. Stabilitas emulsi dapat dihitung berdasarkan rumus berikut : SE = Berat fasa yang tersisa 100% Berat total bahan emulsi 4. Total Mikroba (Tim Mikrobiologi Industri, 1993) Uji total mikroba adalah uji untuk mengetahui ada atau tidaknya mikroba dalam produk lotion. Uji bakteri ini merupakan salah satu uji yang penting karena kontaminasi dari bakteri dapat menyebabkan pemisahan, penyusutan berat produk dan bau yang tidak sedap. Secara aseptis ditimbang 1 gram lotion dan dimasukkan ke dalam larutan pengencer (garam fisiologis) kemudian dikocok. Pengenceran dilakukan sampai 10 4. Sebanyak 1 ml dari sampel tersebut diinokulasikan pada cawan petri dan ditambahkan media PCA (Plate Count Agar) sebanyak 10 sampai 15 ml. Cawan petri digoyang dan dibiarkan membeku. Inkubasi dilakukan pada suhu kamar selama 48 jam. Jumlah koloni yang tumbuh dilaporkan sebagai total mikroba. Rancangan Percobaan Kajian Pengaruh Penggunaan Polimer Kationik Pada Formula Skin Lotion Untuk pengujian stabilitas emulsi formula skin lotion digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor yaitu konsentrasi polimer kationik (chitosan kationik dan selulosa kationik) dan suhu penyimpanan.

37 Kajian suhu penyimpanan dan konsentrasi chitosan kationik terhadap stabilitas emulsi (Mattjik dan Sumertajaya, 2002) Pengaruh suhu penyimpanan dan konsentrasi chitosan kationik terhadap parameter stabilitas digunakan 3 taraf konsentrasi chitosan kationik yaitu 0,01%, 0,05% dan 0,1% serta suhu penyimpanan terdiri dari 3 taraf (suhu 25 o C, 45 o C dan 50 o C ) sebanyak dua kali ulangan, sehingga terdapat 12 satuan percobaan. α: Suhu penyimpanan β: Variasi konsentrasi chitosan kationik Model rancangan percobaan adalah sebagai berikut. Y ijk = μ + α i + β j + (αβ) ij + ε ijk Keterangan : i = 1,2,3 j = 1,2,3 k = 1,2 Y ijk = Hasil pengamatan pada ulangan ke-k dalam konsentrasi chitosan kationik ke-j pada suhu ke-i μ α i β j = Rata-rata sebenarnya = Efek taraf ke-i faktor suhu penyimpanan = Efek taraf ke-j faktor konsentrasi chitosan kationik (αβ) ij = Efek interaksi antara faktor α taraf ke-i dan faktor β taraf ke-j ε ijk = Pengaruh acak yang menyebar normal Kajian suhu penyimpanan dan konsentrasi selulosa kationik terhadap stabilitas emulsi (Mattjik dan Sumertajaya, 2002) Pengaruh suhu penyimpanan dan konsentrasi selulosa kationik terhadap parameter stabilitas digunakan 3 taraf konsentrasi selulosa kationik yaitu 0,1%, 0,5% dan 1% serta suhu penyimpanan terdiri dari 3 taraf (suhu 25 o C, 45 o C dan 50 o C ) sebanyak dua kali ulangan, sehingga terdapat 12 satuan percobaan.

38 α: Suhu penyimpanan β: Variasi konsentrasi selulosa kationik Model rancangan percobaan adalah sebagai berikut. Y ijk = μ + α i + β j + (αβ) ij + ε ijk Keterangan : i = 1,2,3 j = 1,2,3 k = 1,2 Y ijk = Hasil pengamatan pada ulangan ke-k dalam konsentrasi selulosa kationik ke-j pada suhu ke-i μ α i β j = Rata-rata sebenarnya = Efek taraf ke-i faktor suhu penyimpanan = Efek taraf ke-j faktor konsentrasi selulosa kationik (αβ) ij = Efek interaksi antara faktor α taraf ke-i dan faktor β taraf ke-j ε ijk = Pengaruh acak yang menyebar normal