BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan tempat manusia tinggal dalam upaya untuk meningkatkan status

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

BAB II KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun. dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

cukup besar bagi struktur perekonomian di Kabupaten Magelang. Data pada tahun

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas keseluruhan dari pulau-pulau di

BAB I PENDAHULUAN. Βαβ Ι Πενδαηυλυαν I TINJAUAN UMUM

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

BAB I PENDAHULUAN. ditempuh dari setiap daerah maka akan cepat mengalami perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. 1 RTRW Kota Cilegon Djoko Sujarto, Perencanaan perkembangan kota baru,penerbit ITB, 2012, hlm 16

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. prasarana penunjang kehidupan manusia yang semakin meningkat. Tolak ukur kemajuan

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional dengan bertumpu pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari zaman orde baru

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

PENDAHULUAN. pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

- : Jalur utama Bandung-Cirebon BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN INDUSTRI

I. PENDAHULUAN. mahluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pembangunan perekonomian seperti digariskan Garis-garis Besar Haluan. Negara adalah mengembangkan perekonomian yang berorientasi global

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

I. PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB 3 KARAKTERISTIK LOKASI PENELITIAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. masa sebelumnya. Menurut Sadono Sukiro (1996: 33), pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya air yaitu Air Tanah, saat ini telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyalahgunaan perizinan..., Mumtazah, FH UI, 2010.

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

I. PENDAHULUAN. lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24

This document has been created with TX Text Control Trial Version You can use this trial version for further 59 days.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang yang merupakan tempat manusia tinggal dalam upaya untuk meningkatkan status dan kualitas hidupnya. Pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi yang terjadi saat ini menimbulkan peningkatan kebutuhan akan ruang, dimana perubahan perilaku dan tuntutan aspirasi masyarakat menyebabkan perubahan pola dalam membentuk kebijaksanaan tata ruang. Idealisasinya ruang menjadi keharusan mutlak yang menggambarkan aspirasi masyarakat pengguna dan pelaku kegiatan ruang. Namun begitu, hal-hal prinsip pembentuk kebijaksanaan tata ruang cenderung tetap eksis dalam menata ruang untuk mendapatkan perimbangan yang harmonis anatara kebutuhan pengembangan dengan daya dukung sumberdaya alam dan manusianya. Terdapat beberapa kebijaksanaan tata ruang yang telah disusun sebagai pengarah dasar perkembangan wilayah Kabupaten Sumedang, yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2002-2012 Kabupaten Sumedang. Dimana penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan (UU No. 26 tahun 2007, tentang Penataan Ruang). Kebijaksanaan RTRW ini merupakan kebijaksanaan pokok yang harus ditindaklanjuti dengan kebijaksanaan tata ruang yang lebih terperinci lagi agar kebijaksanaan RTRW tersebut menjadi kebijaksanaan yang lebih informatif dan

2 aplikatif dalam menentukan arah perkembangan ruang kawasan wilayah Kabupaten Sumedang. Sumedang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, sekitar 45 km Timur Laut Kota Bandung. Berbatasan dengan Kabupaten Indramayu di Utara, Kabupaten Majalengka di Timur, Kabupaten Garut di Selatan, Kabupaten Bandung di Barat Daya, serta Kabupaten Subang di Barat. Bagian Barat Daya wilayah Kabupaten Sumedang merupakan kawasan perkembangan Kota Bandung. Kabupaten Sumedang memiliki luas 152.220 Ha dengan ketinggian tempat 26 m 100 m dpl, sebagian besar wilayahnya merupakan pegunungan dan perbukitan, kecuali di sebagian kecil wilayah Utara berupa dataran rendah. Kabupaten Sumedang memiliki 26 kecamatan dan memiliki 262 desa. Jumlah penduduknya mencapai 1.112.433 jiwa (Badan Pusat Statistik Kab. Sumedang, 2007) dengan kepadatan penduduk 717 jiwa/km². Dinamika perkembangan keruangan Kabupaten Sumedang banyak mengalami perubahan yang cukup mendasar sehingga membawa pengaruh pula pada kebijaksanaan pemerintah dalam penaataan ruang. Perubahan dalam kebijakan penataan ruang tersebut salah satunya dikarenakan kondisi sosial ekonomi di Kabupaten Sumedang banyak mengalami perubahan sehingga menuntut keserasian dan keselarasan dengan penataan ruang yang cenderung statis. Sehingga pada pelaksanaannya banyak terjadi penyimpangan ataupun ketidaksesuaian dengan pola kehidupan yang baru. Apabila dihihat dari segi fisik, Kabupaten Sumedang mengalami perkembangan wilayah yang diindikasikan dengan perubahan-perubahan luasan

3 penggunaan lahan terutama yang berhubungan dengan pembangunanpembangunan fisik sebagai penunjang kegiatan. Ketersediaan lahan dipengaruhi juga oleh pertumbuhan penduduk yang menuntut adannya peningkatan, pertambahan, dan pengembangan dari sarana dan prasarana yang dapat melayani kebutuhannya. Selain itu terdapat faktor lain yan mempengaruhi pula terhadap perubahan atau peruntukan lahan di wilayah ini, seperti adanaya zona industri, pembangunan jalan tol, (jalan lingkar baik selatan maupun utara), rencana pembangunan Waduk Jatigede, rencana peningkatan status wilayah yang meliputi Kecamatan Jatinangor, Cimangung dan sebagian wilayah kecamatan Tanjungsari menjadi kota administratif Jatinangor dan kebijaksanaan lainnya. Penataan ruang pada dasarnya merupakan implementasi dari pembangunan daerah dengan tujuan yang menyangkut kepentingan manusia yang harus diperjuangkan demi tercapainya kesejahteraan. Salah satu indikator kesejahteraan adalah perekonomian penduduk yang diartikan dengan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat, yaitu tingkat pertambahan PDB pada satu tahun tertentu melebihi tingkat pertambahan penduduknya. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita menjadi ukuran bagi tingkat kemakmuran Kabupaten Sumedang. PDRB per kapita setiap kecamatan di Kabupaten Sumedang berbedabeda dan kecenderungannya meningkat, akan tetapi data ini tidak dapat digunakan secara langsung dalam pengukuran pendapatan sehingga tidak dapat menentukan tingkat kemakmuran suatu wilayah. Perbedaan potensi sumber daya alam dan faktor produksi setiap kecamatan menjadi penyebab utama perbedaan perkembangan perekonomian.

4 Oleh karena itu, dalam pembangunan wilayah Kabupaten Sumedang yang menyeluruh perlu kebijaksanaan tata ruang yang lebih terperinci, agar dapat menjadi kebijaksanaan yang lebih informatif dan aplikatif dalam menentukan arah perkembangan ruang kawasan wilayah Kabupaten Sumedang. Sehingga dalam pelaksanaannya, kebijakan tersebut dapat dilaksanakan secara optimal, sehingga akan banyak membawa pengaruh positif bagi perkembangan kehidupan sosial, dan ekonomi masyarakat Kabupaten Sumedang. B. Rumusan Masalah Adapun untuk mengungkapkan permasalahan mengenai pengaruh kondisi sosial ekonomi terhadap perubahan tata ruang Kabupaten Sumedang, terdapat beberapa pertanyaan penelian: 1. Bagaimana kesesuaian tata ruang dengan kondisi existing penggunaan lahan di Kabupaten Sumedang? 2. Bagaimana pengaruh kondisi sosial ekonomi terhadap perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Sumedang? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kesesuaian faktual antara tata ruang dengan penggunaan lahan Kabupaten Sumedang. 2. Mengetahui secara analitik pengaruh kondisi sosial ekonomi terhadap perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Sumedang.

5 D. Manfaat Penelitian 1. Menambah wawasan pengetahuan mengenai kondisi faktual tata ruang wilayah dan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat yang menjadi subjek perubahan ruang. 2. Menjadi bahan pertimbangan bagi pihak pemerintah daerah dan pihak terkait dalam menentukan kebijakan pembangunan di Kabupaten Sumedang. 3. Sebagai penelitian awal atau rekomendasi untuk penelitian selanjutnya mengenai tata ruang. 4. Menambah wawasan bagi pengembangan ilmu pengetahuan kegeografian, khususnya bagi dunia pendidikan pada pokok bahasan yang berhubungan dengan pola keruangan desa dan kota. E. Definisi Operasional Penelitian ini berjudul Kesesuaian Tata Ruang Kabupaten Sumedang dan Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan. Judul ini untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh sosial ekonomi penduduk yang terjadi di derah penelitian dengan perkembangan tata ruang Kabupaten Sumedang dalam kurun waktu 2002-2012. Untuk menghindari penafsiran yang salah, maka di bawah ini akan dijelaskan mengenai pengaruh kondisi sosial ekonomi, dimana pengaruh adalah efek atau akibat yang timbul baik itu yang menguntungkan atau perugikan yang disengaja ataupun tidak dari suatu pekerjaan dalam hal ini sosial ekonomi

6 masyarakat yang mengalami perkembangan untuk menilai kapasitas perkembangan, memperkirakan arah perkembangan masa yang akan datang, dan menentukan alternatif terpilih dalam pemanfaatan ruang. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut: 1. Perubahan perilaku dan tuntutan aspirasi masyarakat menyebabkan perubahan pola dalam membentuk kebijaksanaan tata ruang. Idealisasinya ruang menjadi keharusan mutlak yang menggambarkan aspirasi masyarakat pengguna dan pelaku kegiatan ruang. Namun begitu, hal-hal prinsip pembentuk kebijaksanaan tata ruang cenderung tetap eksis dalam menata ruang untuk mendapatkan perimbangan yang harmonis anatara kebutuhan pengembangan dengan daya dukung sumberdaya alam dan manusianya.sehingga nantinya akan memperkuat pembangunan dan perkembangan daerah dalam bidang sosial ekonomi serta kesejahteraan yang merata pada masyarakat. 2. Kondisi sosial ekonomi dalam keterkaitannya dengan perubahan tata ruang wilayah a. Tingkat pendidikan. Pendidikan berdasarkan pendekatan ekonomi dipandang sebagai human investment atau usaha penanaman modal pada diri manusia untuk mempertinggi mutu tenaga kerja, sehingga mempertinggi mutu barang dan/ atau jasa (Syaripudin, 2006:29). b. Tingkat kesehatan. Menurut Hatta S. (1987: 25) kondisi kesehatan meliputi : Aspek kelahiran dan kondisi gizi, penyakit menular dan infeksi,

7 pengetahuan higienis dan sanitasi lingkungan, dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan. c. Tingkat pendapatan. Pendapatan merupakan salah satu faktor penentu kesejahteraan masyarakat. Tingkat pendapatan merupakan indikator yang banyak dipakai untuk melihat pembangunan secara umum. Tinggi rendahnya tingkat pendapatan akan mempengaruhi sikap masyarakat dalam mengatur prilaku ekonomi masyarakat itu sendiri. d. Mata pencaharian penduduk, diartikan sebagai aktifitas ekonomi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mata pencaharian masyarakat disuatu daerah dipengaruhi oleh faktor alam dan tata nilai yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat yang ada di wilayah tersebut. e. Sarana dan prasarana, yang dimaksud disini adalah kepemilikan akan barang-barang yang menjadi fasilitas dalam menunjang kehidupan masyarakat. Diantaranya adalah rumah sakit, sekolah, sarana peribadatan, pasar, puskesmas, rumah pribadi, alat transportasi, dan lain-lain. 3. Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan ataupun tidak. Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang sebagai suatu proses yang ketiganya tersebut merupakan suatu kesatuan sistem yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainya. 4. Adapun yang dimaksud Kabupaten Sumedang pada penelitian adalah merupakan kota administratif yang termasuk ke dalam wilayah Jawa Barat yang memiliki 26 kecamatan.

8 F. Anggapan Dasar Anggapan dasar (asumsi) menurut Pabundu (2005:18) adalah suatu pernyataan pokok yang dibuat dalam suatu penelitian dan secara umum dapat diterima kebenarannya walaupun tanpa pembuktian. Anggapan dasar pada penelitian ini adalah: 1. Perubahan perilaku dan tuntutan aspirasi masyarakat menyebabkan perubahan pola dalam membentuk kebijaksanaan tata ruang 2. Dinamika perkembangan keruangan banyak mengalami perubahan yang cukup mendasar dikarenakan adanya perubahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang menjadi unsur pokok keruangan. sehingga membawa pengaruh pula pada kebijaksanaan pemerintah dalam penaataan ruang. Daerah yang mengalami perubahan dalam struktur sosial, ekonomi, dan budaya yang cukup pesat menuntut pemanfaatan ruang yang makin banyak. 3. Peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah akan memicu tingkat kesejahteraannya dan pengendalian pemanfaatan ruang itu sendiri. G. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah kondisi sosial ekonomi memberikan pengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Sumedang.

9 H. Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan pada Laporan ini terdiri dari lima bab, yaitu : Bab I Pendahuluan, terdiri atas: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Definisi Operasional, Asumsi, Hipotesis, dan Sistematika Penulisan. Bab II Landasan Teoritis, terdiri atas: Konsep Ruang, Tata Ruang dan Penataan Ruang, Komponen Tata Ruang, Ruang Lingkup Perencanaan Tata Ruang, Faktor-Faktor Penunjang Tata Ruang, Perubahan Fungsi Lahan Dalam Tata Ruang, dan Kondisi Sosial Ekonomi dalam Penataan Ruang. Bab III Prosedur Penelitian, terdiri atas: Metode Penelitian, Populasi Dan Sampel, Variabel Penelitian, Instrumen Penelitian, dan Tehnik Analisis Data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri atas: Deskripsi Wilayah Penelitian, Tata Ruang Kabupaten Sumedang, Kesesuaian Antara Tata Ruang dan Existing Penggunaan Lahan, dan Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Sumedang. Bab V Kesimpulan dan Saran terdiri atas: Kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang dibuat berdasarkan hasil penelitian sehingga dapat ditemukan solusi terhadap masalah-masalah yang ada di lapangan.