BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

BAB 15 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB 15 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

BAB 15 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk maka ditarik tiga. kesimpulan, yakni:

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 15 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

BAGIAN I AGENDA MENCIPTAKAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

BAB II DESKRIPSI (OBYEK PENELITIAN) hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen ( ). Kelsen menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

Soal LCC 4 Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara :)

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern sekarang ini, hampir semua negara mengklaim menjadi

BAB I PENDAHULUAN. susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan

Program Sasaran

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

H. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI

PENGENALAN MAHKAMAH KONSTITUSI DAN PENDIDIKAN KESADARAN BERKONSTITUSI 1 Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 2

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. tinggi negara yang lain secara distributif (distribution of power atau

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

SIARAN PERS. Penjelasan MK Terkait Putusan Nomor 36/PUU-XV/2017

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

BAB I KEBIJAKAN KEPEGAWAIAN NEGARA SETELAH PEMERINTAHAN REFORMASI

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

keberadaan MK pd awalnya adalah untuk menjalankan judicial review itu sendiri dapat dipahami sebagai and balances antar cabang kekuasaan negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Pointers Hakim Konstitusi Prof. Dr. Arief Hidayat, S.H.,M.S. Dalam Acara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional terhadap prinsip kedaulatan rakyat. Hal ini dinyatakan dalam Pasal

CHECK AND BALANCES ANTAR LEMBAGA NEGARA DI DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA. Montisa Mariana

BAB III POLITIK HUKUM PEMBANGUNAN HUKUM TAHUN

Konferensi Pers Presiden RI Tentang Kasus Hukum Ketua MK, tgl 5 Okt 2013, di Jakarta Sabtu, 05 Oktober 2013

Demokrasi di Indonesia

Kata Kunci : Pengawasan DPRD, dan Harmonisasi Hubungan Kepala Daerah serta DPRD.

Lina Miftahul Jannah linamjannah.wordpress.com

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

Tugas Lembaga PKN. Disusun oleh: Rafi A. Naufal R. Raden M. Adrian Y.

Mewujudkan Pemilu 2014 Sebagai Pemilu Demokratis

BAB III PELAKSANAAN TUGAS DAN KEWENANGAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM (DKPP) DALAM PEMILU LEGESLATIF DI KABUPATEN

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

DESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

SISTEM POLITIK INDONESIA

GBHN = Demokrasi Mayoritas Muchamad Ali Safa at 1

EVALUASI SATU TAHUN PENYELENGGARA PEMILU

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

BAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1

KONSTITUSI DAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN

PENETAPAN KINERJA (TAPKIN)

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

BAB V. Kesimpulan. lahir dalam amandemen ketiga. Secara de facto DPD RI baru ada pada tanggal 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum dikenal adanya kewenangan uji materiil (judicial review atau

Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris

PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman *

LEMBAGA NEGARA DALAM PERSPEKTIF AMANDEMEN UUD 1945 H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

Transkripsi:

BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH A. KONDISI UMUM Keberhasilan menempatkan proses pembangunan kelembagaan politik demokrasi pada jalur dan arah yang benar selama tahun 2004 dan 2005 lalu, menuntut tanggung jawab yang tidak lebih ringan pada tahun 2006, yakni, pertama, tanggung jawab memelihara proses pembangunan kelembagaan politik demokrasi yang ada agar tetap pada jalur dan arah yang benar sesuai amanat Konstitusi; kedua, meningkatkan kualitas praktek-praktek kelembagaan yang ada agar makin mampu memenuhi harapan-harapan perbaikan dan perubahan yang ada dalam masyarakat. Berbagai wacana baru sudah berkembang di dalam masyarakat, berupa harapanharapan baru dan juga berbagai ketidakpuasan atas perkembangan dari proses-proses kelembagaan yang ada. Hal ini ditujukan baik terhadap lembaga legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Pada sisi lain berbagai persoalan dalam penerapan otonomi daerah tidak jarang menimbulkan ekses tertentu dan sikap-sikap tidak sabar dari sebagian kelompok masyarakat. Proses perubahan kelembagaan utama demokrasi baik pada tingkat horizontal (checks and balances) maupun vertikal (desentralisasi) ini jelas masih menyisakan persoalan politik dan legalitas kelembagaan yang tidak ringan. Penyelesaian produk perundangan mengenai lembaga kepresidenan serta proses pemilihan kepala daerah berdasarkan perundang-undangan yang baru (UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah) diharapkan akan mendapatkan perhatian yang cukup besar. Lebih jauh lagi, wacana yang cukup mendasar adalah harapan bagi perlunya penajaman pola kerjasama antara eksekutif dan legislatif, sehingga memperbesar kepastian politis dan memperkecil potensi kesalahpahaman yang berimplikasi negatif bagi kinerja kedua lembaga penting tersebut pada setiap persoalan yang timbul. Perlunya mekanisme kontrol politis dari parlemen seringkali belum mendapatkan keseimbangan dengan harapan bagi peningkatan efektivitas lembaga kepresidenan, serta berbagai dimensi perumusan dan penerapan kebijakan kelembagaan lainnya. Pada sisi yudikatif, lembaga yang diharapkan tetap memiliki kinerja bagus pada tahun 2006 adalah Mahkamah Konstitusi. Lembaga peradilan konstitusional ini sudah memperlihatkan wibawa yang kuat pada usianya yang relatif muda. Dukungan dari eksekutif, legislatif dan masyarakat luas diharapkan dapat membentuk lembaga

Mahkamah Konstitusi menjadi salah satu tonggak kelembagaan dalam mewujudkan demokrasi yang makin kukuh, terutama dalam perannya sebagai pengawal konstitusi (the guardian of constitution). Penyelesaian berbagai persoalan kelembagaan demokrasi yang ada, serta mempertahankan dan meningkatkan kinerja kelembagaan yang sudah mantap akan membantu menghasilkan dan melaksanakan kebijakan publik yang tepat yang diperlukan untuk menyelesaikan berbagai persoalan masyarakat yang dihadapi. B. SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2006 Sasaran Perwujudan Lembaga Demokrasi yang Makin Kukuh adalah tetap terpeliharanya momentum awal konsolidasi demokrasi yang sudah terbentuk berdasarkan hasil pemilu nasional 2004 dan kinerja pemerintah tahun 2005, melalui beberapa capaian antara lain sebagai berikut: 1. Peningkatan kualitas lembaga-lembaga penyelenggara negara dan peningkatan hubungan kerjasama yang konstruktif antar dan inter lembaga negara tersebut untuk memperbaiki kehidupan sosial politik masyarakat; 2. Peningkatan kualitas peran partai politik dan masyarakat sipil dalam mengawasi penyelenggaraan negara; 3. Berfungsinya secara penuh lembaga Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Nasional (KKR) dengan fokus pada penyelesaian beberapa kasus (1 2 kasus) pelanggaran HAM berat; 4. Terlaksananya sebagian besar (75 persen 80 persen) pemilihan umum kepala daerah secara langsung, aman dan demokratis; serta 5. Adanya peningkatan hak rakyat dalam memperoleh informasi yang proporsional, baik dan benar. C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2006 Perwujudan Lembaga Demokrasi yang Makin Kukuh pada tahun 2006 akan ditempuh melalui beberapa pokok arah kebijakan: 1. Mewujudkan pelembagaan demokrasi yang lebih kukuh melalui peningkatan capacity building lembaga-lembaga penyelenggara negara, pengembangan mekanisme kerjasama yang konstruktif di antara lembaga-lembaga tersebut; 2. Memperkuat peran masyarakat sipil (civil society) dan partai politik dalam kehidupan politik melalui fasilitasi peningkatan kualitas masyarakat sipil dan partai politik untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan negara; 3. Mewujudkan pelembagaan dan mendorong berjalannya rekonsiliasi nasional melalui pelembagaan lembaga Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi; II.14-2

4. Memperkuat kualitas kelembagaan dan meningkatkan kemandirian pelaksanaan desentraliasi dan otonomi daerah melalui fasilitasi terselenggaranya pemilihan kepala daerah; dan 5. Fasilitasi pengembangan kebebasan media dalam pelayanan informasi masyarakat melalui upaya perbaikan peraturan perundangan yang terkait dengan pers dan media massa, pengembangan sumber daya manusia komunikasi, serta terjalinnya kerjasama dengan masyarakat komunikasi dan informasi. II.14-3

D. MATRIKS PROGRAM PEMBANGUNAN TAHUN 2006 No. Program Penyempurnaan dan Penguatan Kelembagaan Demokrasi 1.065.358,5 1. Program Penyempurnaan dan Penguatan Kelembagaan Demokrasi 1. Perumusan standar dan parameter politik terkait dengan hubungan checks and balances diantara lembagalembaga penyelenggara negara; 2. Peningkatan kemampuan lembaga eksekutif yang profesional dan netral; 3. Fasilitasi peningkatan kualitas fungsi dan peran lembaga legislatif DPR, DPD dan DPRD; 4. Perumusan kerangka politik yang lebih jelas mengenai kewenangan dan tanggung jawab antara pusat dan daerah dalam konteks desentralisasi dan otonomi daerah; 5. Fasilitasi perumusan yang lebih menyeluruh terhadap semua peraturan 1. Perumusan pedoman, parameter dan standar kerja terkait dengan hubungan checks and balances antara lembaga-lembaga penyelenggara negara; 2. Peningkatan capacity building lembaga-lembaga penyelenggara negara; 3. Pengkajian untuk menyusun kerangka politik desentralisasi dan otonomi daerah; 4. Pengkajian peraturan perundangan yang berkaitan dengan ketahanan keamanan negara; Adanya peningkatan kualitas peran dan fungsi lembaga-lembaga politik dan sosial kemasyarakatan, dan terbangunnya fondasi kerjasama konstruktif antarlembaga-lembaga tersebut. Dep. Dalam Negeri, Deplu, KPU, DPR, MPR, BPN, DPD II.14-4

No. perundangan yang berkaitan dengan ketahanan keamanan negara untuk mendorong profesionalisme Polri/TNI dan menjaga netralitas politik kedua lembaga tersebut; 6. Promosi dan sosialisasi pentingnya independensi, kapasitas dan integritas lembaga Mahkamah Konstitusi dan Komisi Judicial sebagai upaya memperkuat wibawa dan kepastian konstitusional dalam proses penyelenggaraan negara; 7. Pelembagaan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi; 8. Fasilitasi pemberdayaan parpol dan masyarakat sipil yang otonom dan independen, serta yang memiliki kemampuan melakukan pengawasan terhadap proses pengambilan dan pelaksanaan keputusan kebijakan publik; serta 9. Fasilitasi pemberdayaan masyarakat agar dapat 5. Fasilitasi promosi dan sosialisasi independensi, kapasitas dan integritas Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial; 6. Fasilitasi penguatan fondasi bagi pelembagaan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi; 7. Fasilitasi peningkatan kemampuan masyarakat sipil dan partai politik. II.14-5

No. menerapkan budaya politik demokratis 2. Program Perbaikan Proses Politik 1. Perumusan standar dan parameter penyelenggaraan debat publik yang berkualitas bagi calon pemimpin nasional; 2. Perumusan standar dan parameter uji kelayakan untuk merekrut pejabat politik dan pejabat publik; 3. Perwujudan komitmen politik yang tegas terhadap pentingnya memelihara dan meningkatkan komunikasi politik yang sehat, bebas dan efektif; serta 4. Pengembangan mekanisme konsultasi publik sebagai sarana dalam proses penyusunan kebijakan Program Perbaikan Proses Politik 1. Perumusan pedoman, parameter dan standar kinerja uji kelayakan pejabat publik dan politik; 2. Fasilitasi penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dengan menitikberatkan pada adanya peningkatan komunikasi yang sehat, bebas dan efektif; serta 3. Kajian pengembangan mekanisme konsultasi publik. Tersusunnya alternatif mekanisme seleksi kepemimpinan politik yang efektif. Dep. Dalam Negeri 2.000,0 3. Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa Kegiatan Pokok: Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa Kegiatan Pokok: Meningkatnya peran pemerintah dan media massa dalam memenuhi hak rakyat untuk memperoleh informasi yang baik dan benar, serta meningkatnya kualitas sumber daya Kepresidenan, Dep. Dalam Negeri, Dep. Pekerjaan Umum, Dep. Komunikasi & Informatika, Badan 63.961,3 II.14-6

No. 1. Fasilitasi peninjauan atas aspekaspek politik terhadap UU Penyiaran dan finalisasi UU Informasi Publik serta menyiapkan perangkat peraturan pelaksanaannya; 2. Pengkajian dan penelitian bidang komunikasi dan informasi; 3. Fasilitasi peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi; serta 4. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga informasi masyarakat dan media. 1. Fasilitasi peninjauan atas aspek politik peraturan perundangan yang terkait dengan pers dan media massa; 2. Pengkajian dan penelitian yang relevan dalam rangka pengembangan kualitas dan kuantitas informasi dan komunikasi; serta 3. Fasilitasi peningkatan profesionalisme di bidang komunikasi dan informasi. manusia bidang komunikasi dan informasi dalam mendukung proses perumusan kebijakan publik Koordinasi Survai dan Pemetaan Nasional, Arsip Nasional II.14-7