BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk berinvestasi, para investor terlebih dahulu memperhitungkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis ekonomi 1998 telah banyak terjadi skandal keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. Laporan keuangan mengandung informasi informasi

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pertumbuhan perekonomian perusahaan mengembangkan praktek perataan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan berdampak pada nilai pasar perusahaan tersebut di pasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi sebagai bentuk pertanggungjawaban atas wewenang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kinerja perusahaan dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba

BAB I PENDAHULUAN. manajemen laba muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dasar akuntansi keuangan adalah untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup pesat. Sejak adanya paket-paket kebijakan yang. dikeluarkan pemerintah dan adanya UU No. 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya. Dengan mendapatkan laba yang terus meningkat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perataan laba adalah cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman yang semakin pesat telah banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak internal maupun pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. PT Bank Lippo tahun PT Bank Lippo melakukan pemalsuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. bank dalam mengelola dana (capability), integritas, dan kredibilitas manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi banyak pihak.

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal perusahaan. 1 Laporan keuangan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh perusahaan yang dilaporkan kepada pihak internal maupun

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi akuntansi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa, dagang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Keuangan merupakan hasil akhir proses akuntansi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masa-masa yang akan datang, dengan diketahuinya perkembangan keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan mempunyai fungsi utama sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan yang merupakan salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. (investor) dengan pihak yang memerlukan dana (issuer). Adanya pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak penyedia dana (investor) dan penerima dana (perusahaan). Sejalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu dan kondisi perusahaan untuk masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (Revisi 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan dan menjalankan perusahaan, sehingga perusahaan. membutuhkan laporan keuangan sebagai pegangan untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembagian laba serta capital gain. Pasar modal dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. Laporan keuangan mengandung informasi informasi

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. mikro ekonomi maupun makro ekonomi di Indonesia, sehingga perbankan

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) atas UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya dunia perekonomian di Indonesia saat ini

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting untuk pengambilan keputusan adalah laba dalam income statement.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Laporan keuangan yang menjadi sumber informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Dalam penyusunan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomis di masa depan dan lain-lain (Suhardito et al, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. bagi pengguna laporan keuangan baik internal maupun eksternal. Menurut SFAC

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DAN KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajmen Laba

BAB I PENDAHULUAN. modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari minat investor terhadap perusahaan dengan tingkat saham yang

BAB I PENDAHULUAN. Industri biasa dilakukan oleh perusahaan untuk dapat bersaing dengan kompetitornya.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh peluang pasar yang ada. Selain bersaing dengan perusahaan lokal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. yang dipimpinnya, karena baik buruknya performa perusahaan akan. minat investor untuk menanam atau menarik investasinya dari sebuah

ANALISIS PERBEDAAN PENGATURAN LABA (EARNINGS MANAGEMENT) PADA KONDISI LABA DAN RUGI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan komponen penting dalam perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa kasus praktik income smoothing (perataan laba) yang pernah terjadi,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi

BAB I PENDAHULUAN. sebab terjadinya asimetri informasi (ketidakseimbangan penguasaan informasi)

BAB I PENDAHULUAN. Di era bisnis yang berkembang seperti sekarang ini, harga saham suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Leverage, Dividend Payout Ratio dan Net Profit Margin terhadap Perataan. Laba membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu :

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha pada mulanya merupakan perusahaan perseorangan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi

BAB I PENDAHULUAN. yang efisien dapat mendukung perkembangan ekonomi, karena adanya alokasi

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi salah satu wadah berinvestasi bagi para investor. Investor yang

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keputusan operasional taktis stratejik manajerial, alat prediksi kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan investor terhadap perusahaan yang sudah go

terbaik untukbersaing dengan perusahaan lain. Hal ini dilakukan dengan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. mengukur kinerja manajemen adalah laba. Karena laba merupakan salah satu alat

BAB I PENDAHULUAN. perbankan tidak sedikit pula bank yang tutup akibat kondisi krisis ekonomi. memberikan jasanya dalam bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suwito dan Herawaty (2005) pasar modal memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bersangkutan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memberikan peluang kepada calon investor untuk menanamkan modalnya kepada perusahaan tertentu dalam waktu singkat dengan harapan mendapatkan return di masa yang akan datang. Sebelum investor memutuskan untuk berinvestasi, para investor terlebih dahulu memperhitungkan untung ruginya dan meramalkan kemungkinan hasil yang diterima dari investasi tersebut. Investor akan mencari dan menyelidiki informasi selengkap mungkin mengenai kinerja perusahaan atau prospek ekonomi atas perusahaan yang akan diinvestasikan. Sumber informasi tersebut dapat diperoleh melalui laporan keuangan, hal ini sesuai dengan tujuan laporan keuangan menurut PSAK no.1 (revisi 2009), yaitu tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Oleh karena itu, investor menggunakan laporan keuangan sebagai salah satu sumber informasi dalam mempertimbangkan keputusan investasi. Melalui laporan keuangan yang memuat informasi mengenai prestasi perusahaan di masa lalu, para investor dapat meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang akan timbul dari keputusan investasi yang diambilnya. 1

2 Salah satu hal yang mempengaruhi keputusan investor adalah informasi laba atau earning perusahaan. Sebuah perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik dapat diukur melalui perolehan earning setiap tahunnya. Namun, investor sering kali hanya mempertimbangkan kuantitas laba tanpa mengetahui kualitas dari laba tersebut. Investor hanya mempertimbangkan besarnya laba tanpa memperhatikan cara laba tersebut dihasilkan (Mirza. M, 2007). Hal ini memberikan peluang bagi perusahaan untuk melakukan penentuan besarnya laba sesuai dengan motivasi perusahaan tersebut. Selain itu, hal ini didukung oleh penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Dasar akrual dianggap lebih rasional dan adil dalam menyampaikan kinerja perusahaan secara riil. Namun di sisi lain penggunaan dasar akrual ini dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu yang disebut manajemen laba. Teori keagenan (agency theory) mengatakan bahwa hubungan agensi muncul ketika salah satu orang atau lebih (principal) memperkejakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jansen dan Meckling, 1976). Manajemen sebagai pihak yang lebih mengetahui kondisi perusahaan diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi perusahaannya kepada pemilik. Namun, karena adanya beberapa kendala menyebabkan informasi kondisi perusahaan yang diberikan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dalam

3 hal ini disebut asimetri informasi. Adanya asimetri juga mendorong pihak manajemen untuk melakukan modifikasi laba tanpa diketahui oleh pihak eksternal atau pengguna laporan keuangan. Manjemen laba atau modifikasi adalah suatu tindakan yang dipilih manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraan manajemen dan atau nilai perusahaan (firm value). Manajemen laba ini dilakukan untuk memenuhi kepentingan manajemen dengan cara memanfaatkan kelemahan inheren dari kebijakan akuntansi namun tetap berada dalam koridor standar. Salah satu bentuk tindakan manajemen laba yaitu perataan laba (income smoothing). Perataan laba dapat didefinisikan sebagai sebuah praktik yang dilakukan manajemen baik secara artificial (melalui metode dan teknik-teknik akuntansi) maupun secara riil (melalui transaksi ekonomi) yang bertujuan untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan hingga mencapai tren atau level yang cenderung stabil dari suatu periode dengan periode sebelumnya (Sulistyanto, 2008:91). Topik perataan laba (income smoothing) terkait erat dengan konsep manajemen laba (earnings management). Seperti halnya manajemen laba, penjelasan konsep perataan laba juga menggunakan pendekatan teori akuntansi positif (positive theory of accounting) dan teori keagenan. Teori ini menyatakan perataan laba (income smoothing) merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya akan meningkatkan harga saham perusahaan (Budiasih, 2009:4).

4 Perataan laba (income smoothing) mungkin telah menjadi fenomena umum yang dilakukan di banyak negara padahal hal ini dapat menyebabkan laba yang dilaporkan menyesatkan. Tejadinya krisis keuangan global pada tahun 2008 mempengaruhi laba yang diperoleh perusahaan. Dengan adanya krisis global ini membawa dampak pada hampir semua aktivitas perekonomian. Laba perusahaan mengalami penurunan dan kenaikan yang tajam. Akibat krisis global ini ada kemungkinan perusahaan melakukan tindakan perataan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang tinggi sehingga sesuai dengan target yang diinginkan. Fenomena ini menunjukkan bahwa terjadinya skandal keuangan merupakan kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan. Sejak krisis ekonomi 1998 telah banyak terjadi skandal keuangan diperusahaan publik dengan melibatkan persoalan laporan keuangan yang pernah diterbitkanya, diantaranya yang ada di Indonesia adalah kasus laporan keuangan ganda PT Bank Lippo pada tahun 2002 yang diterbitkan oleh pihak manajemen perusahaan yang melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi laba. Penyalahgunaan informasi keuangan ini banyak merugikan pihak-pihak yang berkepentingan terutama para investor yang akan menanamkan modalnya. Salah satu dampak krisis global tahun 2008 di Indonesia adalah kasus PT Bank Century dimana bank tersebut mengalami kesulitan likuiditas karena mengalami kekalahan kliring akibat adanya penarikan dana besar yang dilakukan nasabah potensial. Kalah kliring yang menimbulkan antrian panjang

5 nasabah yang kesulitan mencairkan uangnya ini juga tersiar ke publik hingga menimbulkan negative signalment. Indikasi ketidaksehatan Bank Century dimulai sejak tahun 2003, krisis tahun 2008 memicu Capital Adequacy Ratio (CAR) bank tersebut menjadi negatif 3.53%. Hal ini dapat kita lihat pada sejarah laporan keuangan bank tersebut. Pada tahun 2003 dan 2004, Bank Century menduduki posisi Non Performing Loan (NPL) terburuk yaitu 19,77% (2003) dan 13,37% (2004), meskipun pada tahun-tahun berikutnya NPL Bank Century membaik. Pada tahun 2004, Bank Century membukukan tingkat CAR terendah diantara bank lain yaitu 9,44. Pada tahun 2005, CAR Bank Century justru menurun hingga 8,08%, pada tahun 2006 mengalami peningkatan hingga 11,38% namun tetap merupakan CAR terendah diantara bank-bank lain. Pada tahun 2005, 2006 dan 2007, Bank Century juga membukukan tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) terendah yaitu masing-masing hanya 23,84%, 21,35%, dan 36,39% (www.bi.go.id). Pada 2007, portofolio efek Bank Century melebihi penyaluran kredit dengan rasio antara keduanya sekitar 140% (Rp. 4,4 triliun berbanding dengan Rp. 3,1 triliun, per September 2007). Kondisi ini terjadi akibat tidak adanya penerapan good corporate governance dan adanya praktik moral hazard. Pada September 2008, lebih dari 90% dari total efek yang dikelola jatuh tempo, sehingga sangat rentan mendatangkan risiko likuiditas bagi bank. Belakangan diketahui, banyak diantaranya tidak terbayar (default) pada saat jatuh tempo, sehingga menimbulkan kerugian besar. Semua ini mengindikasikan adanya tindakan manajemen laba melalui praktik perataan laba pada laporan

6 keuangan Bank Century. Laba yang disajikan kepada publik telah dimanipulasi sehingga publik meyakini bahwa kondisi keuangan Bank Century tetap dalam keadaan baik, padahal sebenarnya tidak seperti yang diharapkan. Dampak dari kondisi di atas adalah hilangnya kepercayaan, kerugian yang dialami nasabah dan banyak dari nasabah merasa tertipu oleh manajemen bank terebut. Hal ini juga berdampak pada information asymetry (ketidakmerataan informasi) yang disampaikan atau dilaporkan manajemen. Selain itu kasus di PT Bank Global Internasional Tbk pada tahun 2004, perusahaan ini diduga melakukan manajemen laba melaui praktik income smoothing yang mengakibatkan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) dibawah 8% naik menjadi 40% hanya dalam kurun waktu 5 bulan. (Sumber : Suara Merdeka, 21 Desember 2004). Berdasarkan kasus di atas dapat dilihat bahwa industri perbankan merupakan industri yang memiliki kecenderungan melakukan tindakan perataan laba (income smoothing). Praktik perataan laba pada industri perbankan tersebut dapat terjadi karena perusahaan dituntut untuk mampu bersaing dalam persaingan industri. Industri perbankan harus dapat tumbuh dan berkembang dalam rangka menjaga kelangsungan hidupnya dan tentunya memenangkan persaingan. Industri perbankan seringkali menjadi sorotan publik mengingat perannya sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana. Perusahaan-perusahaan perbankan lebih banyak melakukan perataan laba dibandingkan perusahaan-perusahaan non perbankan. Hal ini disebabkan oleh: (1) perbankan adalah jenis perusahaan yang berisiko tinggi. (2) bank merupakan

7 lembaga kepercayaan masyarakat. (3) bank merupakan perusahaan publik. (4) bank merupakan perusahaan yang high regulated (Agus dalam Dewi, 2010:40). Ada dua alasan yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam melakukan perataan laba yang dilaporkan. Alasan pertama arus laba yang stabil akan mampu mendukung tingkat dividen yang lebih tinggi dari pada suatu arus laba yang lebih variatif. Hal ini memberikan efek menguntungkan nilai perusahaan serta mengurangi risiko yang ada. Alasan kedua yaitu perilaku perataan laba merupakan indikasi atas kemampuan perusahaan dalam mengatasi siklus secara alami dalam mengendalikan laba yang dilaporkan dan kemungkinan dapat mengurangi korelasi antara expected return perusahaan dengan return portofolio pasar (Beidleman dalam Belkaoui, 2000:34). Praktik perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendorong manajer untuk melakukan tindakan perataan laba yaitu struktur kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal perusahaan yang dikelola (Gideon, 2005). Midiastuty dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat diterapkan dalam membatasi perilaku oportunistik manajer dalam bentuk earning management. Sartono (2001) mendefinisikan kepemilikan manajerial sebagai persentase saham yang berkaitan dengan saham dan opsion yang dimiliki oleh manajer dan direksi suatu perusahaan. Secara sistematik nilai insider ownership diperoleh dari persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh direksi dan komisaris.

8 Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing) adalah risiko keuangan. Penelitian Bitner dan Dolan (1996) mengungkapkan bahwa perusahaan yang memiliki risiko keuangan yang tinggi akan menyebabkan manajemen cenderung untuk tidak melakukan perataan laba (income smoothing) karena perusahaan tidak ingin berbuat sesuatu yang membahayakan di dalam jangka panjang. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Herni dan Susanto (2008) yang menemukan bahwa risiko keuangan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing). Namun, Suranta dan Merdistuti (2004) meneliti pemilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen terhadap tindakan perataan laba (income smoothing) dan menyimpulkan bahwa pemilihan kebijakan akuntansi tersebut dilakukan untuk menghindari pelanggaran atas perjanjian utang, sehingga perusahaan yang memiliki risiko keuangan yang tinggi akan cenderung melakukan perataan laba (income smoothsing) agar terhindar dari pelanggaran kontrak atas perjanjian utang. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Dhamar dan Aria (2010) mengenai pengaruh profitabilitas, risiko keuangan, nilai perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap perataan laba yang dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2002-2008 dengan total sampel 109 perusahaan serta menggunakan teknik analisis regresi berganda. Perbedaan yang penulis kaji dalam penelitian ini yaitu penulis mencoba membandingkan penelitian sejenis dengan penelitian dari Dhamar dan Aria. Dari perbandingan tersebut, penulis akan menguji pengaruh struktur kepemilikan

9 manajerial dan risiko keuangan terhadap praktik income smoothing. Hal tersebut dikarenakan struktur kepemilikan manajerial dan risiko keuangan masih menunjukkan hasil yang belum konsisten, sedangkan nilai perusahaan dan profitabilitas tidak diteliti karena menunjukkan hasil yang konsisten. Pada penelitian Dhamar dan Aria (2010) menunjukkan nilai perusahaan berpengaruh positif dan penelitian Nuvita Dwi Cahyani (2012) menunjukkan profitabilitas berpengaruh positif terhadap perataan laba. Selain itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2013. Periode ini digunakan untuk memperoleh nilai yang memiliki kemampuan lebih besar dalam menggambarkan praktik perataan laba pada suatu perusahaan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan memberikan judul Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial dan Risiko Keuangan Terhadap Praktik Income Smoothing. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana struktur kepemilikan manajerial pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI

10 2. Bagaimana risiko keuangan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI 3. Bagaimana praktik perataan laba (income smoothing) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI 4. Seberapa besar pengaruh struktur kepemilikan manajerial terhadap praktek perataan laba (income smoothing) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI 5. Seberapa besar pengaruh risiko keuangan terhadap praktek perataan laba (income smoothing) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI 6. Seberapa besar pengaruh struktur kepemilikan manajerial dan risiko keuangan terhadap praktek perataan laba (income smoothing) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui struktur kepemilikan manajerial pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. 2. Untuk mengetahui risiko keuangan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. 3. Untuk mengetahui praktek perataan laba (income smoothing) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

11 4. Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan manajerial terhadap praktek perataan laba (income smoothing) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. 5. Untuk mengetahui pengaruh risiko keuangan terhadap praktek perataan laba (income smoothing) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. 6. Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan manajerial dan risiko keuangan terhadap praktek perataan laba (income smoothing) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berarti bagi perkembangan kurikulum bagi mahasiswa akuntansi untuk memperluas pengetahuan mengenai struktur kepemilikan manajerial dan risiko keuangan terhadap praktek perataan laba (income smoothing). 1.4.2 Kegunaan Praktis Penelitian diharapkan dapat berguna untuk memberikan gambaran yang dapat bermanfaat secara langsung maupun tidak langsung bagi berbagai pihak, antara lain :

12 1. Bagi Penulis Dapat memberikan wawasan tentang masalah yang diteliti, sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kesesuaian fakta di lapangan dengan teori yang diperoleh. 2. Bagi Investor Sebagai bahan referensi pembanding untuk dapat dijadikan pertimbangan dalam menganalisa laporan keuangan emiten sebelum melakukan investasi strategis. 3. Bagi Emiten Dapat dijadikan sebagai petunjuk tentang pentingnya kejelasan dan kelengkapan informasi keuangan dalam publikasi laporan keuangan bagi investor. 4. Pihak Lain Memberikan tambahan pengetahuan dan menjadi bahan referensi khususnya mengenai topik struktur kepemilikan manajerial dan risiko keuangan terhadap praktek perataan laba (income smoothing).