I. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan

dokumen-dokumen yang mirip
PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. politik masih sangat terbatas. Bahkan di negara yang demokrasinya sudah mapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

MENGIKAT TALI KOMUNITAS MEMUTUS RANTAI KEKERASANTERHADAPPEREMPUAN

I. PENDAHULUAN. dalam keluarga dibanding pria. Wanita di mana-mana mencurahkan tenaganya

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, dan pola pemikiran yang berbeda. Hal inilah yang secara tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERDASARKAN FUNGSI DPRD DI KOTA SEMARANG PERIODE Oleh: Hikmia Rahadini Pradipta

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian. Hal ini dilakukan berdasarkan bahwa mereka dapat memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

I. PENDAHULUAN. setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021

ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH

BAB V KESIMPULAN. bab- bab sebelumnya maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan anak juga memiliki hak untuk ikut berpartisipasi dalam

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila tidak terbentuk begitu saja dan bukan hanya diciptakan oleh

LAMPIRAN. A. Foto-foto. Kedua gambar diatas adalah ketua sinode pertama (gambar paling atas) dan juga

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak serta kewajibannya (Abdulsyani, 2007:92) lain, hal ini sangat mempengaruhi peranannya dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

BAB 5 PENUTUP. sebagai lembaga swadaya masyarakat yang ada di wilayah Grobogan mampu

IV.B.14. Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Zico Oktorachman, 2013

PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Habiburokhman S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Negara Indonesia ini terdapat berbagai macam suku bangsa, adat istiadat, pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan perempuan dan laki-laki di Indonesia bukanlah perkara mudah. Banyaknya suku dengan berbagai adat istiadat inilah yang telah mengkonstruksi perempuan dan laki-laki. Dari berbagai suku dan adat istiadat tersebut masih akan ditambah lagi dengan konstruksi masyarakat yang dibentuk oleh perbedaan kelas sosial, agama dan politik (Murniati, 2004:85-86) Sebagian masyarakat Indonesia menganut budaya patriarki, seperti contoh saja masyarakat Jawa pada awalnya menganut budaya bilineal yakni posisi lakilaki dan perempuan sama haknya dalam mengambil keputusan. Namun pada masyarakat Jawa lain, mempunyai ciri masyarakat yang berbeda, perubahan hubungan antara perempuan dan laki-laki di masyarakat desa yang bilineal berubah menjadi patrilineal (Murniati, 2004:87-89). Budaya patriarki yang telah mengakar di Negara Indonesia menjadikan maskulinitas sangat dominan dimanapun. Nilai-nilai dominan inilah yang menjadi kriteria dalam dunia politik. Hal ini dapat terlihat secara kasat mata pada kebijakan banyak yang diambil tanpa mementingkan kaum perempuan

2 dan tidak pro terhadap perempuan. Selain itu cara penyelesaian konflik dalam memperebutkan kekuasaan adalah merupakan contoh budaya patriarki yang dominan dalam panggung politik. (Sumber: jurnal ilmiah: http://apssisosiologi.org. Argyo Demartoto, diakses pada hari senin, 04 Januari 2015 pukul 01.13) Provinsi Lampung memiliki keragaman budaya. Masyarakat Lampung ialah masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai komunitas etnis yang masingmasing masih memiliki eksistensi nilai-nilai budaya cukup kuat sebagai referensi pola persepsi, sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari baik secara individual maupun kelompok. Nilai-nilai budaya tersebut berpengaruh dalam konteks kehidupan berpolitik baik mendorong ataupun menghambat. (sumber jurnal ilmiah: http://apssi-sosiologi.org. Sindung Haryanto. Diakses pada Hari Senin, 04-Januari-2015. Pukul 11.46 WIB) Pada dasarnya budaya patriarki berlaku secara menyeluruh pada semua budaya, namun demikian terdapat variasi di dalamnya. Variasi tersebut meliputi berbagai aspek seperti misalnya: jenis-jenis pekerjaan domestik tertentu yang boleh dilakukan laki-laki, jenis-jenis pekerjaan publik tertentu yang boleh dimasuki perempuan, relasi laki-laki dan perempuan dalam pembuatan keputusan rumah tangga, nilai-nilai yang berkaitan dengan relasi gender dan sebagainya.

3 Variasi tersebut yang perlu dipahami mengingat perbedaan tersebut memiliki implikasi kebijakan yang berbeda. (sumber jurnal ilmiah: http://apssisosiologi.org. Sindung Haryanto. Diakses pada Hari Senin, 04-Januari-2015. Pukul 11.46 WIB) Dalam jurnal penelitian Sindung Hariyanto, yang meneliti tentang etnisitas perempuan dalam bidang politik yang di lakukan di Desa Gedung Agung (Tanggamus) sebagai wakil dari etnis Semendo, dan Kelurahan Metro Timur sebagai wakil dari etnis Jawa. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa secara umum terdapat perbedaan peran politik perempuan antara perempuan etnis Semendo dan Etnis Jawa. (sumber jurnal ilmiah: http://apssi-sosiologi.org. Sindung Haryanto. Diakses pada Hari Senin, 04-Januari-2015. Pukul 11.46 WIB) Dalam pengambilan keputusan dalam keluarga, etnis Semendo dan etnis Jawa hampir mendekati kesamaan, yaitu ada pada perempuan. Sedangkan dalam bentuk komunikasi politik, etnis Semendo dan etnis Jawa juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan yaitu adanya musyawarah terlebih dahulu dalam menentukan pilihan politik, bahkan peran perempuan lebih tinggi dalam menentukan pilihan politik. Selanjutnya mengenai sosialisasi politik etnis Semendo tidak banyak memberikan pengarahan kepada anaknya dalam rangka menentukan pilihan politiknya. Sedangkan etnis Jawa lebih banyak memberikan pengarahan kepada anaknya dalam menentukan pilihan Dalam sosialisasi politiknya etnis semendo terlihat lebih baik dari etnis Jawa karena memberikan kebebasan dalam menentukan pilihan politik kepada

4 anaknya. Namun etnis Jawa lebih kosmopolitan dalam menunjukan kesetaraan gender di banding perempuan etnis Semendo. Secara umum penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa perempuan di kedua etnis hampir tidak menemui hambatan yang berarti dalam mengikuti kegiatan politik. (sumber jurnal ilmiah: http://apssi-sosiologi.org. Sindung Haryanto. Diakses pada Hari Senin, 04-Januari-2015. Pukul 11.46 WIB) Di Lampung, peran perempuan khususnya dalam bidang politik, selalu menarik untuk dibahas, apa lagi masyarakat ini masih menganut budaya patriarki yang sangat kuat. Peran dan partisipasi perempuan dalam segala bidang terasa perlu terus didorong naik ke permukaan. Bagaimana stereotip terhadap perempuan sebagai kaum yang selalu dianggap lemah, tidak patut mengatur dan memimpin, tidak memerlukan pendidikan tinggi karena hanya akan berada di rumah dan sebagainya itu mendegradasi serta terus menihilkan peran perempuan dalam kehidupan sosial politik juga kepemimpinan dalam masyarakat (Radar Lampung, Rabu, 29 Januari 2014) Hadianti mengatakan, partisipasi politik perempuan tidak melulu harus ikut serta ke dalam partai politik atau menjadi calon anggota legislatif atau secara profesional masuk dalam struktur politik. Selanjutnya, ia mengatakan juga bahwa: Namun lebih subtantif dan harus dilihat adalah sejauh mana elektabilitas dari legitimasi konstitusional mampu mengakomodasi hak-hak

5 kaum perempuan. Salah satu yang paling krusial adalah hak memilih dan dipilih dalam struktur kehidupan sosial politik masyarakat (Radar Lampung, Rabu 29 Januari 2014). Selanjutnya, mengutip pernyataan dari guru besar Universitas Hasanudin Farida Nurland yang mengidentifikasi beberapa masalah dan kendala dalam partisipasi politik perempuan. Pertama, budaya Indonesia yang kental dengan budaya Feodalistik dan Patriarki. Kedua, masyarakat Indonesia memiliki pemahaman dan penafsiran yang konservatif tentang ajaran-ajaran agama. Ketiga, hegemoni negara masih sangat dominan, hal ini tercermin dari lembaga-lembaga negara yang melestarikan budaya patriarki disegala tingkatan (Radar Lampung, Rabu 29 Januari 2014) Berdasarkan pengalaman pribadi penulis dengan melihat lingkungan dimana penulis tinggal di Desa Gunung Sugih Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran, pada masyarakat etnis Lampung anak laki-laki etnis Lampung sangat diperlakukan istimewa dan diperjuangkan hak pendidikannya, sedangkan anak perempuan tidak diberikan kesempatan untuk pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari penduduk perempuan etnis Lampung yang berjumlah 1293 jiwa dari keseluruhan penduduk perempuan di Desa Gunung Sugih sebesar 1790 jiwa. (Data Desa, tahun 2015) Lulusan Sekolah Menengah Pertama (selanjutnya disingkat SMP) sebesar 743 jiwa, selanjutnya lulusan Sekolah Dasar (selanjutnya di Singkat SD) dan tidak bersekolah total sebesar 233 jiwa, tingkat Sekolah Menengah Atas (selanjutnya disingkat SMA) 234 jiwa dan tingkat pendidikan S1 hanya

6 sebesar 83 jiwa. dibanding dengan laki-laki etnis Lampung yang berjumlah 1165 jiwa tingkat pendidikan S1 lebih banyak dari pada perempuannya yaitu sebesar 732 jiwa. (Data Desa, Tahun 2015) Setelah lulus dari SMP perempuan merasa cukup untuk sekolah dan orang tua pun tidak mendukung anak perempuannya untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu, sangat wajar jika kekurangan potensi perempuan etnis Lampung di Desa Gunung Sugih yaitu salah satunya dikarenakan kurangnya pendidikan hal tersebut berdampak pada munculnya rasa minder untuk terjun ke sektor publik. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa perempuan di desa ini begitu pasif. Apakah memang perempuan tidak tanggap ataukah ada larangan dari pihak aparatur desa. Hal ini menjadi sebab penulis tertarik untuk meneliti proses budaya politik yang berjalan di Desa Gunung Sugih Kecamatan Kedondong, Kabupaten Pesawaran. Pada pengamatan awal penulis, terhadap tingkah laku perempuan etnis Lampung di Desa Gunung Sugih Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran yakni dengan bertepatan dengan lokasi tempat tinggal penulis. Bahwa perempuan etnis Lampung di desa ini memang sangat menjaga kehormatannya di depan laki-laki (suami) dengan tidak pernah memban tah apa kata suami, mengurusi anak-anaknya setiap hari dengan baik, mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik. Perempuan di desa ini sangat takut dianggap membangkang jika tidak menuruti apa kata laki-laki (suami).

7 Bahkan dalam urusan politik pun harus ikut apa kata laki-laki (suami/ayah) tidak ada sistem demokrasi di dalam keluarga. Dalam pengambilan keputusan di ranah publik laki-laki selalu mendominasi kaum perempuan, seperti halnya di ranah publik, contoh musyawarah desa atau rapat desa tidak pernah terlihat kaum perempuan etnis Lampung ikut hadir bahkan ikut andil dalam pengambilan keputusan. Hal ini menunjukan bahwa perempuan di desa ini tidak pernah dilibatkan dalam urusan publik. (Data Kehadiran Rapat Desa) Perempuan terlihat kurang gerak dan berkembang di desanya sendiri dikarenakan kekuatan budaya patriarkinya. Banyak hak-hak yang terenggut dari perempuan. Jika dalam urusan desa saja perempuan tidak mampu ikut serta, apa lagi dalam konteks yang luas seperti berpolitik pada tingkat daerah, provinsi bahkan nasional. Meskipun tidak selalu terdapat korelasi antara budaya/ideologi patriarki dengan sistem kekerabatan masyarakat, terdapat dugaan cukup kuat yang melandasi pemikiran penulis untuk meneliti tentang budaya politik perempuan etnis Lampung di Desa Gunung Sugih Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran. Karena penulis melihat keterlibatan perempuan di Desa Gunung Sugih ini sangat kurang. Perempuan etnis Lampung di Desa Gunung Sugih ini merasa apapun keputusan yang diambil oleh pihak laki-laki adalah keputusan akhir, sehingga perempuan tidak dapat lagi menyampaikan pendapatnya, dengan kata lain

8 perempuan tidak dianggap atau dirasa cukup untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga saja sehingga apapun keputusannya dan apapun hasilnya perempuan mau atau tidak mau harus menerimanya. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan antara sistem kekerabatan dengan drajat kekentalan ideologi patriarki yang berkembang di suatu masyarakat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana budaya politik perempuan etnis Lampung di Desa Gunung Sugih Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran?. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui budaya politik perempuan etnis Lampung di Desa Gunung Sugih Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat member kontribusi dan pemikiran bagi studi ilmu pemerintahan sehingga dapat mengembangkan teori-teori khususnya teori gender dan budaya politik. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pemerintahan desa dan masyarakat Desa Gunung Sugih Kecamatan Kedondong Kabupaten

9 Pesawaran dalam melibatkan perempuan dalam urusan politik di desa atau urusan pemerintahan di desa tanpa membedakan atau melihat dari latar belakang etnis, sehingga kualitas diri perempuan di desa menjadi semakin terlihat dan dapat ikut serta membangun kehidupan politik dan pemerintahan yang lebih berwarna.