PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MATERI KUBUS PADA PESERTA DIDIK SMP NEGERI 9 BANDA ACEH Roslina 1 Khairul Asri 2 Dosen Pendidikan Matematika Universitas Serambi Mekkah 1 Dosen Pendidikan Matematika Universitas Serambi Mekkah 2 ABSTRAK Peneliti ini berjudul Pembelajaran Problem Based Learning Materi Kubus Pada Peserta Didik SMP Negeri 9 Banda Aceh. Masalah yang diangkat bagaimana pembelajaran Problem Based Learning materi Kubus pada peserta didik SMP Negeri 9 Banda Aceh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembelajaran Problem Based Learning materi Kubus pada peserta didik SMP Negeri 9 Banda Aceh. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitaif. Adapun jenis penelitian adalah penelitian preeksperimen dengan desain one-shot case study. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 Banda Aceh kelas VIII. Instrumen dalam penelitian ini berupa soal tes berbentuk subjektif (soal uraian). Soal tes tersebut adalah tes yang diberikan setelah materi sub pokok bahasan tersebut selesai. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t satu pihak (uji pih ak kanan) dengan taraf signifikan α = 0,005 untuk mengetahui ketuntasan belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 9 Banda Aceh dalam memahami kubus dengan pembelajaran Problem Based Learning. Berdasarkan hasil pengolahan data dan tinjauan terhadap hipotesis diperoleh bahwa >, yakni 13.67 > 1.697, yang berarti bahwa dengan pembelajaran Problem Bassed Learning (PBL) materi kubus pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Banda Aceh telah mencapai ketuntasan. Kata Kunci : Problem Based Learning, materi Kubus PENDAHULUAN Kubus merupakan salah satu materi yang terdapat di dalam pembelajaran matematika SMP di kelas VIII. Kubus termasuk pelajaran yang penting dalam matematika yang harus dipelajari oleh peserta didik guna untuk melatih peserta didik terampil dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan kubus, seperti dapat menghitung luas rumah, mengetahui berapa banyak isi dari suatu kotak, dan sebagainya. Namun sekarang dapat dilihat, bahwa materi kubus masih sangat sulit dipahami oleh peserta didik SMP/MTsn umumnya. Berdasarkan pengamatan awal di sekolah-sekolah dan di lingkungan tempat tinggal diperoleh informasi bahwa terdapat banyak masalah pada pembelajaran 190
materi kubus. Beberapa masalah diantaranya yaitu peserta didik masih sulit membedakan unsur-unsur kubus yaitu bidang diagonal dan diagonal bidang, sehingga terdapat banyak kesulitan untuk melanjutkan ke pembelajaran selanjutnya. Hal Ini dikarenakan peserta didik tidak melihat contoh langsung dalam kehidupan nyata antara bidang diagonal dan diagonal bidang serta cara mengajar guru yang masih memakai metode konvensional sehingga pada materi kubus guru jarang sekali memberikan contohcontoh yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari kepada peserta didik. Keberhasilan suatu pembelajaran bergantung dari peran guru dalam memberikan stimulusstimulus. Hal ini tergantung dari pemilihan metode dan model pembelajaran yang dipilih oleh seorang guru. Pemilihan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi peserta didik merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini disadari oleh asumsi bahwa ketepatan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar peserta didik, guru harus menggunakan metode yang tidak saja membuat proses pembelajaran menarik, tapi juga memberikan ruang bagi peserta didik untuk berkreativitas dan terlibat secara aktif sepanjang proses pembelajaran. Sehingga aspek 191 kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik dapat berkembang maksimal secara bersamaan tanpa mengalami kesulitan salah satunya. Mulyasa (2007:56) menyatakan penggunaan model yang tepat akan turut menentuan efektifitas dan efesiensi pembelajaran, pengguanaan metode yang bervariasi akan sangat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini juga senada dengan pernyataan Djamarah dan Aswan (202:82) kedudukan metode pengajaran sebagai alat motivasi intrinsik, sebagai pengajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Model Problem Based Learning (PBL) dapat digunakan untuk proses pembelajaran matematika khususnya kubus, karena dapat membantu peserta didik mengaitkan materi pembelajaran dengan permasalahan di dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran dan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret. Dengan pengalaman tersebut dapat digunakan pula pemecahan masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik. PBL adalah suatu metoda pembelajaran di mana siswa sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student centered. Baik isi
maupun proses pembelajaran sangat ditekankan dalam PBL (Rahayu, 2005). Hal ini juga senada dengan pernyataan Nurhadi (2004:109) Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan dalam pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik bukan pada guru, artinya peserta didik lebih banyak aktif di dalam pembelajaran. Menurut Tan (2004:7) PBL merupakan pembelajaran aktif progresif dengan pendekatan yang terpusat pada peserta didik dimana masalah yang tidak terstruktur (dunia nyata atau masalah kompleks tersimulasi) digunakan sebagai titik awal dan batas pada proses pembelajarannya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melanjutkan penelitian dengan judul Pembelajaran Problem Based Learning materi kubus pada peserta didik SMP Negeri 9 Banda Aceh KERANGKA TEORETIS a. Pengertian Pembelajaran Problem Based Learning Di dalam dunia pendidikan, dikenal dengan adanya student center yaitu pembelajaran yang 192 berpusat pada siswa peserta didik. Student center ini adalah pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk lebih aktif dan mandiri dalam mencari informasi tentang materi yang diajarkan. Di sini guru hanya sebagai fasilitator saja. Student center ini bisa dikembangkan lagi diantaranya adalah Pembelajaran Berbasis Masalah atau yang biasa disebut dengan Problem Based Learning (PBL) yang baru-baru ini sudah terkenal di kalangan dunia pendidikan. PBL pertama kali diperkenalkan di McMaster University School of Medicine Kanada pada tahun 1969, sebagai salah satu upaya menemukan solusi dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai situasi yang ada. Menurut Riyanto (2010:285) P BL adalah suatu model pembelajaran yang dirancang dan dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah. Menurut Arends (dalam Trianto, 2009:92) PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri. Berdasarkan uraian tersebut bahwa Problem Based Learning (PBL) menggunakan masalah dunia nyata sebagai bahan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir mereka dalam memecahkan
masalah tersebut. Selain itu, lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedang saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman yang diperoleh dari lingkungan akan memberikan bahan dan meteri guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman tujuan belajarnya. b. Karakteristik Pembelajaran Problem Based Learning Menurut Taufiq Amir (2009:22) Karakteristik yang tercangkup dalam proses PBL adalah : 1. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran 2. Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang (illstructured) 3. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspective). Solusinya menuntut pemelajar menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa bab perkuliahan (SAP) atau lintas ilmu ke bidang yang lainnya. 4. Masalah membuat pemelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran si ranah pembelajaran yang baru. 5. Sangat mengutamakan 193 belajar mandiri (self directed learning) 6. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja. Pencaraian, evaluasi serta penggunaaan pengetahuan ini menjadi kunci penting. 7. Pembelajrannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Pemelajar bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching) dan melakukan presentasi Sedangkan Menurut Arends (dalam Trianto, 2009:93) ciri-ciri pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut: 1. Pengajuan pertanyaan atau masalah, PBL mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa; 2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin, masalah yang telah dipilih dan akan diselidiki benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau permasalahan itu dari banyak mata pelajaran; 3. Penyelidikan autentik, PBL mengharuskan siswa melakukan penyelidikan
autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata; 4. Menghasilkan suatu produk dan memamerkannya, PBL menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temui; 5. Kolaborasi, PBL dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Berdasarkan uraian di atas bahwa ciri dari pembelajaran PBL adalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan keterkaitan antardisiplin, penyelidikan autentik, kerja sama, dan menghasilkan karya dan peragaan. Pembelajaran PBL tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyakbanyaknya kepada peserta didik tetapi dirancang untuk peserta didik mencari dan menemukan sendiri setiap permasalahan yang diberikan. c. Penerapan Pembelajaran PBL pada Materi Kubus Melalui penerapan PBL pada pembelajaran kubus, sebelum memulai pembelajaran guru membentuk kelompok kecil beranggotakan 3 sampai 4 orang. Kelompok kecil ini haruslah heterogen, memiliki kemampuan 194 akademis yang tinggi, sedang dan rendah yang dimaksudkan untuk dapat membantu dalam kegiatan pembelajaran. Bekerja dalam kelompok membantu peserta didik untuk belajar berdiskusi, menerima pendapat orang lain, dan mempertimbangkan solusi yang paling tepat. Peserta didik yang memiliki kemampuan akademis tinggi atau sedang dapat membimbing peserta didik dengan kemampuan akademis rendah. Sementara itu, peserta didik yang memiliki kemampuan akademis sedang akan mengalami peningkatan kemampuan akademis karena memperoleh pengalaman membimbing peserta didik yang berkemampuan lebih rendah, juga sekaligus karena memperoleh bimbingan dari peserta didik yang berkemampuan akademis lebih tinggi. Kemudian peserta didik yang berkemampuan akademis tinggi juga akan mengalami peningkatan kemampuan akademis karena telah membantu mengarahkan temantemannya yang berkemampuan akademis rendah atau sedang. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran secara umum mengacu pada sintaks PBL dalam kegiatan kelompok yang dikemukakan Trianto (2009). Dalam tabel berikut terdapat uraian langkah-langkah penerapan PBL pada proses pembelajaran kubus di kelas.
Tabel Langkah-langkah penerapan PBL dalam Materi Kubus Bagian Tahap Aktivitas Guru 1. Membagikan LKPD mengenai cara menentukan luas permukaan kubus dari suatu masalah nyata. Tahap-1 2. Membimbing peserta didik untuk mengingat hal Orientasi siswa atau masalah yang berkaitan dengan masalah pada masalah mengenai materi kubus 3. Menanyakan kepada peserta didik tentang apa yang diketahui mengenai materi kubus Kegiatan Inti Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun Tahap-4 Mengembangk an dan menyajikan hasil karya Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi Dengan demikian maka dapat diyakini bahwa dengan penerapan PBL dalam pembelajaran di kelas yang sesuai dengan langkah-langkah sebagaimana terlihat dalam tabel di atas tampak telah mencerminkan pembelajaran yang bersifat student centered learning sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pada peserta didik. 1. Meminta peserta didik melaksanakan diskusi kelompok 2. Membimbing peserta didik untuk menemukan rumus luas permukaan kubus dari permasalahan yang ada pada LKPD dengan menggunakan kotak kue yang berbentuk kubus 3. Membimbing peserta didik untuk dapat menentukan 1. Memulai diskusi kelas mengenai tindakan yang telah dipilih. 2. Peserta didik melakukan percobaan sesuai permasalahan pada LKPD 3. Mendorong peserta didik untuk berpikir, 1. Membantu peserta didik menentukan strategi pilihan dari hasil diskusi kelompok 2. Meminta peserta didik memeriksa kembali jawaban dan prosedur solusi mereka. 3. Meminta peserta didik menyimpulkan strategi 1. Membantu peserta didik untuk mengecek kembali hasil diskusi mereka 2. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka. 195 METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Hal ini disebabkan untuk melihat ketuntasan belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 9 Banda Aceh yang diajarkan dengan Problem Based Learning pada materi Kubus. Penelitian kuantitatifnya dapat dilihat pada penggunaan angka-angka di saat pengumpulan data, penafsiran terhadap data dan penampilan dari
hasilnya Arikunto, (2013: 27). Adapun jenis penelitian adalah penelitian pre-eksperimen dengan desain one-shot case study. Pada penelitian ini yang akan menjadi subjek penelitian adalah satu kelas dengan satu kali tes setelah pembelajaran, sehingga digolongkan dalam desain one-shot case study. Hal ini sesuai dengan Arikunto (2013:124), yang menyatakan bahwa rancangan studi kasus satu tembakan adalah sebuah eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok perbandingan dan juga tanpa tes awal. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 Banda Aceh yang beralamat di Jalan Neusu Banda Aceh. Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah kelas VIII SMP Negeri 9 Banda Aceh. Sedangkan sampel adalah bagian atau yang mewakili dari populasi yang diteliti. Berdasarkan pengertian tersebut, yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah satu kelas yang dipilih secara random (acak). Instrumen dalam penelitian ini berupa soal tes berbentuk subjektif (soal uraian). Soal tes tersebut adalah tes yang diberikan setelah materi sub pokok bahasan tersebut selesai. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t satu pihak (uji pihak kanan) dengan taraf signifikan α = 0,005 untuk mengetahui ketuntasan belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 9 Banda Aceh dalam memahami kubus dengan pembelajaran Problem Based Learning. HASIL PENELITIAN Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar setelah peneliti menerapkan pembelajaran Problem Bassed Learning (PBL). Tes tersebut berbentuk uraian yang berjumlah 5 soal dan waktu yang diperlukan dalam melaksanakan tes ini adalah 2 x 40 menit. Berikut ini adalah data hasil tes 31 orang siswa kelas VIII.2 yang menjadi sampel dalam penelitian ini dan di sajikan dalam tabel berikut. 196197
Tabel Data Nilai Tes Pembelajaran Problem Bassed Learning Materi Kubus Pada Siswa SMP Negeri 9 Banda Aceh No Kode Siswa Nomor Soal dan Skor Jumlah Persentase Ketuntasan 1 2 3 4 5 Skor (%) T TT 1 A 10 13 20 25 30 98 98-2 AA 10 7 20 25 30 92 92-3 ABF 10 13 20 25 30 98 98-4 AF 10 7 20 25 20 92 92-5 AH 0 7 20 25 30 82 82-6 AHY 0 13 20 15 30 78 78-7 AHR 10 11 20 25 30 96 96-8 AR 10 11 20 25 30 96 96-9 DDP 10 11 20 25 30 96 96-10 DSA 10 13 20 25 30 98 98-11 DSAN 10 9 20 25 25 89 89-12 DJH 10 13 20 25 30 98 98-13 FD 10 11 20 15 25 81 81-14 FS 10 9 20 25 30 94 94-15 GZ 10 13 20 25 30 98 98-16 HA 10 9 20 25 25 79 79-17 HH 10 11 20 25 30 96 96-18 IFR 10 7 20 25 30 92 92-19 M 10 7 20 25 30 92 92-20 MF 0 13 20 25 30 83 83-21 MR 0 5 20 25 30 95 95-22 MT 10 13 20 25 30 98 98-23 NI 10 4 10 25 30 86 86-24 NM 10 9 20 25 25 89 89-25 NS 10 13 20 25 30 98 98-26 PA 10 13 20 25 30 98 98-27 RZF 10 0 20 25 30 85 85-28 UF 10 11 20 25 25 91 91-29 UW 10 13 20 25 30 98 98-30 YM 10 11 20 15 25 81 81-31 ZY 10 11 20 25 30 96 96 - Jumlah ( ) 270 311 610 745 890 2843 2843 31 - Rata Rata ( ) 8.70 10.03 19.68 24.03 28.71 91.70 91.70 Persentase (%) 87 77 98,4 96,12 82,02 93,57 93,57 Ketuntasan T T T T T T T 197 198
Dari hasil tes materi kubus pada siswa SMP Negeri 9 Banda Aceh terlihat bahwa semua siswa tuntas dan telah mampu menyelesaikan soal kubus, dengan mendapat nilai di atas KKM yaitu 75. Data yang telah terkumpul sebelum dianalisis menggunakan uji-t maka terlebih dahulu data di uji normalitas. Dalam uji normalitas sebaran data dikatakan berdistribusi normal jika <. Untuk menguji normalitas digunakan uji ( 2 ) dengan menggunakan rumus: = ( ) Hasil normalitas = 9.7587 sedangkan dengan = 6 1 = 5 pada taraf signifikan = 0,05,, ( ) = 11,1, karena < yaitu 9.7587 < 11,1, maka dapat disimpulkan bahwa: nilai hasil tes siswa SMP Negeri 9 Banda Aceh setelah Pembelajaran Problem Based Learning materi kubus berdistribusi normal. Tahap selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan memakai uji-t. Menurut Sudjana (2002:193) dapat digunakan statistik uji-t sebagai berikut: = Hipotesis menggunakan uji pihak kanan. Dalam hal ini tolak jika > ( ), dengan didapat dari daftar distribusi t 198 191 menggunakan peluang (1 ) dan = ( 1). Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa = 13.67 dengan nilai α = 0.05, = (31 1) = 30, daftar distribusi t menunjukkan t (0.95)(30) = 1.697 (ini didapat dari daftar distribusi t dengan jalan maju ke kanan dari 30 dan menurun dari 0.95, sehingga 13.67 > 1.697. Dengan demikian jelas bahwa hipotesis H 0 ditolak dan menerima H a. Disimpulkan hasil pengujian hipotesis adalah dengan pembelajaran Problem Based Learning materi Kubus pada peserta didik SMP Negeri 9 Banda Aceh telah mencapai ketuntasan. SIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan tinjauan terhadap hipotesis diperoleh bahwa >, yakni 13.67 > 1.697, yang berarti bahwa dengan pembelajaran Problem Bassed Learning (PBL) materi kubus pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Banda Aceh telah mencapai ketuntasan. Nilai rata-rata hasil tes siswa dalam menyelesaikan luas permukaan dan volume kubus adalah 91.27. dengan demikian semua siswa telah mencapai angka rata-rata hasil tes dari kriteria yang diterapkan yaitu 75. b. Saran Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka perlu kiranya penulis memberikan saran
yang bermanfaat dalam rangka peningkatan mutu pendidikan disekolah. 1. Diharapkan kepada guru bidang studi matematika khususnya, dapat menggunakan metode mengajar yang tepat dan mudah diserap oleh siswa dalam menyampaikan materinya. 2. Hendaknya guru mampu membangkitkan motivasi siswa dalam mempelajari matematika, yaitu dengan cara menggunakan model atau pendekatan yang bervariasi. 3. Diharapkan kepada guru, khususnya guru matematika SMP Negeri 9 Banda Aceh untuk dapat menerapkan model pembelajaran PBL pada materi lain yang sesuai, agar semangat belajar siswa semakin meningkat terhadap pelajaran matematika. 4. Bagi guru yang ingin menerapkan pembelajaran PBL agar dapat memenuhi langkah-langkah dari pembelajaran PBL agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka cipta Djamarah, Saiful Bahri. dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Mulyasa. (2007). Menjadi Guru Profesional. Jakarta:Rineka Cipta. Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004 Pertanyaan & Jawaban. Jakarta: Grasindo. Rahayu, Gandes Retno. 2005. Pembelajaran Berpusat Mahasiswa. Yogyakarta : Pusat pengembangan 199 191 pendidikan Universitas Gadjah Mada. Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Tan, Oon Seng. 2004. Cognition, Metacognition, and Problembased Learning. Dalam Tan, Oon Seng (Ed). Enhancing Thinking trough Problem Based Learning Approaches International Perspectives (hal. 1-16). Singapura: Chengange Learning. Trianto. 2009. Mendesain model pembelajaran inovatifprogresif. Jakarta: Kencana