BAB I PENDAHULUAN. Dinamika sosial merupakan problematika yang biasa dalam era persaingan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah produktivitas parsial di PT.

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMAKASIH...v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR...

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat oleh karena itu menuntut setiap perusahaan untuk selalu

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS BERDASARKAN MODEL MUNDEL DAN APC UNTUK MENCIPTAKAN KEUNGGULAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus : PT.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PEDAHULUAN. perlu adanya peningkatan performansi produksi agar mampu. efisien sumber daya yang ada untuk mencapai hasil yang optimal.

perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Produktivitas dapat menjadi suatu indikator

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN METODE THE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER (APC) (Studi Kasus di PT. Iskandar Tex, Surakarta)

ANALISIS PRODUKTIVITAS UD ASIKIE MONDE KABUPATEN NGANJUK MENGGUNAKAN MODEL MARVIN E. MUNDEL

ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARVIN E. MUNDEL DI PTPN IV PKS PABATU, TEBING TINGGI

BAB II KERANGKA TEORETIS

ANALISIS PRODUKTIVITAS PARSIAL TERHADAP LABA DI PERUSAHAAN

JURNAL ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN MODEL MARVIN E. MUNDEL (STUDI KASUS PADA UD. BALLISTA TAHU CHIPS DI KEDIRI)

atau keluaran yang dihasilkan dari proses.

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan dan mempertahankannya agar perusahaan tersebut berkembang. kebutuhan pelanggan sehingga pelanggan puas.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Zaman sekarang ini terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUN PUSTAKA. dimiliki untuk mencapai tujuan perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI. secara efektif dan efisien. Dalam rangka ini dikembangkan pemikiran-pemikiran dan

MODEL PENGUKURAN PRODUKTIVITAS BERDASARKAN PENDEKATAN RASIO OUTPUT PER INPUT

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dituntut untuk mampu mempertahankan dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Ditambah lagi banyaknya perusahaan-perusahaan baru yang bermunculan,

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini perekonomian telah memasuki era globalisasi yang akan diwarnai

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Blocher/Chen/Lin (2007:306) mengemukakan bahwa produktivitas adalah rasio output

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perekonomian Indonesia menghadapi perdagangan bebas dituntut untuk lebih giat dan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam bidang perekonomian khususnya dalam bidang usaha

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

EMA302 Manajemen Operasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Model Pengukuran Produktivitas

ADVANCED MANAGEMENT ACCOUNTING (Akuntansi Manajemen Lanjut)

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. maupun jasa, sehingga persaingan antar industri-industri sejenis semakin

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sangat cocok dijadikan camilan. Kacang dapat diolah menjadi kacang

Penetapan Angka Indeks Dalam Pengukuran Produktivitas Perusahaan di PT. Cita Bahana Site Palembang Selatan 70

BAB I PENDAHULUAN. Barry Render dan Jay Heizer (2001) dalam bukunya Prinsip-prinsip

I. PENDAHULUAN. Mutu sudah menjadi isu penting dalam menciptakan keunggulan perusahaan di

ABSTRAK. Kata kunci : Produktivitas, Metode Marvin E. Mundell, Diagram Sebab Akibat, Output

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya dunia usaha dewasa ini, maka persaingan

ANALISA PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN FUNGSI PRODUKSI COBB-DOUGLAS PADA DEPARTEMEN PRODUKSI DI PT. MARGA CIPTA PRESISI

ANALISIS PRODUKTIVITAS MELALUI PENDEKATAN THE AMERICAN PRODUCTIVTY CENTER MODEL (Studi Kasus PT. Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional III Malang)

BAB I PENDAHULUAN. maupun wisatawan mancanegara. Dengan peran ini, Yogyakarta menjadi

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini bermunculan usaha-usaha baru baik meniru usaha yang telah

BAB I PENDAHULUAN. ini, pemenuhan pelayanan berkualitas bagi perusahaan kemudian tidak jarang

BAB II LANDASAN TEORI. Produktivitas tinggi apabila kegiatan untuk menghasilkan produk pun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang terjadi selama ini, banyak menyebabkan para

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan dan keinginan manusia terus berkembang dan tidak terbatas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 3. ASPEK PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perekonomian suatu negara, semakin kuat sector industri modern

BABH TELAAH PUSTAKA. Sumber daya manusia menempati posisi yang amat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, penyelenggaraan fasilitas kelistrikan untuk umum dikelola

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan akan berupaya guna memenangkan persaingan yang ada di

Produktivitas Bioetanol Menggunakan Metode American Productivity Center (APC): Studi Kasus di PT. Panca Jaya Raharja I.

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia sekarang ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manajemen Operasional merupakan serangkaian kegiatan yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, persaingan usaha

Apa Yg dimaksud dengan Manajemen Operasi?

Katalog BPS :

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Menurut data http//ciptakarya.pu.go.id (diakses 14 April 2015)

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu diperhatikan oleh suatu perusahaan, terlebih lagi dengan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekitar 40% resep tablet dikontribusikan untuk produksi obat generik. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan dunia usaha saat ini khususnya di Indonesia sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang telah terjadi menjadi semakin meningkat. Persaingan tidak hanya

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi, berbagai macam skala dan jenis industri telah menyokong

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya perusahaan yang berdiri. Kelangsungan proses bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini

BAB I PENDAHULUAN. mengkoordinasikan penggunaan sumber daya sumber daya yang berupa. sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya dana serta

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. produk hasil pertanian. Dalam proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA & DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang mantap sesuai dengan tujuan dan harapan harapan awal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab mengelola proses pengubahan input (dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. aksesoris otomotif bermotor didasarkan oleh perkembangan dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi seperti yang disebutkan pada Undang-Undang No.25

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut. Hal itu menjadi prioritas perusahaan dalam mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi teh merupakan salah satu andalan dari hasil alam yang diekspor

OPERASI DAN PRODUKTIVITAS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dinamika sosial merupakan problematika yang biasa dalam era persaingan bebas, pesatnya laju pertumbuhan penduduk menjadi suatu masalah sekaligus peluang bisnis bagi para pengusaha properti. Meningkatnya jumlah penduduk menuntut penyediaan hunian yang layak, tapi hal itu masih sejalan dengan pemikiran yang lama. Dalam pemikiran yang baru orang-orang beranggapan bahwa setiap hal yang dapat memiliki prestige dapat meningkatkan status sosial mereka dalam masyarakat, hal ini pula yang mendorong pola hidup konsumtif. Berkat arus informasi dan komunikasi kehidupan manusia semakin modern hingga para pengembang atau kontraktor properti mulai berfikir untuk menyediakan tempat hunian yang berkualitas, elegan dan berkesan mewah hingga memberikan prestige tersendiri bagi para pemiliknya. Sama halnya dengan para pengembang atau kontraktor properti, para pengembang hotel, Mall, dan tempat perbelanjaan juga memiliki keinginan untuk membuat tempatnya lebih elegan dan mewah demi kenyamanan pengunjung hingga membuat mereka merasa betah dan ingin berlama-lama dalam tempat tersebut. Contoh sederhana yaitu toilet, bandingkan toilet yang ada di tempat umum contohnya terminal dimana toilet beralaskan lantai plesteran semen. Sebersih apapun toilet tersebut tetap saja membuat orang yang masuk kedalamnya tidak akan merasa nyaman karena kesan yang kumuh dan kotor. Bandingkan dengan 1

2 toilet yang ada di tempat pengisian bahan bakar atau pom bensin, meski samasama toilet umum namun alas keramik membuatnya terlihat lebih bersih dan nyaman untuk digunakan. Alasan yang sederhana seperti itu menuntut para pengembang untuk menggunakan bahan yang berkualitas dan memiliki kesan yang mewah salah satunya yaitu penggunaan marmer baik untuk lantai, lapis dinding, meja, bathtub, kitchen set dan perlengkapan lainnya. Marmer adalah batuan kristalin kasar yang berasal dari batu gamping atau dolomit. Marmer yang murni berwarna putih dan terutama disusun oleh mineral kalsit. Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau malihan dari batu gamping. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen menyebabkan terjadi rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi. Akibat rekristalisasi struktur asal batuan membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Dengan kata lain marmer adalah produk alam yang dihasilkan oleh gejala alam sehingga karakteristik marmer berbeda beda meski dari daerah tambang yang sama. Tidak ada dua potongan marmer yang sama, variasi warna, pola urat warna, dan atribut alam memberikan mereka kecantikan yang khas. Tingginya permintaan marmer menuntut para produsen marmer untuk lebih produktif ditengah persaingan dan minimnya sumber daya sehingga mereka harus berupaya lebih dalam mengoptimalkan produksi.

3 Untuk hal itu produktivitas perusahaan marmer harus dijaga dan ditingkatkan sebisa mungkin hingga penggunaan sumber daya lebih optimal dan efektif, dengan demikian perusahaan dapat tetap berjalan ditengah persaingan yang ketat dan tingginya tingkat permintaan dari konsumen. Produktivitas yang harus ditingkatkan adalah produktivitas tenaga kerja, modal, material, dan energi yang menginduk pada kajian manajemen operasional. Menurut Jay Heizer dan Berry render (2006: 4) dalam bukunya Operations Management mengemukakan bahwa manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Sedangkan menurut Manahan (2004: 13) dalam bukunya Manajemen Operasional mendefinisikan manajemen operasional sebagai manajemen proses konversi, dengan bantuan fasilitas seperti: tanah, tenaga kerja, modal, dan manajemen masukan (inputs) yang diubah menjadi keluaran yang diinginkan. Dengan kata lain manajemen operasional dapat diartikan sebagai penggunaan fungsi-fungsi manajemen (Planing, Organizing, Actuating, and Controling) sedemikian rupa dalam proses transformasi berbagai sumber daya (inputs) dengan bantuan fasilitas operasional yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Terdapat sepuluh keputusan strategi manajemen operasional yaitu mengenai desain barang dan jasa, mengelola kualitas, strategi proses, strategi lokasi, strategi tata letak, sumber daya manusia, manajemen rantai pasokan, manajemen persediaan, penjadwalan, dan pemeliharaan.

4 Kesepuluh putusan strategi tersebut dilakukan guna mencapai produktivitas yang optimal. Sebagian besar orang berfikir bahwa manajemen operasi hanya terfokus pada proses produksi semata dimana jika input yang ada dapat menghasilkan output yang optimal maka produktivitasnya tinggi. Menurut Mali dalam Gaspersz (2000:18) istilah produktivitas seringkali disamakan dengan istilah produksi. Pengertian produktivitas sangat berbeda dengan produksi. Tetapi produksi merupakan salah satu komponen dari usaha produktivitas, selain kualitas dan hasil keluarannya. Produksi adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan hasil keluaran dan umumnya dinyatakan dengan volume produksi, sedangkan produktivitas berhubungan dengan efisiensi penggunaan sumber daya (masukan dalam menghasilkan tingkat perbandingan antara keluaran dan masukan). Produktivitas sering dikaitkan dengan manajemen sumber daya manusia, dimana seakan-akan produktivitas hanyalah berkaitan dengan kinerja dari sumber daya manusia. Dalam pembahasan Produktivitas tentang manajemen operasional ini memang terdapat unsur produktivitas sumber daya manusia yaitu tenaga kerja, namun dikaji dalam konteks manajemen operasional. Selain dari sumber daya manusia terdapat tolak ukur lainnya dalam menentukan produktivitas total yaitu modal, kewirausahaan, sumber daya fisik alam, dan sumber daya informasi. Keseluruhan tolak ukur tersebut lajim disebut sebagai faktor produksi. Faktor produksi adalah keseluruhan sumber daya dasar yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan output.

5 Mengukur produktivitas total berdasarkan faktor produksi tidaklah semudah yang diperkirakan karena ada beberapa bagian yang lebih rumit untuk diukur seperti kewirausahaan dan sumber daya informasi sehingga pengukuran parsial lebih mudah digunakan dari pengukuran produktivitas total. Namun pengukuran produktivitas parsial bisa saja tidak tepat jika pengukurannya tidak melalui proses yang benar, dengan kata lain pengukuran produktivitas parsial lebih mudah digunakan jika mengerti bagaimana menerapkannya. Produktivitas parsial sering juga disebut produktivitas faktor tunggal (single-factor productivity) yang menunjukan perbandingan antara output dengan salah satu faktor yang dipergunakan untuk menghasilkan output tersebut. (Gasperz, 2000: 32). Berbicara tentang produktivitas memang selalu menarik, hampir tidak ada batasan telaah produktivitas karena selalu saja ada faktor yang mempengaruhinya dimana faktor-faktor tersebut tidaklah baku seperti halnya pembagian bilangan prima ataupun rumusan-rumusan yang ada dalam keuangan. Penentuan produktivitas setiap perusahaan berbeda-beda tergantung konsep yang diterapkan dan tolak ukur yang digunakan sebagai penilaian dan ada kalanya satu tolak ukur beranak menjadi beberapa aspek penilaian. Contohnya adalah faktor sumber daya manusia atau tenaga kerja yang mungkin saja dapat dinilai bagaimana kinerja sumber daya manusia atau tenaga kerja yang baik akan meningkatkan produktivitas atau dikembangkan menjadi beberapa aspek seperti halnya waktu yang digunakan pekerja dalam suatu proses produksi, kontribusi fisik dan intelektualnya, serta hal-hal lainnya yang dapat berkenaan dengan manajemen sumber daya manusia.

6 Dalam tulisan ini produktivitas parsial pada manajemen operasional saling berkaitan dengan bidang manajemen yang lainnya seperti manajemen sumber daya manusia yang berkenaan dengan tenaga kerja dan manajemen keuangan yang berkenaan dengan modal. Dari uraian tersebut terlihat bahwa produktivitas merupakan hal yang flexible karena tidak dapat ditentukan dengan baku, namun kita dapat mengukurnya dengan tolak ukur tertentu sesuai dengan yang dijalankan oleh perusahaan. Seperti halnya dalam produksi marmer dari perusahaan PT. PUMARIN (Pusaka Marmer Indahraya) yang beralamatkan di Jl. Raya Padalarang-Cipatat, Citatah Padalarang kabupaten Bandung Barat. Hasil produksi marmer tidak dapat dihitung dengan sekala unit dikarenakan bahan baku produksi yang berupa bongkahan batu dengan skala hitungan kubik memiliki karakteristik yang tidak pasti dimana tidak ada standar hasil dari setiap bongkahan batu yang diperoleh semisal jika satu bongkahan batu dengan ukuran 8 m 3 menghasilkan 200 lembar marmer dengan ukuran 40cm 2 dan bongkahan batu lainnya dengan ukuran 10 m 3 hanya menghasilkan 160 lembar marmer dengan ukuran 40 cm 2. Perbedaan hasil yang didapat tersebut dikarenakan karakteristik yang terdapat dalam setiap bongkahan batu tersebut. Dengan demikian pengukuran dilakukan melalui penilaian nilai keuangan dari biaya dan perolehan atau penghasilan dalam rupiah.

7 Berikut data yang tercantum dalam nilai uang dari tahun 2007 hingga 2011. Tabel 1.1. Ikhtisar Keuangan Tahun Berakhir Dalam Jutaan Rupiah 31 Desember 2007 2008 2009 2010 2011 Penjualan Bersih 29.593 48.073 44.703 45.768 46.035 Biaya Tenaga Kerja 7.588 7.829 8.430 9.439 10.366 Modal 12.626 13.678 18.688 22.523 22.798 Input Material 8.790 7.198 9.766 10.034 11.180 Biaya Energi 1.449 1.605 1.610 1.507 1.091 Sumber: Diolah dari laporan keuangan PT. PUMARIN Data diatas merupakan data yang penulis dapatkan secara langsung dari perusahaan, data tersebut dihitung berdasarkan data tahunan yang berakhir per 31 Desember periode 2007 sampai 2011 mengenai penjualan bersih, biaya energi, biaya modal, biaya input material dan biaya tenaga kerja. Dengan data diatas kita dapat menghitung gambaran produktivitas total serta produktivitas parsial tenaga kerja, produktivitas material, produktivitas energi, dan produktivitas modal sebagai berikut : Tabel 1.2. Produktivitas Total Rumus Tahun Dalam Jutaan Rupiah Output Input Produktivitas 2007 29.593 30.453 0,97 2008 48.075 30.310 1,59 2009 44.703 38.494 1,16 2010 45.768 43.503 1,05 2011 46.035 45.435 1,01 Sumber: Diolah dari laporan keuangan PT. PUMARIN

8 Produktivitas total merupakan produktivitas keseluruhan yang dihitung dengan membandingkan output total dengan input total. Data di atas membandingkan output total dengan input total dari PT. PUMARIN pada periode 2007 sampai 2011. Tabel 1.3. Produktivitas Parsial Tenaga Kerja Rumus Tahun Dalam Jutaan Rupiah Output Input Produktivitas 2007 29.593 7.588 3,89 2008 48.075 7.829 6,14 2009 44.703 8.430 5,30 2010 45.768 9.439 4,85 2011 46.035 10.366 4,44 Sumber: Diolah dari laporan keuangan PT. PUMARIN Produktivitas parsial tenaga kerja merupakan ukuran produktivitas parsial hasil dari pembagian output total perusahaan periode 2007 sampai 2011 oleh input tenaga kerja perusahaan periode 2007 sampai 2011. Tabel 1.4. Produktivitas Parsial Modal Rumus Tahun Dalam Jutaan Rupiah Output Input Produktivitas 2007 29.593 12.626 2,34 2008 48.075 13.678 3,51 2009 44.703 18.688 2,39 2010 45.768 22.523 2,03 2011 46.035 22.798 2,02 Sumber: Diolah dari laporan keuangan PT. PUMARIN

9 Produktivitas parsial modal merupakan ukuran produktivitas parsial hasil dari pembagian output total perusahaan periode 2007 sampai 2011 oleh input modal perusahaan periode 2007 sampai 2011. Tabel 1.5. Produktivitas Parsial Material Rumus Tahun Dalam Jutaan Rupiah Output Input Produktivitas 2007 29.593 8.790 3,36 2008 48.075 7.198 6,68 2009 44.703 9.766 4,58 2010 45.768 10.034 4,56 2011 46.035 11.180 4,12 Sumber: Diolah dari laporan keuangan PT. PUMARIN Produktivitas parsial material merupakan ukuran produktivitas parsial hasil dari pembagian output total perusahaan periode 2007 sampai 2011 oleh input material perusahaan periode 2007 sampai 2011. Tabel 1.6. Produktivitas Parsial Energi Rumus Tahun Dalam Jutaan Rupiah Output Input Produktivitas 2007 29.593 1.449 20,42 2008 48.075 1.605 29,95 2009 44.703 1.610 27,76 2010 45.768 1.507 30,37 2011 46.035 1.091 42,19 Sumber: Diolah dari laporan keuangan PT. PUMARIN

10 Produktivitas parsial energi merupakan ukuran produktivitas parsial hasil dari pembagian output total perusahaan periode 2007 sampai 2011 oleh input energi perusahaan periode 2007 sampai 2011. Berikut grafik tingkat produktivitas Total serta Produktivitas Parsial tenaga kerja, modal, material, dan energi pada periode 2007 sampai 2011. 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 2007 2008 2009 2010 2011 Tenaga Kerja Modal Material Energi Total Gambar 1.1. Grafik Tingkat Produktivitas Parsial Sumber: Diolah dari hasil perhitungan produktivitas parsial output/input Dari hasil perhitungan di atas dapat kita lihat bahwa tren produktivitas parsial tenaga kerja mengalami penurunan karena peningkatan biaya upah pegawai yang dipengaruhi standar upah minimum regional dan biaya lainnya yang berkaitan dengan tenaga kerja, tren produktivitas parsial material mengalami penurunan karena peningkatan biaya material yang dipengaruhi pasokan material, tren produktivitas energi mengalami peningkatan karena biaya energi yang menurun karena dipengaruhi pengoptimalan penggunaan energi, tren produktivitas modal mengalami penurunan akibat dari peningkatan modal yang disertai penurunan pengembalian modal.

11 Dalam skema produktivitas terdapat alur yang menunjukan posisi produktivitas berada di akhir sistem dimana produktivitas tidak mempengaruhi input, proses, dan output sebelum produktivitas tersebut di ukur. Namun setelah pengukuran dan evaluasi, produktivitas menghasilkan umpan balik untuk pengendalian sistem produksi agar meningkatkan produktivitas terus menerus sehingga menjaga performansi dari input proses dan output. Pengukuran produktivitas bukanlah suatu ukuran yang sekali pakai dimana ketika usai digunakan dalam suatu periode waktu tertentu tidak digunakan lagi dalam periode waktu lainnya. Pengukuran produktivitas selalu berkesinambungan dan saling berkaitan meski tidak secara baku namun pengukuran yang telah dilakukan dapat digunakan kembali sebagai acuan dalam pengukuran berikutnya baik dalam berupa masalah yang menimbulkannya maupun solusi penyelesaiannya. PT. PUMARIN merupakan salah satu pelopor industri batu marmer di kawasan Citatah Padalarang, namun persaingan bisnis tidak akan melihat pada seberapa lama perusahaan berdiri hingga pemasok bahan baku akan lebih bersimpati dan menyuplai penuh bahan baku. Yang terjadi dalam suatu persaingan bisnis adalah yang memberikan penawaran lebih tinggi yang mendapatkan pasokan. Meskipun setiap industri marmer memiliki hak guna lahan tersendiri dari Perum. Perhutani dalam mengelola dan menambang batu sebagai bahan baku, adakalanya ketika permintaan pasar meningkat sedang pemenuhan kebutuhan bahan baku dari tambang yang dikelola tidak mencukupi maka PT. PUMARIN harus mencari pasokan dari penambang batu lain.

12 Selain dari bahan baku, tenaga kerja merupakan input yang sangat penting dalam sebuah proses produksi. Tenaga kerja yang berkualitas tentu akan menunjang proses produksi dengan baik. PT. PUMARIN memiliki 231 tenaga kerja dimana 113 diantaranya merupakan tenaga kerja tetap dan 118 lainnya merupakan pegawai kontrak atau borongan. Secara umum pekerja dari bagian produksi merupakan orang orang yang telah lama bekerja di PT. PUMARIN sehingga mereka lebih menguasai kegiatan produksi dan pengerjaan pengolahan bahan baku sesuai dengan permintaan pasar. Kenaikan UMR atau upah minimum regional tidaklah menjadi suatu hambatan karena perusahaan menyadari peran para tenaga kerja yang sangat berpengaruh hingga telah memberikan upah lebih tinggi dari UMR Kabupaten Bandung Barat yang ditetapkan sebesar RP. 1.236.991. Banyak hal yang dapat merugikan perusahaan salah satunya adalah pemborosan biaya akibat kesalahan dalam proses produksi. Pengukuran produktivitas merupakan salah satu solusi untuk memperbaiki pemborosan tersebut sehingga penulis mengambil judul ANALISIS PRODUKTIVITAS PARSIAL TENAGA KERJA, MODAL, MATERIAL, DAN ENERGI yang di aplikasikan pada PT. PUMARIN untuk mengkaji masalah yang ada secara teoritis dan faktual yang terjadi di lapangan.

13 1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah Konsep produktivitas dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi individu dan dimensi organisasi. Dimensi individu melihat produktivitas dalam kaitannya dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan dimensi organisasi melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknis antara masukan (input) dan keluaran (output). Oleh karena itu dalam pandangan ini, terjadinya peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas, tetapi juga dapat dilihat dari aspek kualitas. Kedua pengertian produktivitas tersebut mengandung cara atau metode pengukuran tertentu yang secara praktek sukar dilakukan. Kesulitan-kesulitan itu dikarenakan, pertama karakteristik-karakteristik kepribadian individu bersifat kompleks, sedangkan yang kedua disebabkan masukan-masukan sumber daya bermacam-macam dan dalam proporsi yang berbeda-beda. Banyak yang mempengaruhi produktivitas, yaitu faktor langsung dan tidak langsung namun yang akan saya bahas mengenai produktivitas dimensi organisasi dalam produksi yang kaitannya dengan manajemen operasional dengan penggunaan fasilitas operasional yang mempengaruhi output produksi diantaranya adalah: tenaga kerja, modal, material dan energi.

14 Produktivitas perusahaan tidak dapat diketahui begitu saja tanpa adanya pengukuran, gejala-gejala seperti meningkatnya hasil produksi, menurunnya hasil produksi, kenaikan biaya operasional tidak dapat dikatakan sebagai peningkatan produktivitas maupun penurunan produktivitas. Gejala-gejala tersebut dapat dianggap sebagai gejala yang mempengaruhi produktivitas. Ada banyak cara untuk mengukur produktivitas diantaranya dengan membandingkan output dengan input, kemudian berdasarkan perubahan produktivitas periode waktu tertentu yang biasa diukur dengan menggunakan pengukuran angka indeks hingga dapat terlihat peningkatan atau penurunan yang terjadi. Terdapat dua model pengukuran angka indeks yaitu model Mundel dan model APC. Dari kedua model pengukuran angka indeks tersebut memiliki cara pengukuran berbeda yang akan dijelaskan dengan rumus berikut: Model Mundel Model APC { } Pada model Mundel AOMP menyatakan output agregat untuk periode yang diukur, RIMP menyatakan input agregat untuk periode yang diukur, AOBP menyatakan. Output agregat untuk periode dasar, dan RIBP menyatakan input agregat untuk periode dasar. Sedangkan pada model APC indeks produktivitas dapat diperoleh dengan membagi indeks profitabilitas yang merupakan hasil dari

15 perbandingan antara hasil penjualan dengan biaya-biaya dengan indeks perbaikan harga yang merupakan perubahan dalam harga output perusahaan terhadap input. Jika saya sederhanakan menjadi rumus yang kedua maka O 2 menyatakan output periode yang diukur, I 2 menyatakan input periode yang diukur, O 1 menyatakan output periode dasar, dan I 1 menyatakan input periode dasar. Sekilas rumus APC yang disederhanakan hanya istilahnya saja yang berbeda sedangkan konsep pengukurannya sama dengan model Mundel, namun perbedaan terdapat pada pengukuran input periode yang diukur. Jika pada model mundel input yang diukur dinilai berdasarkan nilainya sendiri maka pada model APC input yang diukur berdasarkan nilai harga periode dasar dengan anggapan harga konstan. Karena perbedaan cara pengukuran angka indeks ini, maka berdasarkan data yang ada harus ada solusi pengukuran angka indeks mana yang lebih mudah digunakan dalam kasus pengukuran produktivitas PT. PUMARIN. Jika hasil pengukuran menunjukan penurunan maka harus dilakukan analisis untuk mencari penyebab atau masalah yang menimbulkan penurunan tersebut. 1.2.2. Rumusan Masalah Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas. Dalam penelitian peniliti berfokus pada permasalahan, yaitu: a. Bagaimana gambaran produktivitas parsial tenaga kerja, modal, material, dan energi periode 2007-2011 di PT. PUMARIN. b. Bagaimana gambaran produktvitas parsial tenaga kerja, modal, material, dan energi berdasarkan laporan perubahan produktivitas periode 2007-2011 di PT.

16 PUMARIN dengan menggunakan pengukuran produktivitas berdasarkan pendekatan angka indeks model mundel dan model APC (The American Produktivity Center Model). c. Bagimana analisis produktivitas parsial tenaga kerja, modal, material, dan energi di PT. PUMARIN dengan menggunakan metode five whys Kaoru Ishikawa. d. Dengan menggunakan uji beda, metode pendekatan angka indeks mana yang lebih praktis untuk digunakan perusahaan. 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: a. Gambaran produktivitas parsial tenaga kerja, modal, material, dan energi, periode 2007-2011 di PT.PUMARIN. b. Gambaran produktivitas parsial tenaga kerja, modal, material, dan energi berdasarkan laporan perubahan produktivitas periode 2007-2011 di PT. PUMARIN dengan menggunakan pengukuran produktivitas berdasarkan pendekatan angka indeks model mundel dan APC (The American Produktivity Center Model). c. Hasil analisis produktivitas parsial tenaga kerja,modal, material, dan energi di PT. PUMARIN dengan menggunakan metode five whys Kaoru Ishikawa.

17 d. Metode Pendekatan angka indeks yang lebih praktis untuk digunakan perusahaan, berdasarkan hasil dari uji beda. 1.3.2. Kegunaan Penelitian 1.3.2.1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu manajemen khususnya manajemen operasional dalam kaitannya dengan produktivitas parsial tenaga kerja, modal, material, dan energi. 1.3.2.2. Kegunaan Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk : a. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur penilaian tingkat produktivitas parsial tenaga kerja, modal, material, dan energi yang merupakan acuan untuk melihat seberapa besar efektivitas proses produksi yang dijalankan perusahaan. Selain itu juga dapat menjadi referensi dalam melakukan perbaikan dan peningkatan produktivitas parsial tenaga kerja, modal, material, dan energi secara terus menerus. b. Bagi Penelitian selanjutnya, secara umum penelitian ini bisa dijadikan untuk penelitian lanjutan tentang produktivitas perusahaan sejenis. Dengan data yang menunjang penelitian selanjutnya dapat difokuskan pada satu faktor secara detail dengan beberapa aspek yang diujikan.