PENGARUH DANA ALOKASI UMUM DAN BELANJA MODAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI DIY TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat terealisasi, maka beberapa

HUBUNGAN ANTARA DANA ALOKASI UMUM, BELANJA MODAL DENGAN KUALITAS PEMBANGUNAN MANUSIA (Studi Kasus pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah)

2. Nama Penulis: Atik Ismuningsih ( )

ANALISIS ALOKASI BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BANTEN

BAB III. METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA DANA ALOKASI UMUM, BELANJA MODAL DAN KUALITAS PEMBANGUNAN MANUSIA

Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi. Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan pembiayaan yang besarnya sesuai dengan beban kewenangan

Analisis Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Tengah

ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (Studi Kasus Pada SKPD Di Boyolali) MEVIANA SUSILOWATI B

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan menggunakan data sekunder.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELANJA DAERAH DAN KEMUNGKINAN TERJADINYA FLYPAPER EFFECT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah indeks pembangunan manusia di Indonesia

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini

BAB III. Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ilmu politik dan pemerintahan, pola pengaturan yang tidak sebanding ini disebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan manajer (agen) ketika para manajer telah dikontrak oleh pemilik

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

III. METODE PENELITIAN. yaitu infrastruktur listrik, infrastruktur jalan, infrastruktur air, dan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

III METODE PENELITIAN. Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

KETIMPANGAN PEREKONOMIAN DI PROVINSI BENGKULU

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1.Variabel penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari : 1. Kab. Banjarnegara 13. Kab. Demak 25. Kab.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan peundang-undangan. Hal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS REGRESI PANEL TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN/KOTA D.I.YOGYAKARTA

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta).

PENGARUH DANA ALOKASI KHUSUS, DANA BAGI HASIL DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN LUWU

BAB I PENDAHULUAN. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang

KAJIAN PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI. Oleh: N U R D I N Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

BAB 5 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. di Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan data laporan keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebijakan pemerintah pusat yang memberikan kewenangan dalam kebebasan

III. METODE PENELITIAN. Untuk mempermudah penelitian ini pada penulisan masalah yang akan dibahas

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dijalankan secara sentralisasi. Segala wewenang dalam

BAB V PENUTUP. adalah tersedianya sumber sumber pembiayaan, sumber pembiayaan tersebut

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang telah disediakan dan dipublikasi oleh pihak lain. Penelitian ini merupakan

KETERKAITAN PENERIMAAN DAERAH DAN PDRB PROPINSI JAMBI (PENDEKATAN SIMULTAN)

ABSTRAK. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Flypaper Effect.

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB III METODE PENELITIAN. Bangli, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA MODAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. belanja modal sendiri terjadi akibat kebutuhan sarana dan prasarana suatu daerah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur.

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL. Tabel 5.1. Output regresi model persentase penduduk miskin absolut (P 0 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber pendapatan daerah. DAU dialokasikan berdasarkan presentase tertentu

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB III METODE PENELITIAN. wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi provinsi jawa tengah dipilih karena Tingkat kemiskinan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA PUBLIK KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1999 dan UU no. 25 tahun 1999 yang dalam perkembangannya kebijakan ini

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

III. METODE PENELITIAN. time series yang bersifat kuantitatif, yaitu data berbentuk angka-angka

BAB III METODE PENELITIAN. ASEAN. Pengambilan data penelitian ini dilakukan di 7 (tujuh) Negara ASEAN yaitu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA SURAKARTA TAHUN

PENGARUH PAD, DAU, DAK TERHADAP IPM DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Papua Tahun )

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB III METODE PENELITIAN. PAD dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta tahun

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tenggara Barat dengan menggunakan data variabel kemiskinan digunakan

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGARUH BELANJA LANGSUNG DAN BELANJA TIDAK LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

Transkripsi:

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM DAN BELANJA MODAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI DIY TAHUN 2005-2009 SKRIPSI : Disusun Oleh : Nama : Maria Yunitha Bau Nomor Mahasiswa : 143102002 Program Studi : Ekonomi Pembangunan Jurusan : Ilmu Ekonomi FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA 2011

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM DAN BELANJA MODAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/ KOTA DI PROVINSI DIY TAHUN 2005-2009 INTISARI Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan atau kinerja pembangunan di suatu daerah. Komponen dari IPM adalah indeks harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks standar hidup layak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota di Propinsi DIY dan untuk menganalisis pengaruh Belanja Modal (BM) terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY. Alat analisis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda model log linier. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Propinsi DIY berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY. Hal ini berarti, jika Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Propinsi DIY meningkat, maka Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY juga meningkat, dan hasil regresi berganda juga menunjukkan bahwa Belanja Modal Kabupaten/Kota di Propinsi DIY juga berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY. Hal ini berarti, jika Belanja Modal Kabupaten/Kota di Propinsi DIY meningkat, maka Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY akan tetap atau konstan. Kata kunci : Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Indeks Pembangunan Manusia.

1.1. Latar Belakang Masalah Kemampuan daerah dalam mengolah sumber daya yang dimiliki dapat dijadikan sebagai sumber kekayaan bagi daerah. Pengelolaan daerah dapat menciptakan lapangan kerja baru dan dapat merangsang perkembangan kegiatan ekonomi, dan dapat menambah dana alokasi umum, belanja modal dan kualitas pembangunan manusia pendapatan bagi daerah. Daerah otonom dapat memiliki pendapatan yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan urusan rumah tangganya secara efektif dan efisien dengan memberikan pelayanan dan pembangunan. Tujuan pemberian otonomi daerah tidak lain adalah untuk lebih meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat, pengembangan kehidupan berdemokrasi, keadilan, pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah. Otonomi Daerah adalah kewenangan setiap daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakatnya, sedangkan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum dengan batas daerah tertentu dimana berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat (Suparmoko, 2002:18). Kuncoro (2007) juga menyebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya mampu membiayai belanja pemerintah daerah paling tinggi sebesar 20%. Kemandirian bagi daerah belum sepenuhnya terlaksana, karena mereka masih menggantungkan dengan adanya aliran dana dari pemerintah pusat, khususnya Dana Alokasi Umum (DAU). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu cara untuk mengukur taraf kualitas fisik dan non fisik penduduk. Kualitas fisik tercermin dari angka harapan hidup; sedangkan kualitas non fisik (intelektualitas) melalui lamanya rata-rata penduduk bersekolah dan angka melek huruf; dan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat yang tercermin dari nilai Purcashing Power Parity Index (PPPI). Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) terdapat 3 indikator utama, yaitu indikator kesehatan, tingkat pendidikan dan indikator ekonomi. Pengukuran ini menggunakan tiga dimensi dasar, yaitu: lamanya hidup, pengetahuan dan standar hidup yang layak. Ketiga unsur tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling mempengaruhi satu sama yang lainnya. Selain juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ketersediaan kesempatan kerja, yang pada gilirannya ditentukan oleh banyak faktor, terutama pertumbuhan ekonomi, infrastruktur dan kebijakan

pemerintah. Perbaikan pengalokasian dana untuk belanja modal selain belanja rutin ikut menopang perbaikan kesejahteraan. Menurut United Nation Development Program ( UNDP, 1996) hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi bersifat timbal balik, artinya apabila terdapat pertumbuhan ekonomi maka akan mempengaruhi pembangunan manusianya. Penelitian ini ditujukan untuk melihat sampai sejauh mana kebijakan pemerintah daerah dalam mengalokasikan DAU yang diterima untuk kepentingan belanja modal dan bagaimana dampak alokasi belanja ini terhadap peningkatan kualitas pembangunan manusia tingkat Kabupaten/Kota di Propinsi DIY. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi DIY Tahun 2005-2009. 1.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis pengaruh Dana Alokasi Umum (DA U) terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY. 2. Untuk menganalisis pengaruh Belanja Modal (BM) terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY. 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Indeks Pembangunan Manusia Hakekat pembangunan pada dasarnya adalah pembangunan manusia (Suyanto dalam Christy, dkk., 2009). Pembangunan harus memberikan dampak terhadap peningkatan kualitas hidup manusia secara menyeluruh, baik menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun non fisik. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau disebut juga dengan Human Development Index (HDI). IPM adalah indeks komposit untuk mengukur pencapaian kualitas pembangunan manusia untuk dapat hidup secara lebih berkualitas, baik dari aspek kesehatan, pendidikan, maupun aspek ekonomi. IPM juga digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang, dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup (UNDP, 1996). IPM mulai digunakan oleh United Nation Development Program (UNDP) sejak tahun 1990 untuk mengukur upaya pencapaian pembangunan manusia suatu negara. IPM merupakan

indikator komposit tunggal yang digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu wilayah (UNDP, 2004). Walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan, namun mampu mengukur dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk. IPM merupakan gabungan dari tiga unsur utama pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup (longevity), pengetahuan ( knowledge) yang diukur oleh tingkat melek orang dewasa (dengan timbangan dua pertiga) serta rata-rata tahun bersekolah (timbangan : satu pertiga), standar hidup layak ( standard of living) yang diukur oleh PDB per kapita setelah disesuaikan dengan paritas daya beli (purchasing power parity/ppp) (www.cifor.cgiar.org). 2.1.2. Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Umum suatu daerah merupakan kebutuhan daerah dikurangi dengan potensi ekonomi daerah yang bersangkutan. Kemampuan daerah untuk melakukan penghitungan DAU yang menjadi bagiannya, akan mempercepat dalam penyusunan APBD tanpa menunggu terbitnya Kepres tentang pembagian APBD tersebut. Pengaturan DAU diarahkan untuk mengurangi kesenjangan, yang berarti daerah yang mempunyai kemampuan keuangan yang relatif besar akan memperoleh bagian DAU yang relatif kecil, demikian pula sebaliknya. DAU dapat dikategorikan sebagai Unconditional Grant yakni transfer tak bersyarat dan juga sebagai blok grant yaitu jenis transfer antar tingkat pemerintahan yang tidak dikaitkan dengan program pengeluaran tertentu. 2.1.3. Belanja Modal Belanja Modal adalah belanja yang dilakukan pemerintah yang menghasilkan aktiva tetap tertentu (Nordiawan,2006). Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatkan aset tetap pemerintah daerah, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Secara teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap tersebut, yakni dengan membangun sendiri, menukarkan dengan aset tetap lainnya, atau juga dengan membeli. Namun, untuk kasus di pemerintahan, biasanya cara yang dilakukan adalah membangun sendiri atau membeli.

2.1.4. Desentralisasi Desentralisasi merupakan bagian dari strategi setiap institusi yang berkehendak untuk tidak mati dalam persaingan global. Ia adalah strategi untuk menjadi kompetitif. Demikian pula bagi sebuah negara. Desentralisasi menjadikannya terbagi menjadi bagian-bagian kecil yang terintegrasi dan menjadi sebuah "makhluk organik" yang bergerak efisien mengatasi tantangan global. Dalam praktik, desentralisasi dan otonomi bersifat tumpang tindih. Namun, dalam makna keduanya memiliki perbedaan. Desentralisasi merupakan sistem pengelolaan yang berkelebihan dengan sentralisasi. Jika sentralisasi adalah pemusatan pengelolaan, maka desentralisasi adalah pembagian dan pelimpahan (Rondinelli dan Cheema dalam Sarundajang (1999). 3.1. Metode Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder model data pooling time series, yaitu data yang merupakan gabungan dari data runtut waktu dan cross section yang diperoleh dari propinsi DIY dalam angka yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi DIY. Data tersebut meliputi data mengenai Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sumber data lainnya diperoleh dari laporan keuangan daerah Kabupaten/Kota di Propinsi DIY yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) propinsi DIY dengan rentang waktu dari Tahun 2005-2009. 3.1.2. Definisi Operasional Variabel 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau disebut juga dengan Human Development Index (HDI). IPM adalah indeks komposit untuk mengukur pencapaian kualitas pembangunan manusia untuk dapat hidup secara lebih berkualitas, baik dari aspek kesehatan, pendidikan, maupun aspek ekonomi. Dalam penelitian ini satuan data IPM adalah dalam persen. Semakin tinggi angka Indeks Pembangunan Manusia, maka kualitas pembangunan manusia untuk dapat hidup akan semakin baik. 2. Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Umum (DAU) atau General Alocation Fund merupakan transfer yang bersifat umum (block grant) untuk mengatasi ketimpangan horizontal dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah. Dalam penelitian ini satuan data DAU adalah dalam juta rupiah.

3. Belanja Modal Belanja Modal adalah belanja yang dilakukan pemerintah yang menghasilkan aktiva tetap tertentu (Nordiawan, 2006). Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatkan aset tetap pemerintah daerah, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Dalam penelitian ini satuan Belanja Modal adalah dalam juta rupiah. 3.2. Metode Analisis Data Model empirik tersebut adalah model estimasi untuk data panel. Penerapan dalam penelitian ini dilakukan untuk daerah Kabupaten/Kota di Propinsi DIY. Adapun penulisan model empirik berdasarkan kategori data panel adalah (Gujarati, 1999:99) Y it = β o + β ot X it + ui t Dimana : Y = Variabel Dependen X = Variabel Independen β o = Variabel Kontan atau Konstan t = Periode Waktu u = Variabel Gangguan (disturbance term) Persamaan di atas adalah bentuk model dasar untuk analisis empirik dengan menggunakan data panel untuk keperluan analisis dengan menggunakan regresi linier berganda model log linier dengan tujuan untuk menyamakan satuan data, memperkecil variasi data, menghindari penyakit multikolinearitas, dan memperbaiki hasil regresi, maka model estimasinya dituliskan sebagai berikut: Y X 1 X 2 β o β o- β 2 u t t i Yi t = β o + β 1 LnX 1it + β 2 LnX 2it + u it Dimana : : Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (persen) : Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (juta rupiah) : Belanja Modal Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (juta rupiah) : Konstanta : Koefisien Regresi berganda : Variabel Gangguan : Periode Waktu (tahun) : Daerah

Ln : Logaritma Natural (persen) 4.1. Pemilihan Model dengan Uji Hausman Pemilihan model dalam penelitian ini menggunakan uji Hausman untuk memilih model Fixed Effect atau Random Effect. Berikut ini tabel hasil uji Hausman : Model Yi t = β o + β1lnx 1 it Tabel 4.1 Hasil Pemilihan Model dengan Uji Hausman Hausman Chi Square - Keterangan Test tabel + β 2 LnX 2it + u it 0,005914 5,991 Nilai Hausman test < dari nilai Chi Square -tabel Hasil Pemilihan Model Random Effect Sumber: Lampiran Hasil Olah Data Uji Hausman, 2011. Dari tabel hasil uji Hausman untuk pemilihan model persamaan : Yi t = β o + β 1 LnX 1it + β 2 LnX 2it + u it di atas menunjukkan bahwa nilai Hausman test < dari nilai Chi Square -tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang baik untuk diestimasi adalah Random Effect. 4.2. Hasil Estimasi Model Random Effect Analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier dengan data pooling time series. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) (X 1 ) dan Belanja Modal (BM) (X 2 ) terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (Y). Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program statistik komputer Eviews 4.1 diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil Estimasi Model Random Effect Metode GLS Variabel Koefisien Regresi Standart Error t-statistik Probabilita Konstanta 46,00936 5,707469 8,061254 0,0000 LnX 1 2,258685 0,388328 5,816436 0,0000 LnX 2 0,090634 0,115433 0,785164 0,4407 R 2 : 0,982 Adjusted R 2 : 0,980 DW-test : 1,448 N : 25 Sumber : Lampiran Hasil Olah Data Model Random Effect, 2011. Secara matematis hasil dari analisis regresi linier berganda dapat ditulis pada estimasi persamaan sebagai berikut : Yi t = 46,00936 + 2,258685LnX 1it + 0,090634nX 2it + u it se (5,707469) (0,388328) (0,115433) t (8,061254) (5,816436) (0,789164) R 2 0,9817 Pada persamaan di atas ditunjukkan pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Adapun arti dari koefisien regresi tersebut adalah: 1. β 0 = 46,00936 Variabel lain dianggap tetap, maka Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (Y) nilainya sebesar 46,00936 persen selama periode 2005-2009. 2. β 1 = 2,258685 Artinya apabila variabel lain adalah konstan (cateris paribus), maka setiap kenaikan 1 persen Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (X 1 ), nilai Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (Y) sebesar 2,258685 persen. 3. β 2 = 0,090634 Artinya apabila variabel lain adalah konstan (cateris paribus), maka setiap kenaikan 1 persen Belanja Modal Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (X 2 ), nilai Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (Y) sebesar 0,090634 persen. 4.3. Pengujian Hipotesis Uji t digunakan untuk membuktikan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual dengan asumsi bahwa variabel yang lain tetap atau konstan.

a. Pengujian pengaruh variabel Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (X 1 ) terhadap variabel Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (Y) - β 1 = 2,258685 Artinya apabila variabel lain adalah konstan (cateris paribus), maka setiap kenaikan 1 persen Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (X 1 ), akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (Y) sebesar 2,258685 persen. -Dengan taraf nyata (α) = 5% = 0,05, pengujian satu sisi dengan derajat kebebasan (degree of freedom) yaitu : df = (n -k) = (25-3) = 22, diperoleh t -tabel = 1,717 dan dari hasil regresi berganda diperoleh t -statistik = 5,816. -Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai t -statistik = 5,816 > t -tabel 1,717, maka disimpulkan bahwa ada pengaruh secara positif dan signifikan variabel Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (X 1 ) terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (Y). Hal ini berarti, jika Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Propinsi DIY meningkat, maka Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY juga meningkat. b.pengujian pengaruh variabel Belanja Modal Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (X 2 ) terhadap variabel Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (Y). - β 2 = 0,090634 Artinya apabila variabel lain adalah konstan (cateris paribus), makan setiap kenaikan 1 persen, akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (Y) sebesar 0,090634 persen. -Dengan taraf nyata (α) = 5% = 0,05, pengujian satu sisi dengan derajat kebebasan (degree of freedom) yaitu : df = (n -k) = (25-3) = 22, diperoleh t -tabel = 1,717 dan dari hasil regresi berganda diperoleh t -statistik = 0,785. -Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai t -statistik = 0,785 < t -tabel 1,717, maka disimpulkan bahwa ada pengaruh secara positif, tetapi tidak signifikan variabel Belanja Modal Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (X 2 ) terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (Y). Hal ini berarti, jika Belanja Modal Kabupaten/Kota di Propinsi DIY meningkat, maka Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY akan tetap atau konstan.

4.4. R 2 (Koefisien Determinasi) R 2 (Koefisien Determinasi) ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan secara komprehensif terhadap variabel dependen. Nilai R 2 (Koefisien Determinasi) mempunyai range antara 0-1. Semakin besar R 2 mengindikasikan semakin besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Hasil dari regresi dengan metode OLS diperoleh R 2 (Koefisien Determinasi) sebesar 0,984 artinya variasi dari variabel dependen (Y) dalam model yaitu variabel Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (Y) dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen (X) yaitu Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (X 1 ) dan Belanja Modal Kabupaten/Kota di Propinsi DIY (X 2 ) sebesar 98,4 persen, sedangkan sisanya sebesar 2,6 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. 4.5. Pembahasan Hasil regresi berganda menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Propinsi DIY berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY. Hal ini berarti, jika Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Propinsi DIY meningkat, maka Indeks Pembangunan Manusia Tingkat Kabupaten/Kota di Propinsi DIY juga meningkat. Hasil regresi berganda menunjukkan bahwa Belanja Modal Kabupaten/Kota di Propinsi DIY berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY. Hal ini berarti, jika Belanja Modal Kabupaten/Kota di Propinsi DIY meningkat, maka Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY akan tetap atau konstan. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang Pengaruh antara Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY Tahun 2005-2009, maka diperoleh kesimpulan dan saran diuraikan sebagai berikut : 1. Hasil regresi berganda menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Propinsi DIY berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY. Hal ini berarti, jika Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota di Propinsi DIY meningkat, maka Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY juga meningkat. Karena dengan pengelolaan sumber daya dan juga bantuan dari pemerintah yang berupa Dana Alokasi Umum (DAU),

maka alokasi dana untuk mensejahterakan masyarakat, khususnya di bidang pendidikan juga akan semakin baik. 2. Hasil regresi berganda menunjukkan bahwa Belanja Modal Kabupaten/Kota di Propinsi DIY berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY. Hal ini berarti, jika Belanja Modal Kabupaten/Kota di Propinsi DIY meningkat, maka Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY akan tetap atau konstan. Hal ini karena pengalokasian dana bagi Belanja Modal yang seharusnya untuk peningkatan kesejahteraan tetapi hanya digunakan untuk pemeliharaan gedung perkantoran,peralatan, dan kendaran bermotor. Seharusnya dana tersebut untuk gedung sekolah, peralatan pelajaran,dan juga sarana kesehatan. 5.2. Saran Untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY sehubungan dengan adanya pengaruh Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal Kabupaten/Kota di Propinsi DIY, maka disarankan Pemerintah Kabupaten di Propinsi DIY meningkatkan pengeluaran pembangunan, investasi daerah, dengan cara : 1. Pemerintah Kabupaten di Propinsi DIY sebaiknya mendorong peningkatan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY melalui investasi daerah. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan mendorong pertumbuhan sisi pendidikan, kesehatan, maupun taraf hidup, pendapatan, lapangan pekerjaan dan pada akhirnya Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY meningkat. 2. Saran lain dapat juga dengan implementasi otonomi daerah yang terkait dengan pengeluaran pembangunan dalam semua sektor baik sektor properti, pertanian, niaga dan lain-lain akan mampu mempengaruhi peningkatan lapangan pekerjaan, pendapatan dan berimplikasi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan meningkatnya pengeluaran pembangunan, maka akan dapat meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Propinsi DIY.

Daftar Pustaka Arsyad, Lincolin, 2004, Ekonomi Pembangunan, Edisi 4, Yogyakarta : Aditya Media. Badan Pusat Statistik, 2005-2009, DIY dalam Angka, BPS DIY. Bland, Robert L. and Samuel Nunn, 1992, The Impact of Capital Spending on Municipal Operating Budgets. Public Budgeting & Finance. Vol. 12, No. 2: 32-47. Christy, Fhino Andrea dan Adi, Prito Hari, 2009, Hubungan antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, dan Kualitas Pembangunan Manusia, The 3rd National Conference UKWMS Page, UKMSW, Salatiga. Dewi, Adha, 2006, Kajian Penerapan Akuntansi Biaya pada Anggaran Belanja Daerah Kota Singkawang. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Gevisioner, 2004, Badan Litbang Riau Pekanbaru. Gujarati, D., 1999, Basic of Econometrics, 1 st edition, Singapore: Mc.Graw Hill Inc.,2003, Essentials of Econometrics, 2 nd edition, Singapore: Mc.Graw Hill Inc. Greene, H. William, 2000, Econometric Analysis, Third Edition, New Jersey: Prentice Hall Halim, Abdul, 2001, Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Hsiao, Cheng, 1995, Analysis of Panel Data, Cambridge : Cambridge Universityi Press. Kuncoro, Mudrajat, 2004, Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perekonomian, Strategi dan Peluang, Penerbit Erlangga. Kuncoro, Haryo, 2007, Fenomena Flypaper Effect pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota dan Kabupaten di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X. Nordiawan, Deddi, 2006, Akuntansi Sektor Publik, Jakarta: Salemba Empat. Prawirosetoto, Yuwonono, 2002, Desentralisasi Fiskal di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2 Agustus, Jakarta : Unika Atmajaya. Prakoso, Kesit Bamabng, 2004, Analisis pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap prediksi Belanja Daerah (Studi Empirik di Wilayah Propinsi Jawa Tengah dan DIY), Jurnal JAAI, Vol. 8, UII, Yogyakarta. Rosady Ruslan, 2004, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sarundajang, 1999, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Saragih, Panglima Juli, 2003, Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi, Ghalia Indonesia, Jakarta. Simanjuntak, Robert, 2001, Kebijakan Pungutan Daerah di Era Otonomi, Domestic Trade, Decentralization and Globalization: A One Day Conference. LPEM-UI. Jakarta. Suparmoko, 2002, Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta: BPFE UGM. Syaiful, 2008, Pengertian dan Perlakuan Akuntansi Belanja Barang dan Belanja Modal dalam Kaidah Akuntansi Pemerintahan, Jakarta. Todaro, Michael. P., 2000, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Keenam, Terjemahan, Cetakan Pertama, Erlangga, Jakarta. UNDP, 1996, Human Development Report, Oxford University Press, New York. UNDP, 2004, Human Development Report, Oxford University Press, New York. Widarjono, Agus, 2005, Ekonometrika Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama, Ekonisia, UII, Yogyakarta.

CURRICULUM VITAE INFORMASI PERSONAL Nama : Maria Yunitha Bau Umur : 26 tahun Tempat Tanggal Lahir : Atambua, 05 Juni 1985 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Katolik Status : Belum Kawin Alamat : Jl. Gorongan 111,No.215 A,Gorongan, Sleman- Condong Catur Hand Phone : 081392080359 Pendidikan Formal SDI Debubot (1991-1997) SMP Negeri 1 Atambua (1997-2000) SMU Negeri 1 Atambua (2000-2003) Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (2003-2012) Yogyakarta, 09 Januari 2012 Maria Yunitha Bau