PENERAPAN SAFETY MANAGEMENT SYSTEM PADA LEMBAGA PENYELENGGARA PELAYANAN NAVIGASI PENERBANGAN INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

BAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

PENERAPAN SAFETY MANAGEMENT SYSTEM DAN KOMPETENSI PEMANDU LALU LINTAS PENERBANGAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

mengenai kewenangan Inspektur Navigasi Penerbangan dalam melaksanakan pengawasan; bahwa dalam melaksanaan pengawasan sebagaimana

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

PENGARUH KESEHATAN, KESELAMATAN, DAN KEAMANAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) WILAYAH SULUTTENGGO AREA PALU

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 182 TAHUN 2017 TENTANG

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

EVALUASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN (SAFETY MANAGEMENT SYSTEM) DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADI SOEMARMO BOYOLALI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KUALITAS PELAYANAN JASA KEAGENAN KAPAL DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PERUSAHAAN PELAYARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

2017, No Safety Regulations Part 65) Sertifikasi Ahli Perawatan Pesawat Udara (Licensing of Aircraft Maintenance Engineer) Edisi 1 Amandemen

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 25 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi.

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 39 / III / 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Singapura dengan Douglas Aircraft D2/F6 perusahaan KNILM (Koninklijke

PELAYANAN FASILITAS TERMINAL BAGI PENGGUNA JASA PENERBANGAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Leader Konsultan Pelaksana

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 93 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KESELAMATAN PENERBANGAN NASIONAL

2017, No personel ahli perawatan harus memiliki sertifikat kelulusan pelatihan pesawat udara tingkat dasar (basic aircraft training graduation

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

MENGURANGI TINGKAT KECELAKAAN PADA KAPAL RO-RO

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan

Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G)

ABSTRACT. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pesawat udara hubungan antar Negara-negara di dunia semakin mudah. Saat ini

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 112 TAHUN 2017 TENTANG

^PENYELENGGARAAN KALIBRASI FASILITAS DAN PROSEDUR

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 030 TAHUN 2018 TENTANG TIM PERSIAPAN DAN EVALUASI PENYELENGGARAAN

PENGAWASAN UNIT APRON MOVEMENT CONTROL (AMC) DAN DISIPLIN PENGGUNA JASA DI APRON BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

2015, No Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahu

ABSTRACT. Keywords: Tax Hotel, Tax Restaurant, Regional Real Income. vii

PENGARUH VOLUME KARGO IMPOR TERHADAP TINGKAT IRREGULARITY BARANG IMPOR

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Presiden Nomor 47

ABSTRAK. Kata Kunci : Kompensasi Langsung, Kompensasi Tidak Langsung, Kinerja.

2016, No Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

Keywords: management control systems, leadership style, performance company

ABSTRACT. Key words : Advertisement Tax Revenue, Street Lighting Tax Revenue, Local Government Original Receipt. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan alat transportasi lainnya karena banyaknya keuntungan yang didapat

SKEP /40/ III / 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG

Udara Jenderal Besar Soedirman di

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman terhadap tata

ABSTRAK. Kata-kata kunci : ketersediaan fasilitas, pemberian insentif, kinerja karyawan. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 222 TAHUN 2017 TENTANG INDIKATOR KINERJA KESELAMATAN (SAFETY PERFORMANCE INDICATOR (SPI))

Seseorang dapat mengajukan Perancangan Prosedur Penerbangan

BAB I PENDAHULUAN. secara global akan meningkatkan perjalanan udara sebesar 1 2.5%

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PROFIL JAKARTA AIR TRAFFIC SERVICE CENTER (JATSC) AIRNAV INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BANDUNG DRAFT SKRIPSI

2 Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PENGARUH MOTIVASI DAN PELATIHAN TERHADAP KINERJA (Studi pada Karyawan PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Malang)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 473 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 82 TAHUN 2015 TENTANG

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

2 Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tenta

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. nama awalnya Perum Pelabuhan Jakarta Cengkareng berdiri sejak tahun 1984.

PENGARUH PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA SMKN 1 MARTAPURA

PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN (STUDI PADA PT. ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) BANDUNG BARAT BRANCH OFFICE)

ABSTRACT. Keywords: inflation rate, economic growth, and restaurant tax revenue.

2016, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

PENERAPAN SAFETY MANAGEMENT SYSTEM PADA LEMBAGA PENYELENGGARA PELAYANAN NAVIGASI PENERBANGAN INDONESIA THE IMPLEMENTATION OF SAFETY MANAGEMENT SYSTEM AT THE AIRNAV INDONESIA Adin Eka Fiyanzar Dewi Nusraningrum Osman Arofat STMT Trisakti STMT Trisakti STMT Trisakti stmt @indosat.net.id stmt @indosat.net.id stmt @indosat.net.id ABSTRACT This study aimed to analyze the effect of the implementation of Safety Management System (SMS) and the use of information system on the Flight Safety in the Indonesian Air Navigation Services Organization both partially and simultaneously. The research uses quantitative methods, and the data are analyzed using linear regression, simple correlation both partially and simultaneously and path analysis. The result shows; implementation of Safety Management System (X 1 ) as measured by the Flight Safety (Y) has a positive and significant contribution on the level of Flight Safety. The amount of the application contribution of Safety Management System that directly contributes to the Flight Safety is 35.4%, so the research hypothesis which states that the Safety Management System application directly impacts significantly on Aviation Safety is accepted; the use of Information Systems (X 2 ) as measured by the Flight Safety (Y) has a positive and significant contribution on the level of Flight Safety. The use of information systems contributions that directly contributes to aviation safety is 38.4%, so the hypothesis which states that the use of information system directly affects significantly the flight safety is acceptable; the total effect of simultaneous application of Safety Management System (X 1 ) and the use of Information Systems (X 2 ) contribute significantly to the Flight Safety (Y) as much as 66.3%. The remaining 33.7% is the influence of the other factors such as refresher and development training for air navigation personnel, aviation navigation equipment renewal and observation flight. Keywords: safety management, information, flight safety. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 205

Adin Eka Fiyanzar, Dewi Nusraningrum, Osman Arofat ISSN 2355-4721 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh penerapan Safety Management System (SMS) dan Penggunaan Sistem Informasi terhadap Keselamatan Penerbangan pada Lembaga Penyelenggara (LPPNPI) Jakarta baik secara parsial maupun simultan. Penelitian menggunakan metode kuantitatif, dan data dianalisis menggunakan regresi linear, korelasi sederhana, parsial maupun jamak dan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan; penerapan SMS (X 1 ) yang diukur oleh Keselamatan Penerbangan (Y) memiliki kontribusi positif dan signifikan terhadap tinggi rendahnya Keselamatan Penerbangan. Besarnya kontribusi Penerapan SMS yang secara langsung berkontribusi terhadap Keselamatan Penerbangan sebesar 35,4% sehingga hipotesis penelitian yang menyatakan Penerapan SMS berpengaruh langsung secara signifikan terhadap Keselamatan Penerbangan dapat diterima; penggunaan Sistem Informasi (X 2 ) yang diukur oleh Keselamatan Penerbangan (Y) memiliki kontribusi positif dan signifikan terhadap tinggi rendahnya Keselamatan Penerbangan. Kontribusi penggunaan sistem informasi yang secara langsung berkontribusi terhadap keselamatan penerbangan sebesar 38,4%, sehingga hipotesis yang menyatakan penggunaan sistem informasi berpengaruh langsung secara signifikan terhadap keselamatan penerbangan dapat diterima; pengaruh total secara simultan Penerapan SMS (X 1 ) dan Penggunaan Sistem Informasi (X 2 ) berkontribusi secara signifikan terhadap Keselamatan Penerbangan (Y) sebesar 66,3%. Sisanya sebesar 33,7% merupakan pengaruh yang datang dari faktor - faktor lain misalnya pelatihan refresher dan development pada personil navigasi penerbangan, pembaharuan peralatan navigasi penerbangan dan pengamatan penerbangan. Kata Kunci : manajemen keselamatan, informasi, keselamatan penerbangan. 206 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016

PENDAHULUAN Keselamatan penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya (Undang- Undang No. 1 Tahun 2009). Namun pada kenyataannya masih banyak kendala pemenuhan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan ataupun fasilitas lainnya. Hal ini ditandai dengan masih adanya kecelakaan ataupun insiden di bidang penerbangan. Insiden penerbangan dapat berupa Break of Separation (BOS) ataupun Break of Coordination (BOC) (Gambar 1). Dalam penggunaan ruang udara, terdapat wilayah udara dengan jalur lalu lintas yang sangat padat pada waktu tertentu. Hal ini dapat menjadi hazard dalam pelayanan lalu lintas penerbangan. Misalnya beban kerja pemandu lalu lintas. Di sisi fasilitas navigasi penerbangan, peralatan navigasi penerbangan yang terdapat ada unit penyelenggara navigasi penerbangan banyak yang sudah berumur dan lewat masa kalibrasinya. Hal ini berpotensi menimbulkan pendaratan yang tidak presisi. Berdasarkan KM No. 14 Tahun 2009 Sub Part 170. H - Air Traffic Services Incident Reporting and Investigation, insiden pelayanan lalu lintas penerbangan wajib untuk dilaporkan pada pemerintah (dalam hal ini Direktorat Jenderal Perhubungan Udara) dan dilakukan investigasi. Pelaporan dan investigasi ini bertujuan untuk menganalisis kejadian dan memberikan rekomendasi keselamatan. Dengan demikian, diharapkan adanya peningkatan terhadap keselamatan penerbangan. Dalam upaya mengurangi insiden penerbangan, ICAO telah menerbitkan International Standard and Recomended Practices Annex 19 Safety Sumber: Direktorat Navigasi Penerbangan, Kemenhub RI Gambar 1 BOS & BOC 2003-2014 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 207

Adin Eka Fiyanzar, Dewi Nusraningrum, Osman Arofat ISSN 2355-4721 Manajement. Safety Management System (SMS) berarti suatu pendekatan sistematis untuk mengelola keselamatan, termasuk struktur organisasi yang diperlukan, kewajiban, kebijakan dan prosedur (KM No. 20 Tahun 2009). Dengan adanya SMS, penyedia layanan bandar udara, angkutan udara, ataupun navigasi penerbangan diharapkan dapat menerapkan kegiatan operasionalnya sebagai upaya pemenuhan keselamatan penerbangan. SMS telah dipersyaratkan dalam penyelenggaraan pelayanan lalu lintas penerbangan, tercantum dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. 49 Tahun 2011 tentang Peraturan keselamatan Penerbangan Sipil, bagian 172 tentang Penyelenggara Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan (Air Traffic Service Provider) butir 172.145 SMS yang menyatakan bahwa penyelenggara pelayanan lalu lintas penerbangan harus memiliki dan mengimplementasikan SMS. Hal ini dilakukan dengan cara menyertakan SMS dalam prosedur operasi lokal penyelenggara pelayanan lalu lintas penerbangan tersebut. Penyelenggara pelayanan lalu lintas penerbangan juga diwajibkan melakukan peninjauan kembali dan melakukan perbaikan yang memungkinkan untuk memastikan sistem berjalan dengan baik. Sistem Manajemen Keselamatan atau SMS operasi bandar udara merupakan salah satu sarana untuk menjaga pemenuhan ketentuan peraturan dan standar, karena sebagian dari persyaratan pengawasan operasi bandar udara akan menjadi bagian dari SMS tersebut (Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara, 2009). Pada penelitian Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan Sebagai Standar Keselamatan Pelayanan Lalu Lintas Udara oleh Sisilia pada 2009 ditemukan bahwa kendala penerapan SMS yang pertama adalah safety culture. Pada upaya penerapan SMS melalui pelaksanaan sepuluh tahapan diperlukan sebuah kondisi dengan seluruh elemen dalam organisasi mengerti, paham, dan aware terhadap safety itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa kesuksesan penerapan dari strategi yang dibuat suatu organisasi tergantung dari iklim dan kondisi internal organisasi tersebut. Oleh karena itu, penerapan SMS dalam sebuah organisasi harus berakar dari safety culture yang melekat pada organisasi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari komitmen pada visi dan misi serta SOP untuk menciptakan sebuah pelayanan lalu lintas udara yang mengutamakan keselamatan. Beberapa permasalahan keselamatan penerbangan, di antaranya: 1) kendala dalam pemenuhan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan ataupun fasilitas lainnya; 2) wilayah udara dengan jalur lalu lintas yang sangat padat ada waktu tertentu; 3) indikasi kurangnya pemeriksaan secara berkala dan pemeliharaan runway di bandar udara; 4) kurangnya pemeliharaan terhadap pesawat udara; 5) peralatan navigasi penerbangan yang sudah berumur dan lewat masa kalibrasinya; 6) belum optimalnya penggunaan sistem informasi pelaporan insiden lalu lintas penerbangan, 208 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016

dan 7) penyelenggara pelayanan lalu lintas penerbangan yang belum menerapkan SMS. SMS berfokus pada pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi dan menghadapi resiko dalam usaha untuk meminimalkan kehilangan atas nyawa manusia (human life), kerusakan properti penerbangan (property damage) dan pencabutan izin terbang, mengefektifkan pengeluaran dana, mengurangi timbulnya dampak buruk terhadap masyarakat dan kerusakan lingkungan (Sisilia, 2009). SMS mengenalkan prinsip-prinsip baru manajemen resiko keselamatan secara holistik. SMS menjadi alat yang penting untuk menentukan antara biaya penerapan keselamatan dibandingkan yang tidak (Ntampakis, D & Biermann, 2014) Manajemen Keselamatan dapat digambarkan sebagai aplikasi sistematis dari kemampuan teknis dan manajerial yang spesifik untuk mengidentifikasi dan mengendalikan hazard dan resiko terkait. (Mihailovici, 2013). Ludwig et al. (2007) mengartikan SMS sebagai pendekatan proaktif untuk mengelola keselamatan yang terkonsentrasi ada pengendalian proses dari pada hanya mengandalkan pemeriksaan dan tindakan perbaikan pada produk akhir (Gambar 2). Sumber: Ludwig et al. ( 2007) Gambar 2 Lapisan SMS Dalam Annex 19 tentang Safety Management, framework SMS terdiri dari 4 unsur yaitu Safety policy and objectives (kebijakan keselamatan) berupa komitmen manajemen dan tanggung jawab, manajemen risiko keselamatan (Safety risk management) berupa identifikasi hazard dan mitigasinya, jaminan keselamatan (safety assurance) berupa pengawasan kinerja keselamatan, dan promosi keselamatan (safety promotion) berupa pelatihan dan edukasi. Dari berbagai sumber yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan definisi SMS adalah suatu pendekatan proaktif dan sistematis yang dilakukan oleh organisasi dengan tujuan mengidentifikasi hazard, mengendalikan risiko, memitigasi kejadian, menentukan biaya keselamatan dan mengutamakan pengendalian proses. Roelen (2012) mendefinisikan keselamatan sebagai kebebasan dari risiko yang tidak dapat diterima, risiko merupakan kombinasi dari probabilitas terjadinya bahaya dan tingkat keparahan bahaya. Harm adalah cedera fisik atau kerusakan pada kesehatan orang baik secara langsung atau tidak langsung sebagai akibat dari kerusakan properti atau lingkungan. Sehingga definisi keselamatan adalah subjektif, karena apa yang diterima satu kelompok orang mungkin tidak dapat diterima untuk kelompok lain orang. Keselamatan juga memiliki aspek probabilistik, dan ini adalah salah satu alasan mengapa keselamatan subjek sulit untuk diukur, karena tidak adanya bahaya tidak selalu menunjukkan adanya risiko. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 209

Adin Eka Fiyanzar, Dewi Nusraningrum, Osman Arofat ISSN 2355-4721 Dalam kasus keselamatan penerbangan, tingkat keparahan kerusakan didefinisi sebagai terjadinya mengakibatkan korban jiwa, luka-luka serius atau kerusakan parah pada pesawat. Kita dapat mendefinisikan keselamatan penerbangan adalah tidak adanya probabilitas kecelakaan tidak dapat diterima. Ada tiga unsur yang memberikan kontribusi pada keselamatan penerbangan. Pertama, pesawat terbang itu sendiri, bagaimana pesawat itu didesain, dibuat, dan dirawat. Kedua, sistem penerbangan negara, airport, jalur lalu lintas udara, dan air traffic controls. Ketiga, airlines flight operations yang berkaitan dengan pengendalian dan pengoperasian pesawat di airlines (Laksono, 2011). Berdasarkan beberapa sumber tersebut, maka disintesiskan definisi keselamatan penerbangan sebagai kondisi tanpa bahaya yang diperoleh melalui pemenuhan persyaratan, pencegahan bahaya, budaya keselamatan dan pengawasan berkelanjutan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Uji Korelasi Sederhana dan Berganda Berdasarkan Tabel 1 hasil korelasi, bahwa besarnya hubungan Penerapan SMS (X 1 ) dengan Keselamatan Penerbangan (Y) yang dihitung dengan koefisien korelasi (r) adalah 0,727. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat dan positif antara penerapan SMS dengan keselamatan penerbangan. Kontribusi penerapan SMS dengan keselamatan penerbangan adalah sebesar KP = r 2 x 100 % = 0,528 x 100 % = 52,8 %. Artinya kontribusi 52,8 % dari variabel Keselamatan Penerbangan didapatkan dari variabel Penerapan SMS. Berdasarkan Tabel 1 hasil korelasi bahwa besarnya hubungan Penggunaan Sistem Informasi (X 2 ) dengan Keselamatan Penerbangan (Y) yang dihitung dengan koefisien korelasi (r) adalah 0,795. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat dan Tabel 1 Hasil Analisis Korelasi (r) 210 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016

positif antara Penggunaan Sistem Informasi dengan Keselamatan Penerbangan. Kontribusi Penggunaan Sistem Informasi dengan Keselamatan Penerbangan adalah sebesar KP = r2 x 100 % = 0,63 x 100 % = 63 %. Artinya kontribusi 63 % dari variabel Keselamatan Penerbangan didapatkan dari variabel Penggunaan Sistem Informasi. Berdasarkan Tabel 1 Hasil Korelasi bahwa besarnya hubungan Penerapan SMS (X 1 ) dengan Penggunaan Sistem Informasi (X 2 ) yang dihitung dengan koefisien korelasi (r) adalah 0,776. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat dan positif antara Penerapan SMS dengan Penggunaan Sistem Informasi. Kontribusi Penerapan SMS dengan Keselamatan Penerbangan adalah sebesar KP = r 2 x 100 % = 0,602 x 100 % = 60,2 %. Artinya kontribusi 60,2 % dari variabel Keselamatan Penerbangan didapatkan dari variabel Penerapan SMS. Koefisien korelasi (r) Penerapan SMS (X 1 ) dan Penggunaan Sistem Informasi (X 2 ) terhadap Keselamatan Penerbangan (Y) adalah 0,814, sehingga didapatkan nilai R 2 sebesar 0,66. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat dan positif antara Penerapan SMS dan Penggunaan Sistem Informasi terhadap Keselamatan Penerbangan. R 2 disebut koefisien determinasi, senilai 66 %. Artinya kontribusi 66 % dari variabel Keselamatan Penerbangan didapatkan dari variabel Penerapan SMS dan Penggunaan Sistem Informasi. Pada Tabel 1 diperoleh nilai probabilitas (Sig korelasi Penerapan SMS terhadap keselamatan penerbangan = 0,000, oleh karena nilai Sig 0,05, maka keputusannya adalah H 0 ditolak dan H 1 diterima. Hasil perhitungan regresi sederhana dan berganda dapat dilihat pada tabel 2. Penerapan SMS Berpengaruh Secara Signifikan dengan Keselamatan Penerbangan Penggunaan Sistem Informasi (X 2 ) Berpengaruh Secara Signifikan dengan Keselamatan Penerbangan. Konstanta sebesar 15,451 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel Penggunaan Sistem Informasi (X 2 ), maka nilai Keselamatan Penerbangan (Y) adalah 15,451. Koefisien regresi sebesar 0,62 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena bernilai positif) satu skor atau nilai Penggunaan Sistem Informasi akan memberikan skor sebesar 0,62. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan; konstanta sebesar 7,575 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel Penerapan SMS (X 1 ) dan Penggunaan Sistem Informasi (X 2 ), maka nilai Keselamatan Penerbangan (Y) adalah 7,575. Koefisien regresi ganda sebesar 0,452 dan 0,227 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena bernilai positif) satu skor atau nilai Penerapan SMS dan Penggunaan Sistem Informasi akan memberikan skor sebesar 0,452 dan 0,227. Dengan df 1 =3-1=2, df 2 =n-k=58-3=55 dan α=0,05, maka nilai F tabel didapatkan 3,16. Sehingga F hitung (54.029) > F tabel (3,16) maka H o ditolak dan H a diterima. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi variabel Penerapan SMS dan Penggunaan Sistem Informasi signifikan dengan variabel Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 211

Adin Eka Fiyanzar, Dewi Nusraningrum, Osman Arofat ISSN 2355-4721 Tabel 2 Hasil Analisis Regresi Y = yx1 X1 + yx2 X2 + y Variabel X Variabel Y Penerapan SMS (X 1) yx 1 y r 12 Keselamatan Penerbangan (Y) Penggunaan Sistem Informasi (X 2) yx 2 Gambar 3. Hubungan Struktur X 1, X 2 dan Y Keselamatan Penerbangan. 2. Uji Analisis Jalur (Path Analysis) Diagram jalur pada penelitian ini dapat dibuat melalui persamaan struktur sebagai berikut. Mencari F tabel pada Tabel F dengan diketahui nilai pembilang (dk = k) = 2 dan nilai penyebut (dk = n - k - 1) = 58 2 1= 55 dengan α=0,05. Sehingga F tabel = 3,16. Jadi F hitung (54,109) F tabel (3,16), maka H 0 ditolak dan H 1 diterima, artinya signifikan dan pengujian secara individual dapat dilakukan. Penerapan SMS Berpengaruh Secara Signifikan terhadap Keselamatan Penerbangan Nilai koefisien jalur ρyx1 = 0,595. Kaidah pengujian signifikasi analisis jalur dengan membandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig sebagai berikut: Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil dari nilai probabilitas Sig atau (0,05 Sig ), maka H 0 diterima dan H 1 ditolak, artinya tidak signifikan. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai 212 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016

Gambar 4. Diagram jalur Hubungan struktur X 1, X 2 dan Y Tabel 3 Hasil Koefisien Jalur probabilitas Sig atau (0,05 Sig ), maka H 0 ditolak dan H 1 diterima, artinya signifikan. Nilai sig.untuk variabel penggunaan SMS adalah 0,03, sehingga 0,05 Sig (0,03), maka H 0 ditolak dan H 1 diterima, artinya koefisien analisis jalur signifikan, sehingga penerapan SMS berpengaruh secara signifikan terhadap keselamatan penerbangan. Penggunaan sistem informasi berpengaruh secara signifikan terhadap keselamatan penerbangan. Berdasarkan Tabel 3, maka hasil temuan penelitian secara objektif bahwa Penerapan SMS (X 1 ) yang diukur oleh Keselamatan Penerbangan (Y) memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap tinggi rendahnya Keselamatan Penerbangan. Dengan demikian tinggi rendahnya Keselamatan Penerbangan dapat dijelaskan oleh Penerapan SMS. Besarnya kontribusi Penerapan SMS yang secara langsung berkontribusi terhadap Keselamatan Penerbangan sebesar (0,595) atau 35,4 %. Penggunaan Sistem Informasi (X 2 ) yang diukur oleh Keselamatan Penerbangan (Y) memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap tinggi rendahnya Keselamatan Penerbangan. Dengan demikian tinggi rendahnya Keselamatan Penerbangan dapat dijelaskan oleh Penggunaan Sistem Informasi. Besarnya kontribusi Penggunaan Sistem Informasi yang secara langsung berkontribusi Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 213

Adin Eka Fiyanzar, Dewi Nusraningrum, Osman Arofat ISSN 2355-4721 terhadap Keselamatan Penerbangan sebesar (0,62)2 = 0,384 atau 38,4 %. Besarnya pengaruh total kontribusi Penerapan SMS (X 1 ) dan Penggunaan Sistem Informasi (X 2 ) berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap Keselamatan Penerbangan (Y) sebesar 0,663 atau 66,3 %. Kontribusinya sebesar 33,7 % merupakan pengaruh yang datang dari faktor-faktor lain. SIMPULAN Penerapan SMS (X 1 ) yang diukur oleh Keselamatan Penerbangan (Y) memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap tinggi rendahnya Keselamatan Penerbangan. Dengan demikian tinggi rendahnya Keselamatan Penerbangan dijelaskan oleh Penerapan SMS (X 1 ). Besarnya kontribusi Penerapan SMS yang secara langsung berkontribusi terhadap Keselamatan Penerbangan sebesar 35,4 %. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan Penerapan SMS berpengaruh langsung secara signifikan terhadap Keselamatan Penerbangan dapat diterima. Penggunaan Sistem Informasi (X 2 ) yang diukur oleh Keselamatan Penerbangan (Y) memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap tinggi rendahnya Keselamatan Penerbangan. Dengan demikian tinggi rendahnya Keselamatan Penerbangan dijelaskan oleh Penggunaan Sistem Informasi (X 2 ). Besarnya kontribusi Penggunaan Sistem Informasi yang secara langsung berkontribusi terhadap Keselamatan Penerbangan sebesar 38,4 %. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan Penggunaan Sistem Informasi berpengaruh langsung secara signifikan terhadap Keselamatan Penerbangan dapat diterima. Pengaruh total Secara simultan penerapan SMS (X 1 ) dan Penggunaan Sistem Informasi (X 2 ) berkontribusi secara signifikan terhadap Keselamatan Penerbangan (Y) sebesar 66,3 % Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diketahui bahwa pengaruh langsung penerapan SMS terhadap keselamatan di LPPNPI sebesar 35,4 %, sedangkan pengaruh penggunaan sistem informasi terhadap keselamatan penerbangan sebesar 38,4 %. Dengan demikian, berdasarkan penelitian ini secara langsung penggunaan sistem informasi lebih berpengaruh dibandingkan penerapan SMS pada LPPNPI. Pengaruh total secara simultan Penerapan SMS dan Penggunaan Sistem Informasi berkontribusi secara signifikan terhadap Keselamatan Penerbangan pada LPPNPI sebesar 66,3 %. Dengan besaran kontribusi tersebut, penerapan SMS dan penggunaan Sistem Informasi merupakan salah satu bagian yang sebaiknya mendapatkan perhatian organisasi untuk mencapai keselamatan penerbangan di LPPNPI. 214 Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No.2, Juli 2016

DAFTAR PUSTAKA Annex 19 First Edition 2013. Safety Management. ICAO. [Kemenhub RI]. Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia. 2009. Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerangan Sipil bagian 170, Air Traffic Rules. Jakarta: Kepmenhub RI. [Kemenhub RI]. Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia. 2009. Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil, Sistem Manajemen Keselamatan. Jakarta: Kemenhub RI. Laksono, Hary. 2011. Keselamatan Penerbangan di Indonesia. http:// pkn. Informasi bandara. org/. Diakses 02 Maret 2014. Ludwig, Duane A., Cheryl R. Andrews, Nienke R. Jesterten Veen & Charlotte Laqui. 2007. Safety Management Systems for Airport. Washington DC: Transportation Research Board. Mihailovici, Cristina Steliana. 2013. The Role of The Human Factor in Relation to Safety Management System. Constanta. Ntampakis, D & Biermann, T. 2014. Applying SMS and sustainability principles to airport wildlife hazard management, Revista Conexão Sipaer, Vol. 5 (11). [Permenhub RI]. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2011 tentang Peraturan Keselamatan Penerangan Sipil bagian 172, Sistem Manajemen Keselamatan. Jakarta: Permenhub RI. Roelen, A.L.C & M.B. Klompstra. 2012. The Challenges in defining aviation safety performance indicator. Helsinki, Finland. PSAM 11 & ESREL. Sisilia, Yuanna. 2009. Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan Sebagai Standar Keselamatan Pelayanan Lalu Lintas Udara. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi.Vol.16 (3). [UU RI] Undang Undang Republik Indonesia. 2009. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Jakarta: UU RI. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 2, Juli 2016 215