Organisasi pencegahan infeksi nosokomial terdiri dari :

dokumen-dokumen yang mirip
MANAJEMEN PENCEGAHAN & SURVEILANS UNTUK INFEKSI NOSOKOMIAL

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan sebagai organisasi yang bergerak

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang disebut Dengue

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015

TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

BAB I PENDAHULUAN. yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan. mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Penyedia pelayanan kesehatan dimasyarakat salah satunya adalah rumah sakit. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengutamakan pelaksanaannya melalui upaya penyembuhan pasien, rehabilitasi dan pencegahan gangguan kesehatan. Rumah sakit berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Penyakit demam berdarah adalah penyakit menular yang di

PENDEKATAN DIAGNOSIS DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Penampilan rumah sakit dapat diketahui dari beberapa indikator antara lain : a. Cakupan dan mutu pelayanan dilihat melalui indikator :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perhatian terhadap infeksi daerah luka operasi di sejumlah rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

Penyakit Endemis di Kalbar

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di

Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO)

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Rekam Medis menurut Huffman EK, diagnosa dan pengobatan serta merekam hasilnya. (6)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB I PENDAHULUAN. Morbiditas dan mortalitas DHF bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai

Untuk mendiagnosia klinik DBD pedoman yang dipakai adalah yang disusun WHO :

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

ABSTRAK. GAMBARAN IgM, IgG, DAN NS-1 SEBAGAI PENANDA SEROLOGIS DIAGNOSIS INFEKSI VIRUS DENGUE DI RS IMMANUEL BANDUNG

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki standar mutu pelayanannya. Dengan adanya peningkatan mutu

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. penghujan disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan ke manusia melalui vektor nyamuk

BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB I PENDAHULUAN. baik dari pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun dipandang sebagai n

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

PERBEDAAN MANIFESTASI KLINIS DAN LABORATORIS ANTARA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN IgM+IgG+ DAN PASIEN DBD DENGAN IgM-IgG+ SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

Mengapa disebut sebagai flu babi?

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti

Transkripsi:

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Manajemen Pencegahan dan Surveilance untuk Infeksi Nosokomial Minggu Ke : VII Organisasi pencegahan infeksi nosokomial terdiri dari : - komite ; yang mewadahi organisasi-organisasi atau unit-unit yang ada di rumah sakit agar infeksi nosokomial dapat dicegah - wewenang - keanggotaan - komunikasi : jika sanitasi tidak dilakukan maka harus dicatat dan dikomunikasikan - tanggung jawab Surveilance adalah kegiatan pengamatan yang sistematis (terdiri dari langkah-langkah) aktif terus menerus terhadap timbulnya dan penyebaran infeksi nosokomial pada suatu peristiwa yang menyebabkan meningkat dan menurunnya risiko tersebut. Risiko terjadi bila sanitasi tidak dilakukan secara kontinyu maka infeksi nosokomial akan meningkat, semakin pendek hari rawat maka semakin rendah risikonya. Infeksi nosokomial adalah penyakit infeksi yang berasal dari rumah sakit. Surveilance ini tugasnya adalah mendeteksi penyakit infeksi yang bukan berasal dari rumah sakit, caranya yaitu dengan mendiagnosa penyakit secara tepat dan lengkap, jika tidak catatannya menjadi tidak lengkap. Misalnya, seorang pasien masuk rumah sakit karena batuk tetapi setelah dirawat ternyata menderita flu juga maka flu-nya disebut infeksi nosokomial. Surveilance infeksi nosokomial dapat dipakai sebagai indikator baik atau tidaknya sanitasi rumah sakit, karena itu harus ada wewenang dalam komite. Namun di Indonesia data tersebut under reported karena akan memperburuk citra rumah sakit. Macam surveilance : 1. Surveilance aktif : dengan terus menerus dilakukan pendataan yang sistematis

2. Surveilance pasif : menunggu sistem sampai timbulnya infeksi nosokomial Di Indonesia umumnya adalah surveilance pasif karena lebih murah. Namun hal ini menyebabkan banyak terjadinya KLB seperti demam berdarah. Pada virus Aedes Aegypti ada dua yaitu intrinsik incubation selama 5 hari ada dalam tubuh nyamuk dan ekstrinsik incubation selama 5 7 hari dalam tubuh manusia. Bila dijumlahkan maka sampai timbulnya penyakit demam berdarah membutuhkan waktu 10 hari. Pada surveilance pasif, dilihat dari gejala manusia demam lalu dilakukan penyemprotan. Hal ini terlambat karena pada periode itu nyamuk sudah beterbangan ke manusia lain. Seharusnya dimulai dari awal musim hujan dilakukan pengamatan jentik/populasi nyamuk (uji sirologi) apakah ada virus pada nyamuk itu. Jika positif, dilakukan penyemprotan pada daerah yang positif saja. Tujuan surveilance : 1. Memperkirakan besarnya masalah infeksi nosokomial (misalnya HIV). 2. Memahami kejadian infeksi nosokomial itu sendiri (misalnya seseorang masuk karena saluran kemih, tetapi ketika masuk sudah mulai demam (saluran pernapasan yang belum termanifestasi), ini bukan infeksi nosokomial). Tetapi jika luka yang ada bernanah akibat benda yang tidak steril maka disebut infeksi nosokomial. Untuk ini diperlukan pemahaman perjalanan penyakit (anatomi fisiologi). Misalnya perjalanan penyakit demam berdarah (dengue). Virus saliva nyamuk megabarier saliva darah manusia (IgM dan IgG). IgM spesifik terhadap penyakit tertentu, contohnya demam berdarah sehingga jumlahnya meningkat untuk memakan virus yang masuk (antigen). Jika sebagian besar antigen telah termakan maka bekerjalah IgG yang jumlahnya akan meningkat. Khusus unutk virus ini, protein IgM dipakai untuk perkembangbiakannya, akibatnya penderita mengalami hemorrhagic sampai shock. Yang berbahaya bila penderita mengalami demam berdarah infeksi sekunder (dengue 2). Ketika D1 sembuh IgG meningkat D2 IgG tidak bisa makan D2, akibatnya dipakai unutk berkembang biak (IgM tidak muncul karena IgG masih banyak) mati. 3. Mendeteksi KLB atau epidemi infeksi nosokomial. 4. Mendokumentasikan distribusi dan penyebaran infeksi (bisa mengetahui munculnya infeksi dimana). 5. Menguji hipotesis tentang etiologi/penyebab.

Eksplorasi bentuk informasi yang informatif : 1. Bentuk : tabel, grafik, pie chart. 2. Matching : waktu, frekuensi, jenis infeksi, pasien, sumber, pengobatan, kelas ruangan, komplikasi, usia dan jenis kelamin. 3. Analisis : trend, interaksi, asosiasi, hubungan kausal. Yang harus diperhatikan dalam infeksi nosokomial : 1. Apakah penyebabnya sama dari waktu ke waktu? 2. Dari tempat ke tempat lain? Misalnya di ruang operasi (ada AC). Jika filter AC tidak dibersihkan ada kuman berkembang. Setiap tindakan operasi pasti ada infeksi sekunder, biasanya sebelum dioperasi pasien disuntik antibiotika/antiprofilaksis untuk mencegah infeksi, namun hal itu tidak perlu dilakukan jika ada pembersihan yang teratur dan benar mengingat obat antibiotika yang dibebankan ke pasien cukup mahal dan bisa mengakibatkan pasien resistensi. Jika kecenderungannya ditemukan banyak wanita > lihat hal kewanitaan atau penyebabnya di kebidanan. Jika kebanyakan laki-laki > penyakit dalam > ruang operasi/manajemen secara keseluruhan. Jika kebanyakan anak-anak > ruang rawat inap. Sumber infeksi nosokomial : 1. Pasien. 2. Keluarga, lingkungan rumah sakit (fisik dan non fisik). Penyebab terjadinya infeksi nosokomial : 1. Mikroorganisme. 2. Daya tahan tubuh rendah. 3. Tindakan invasif peningkatan resistensi kuman, bakteri, virus, jamur. Kecenderungan terjadinya infeksi nosokomial : 1. Rumah sakit pendidikan/rujukan bebas, pasien banyak penyakitnya berat dan infeksi nosokomial tinggi.

2. Rumah sakit swasta biasanya infeksi nosokomial rendah, rumah sakit pemerintah mempunyai biaya sanitasi yang tinggi namun pelaksanaannya tidak ada. Rumah sakit besar jumlah pasien besar, jumlah tempat tidur banyak, BOR tinggi. 3. Rumah sakit khusus ada hubungan dengan lama hari rawat, misal rumah sakit jiwa lama hari rawat tinggi, tingkah laku menyebabkan risiko sehingga infeksi nosokomial tinggi. Misalnya rumah sakit mata lama hari rawat rendah sehingga infeksi nosokomial rendah tindakan tidak invasif. Hubungan BTO dan TOI dengan infeksi nosokomial : 1. BTO dan TOI ada hubungannya dengan infeksi nosokomial. 2. BTO adalah Bed Turn Over yaitu pemakaian tempat tidur dalam setahun (48-52 kali dalam setahun). Paling lama hari rawat yang bagus adalah 3 hari. Jika lama hari rawat tinggi maka BTO rendah, BTO tinggi maka infeksi nosokomial rendah, namun ini juga tergantung optimal tidaknya pembersihan kamar. 3. TOI adalah Turn Over Interval yaitu waktu/jumah hari kosong tempat tidur biasanya rumah sakit menentukan 3-5 hari. Jika TOI rendah maka infeksi nosokomial rendah. Kegiatan surveilance infeksi nosokomial : 1. Merumuskan kejadian yang akan diamati (kriteria dan jenis dijabarkan dengan jelas). 2. Mengumpulkan data secara sistematis (BTO dan TOI-nya dari ruangan/instalasi). 3. Menghitung data agar bermakna. 4. Menganalisa data dan menarik kesimpulan. 5. Menyebarluaskan informasi kepada pihak yang perlu. 6. Melaksanakan kegiatan yang perlu. Jenis surveilance : 1. Menyeluruh (seluruh pasien, semua unit). 2. Berdasarkan tujuan (LOS, biaya, pengobatan). 3. Terbatas (lokasi, unit, KLB). 4. Pasif dan aktif. 5. SOP dan implementasinya. 6. Saran pendukung : instrumentasi, laboratorium, dll.

7. Faktor risiko infeksi nosokomial : jenis kelamin, lama hari rawat, kelas ruang rawat, komplikasi, lama tindakan (instrumentasi dan keperawatan), prosedur tindakan, pemakaian antibiotik (jenis, rasional, kultur/resistensi).