oleh Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Jakarta, 10 Mei 2013

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17 TAHUN 2013 TENTANG

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

2014, No Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL

2 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi (L

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemba

2017, No listrik tenaga mikrohidro/pembangkit listrik tenaga surya dengan mekanisme sewa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI sasa

2 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara R

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tenaga Listrik Dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Perser

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkand

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. No.2051, 2015 KEMEN-ESDM. PT. PLN. Pembelian. Tenaga Listrik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

POKOK-POKOK PM ESDM 45/2017, PM ESDM 49/2017 DAN PM ESDM 50/2017

bahwa dalam rangka pemenuhan kebutuhan energi listrik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN ELEKTRIFIKASI DI DAERAH PERBATASAN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah

Negara (Persero); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nom

KEBIJAKAN & RPP DI KEBIJAKAN & RPP BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN BARU

POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No.

POKOK-POKOK PM ESDM 45/2017, PM ESDM 49/2017 DAN PM ESDM 50/2017

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG

TATA CARA PERIZINAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (BERDASARKAN PERATURAN MENTERI ESDM NOMOR 35 TAHUN 2013)

SOP PERIZINAN KEMENTERIAN ESDM

TATA CARA PERIZINAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2013)

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 217, Tambaha

Latar Belakang KEMENTERIAN ESDM

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG

Informasi Berkala Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TATA CARA PERIZINAN PEMANFAATAN JARINGAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN TELEMATIKA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 30

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM DAN BATUBARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman.

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. DAK. Energi Pedesaan. Tahun Penggunaan. Petunjuk Teknis.

Sub Sektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Panas Bumi. Survei. Penugasan. Pedoman.

TATA CARA PERIZINAN USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK

2017, No pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

-2- badan layanan umum atau BUMN yang berusaha di bidang Panas Bumi untuk melakukan Eksplorasi. Dalam rangka pemberian IPB pada suatu Wilayah Kerja ke

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 001 TAHUN 2006 TENTANG

Lampiran Berita Acara Penjelasan Nomor : 602/02/PAN-UPTD.TIM/IV/2013 tanggal 23 April 2013

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis.

LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK AGENDA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI DALAM RANGKA KETAHANAN ENERGI NASIONAL

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2016 TENTANG

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

DIREKTORAT ANEKA ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN OLEH : AGUNG PRASETYO

2017, No Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Petunjuk Operasional Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Fisik Penugasan Bidang Energi Skal

Dokumen Pengadaan Secara Elektronik

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI

Materi Paparan Menteri ESDM

2015, No c. bahwa dalam rangka mendukung penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Keuangan di Badan Koordinasi Penanaman Modal, perlu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

UNIT LAYANAN PENGADAAN

Adendum Dokumen Pengadaan Nomor : 04.D/PAN-UPTD.TIM/V/2012 tanggal 31 Mei 2012

Perubahan Tata Cara Perizinan Usaha Ketenagalistrikan oleh Auraylius Christian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Fasilitas Kepabeanan untuk pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan berdasarkan PMK Nomor 21/PMK.011/2010

Mekanisme Investasi Modal Asing Dalam Pertambangan Nasional

SALINAN. 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2OI4 tentang panas. Nomor 2L7, Tambahan Lembaran Negara Republik

A D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N. untuk

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia.

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL, BATUBARA DAN BATUAN

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2017

PERCEPAT PROYEK MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA

PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

UNIT LAYANAN PENGADAAN KABUPATEN BOJONEGORO POKJA PENGADAAN BARANG Jalan Lettu Soeyitno No. 39 Telp./Fax (0353) BOJONEGORO

PERATURAN MENTERI ESDM NO. 040/2006

Oleh: Maritje Hutapea Direktur Bioenergi. Disampaikan pada : Dialog Kebijakan Mengungkapkan Fakta Kemiskinan Energi di Indonesia

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

2017, No sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas Peratur

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 28 TAHUN 2013

Dokumen Pengadaan Secara Elektronik

PETUNJUK TEKNIS PERMOHONAN IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM (IUKU)

2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

Transkripsi:

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI oleh Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Jakarta, 10 Mei 2013

I. Latar Belakang 3 II. Dasar Hukum 4 III. Prinsip Pembelian Tenaga Listrik 5 IV. Harga Pembelian dan Kriteria 6 V. Mekanisme Penawaran Kuota 7 VI. Prosedur Pelelangan Umum 8 VII. ESDM Prosedur untuk Kesejahteraan Penentuan Rakyat Kuota

I. LATAR BELAKANG 1.Untuk sistem interkoneksi, diprioritaskan untuk substitusi pembangkit listrik yang menggunakan BBM, yang pada akhirnya dapat menurunkan subsidi BBM; 2.Untuk sistem isolated, pengembangannya diarahkan pada sistem yang pembangkit listriknya masih menggunakan PLTD; 3.Kemampuan anggaran Pemerintah terbatas sehingga perlu peran swasta untuk meningkatkan EBT, termasuk PLTS; 4.Untuk menarik investasi diperlukan patokan harga karena memberikan kepastian harga tanpa ada negosiasi; 5.Target bauran energi harus dipacu pencapaiannya.

II. DASAR HUKUM 1.UU Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi Pasal 20 Ayat 5 Penyediaan energi dari sumber energi baru dan sumber energi terbarukan yang dilakukan oleh badan usaha, bentuk usaha tetap dan perseorangan dapat memperoleh kemudahan dan/atau insentif dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya untuk jangka waktu tertentu hingga tercapai nilai keekonomiannya. 2.Perpres 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional mentargetkan kontribusi energi baru terbarukan sebesar 17% dalam bauran energi primer (hingga saat ini pangsa EBT 6,9%). 3.Komitmen Pemerintah untuk menurunkan emisi gas CO 2 sebesar 26% pada tahun 2020 atau 41% dengan dukungan internasional.

1. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) wajib membeli seluruh tenaga listrik yang dihasilkan dari PLTS Fotovoltaik dari Badan Usaha (IPP). 2. Harga pembelian tenaga listrik dipergunakan dalam perjanjian jual beli tenaga listrik dari PLTS Fotovoltaik bersifat final. 3. Pembelian tenaga listrik dari PLTS Fotovoltaik berdasarkan penawaran Kuota Kapasitas yang ditetapkan Dirjen EBTKE berdasarkan usulan PT. PLN (Persero).

IV. HARGA PEMBELIAN DAN KRITERIA 1. Harga pembelian tenaga listrik dari PLTS Fotovoltaik untuk semua kapasitas ditetapkan dengan harga patokan tertinggi sebesar 25 sen USD/kWh 2. Jika menggunakan modul surya fotovoltaik dengan TKDN sekurangkurangnya 40%, diberikan insentif sehingga harga pembelian tenaga listrik ditetapkan dengan harga patokan tertinggi sebesar 30 sen USD/kWh. 3. Harga pembelian tersebut sudah termasuk seluruh biaya interkoneksi dari pembangkit ke titik interkoneksi jaringan tenaga listrik PT. PLN (Persero). 4. Kriteria dalam penentuan kuota dan lokasi adalah beban dan kemampuan sistem PLN menyerap produksi PLTS on-grid dengan kapasitas antara 1-10 MW dan lokasi sub sistem isolated yang saat ini masih dipasok sebagian atau seluruhnya dari PLTD-minyak dan BPP pada sub sistem tersebut diatas harga HPT dalam rancangan Permen ESDM.

V. MEKANISME PENAWARAN KUOTA 1.Dirjen EBTKE menawarkan Kuota Kapasitas kepada Badan Usaha sesuai dengan penetapan Kuota Kapasitas 2.Penawaran Kuota Kapasitas dilakukan melalui mekanisme pelelangan umum. 3.Bila penawaran Kuota Kapasitas terdapat 1 (satu) Badan Usaha yang mendaftar, maka jangka waktu masa pelelangan diperpanjang selama 7 hari kerja. 4.Bila waktu perpanjangan pelelangan telah berakhir dan tetap diikuti oleh 1 Badan Usaha, maka proses pelelangan dilanjutkan.

VI. PROSEDUR PELELANGAN UMUM 1.Pelelangan Kuota Kapasitas dapat diikuti oleh Badan Usaha. 2.Dalam 1 paket pelelangan, 1 Badan Usaha hanya dapat ikut serta dalam 1 konsorsium. 3.Dokumen Penawaran harus diunggah (up load) melalui website aplikasi pelelangan Kuota Kapasitas secara elektronik. 4.Dokumen Penawaran diunggah (up load) dalam 1 tahap yang terdiri dari dua sampul, yaitu sampul 1 berisi persyaratan administrasi, teknis, dan keuangan; dan sampul 2 berisi penawaran harga. 5.Evaluasi penawaran mempergunakan sistem penilaian ambang batas dan harga terendah. 6.Harga terendah yang dimaksud merupakan harga jual tenaga listrik terendah yang ditawarkan oleh peserta, dinyatakan dalam satuan sen US$/kWh.

VII. PROSEDUR PENENTUAN KUOTA 1.Dirjen EBTKE menyampaikan besaran rencana Kuota Kapasitas kepada PT PLN(Persero). 2.PT. PLN mengusulkan rincian Kuota Kapasitas kepada Dirjen EBTKE, paling lambat 60 hari setelah besaran Kuota Kapasitas disampaikan. 3.Dirjen EBTKE menetapkan Kuota Kapasitas dengan mempertimbangkan usulan rincian Kuota Kapasitas pada awal tahun.

VIII. PERSYARATAN PELELANGAN UMUM KUOTA KAPASITAS...(1) 1.Badan Usaha yang dapat mengikuti proses pelelangan Kuota Kapasitas harus memenuhi persyaratan administratif, teknis, dan keuangan. 2.Persyaratan administratif paling sedikit meliputi : a. pakta integritas; b. identitas pemohon/akte pendirian Badan Usaha; c. profil badan usaha; Nomor Pokok Wajib Pajak; d. Surat Perjanjian Kemitraan/Kerja Sama Operasi, apabila berbentuk konsorsium 3. Persyaratan keuangan paling sedikit meliputi: a. laporan keuangan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik kecuali perusahaan baru dengan melampirkan laporan keuangan; b. Jaminan Penawaran berupa garansi bank sebesar 2% (dua persen) nilai total investasi dari bank yang berstatus BUMN atau bank utama (prime bank) yang berkedudukan di Jakarta; c. surat pernyataan kesanggupan membuka rekening bersama (escrow account) antara Badan Usaha dengan Ditjen EBTKE sebesar 20 % dari total investasi pembangunan PLTS Fotovoltaik paling lambat 15 hari kerja setelah ditetapkan sebagai pemenang lelang oleh Dirjen EBTKE.

VIII. PERSYARATAN PELELANGAN UMUM KUOTA KAPASITAS...(2) 4. Persyaratan teknis paling sedikit meliputi: a. rencana lokasi pembangunan yang telah memperhitungkan persyaratan teknis penyambungan yang dilengkapi dengan peta dan koordinat lokasi; b. jadwal pelaksanaan pembangunan PLTS Fotovoltaik serta jadwal Commercial Operation Date (COD) PLTS Fotovoltaik; c. proyeksi produksi dan penjualan listrik selama 20 tahun; d. rencana kerja dan anggaran biaya; e. Rancang Bangun Rinci (Detailed Engineering Design) PLTS Fotovoltaik; f. daftar tenaga ahli di bidang PLTS Fotovoltaik, diutamakan yang mempunyai kemampuan teknis operasional PLTS Fotovoltaik dengan menunjukkan pengalaman di bidang pembangunan PLTS Fotovoltaik; g. struktur organisasi pelaksanaan pembangunan; h. spesifikasi teknis PLTS Fotovoltaik (kapasitas dan jenis modul surya); i. surat dukungan pabrikan untuk modul fotovoltaik dan inverter;

VIII. PERSYARATAN PELELANGAN UMUM KUOTA KAPASITAS... (3) j. apabila menggunakan produk impor wajib melampirkan surat pernyataan bahwa modul fotovoltaik dan inverter impor yang digunakan telah memenuhi standar internasional yang dibuktikan dengan sertifikat produk dari lembaga sertifikasi independen k. apabila menggunakan produk dalam negeri wajib melampirkan: formulir rekapitulasi perhitungan TKDN untuk keseluruhan PLTS fotovoltaik; uji; dan surat pernyataan bahwa modul fotovoltaik dan inverter produk dalam negeri yang digunakan telah memenuhi standar teknis yang berlaku di Indonesia yang dibuktikan dengan sertifikat hasil uji produk dari lembaga surat pernyataan menggunakan produk dalam negeri untuk komponen selain komponen utama yang memenuhi standar nasional.

IX. HAK BADAN USAHA PESERTA LELANG KUOTA 1. Dalam 1 paket pelelangan, 1 Badan Usaha hanya dapat ikut serta dalam 1 konsorsium. 2. Peserta pelelangan melakukan pendaftaran sejak tanggal pengumuman lelang sampai dengan paling lambat 1 hari sebelum batas akhir pengunggahan Dokumen Penawaran. 3. Peserta pelelangan setelah melakukan pendaftaran dapat mengunduh Dokumen Pelelangan sejak tanggal pendaftaran sampai dengan 1 hari sebelum batas akhir pengunggahan Dokumen Penawaran. 4. Peserta yang memasukan Dokumen Penawaran dapat menyampaikan sanggahan secara tertulis atas pengumuman pemenang lelang kepada Dirjen EBTKE dalam waktu 5 hari kerja setelah pengumuman pemenang lelang disertai bukti terjadinya penyimpangan. 5. Sanggahan dapat diajukan oleh peserta baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan peserta lain apabila terjadi penyimpangan prosedur.

X. KEWAJIBAN BADAN USAHA PEMENANG PENAWARAN KUOTA KAPASITAS 1.Badan Usaha pemenang pelelangan wajib menyetorkan dana pelaksanaan pembangunan PLTS Fotovoltaik atas nama Badan Usaha dengan Ditjen EBTKE pada bank yang berstatus BUMN atau bank utama (prime bank) yang berkedudukan di Jakarta sebesar 20 % dari total investasi pembangunan PLTS Fotovoltaik, paling lambat 15 hari kerja setelah ditetapkan sebagai pemenang pelelangan oleh Dirjen EBTKE. 2.Badan Usaha dapat menggunakan dana yang disetorkan untuk kebutuhan investasi pembangunan PLTS Fotovoltaik setelah mencapai financial close. 3.PT PLN (Persero) dalam jangka waktu paling lama 60 hari setelah penugasan pembelian tenaga listrik wajib menandatangani PPA dan melaporkan pelaksanaannya kepada Dirjen EBTKE. 4.Badan Usaha pemenang pelelangan wajib mencapai financial close dalam jangka waktu paling lama 3 bulan setelah penandatanganan PPA. 5.Badan Usaha pemenang pelelangan wajib melakukan kegiatan pembangunan PLTS Fotovoltaik paling lama 3 bulan setelah financial close.

XI. SANKSI BADAN USAHA PEMENANG PELELANGAN KUOTA KAPASITAS 1.Badan Usaha pemenang pelelangan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya, dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis. 2.Peringatan tertulis diberikan oleh Dirjen EBTKE paling banyak 3 kali dalam jangka waktu peringatan masing-masing 1 bulan. 3.Peringatan tertulis diberikan berdasarkan usulan PT PLN (Persero) atau berdasarkan evaluasi oleh Dirjen EBTKE. 4.Badan Usaha pemenang pelelangan yang mendapat sanksi peringatan tertulis setelah berakhirnya jangka waktu peringatan tertulis ketiga belum melaksanakan kewajibannya, maka penugasan kepada PT. PLN dibatalkan oleh Menteri berdasarkan usulan dari Dirjen EBTKE 5.Bila penugasan kepada PT. PLN dibatalkan oleh Menteri maka PPA diakhiri, dan Dirjen EBTKE mengusulkan kepada Dirjen Ketenagalistrikan untuk menetapkan penugasan pembelian tenaga listrik kepada PT Perusahaan Listrik negara (Persero) yang baru.

MEKANISME PELAKSANAAN RANCANGAN PERMEN PLTS FOTOVOLTAIK PENGADAAN DJEBTKE PLN PPA + Financial Close PLN PENGEMBANG KONSTRUKSI PENGEMBANG

SIKLUS PELAKSANAAN PERMEN TENAGA SURYA Catatan: Masa perpanjangan pelaksanaan pembangunan Maks 12 bulan

Terima Kasih Go Green Indonesia! energi hijau, energi masa depan KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI Jalan Jenderal Gatot Subroto, Kav. 49 Jakarta 12950; Telp/Faks : 021-5250575 www.ebtke.esdm.go.id