batukota.bps.go.id ISBN : No. Publikasi : Katalog BPS : Naskah : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU

Kebenaran Data dan teknik penghitungan dalam buku ini Telah Dikoreksi Oleh : BPS KABUPATEN MALANG

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara


PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

Katalog BPS :

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

BAB II URAIAN SEKTORAL

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

III. METODE PENELITIAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

Katalog BPS :

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

II.1. SEKTOR PERTANIAN

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha

III. METODE PENELITIAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Kerjasama : KATALOG :

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 Gross Regional Domestic Product Kendal Regency 2011

ANALISIS SEKTORAL PDRB KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menilai kinerja ekonomi secara makro di suatu wilayah dalam periode waktu

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

BAB III URAIAN SEKTORAL

Katalog BPS :

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PONOROGO

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang


BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang 1

KATA PENGANTAR. Lumajang, November 2017 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN LUMAJANG. . A Z W I R, S.Si. NIP

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013


TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN TASIKMALAYA (PER KECAMATAN) MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN


Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KAUR MENURUT LAPANGAN USAHA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO


I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) KABUPATEN BONDOWOSO MENURUT KECAMATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH


Tinjauan Ekonomi. Kabupaten Magelang 2013

PDRB Kabupaten Blitar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

Transkripsi:

o. id s. g a. bp ot tu k ba

KOTA BATU ISBN : 978-602-70993-2-6 No. Publikasi : 35795.14.02 Katalog BPS : 4107.3579 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm x 28 cm : VII + 64 Halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik Kota Batu "Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya"

PDRB Kota Batu 2013 KATA PENGANTAR Buku publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Batu 2013 ini dimaksudkan sebagai salah satu bahan evaluasi dan perencanaan pembangunan, khususnya bidang ekonomi di Kota Batu. Publikasi tahun 2013 ini berisikan data PDRB tahun 2009 sampai dengan 2013, namun data tahun 2013 masih bersifat sementara. Sifat sementara ini menyangkut ketersediaan data dasar dari berbagai sumber yang belum tersedia. Tentu saja data tahun 2013 akan direvisi setelah semua data dasar terkumpul. sebelumnya merupakan angka revisi. Angka tahun Angka PDRB disajikan dalam satuan uang Rupiah, baik menurut perhitungan atas dasar harga berlaku dan menggunakan tahun dasar baru yaitu tahun 2000. Sedangkan untuk keperluan analisa sederhana, disusun pula tabel-tabel yang berisikan angka persentase maupun indeks-indeks tertentu yang lazim digunakan sebagai indikator ekonomi. Demikian juga konsep/definisi yang digunakan dicantumkan agar para users dapat memanfaatkan sebaik mungkin isi publikasi ini, dan seterusnya berdasarkan angka-angka yang tersaji dapat memahami uraian ringkas yang diberikan. Kami menyadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik para pengguna data sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi yang akan datang. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga publikasi ini dapat disajikan. Batu, Agustus 2013 Badan Pusat Statistik Kota Batu Kepala Sri Kadarwati, S.Si,MT NIP. 19660114 198802 2 001 ii

PDRB Kota Batu 2013 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii TABEL-TABEL POKOK v BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Maksud dan Tujuan 2 1.3. Manfaat.. 3 1.4. Kegunaan Angka Produk Domestik Regional Bruto 3 BAB II KONSEP DAN DEFINISI 5 2.1. Istilah-Istilah Umum.. 5 2.2. Metode Penghitungan. 9 2.3. Cara Penyajian. 11 2.4. Angka Indeks 13 BAB III URAIAN SEKTORAL 16 3.1. Sektor Pertanian 16 3.2. Sektor Penggalian 19 3.3. Sektor Industri Pengolahan 19 3.4. Sektor Listrik, Gas, dan Air 20 3.5. Sektor Bangunan 21 3.6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 21 3.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 23 3.8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 25 3.9. Sektor Jasa-jasa 27 iii

PDRB Kota Batu 2013 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 31 4.1. Gambaran Umum 31 4.2. Gambaran Produk Domestik Regional Bruto 33 4.3. Struktur Perekonomian 35 4.4. Pertumbuhan Ekonomi.. 40 4.5. Tingkat Perkembangan Harga 47 4.6. Pendapatan Domestik Regional Bruto Perkapita 49 BAB V PENUTUP 51 iv

PDRB Kota Batu 2013 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 : Struktur Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Kota Batu Tahun 2000 dan 2013 36 Tabel 4.2 : Pertumbuhan Ekonomi Kota Batu 2010-2013.. 42 Tabel 4.3 : Tingkat Inflasi PDRB Kota Batu 2011-2013 48 Tabel 4.4 Tabel P.01 : Pendapatan Per Kapita Atas dasar Harga Berlaku dan Konstan Kota Batu Tahun 2011-2013 50 : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rp. ) Kota Batu Tahun 2009-2013 53 Tabel P.02 : Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rp. ) Kota Batu Tahun 2009-2013 54 Tabel P.03 : Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ( persen ) Kota Batu Tahun 2009-2013 55 Tabel P.04 : Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (persen) Kota Batu Tahun 2009-2013 56 Tabel P.05 : Indeks Perkembangan Atas Dasar Harga Berlaku ( persen ) Kota Batu Tahun 2009-2013 57 Tabel P.06 : Indeks Perkembangan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (persen) Kota Batu Tahun 2009-2013 58 Tabel P.07 : Indeks Berantai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ( persen ) Kota Batu Tahun 2009-2013 59 Tabel P.08 : Indeks Berantai PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (persen) Kota Batu Tahun 2009-2013 60 v

PDRB Kota Batu 2013 Tabel P.09 : Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto (persen) Kota Batu Tahun 2009-2013 61 Tabel P.10 : Inflasi Produk Domestik Regional Bruto ( persen ) Kota Batu Tahun 2009-2013 62 Tabel P.11 Tabel P.12 : Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (persen) Kota Batu Tahun 2009-2013 63 : Agregat Pendapatan Regional dan Pendapatan per Kapita Kota Batu Tahun 2009-2010 64 vi

PDRB Kota Batu 2013 DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 4.1 : Produk Domestik Regional Bruto ADHB dan ADHB Tahun 2000-2013 (Dalam Milyar) 34 Grafik 4.2 : Struktur Ekonomi Kota Batu Tahun 2013 38 Grafik 4.3 : Perubahan Struktur Ekonomi Kota Batu.... 39 Tahun 2000-2013 (Dalam Persen) Grafik 4.4 : Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Batu 45 Tahun 2001-2013 (Dalam Persen) Grafik 4.5 : Tingkat Inflasi 2006-2013 ( Dalam Persen ) 49 vii

I. PENDAHULUAN II. KONSEP DEFINISI III. URAIAN SEKTORAL IV. HASIL & PEMBAHASAN V. PENUTUP

1 PDRB Kota Batu 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan ekonomi yang dilakukan di daerah memerlukan data statistik yang digunakan sebagai bahan analisa untuk menentukan dan mengarahkan sasaran pembangunan, agar dapat dicapai sasaran yang lebih tepat. Secara umum kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang telah lalu perlu dilihat dan dinilai tentang hasil-hasil dan implikasinya pada masa sekarang ini. Sehingga perlu adanya data stastistik yang merupakan ukuran kuantitas yang dapat memberikan gambaran tentang keadaan pada masa lalu, masa kini serta sasaran yang akan dicapai pada masa mendatang. Hal ini akan dapat dipenuhi dengan penyajian angka-angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara berkala yang merupakan ukuran dan landasan yang tepat untuk mencapai sasaran di dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional, dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain, arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap dan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Adapun dampak positif pembangunan ekonomi antara lain adanya peningkatan kualitas hidup masyarakat atau peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu disajikan statistik pendapatan regional secara berkala untuk digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan regional, khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat dipakai juga sebagai bahan evaluasi dari hasil 1

1 PDRB Kota Batu 2013 pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah daerah maupun swasta. Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah sebagai akibat diberlakukannya UU No.22/1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.25/1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, maka terjadi perubahan sistem pemerintah yang sentralistik menjadi desentralistik. Beberapa daerah yang merasa cukup mampu, diantaranya Batu akhirnya berkembang menjadi suatu kota. Sebagai daerah otonom baru, Kota Batu harus menghadapi segudang tugas dan tantangan dalam mengembangkan pembangunan dimasa yang akan datang. Guna mewujudkan hal di atas, Pemerintah Kota Batu menganggap perlu untuk menyusun data PDRB Kota Batu. Dengan tersedianya data PDRB dari tahun ke tahun, para pembuat kebijakan ekonomi di Pemerintah Kota Batu akan mampu mengevaluasi hasil-hasil pembangunan pada suatu kurun waktu tertentu. 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN Di dalam Perencanaan ekonomi suatu wilayah pada umumnya dimaksudkan untuk menyelesaikan dua masalah pokok berikut: 1. Bagaimana mengusahakan agar pembangunan ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara mantap; 2. Bagaimana mengusahakan agar pendapatan yang timbul tersebut dapat dibagi atau diterima oleh masyarakat seadil-adilnya. Permasalahan tersebut di atas secara kuantitas dapat dievaluasi dengan tersedianya data statistik PDRB. Hal ini dikarenakan PDRB mampu memberikan data statistik berupa: 1. Laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah, baik secara menyeluruh maupun sektoral; 2

1 PDRB Kota Batu 2013 2. Tingkat kemakmuran melalui besarnya pendapatan per kapita. Dalam hal ini lebih lengkap dengan tersedianya data PDRB daerah lain sebagai pembanding; 3. Kemampuan daya beli masyarakat dengan melihat besarnya tingkat inflasi; 4. Potensi yang ada dengan melihat struktur perekonomian yang terjadi. 1.3. MANFAAT Manfaat penyusunan PDRB tahun 2012 ini untuk memecahkan dua masalah pokok: 1. Sebagai bahan evaluasi pelaksanaan pembangunan ekonomi pada tahun-tahun sebelumnya; dan 2. Sebagai bahan perencanaan bidang ekonomi baik jangka pendek maupun jangka panjang bagi pemerintahan, dunia usaha maupun masyarakat luas. 1.4. KEGUNAAN ANGKA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PDRB yang disajikan dengan harga konstan dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah itu dan apabila ini dibagi dengan jumlah penduduk akan mencerminkan tingkat perkembangan produk per kapita. Dari penghitungan PDRB akan diperoleh Pendapatan Regional suatu wilayah. Jika Pendapatan Regional ini dibagi dengan jumlah penduduk akan mencerminkan tingkat perkembangan perndapatan per kapita yang dapat digunakan sebagai indikator untuk membandingkan tingkat kemakmuran materiil suatu daerah terhadap daerah lain. Penyajian atas dasar harga konstan bersama-sama dengan harga berlaku antara lain dapat dipakai sebagai indikator untuk melihat tingkat inflasi atau deflasi (inflasi negatif) yang terjadi. Penyajian PDRB secara sektoral dapat memperlihatkan struktur ekonomi di wilayah itu. Bila angka PDRB dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja atau 3

1 PDRB Kota Batu 2013 jumlah input yang digunakan, akan dapat menggambarkan tingkat produktifitas secara sektoral maupun menyeluruh. Penyajian dalam bentuk input-output dapat menggambarkan hubungan fungsional antara sektor satu dengan sektor lainnya dan bagaimana kenaikan output suatu sektor mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung kepada sektor-sektor lain Penyajian dalam bentuk Neraca Regional akan dapat digambarkan bagaimana barang dan jasa itu diproduksi, dikonsumsi, diinvestasikan maupun diekspor, dan bagaimana sumber-sumber pembiayaan terhadap konsumsi, investasi maupun ekspor/impor Dari sekedar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa angka-angka yang disajikan oleh PDRB dapat menggambarkan kondisi ekonomi yang terjadi. Dengan demikian PDRB berfungsi sebagai: 1. Indikator tingkat pertumbuhan ekonomi; 2. Indikator tingkat pertumbuhan regional income per kapita; 3. Indikator tingkat kemakmuran; 4. Indikator tingkat inflasi 5. Indikator tingkat perekonomian; dan 6. Indikator hubungan antar sektor. 4

2 PDRB Kota Batu 2013 BAB II KONSEP DAN DEFINISI Penghitungan produk domestik regional adalah salah satu bentuk penghitungan yang memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai produk barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah tertentu dalam waktu tertentu (dalam satu tahun). Dalam bab ini akan diuraikan secara singkat mengenai konsep dan definisi yang digunakan dalam penghitungan PDRB. 2.1. ISTILAH-ISTILAH UMUM Mengawali uraian mengenai konsep dan definisi, berikut dijelaskan mengenai beberapa istilah yang sangat erat hubungannya dengan penghitungan PDRB yaitu output, biaya antara, dan nilai tambah bruto. Kejelasan pengertian dari istilah tersebut sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan PDRB. Selain hal tersebut, dalam publikasi ini juga akan diuraikan mengenai pendekatan penghitungan PDRB, PDRB per kapita, serta beberapa pengertian lainnya. 2.1.1 NILAI PRODUKSI BRUTO Nilai produksi bruto (output) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor kegiatan ekonomi dalam satu periode tertentu. 2.1.2 BIAYA ANTARA Biaya antara terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan dalam proses produksi oleh unit-unit produksi dalam domestik tertentu (biasanya satu tahun). Barang tidak tahan lama dimaksud umumnya adalah barang yang mempunyai suatu perkiraan umur penggunaan kurang dari satu tahun atau habis dalam satu kali produksi. Perlu dijelaskan disini bahwa biaya antara berbeda dengan biaya di dalam accounting, dimana di dalam biaya antara tidak termasuk komponen: 5

2 PDRB Kota Batu 2013 - Faktor pendapatan (gaji, bunga modal, sewa tanah, dan keuntungan ). - Penyusutan barang modal. - Pajak tak langsung neto. 2.1.3 NILAI TAMBAH Nilai tambah bruto merupakan pengurangan nilai produksi bruto (output) dengan biaya antaranya, atau apabila dirumuskan menjadi : Nilai Tambah Bruto (NTB) = Output Biaya Antara Pengertian nilai tambah bruto ini sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan PDRB, yang tidak lain adalah penjumlahan dari seluruh besaran nilai tambah bruto dari seluruh unit produksi yang berada pada wilayah (region) tertentu, dalam rentang waktu tertentu (biasanya satu tahun). 2.1.4 PDRB ATAS DASAR HARGA PASAR Angka PDRB atas dasar harga pasar dapat diperoleh dengan menjumlahkan seluruh nilai tambah bruto (Gross Value Added) dari seluruh unit produksi yang berada pada wilayah itu. Yang dimaksud atas dasar harga pasar adalah apabila semua produk barang dan jasa yang dihasilkan dinilai berdasarkan harga pasar/yang berlaku pada tahun yang berjalan. 2.1.5 PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN Angka PDRB atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara kuantum produksi pada tahun berjalan dinilai atas dasar harga pada tahun dasar. Angka PDRB atas dasar harga konstan dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan ataupun sektoral pada suatu daerah. 2.1.6 PDRN ATAS DASAR HARGA PASAR 6

2 PDRB Kota Batu 2013 PDRN atas dasar harga pasar diperoleh dari PDRB atas dasar harga pasar dikurangi dengan jumlah penyusutan barang modal dari seluruh sektor. 2.1.7 PDRN ATAS DASAR BIAYA FAKTOR Perbedaan antara konsep biaya faktor dan konsep harga pasar yaitu karena adanya pajak tak langsung yang dipungut pemerintah kepada unit-unit produksi, dimana pajak tak langsung akan berakibat menaikkan harga yang dibayarkan oleh konsumen dan subsidi dari pemerintah. PDRN atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tak langsung, maka hasilnya adalah PDRN atas dasar biaya faktor. 2.1.8 PENDAPATAN REGIONAL Dari konsep yang telah diuraikan di atas dapat diketahui bahwa PDRN atas dasar biaya faktor sebenarnya adalah jumlah balas jasa faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di dalam wilayah/daerah itu. Faktor-faktor produksi itu berupa tenaga kerja, modal, tanah dan wiraswasta serta balas jasanya berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan. Jadi dengan PDRN atas biaya faktor merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan yang timbul atau berasal dari wilayah tersebut. Perlu diketahui bahwa pendapatan penduduk wilayah / daerah itu kesulitan untuk dihitung/diketahui, sebab ada sebagian pendapatan yang diterima oleh penduduk wilayah/daerah itu diperoleh karena memiliki faktor produksi pada perusahaan yang beroperasi di lain wilayah/daerah itu begitu pula sebaliknya. Karena kesulitan tersebut, maka untuk bisa mengetahui/menghitung pendapatan yang mengalir keluar daerah maupun yang masuk ke daerah tersebut, untuk sementara kita asumsikan bahwa pendapatan yang mengalir keluar daerah dengan yang masuk kita anggap sama. Oleh karena itu PDRN atas dasar biaya faktor sementara kita anggap sebagai pendapatan regional. 7

2 PDRB Kota Batu 2013 Bila pendapatan regional ini dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal di daerah tersebut, maka akan dihasilkan rata-rata pendapatan per kapita penduduk daerah tersebut. 2.1.9 PENDAPATAN ORANG PERORANG DAN PENDAPATAN YANG SIAP DIBELANJAKAN Dari apa yang telah diuraikan diatas, maka konsep yang dipakai dalam Regional Income dapat diurutkan sebagai berikut: (1). PDRB Atas Dasar Harga Pasar (Gross Regional Domestic Product at Market Prices) minus: Penyusutan barang modal akan sama dengan (2). PDRN Atas Dasar Harga Pasar (Net Regional Domestic Product at Market Prices) minus: Pajak tak langsung neto akan sama dengan (3). PDRN Atas Dasar Biaya Faktor (Net Regional Domestic Product at Factor Cost) minus: Pendapatan yang mengalir keluar daerah/luar negeri akan sama dengan (4). Pendapatan Regional (Regional Income) minus: - Pajak pendapatan perusahaan (Corporate Income Taxes) - Keuntungan yang tidak dibagikan (Industributed Profit) - Iuran kesejahteraan dan sosial (Social Security Constribution) plus: Transfer yang diterima oleh rumah tangga dan bunga neto atas hutang Pemerintah, akan sama dengan (5). Pendapatan Orang Seorang (Personal Income) minus: Pajak rumah tangga, transfer yang diterima rumahtangga akan sama dengan 8

2 PDRB Kota Batu 2013 (6). Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) 2.2. METODE PENGHITUNGAN Metode penghitungan PDRB dapat diperoleh dengan 2 (dua) cara, yaitu : 2.2.1 METODE LANGSUNG Yang dimaksud dengan metode langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data daerah yang terpisah sama sekali dengan data propinsi atau nasional sehingga hasil penghitungannya memperlihatkan seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan daerah/wilayah tersebut. Metode ini dapat diperoleh dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran yang selanjutnya dapat diterangkan sebagai berikut: 2.2.1.1 PENDEKATAN PRODUKSI PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Penghitungannya adalah dengan menjumlahkan nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara masing-masing total produksi bruto tiap-tiap sektor atau sub sektor. Sektor yang dihitung dikelompokkan menjadi 9 sektor yaitu : Sektor pertanian, sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, Sektor Bangunan/Konstruksi, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Pengangkutan, dan komunikasi dan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan serta sektor Jasa-jasa. 2.2.1.2 PENDEKATAN PENGELUARAN yaitu : PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir, 9

2 PDRB Kota Batu 2013 1. Pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung. 2. Konsumsi pemerintah 3. Pembentukan modal tetap dan domestik bruto 4. Perubahan Stok 5. Ekspor neto dalam jangka waktu tertentu (biasanya setahun) Ekspor neto adalah ekspor dikurangi impor. 2.2.1.3 PENDEKATAN PENDAPATAN PDRB merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya setahun). Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB, kecuali faktor pendapatan, termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan ini menurut sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto seluruh sektor/lapangan usaha. Dari tiga pendekatan tersebut, secara konsep, seharusnya jumlah pengeluaran tadi harus sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksinya. 2.2.2 METODE TIDAK LANGSUNG Metode tidak langsung yang dimaksud adalah metode alokasi. Adapun penghitungannya adalah dengan cara mengalokasikan pendapatan nasional atau regional propinsi untuk tiap kabupaten/kota dengan menggunakan alokator tertentu. 10

2 PDRB Kota Batu 2013 Cara ini ditempuh karena data tidak tersedia atau adanya kerahasiaan dari data tersebut yang tidak boleh diketahui oleh banyak orang misalnya: data perbankan. Alokator yang dapat digunakan yaitu berupa indikator produksi, antara lain : 1. Nilai Produksi Bruto atau Neto 2. Jumlah Produksi fisik 3. Tenaga Kerja 4. Penduduk 5. Alokator tidak langsung. Sektor-sektor yang dihitung dengan menggunakan cara ini antara lain adalah sektor perbankan dan sektor pemerintahan umum. 2.3 CARA PENYAJIAN Dalam penghitungannya, PDRB dapat disajikan dalam dua bentuk penilaian, yaitu atas dasar harga berlaku (Current Prices) dan atas dasar harga konstan (Constant Prices). 2.3.1. PENYAJIAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU Semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun penilaian pada nilai tambah dan komponen pengeluaran produk domestik regional bruto. 2.3.2. PENYAJIAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN Semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang terjadi pada tahun dasar (dalam publikasi ini harga konstan didasarkan pada harga tahun 2000). Karena menggunakan harga yang tetap yaitu harga tahun dasar 2000, maka perkembangan agregat dari tahun ke tahun semata-mata disebabkan oleh perkembangan riil dari kuantum produksi tanpa mengandung fluktuasi harga. Angka-angka pendapatan 11

2 PDRB Kota Batu 2013 regional atas dasar harga konstan apabila dikaitkan dengan data proses produksi dapat memberikan gambaran tingkat perkembangan mengenai produktifitas dan kapasitas produksi dari masing-masing sektor. Pada dasarnya, dikenal empat cara yang digunakan dalam rangka penghitungan atas dasar harga konstan. Masing-masing diuraikan sebagai berikut: a. Revaluasi Dengan cara ini, masing-masing produksi dan biaya antara pada tahun yang bersangkutan dikalikan dengan harga tahun dasar yang akan diperoleh nilai produksi dan biaya antara atas dasar harga konstan. Selanjutnya, nilai tambah bruto diperoleh dari selisih antara nilai produksi dan biaya antara atas dasar harga konstan. Dalam prakteknya tidak semua biaya antara bisa dilakukan dengan antara terhadap nilai produksi tahun berjalan atau dari perkalian antara nilai produksi atas dasar harga konstan dengan masing-masing tahun berjalan dengan rasio biaya antara terhadap nilai produksi pada tahun dasar. b. Ekstrapolasi Penghitungan cara ini diperoleh dengan mengalikan nilai tambah tahun dasar dengan indeks kuantum produksi. Jika indeks kuantum produksi sukar diperoleh maka dipakai indeks yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung misalnya indeks jumlah tenaga kerja atau indikator lainnya. c. Deflasi Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahun berjalan dengan indeks harganya. Indeks harga yang biasa digunakan sebagai deflator adalah Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), Indeks Harga Produsen (IHP), dan Indeks Biaya Hidup (IBH). 12

2 PDRB Kota Batu 2013 d. Deflasi Berganda Dalam deflasi berganda, yang dideflasi adalah output/nilai produksi dan biaya antaranya. Mendeflasikan nilai produksi akan memperoleh nilai produksi atas dasar harga konstan dan mendeflasi biaya antara akan diperoleh biaya antara atas dasar harga konstan, selisih antara nilai produksi atas dasar harga konstan dengan biaya antara atas dasar harga konstan akan diperoleh nilai tambah atas dasar harga konstan. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. 2.4. ANGKA INDEKS Dalam PDRB juga disajikan dalam bentuk peranan sektoral, angkaangka indeks, dan inflasi sektoral. Angka-angka indeks tersebut adalah : indeks perkembangan, indeks berantai, dan indeks harga implisit. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut: 2.4.1. PERANAN SEKTORAL Diperoleh dengan cara membagi nilai masing-masing sektor/sub sektor dengan nilai total seluruh sektor PDRB dikalikan 100 pada tahun yang bersangkutan (baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan suatu tahun tertentu). Penghitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut: P = PDRB i P i = X 100 % 9 PDRB i i=1 Peranan Sektoral i = Sektor i, i=1, 2,, 9 13

2 PDRB Kota Batu 2013 Dalam penyajian tabulasinya, peranan sektor diberi judul Distribusi Persentase PDRB. 2.4.2. INDEKS PERKEMBANGAN Diperoleh dengan membagi nilai-nilai PDRB masing-masing tahun dengan nilai pada tahun dasar, dikalikan 100% untuk masingmasing sektor / subsektor. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat dari tahun ke tahun terhadap tahun dasarnya. Perumusannya adalah sebagai berikut : IP PDRB it IP = X 100 % PDRB io = Indeks Perkembangan i = Sektor i, i=1, 2,, 9 t o = Tahun ke - t = Tahun Dasar 2.4.3. INDEKS BERANTAI Diperoleh dengan membagi nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya dikalikan 100% untuk masingmasing sektor/subsektor. Apabila angka ini dikalikan dengan angka 100 dan hasilnya dikurangi 100, maka angka ini menunjukkan tingkat pertumbuhan produksi untuk masing-masing tahun. Rumus penghitungannya adalah sebagai berikut : PDRB it IB = X 100 % PDRB it-1 IB = Indeks Berantai i = Sektor i, i=1, 2,, 9 t = Tahun ke - t 14

2 PDRB Kota Batu 2013 2.4.4. INDEKS HARGA IMPLISIT Diperoleh dengan membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan untuk masing-masing tahun dikalikan dengan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Indeks harga implisit dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut: PDRB ithb IHI = X 100 % PDRB ithk IHI = Indeks Harga Implisit hb = Harga Berlaku ; hk = Harga Konstan t = Tahun ke t 2.4.5. INFLASI Diperoleh dari indeks harga implisit dengan membuatkan indeks berantainya dari tahun ke tahun. Angka ini akan menunjukkan tingkat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya. Angkaangka tersebut juga menunjukkan secara berkala besaran inflasi yang mencakup seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam wilayah penghitungan PDRB. IHI it Inflasi = X 100 % - 100 IHI it-1 IHI it = Indeks Harga Implisit Sektor ke- i tahun t. IHI it-1 = Indeks Harga Implisit Sektor ke- i tahun (t-1) 15

3 PDRB Kota Batu 2013 BAB III URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam Bab III ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara-cara penghitungan nilai tambah, baik atas dasar harga yang berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 serta sumber datanya. 3.1. PERTANIAN Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang didapat dari alam dan merupakan barang-barang biologis atau hidup dimana hasilnya akan digunakan memenuhi hidup sendiri atau dijual kepada pihak lain, tidak termasuk kegiatan yang tujuannya untuk hobi saja. Kegiatan pertanian pada umumnya berupa cocok tanam, pemeliharaan ternak, penangkapan ikan, penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan serta perburuan binatang liar. Sektor pertanian meliputi: sub sector tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan rakyat, tanaman perkebunan besar, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, perikanan dan jasa pertanian. 3.1.1. TANAMAN BAHAN MAKANAN Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele, sayur sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan lainlain, serta hasil-hasil produk ikutannya. Data produksi diperoleh dari Dinas Pertanian, sedangkan data harga bersumber dari Badan Pusat Statistik. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga berlaku untuk setiap tahun. Sedangkan rasio produksi ikutan dan sampingan, rasio biaya 16

3 PDRB Kota Batu 2013 pengangkutan dan margin perdagangan serta rasio biaya antara diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) yang dilakukan BPS. Rasio mark up bisa diperoleh dari Dinas Pertanian Nilai tambah atas harga konstan 2000 dihitung dengan metode revaluasi yaitu mengalikan kuantum produksi masing-masing tahun dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangi biaya antara atas dasar harga konstan 2000. 3.1.2. TANAMAN PERKEBUNAN a. Tanaman Perkebunan Rakyat Komoditi yang dicakup pada sub sektor ini antara lain adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti jambu mente, kelapa, kopi, kapuk, kapas, tebu, tembakau, dan cengkeh. Cakupan tersebut termasuk produk ikutannya dan hasilhasil pengolahan sederhana seperti minyak kelapa rakyat, tembakau olahan, dan teh olahan. b. Tanaman Perkebunan Besar Untuk sub sektor tanaman perkebunan besar yang kegiatannya mencakup produksi komoditi perkebunan yang diusahakan oleh perkebunan seperti karet, teh, kelapa, kopi, kapuk, kapas, tebu, coklat, kelapa sawit dan cengkeh, serta tanaman lainnya. Data produksi diperoleh dari Sub dinas Perkebunan, sedangkan data harga bersumber dari Badan Pusat Statistik. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengalikan produksi dengan harga pada tahun yang bersangkutan, kemudian dikurangi dengan biaya pengangkutan dan margin perdagangan. Nilai tambah bruto atas dasar berlaku sub sector perkebunan rakyat diperoleh dengan cara mengurangi output tersebut dengan biaya antara. Seperti halnya sub sektor tanaman bahan 17

3 PDRB Kota Batu 2013 makanan, nilai tambah atas harga konstan 2000 dihitung dengan metode revaluasi. 3.1.3. PETERNAKAN DAN HASIL-HASILNYA Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas, maupun hasil ternak, seperti sapi, kerbau, kuda, babi, kambing, domba, susu segar, dan telur. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong di luar rumah potong hewan (RPH) ditambah perbedaan stok populasi ternak dan ekspor ternak neto. Data mengenai jumlah ternak yang dipotong, populasi ternak, produksi susu dan telur, serta harganya diperoleh dari Sub Dinas Peternakan. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi dan atas dasar harga konstan 2000 dengan revaluasi dengan rasio nilai tambah berdasarkan hasil survey khusus. 3.1.4. KEHUTANAN Sub sektor ini mencakup kegiatan penebangan kayu, pengambilan hasil hutan lainnya, dan perburuan. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, arang, dan bambu, sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa gondorukem, kopi, kelapa, ulat sutera, dan madu. Data produksi dan harga perdagangan besar yang diperoleh dalam sub sektor kehutanan diperoleh dari dinas kehutanan. Rasio biaya pengangkutan dan margin perdagangan serta biaya antara diperoleh dari hasil survey khusus. Penghitungan output dan nilai tambah sektor ini sama seperti penghitungan sub sektor sebelumnya yaitu penghitungan atas dasar harga berlaku menggunakan metode produksi dan penghitungan atas dasar harga konstan menggunakan metode revaluasi. 18

3 PDRB Kota Batu 2013 3.1.5. Perikanan Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari kegiatan perikanan umum, tambak, kolam, dan keramba baik ikan konsumsi maupun ikan hias serta pengolahan sederhana (pengeringan dan penggaraman ikan). Data mengenai produksi dan nilai produksi diperoleh dari Sub Dinas Perikanan. Penghitungan nilai tambah bruto memakai metode pendekatan produksi untuk penghitungan atas dasar harga berlaku dan revaluasi untuk penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dengan rasio nilai tambah berdasarkan hasil survey khusus. 3.2. PENGGALIAN Komoditi yang dicakup dalam sektor ini adalah penggalian pasir, penggalian batu kerikil, dan tanah urug. Data produksi dan nilai produksi diperoleh dari hasil survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik berupa data primer dan data sekunder. Output merupakan perkalian antara produksi dan harga masing-masing jenis hasil penggalian. Nilai tambah bruto merupakan pengurangan output dengan biaya antara yang diperoleh dari survey khusus. 3.3. INDUSTRI PENGOLAHAN Sektor ini terdiri dari dua sub sektor, yaitu Sub sektor industri besar/sedang, dan sub sektor industri kecil termasuk RPH (Rumah Potong Hewan) dan kerajinan rumahtangga. Data output atas dasar harga berlaku diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Output dan nilai tambah sub sektor Industri Kecil Kerajinan Rumahtangga diperoleh dengan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan rata-rata output per tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sub sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga, sedang output RPH diperoleh dari pengolahan laporan RPH triwulanan oleh Badan Pusat Statistik. 19

3 PDRB Kota Batu 2013 Untuk kelompok industri besar dan sedang, ruang lingkup dan metode penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku berdasarkan hasil survei tahunan yang dilakukan Badan Pusat Statistik. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan metode deflasi yaitu Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) untuk kelompok industri dari Propinsi Jawa Timur sebagai deflatornya. 3.4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH Sektor ini meliputi tiga sub sektor yaitu sub sektor listrik, sub sektor gas dan sub sektor air bersih. Sejauh ini kegiatan pada sub sektor gas di Kota batu belum ada sehingga yang dibahas pada sektor ini hanya sub sektor listrik dan sub sektor air bersih. 3.4.1. Listrik Sub sektor ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang diusahakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) maupun non-pln dengan tujuan untuk dijual. Listrik yang dibangkitkan atau yang diproduksi meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi dan listrik yang dicuri Metode penghitungan yang dilakukan untuk sub sektor ini adalah pendekatan produksi yaitu nilai tambah bruto diperoleh dari nilai output dikurangi biaya antara. Nilai produksi kegiatan perlistrikan ini diperoleh dari perkalian kuantum listrik yang dibangkitkan dengan harga per unit listrik tersebut. Penghitungan atas dasar harga konstan digunakan metode ekstrapolasi dengan indeks produksi gabungan tertimbang masingmasing jenis produksi tiap tahun sebagai ekstrapolator. 3.4.2. Air Bersih Kegiatan sub sektor ini mencakup proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum 20

3 PDRB Kota Batu 2013 serta pendistribusian dan penyalurannya melalui pipa dan alat lain ke rumahtangga, instansi pemerintah maupun swasta baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), maupun bukan PDAM. Metode penghitungan yang digunakan seperti pada sub sektor listrik yaitu pendekatan produksi. Nilai produksi dan harga diperoleh dari PDAM. Penghitungan Nilai tambah bruto baik berlaku maupun konstan sama seperti penghitungan sub sektor listrik. 3.5. BANGUNAN Sektor Bangunan mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal, dam irigasi dan sebagainya. Nilai tambah Bruto dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi. Output diperoleh dari penjumlahan nilai pembangunan prasarana fisik yang dibiayai APBN maupun APBD serta perbaikannya dan pembangunanpembangunan yang dilakukan oleh developer, BTN, REI dan swadaya masyarakat murni dan biaya antara sub sektor sewa bangunan. Output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi dan sebagai deflatornya adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) Kelompok Umum Kota Malang. 3.6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Sektor ini terdiri dari tiga sub sektor yaitu perdagangan, sub sektor hotel dan sub sektor restauran. Pada dasarnya kegiatan yang dicakup meliputi kegiatan perdagangan, penyediaan akomodasi/hotel, serta penjualan makanan dan minuman seperti restauran, warung makan, kedai, pedagang keliling dan sejenisnya. 3.6.1. Perdagangan Besar dan Eceran Perhitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku sub sektor perdagangan besar dan sedang dilakukan dengan pendekatan arus barang (comodity flow). 21

3 PDRB Kota Batu 2013 Output diperoleh dengan mengalikan besarnya nilai produksi komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, serta produk luar daerah yang diperdagangkan dengan margin perdagangan dan penghitungan nilai tambah berdasarkan rasio nilai tambah yang diperoleh dari data hasil penyusunan tabel Input Output (IO) Indonesia 1995 serta survei khusus dari Propisi Jawa Timur. Produk Luar daerah dihitung dengan pendekatan kosumsi rumah tangga dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung berdasarkan metode deflasi yaitu IHK kelompok Umum sebagai deflatornya. 3.6.2. Hotel Kegiatan sub sektor ini mencakup semua Hotel, Penginapan, dan yang sejenisnya. Output diperoleh dari survei VHTL setiap tahun yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik dan rasio nilai tambah diperoleh dari hasil survey khusus. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung menggunakan metode deflasi dengan IHK Kelompok Makanan Kota Malang sebagai deflatornya. 3.6.3. Restoran Kegiatan sub sektor restaurant mencakup usaha kegiatan penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya dikonsumsi ditempat penjualan baik dengan tempat tetap maupun tidak tetap, termasuk pedagangan makanan/minuman keliling. Dalam penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku menggunakan metode pendekatan produksi. Indikator yang dapat digunakan adalah jumlah tenaga kerja, jumlah restaurant atau jumlah pengunjung yang berkunjung ke restaurant. Sedangkan indikator harga yang digunakan adalah rata-rata output per tenaga 22

3 PDRB Kota Batu 2013 kerja, rata-rata output per restoran atau rata-rata output per penunjung. Sedangkan untuk harga konstannya diperoleh dengan metode deflasi dimana IHK Kelompok Makanan Kota Malang sebagai deflatornya. 3.7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang melalui darat, laut, sungai/danau, dan udara baik bermotor maupun tidak bermotor. Sektor ini mencakup pula jasa penunjang angkutan dan komunikasi. 3.7.1. Angkutan Jalan Raya Sub sektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum, baik bermotor ataupun tidak bermotor seperti bus, truk, pick up, colt, ojek, dokar, dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan menggunakan pendekatan produksi yang didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum barang kecuali truk dan penumpang wajib uji yang diperoleh dari laporan tahunan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR) dan dinas pendapatan. Sedangkan data mengenai ratarata output per kendaraan dan rasio nilai tambah diperoleh dari hasil survey khusus terhadap perusahaan angkutan darat. Selanjutnya nilai tambah bruto diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah bruto dengan outpunta Output atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan menggunakan metode revaluasi yaitu mengalikan jumlah armada yang beroperasi dengan rata-rata output per armada tahun 2000. 23

3 PDRB Kota Batu 2013 3.7.2. Jasa Penunjang Angkutan Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan, seperti terminal dan parkir, keagenan barang dan penumpang, ekspedisi, bongkar/muat, penyimpanan dan pergudangan, serta jasa penunjang angkutan lainnya. 3.7.3. Komunikasi Kegiatan yang dicakup meliputi jasa pos dan giro, telekomunikasi dan jasa penunjang telekomunikasi a. Pos dan Giro Meliputi kegiatan pemberian jasa pos dan giro seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan, dan sebagainya. Termasuk disini pemberian jasa kepada pihak ke tiga seperti jasa giro, tabungan pos, penjualan kertas berharga dan lainnya yang diusahakan oleh PT Pos dan Giro. Perkiraan nilai tambah Bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada data pendapatan yang diperoleh dari Kantor Pos dan Giro Kota Batu. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dengan metode ekstrapolasi. b. Telekomunikasi Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, telegram, faksimil, dan teleks. Nilai tambah Bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang bersumber dari laporan keuangan PT Telkom Cabang Malang. Sedangkan nilai tambah atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang yang meliputi jumlah menit local/intelokal dan banyaknya pemegang telepon. 24

3 PDRB Kota Batu 2013 c. Jasa Penunjang Komunikasi Kegiatan sub sektor ini mencakup pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang kegiatan komunikasi seperti wartel, kios pon, warpostel, radio pager, telepon seluler (ponsel). Penghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku menggunakan metode produksi yaitu wartel dan kios pon sebagai indikator produksi yang datanya diperoleh dari Kantor Cabang Telekomunikasi Malang dan rata-rata output per indikator produksi diperoleh hasil survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik setiap tahun. Untuk nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 penghitungannya sama seperti sub sektor telekomunikasi. 3.8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Sektor ini meliputi sub sektor bank, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan, dan jasa perusahaan. 3.8.1. B a n k Angka nilai tambah bruto sub sektor Bank atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000 diperoleh berdasarkan alokasi dari BPS Propinsi Jawa Timur yang bersumber dari laporan Bank Indonesia Pusat. Dalam PDRB seri terbaru ini, nilai tambah bruto yang ditimbulkan dari kegiatan Bank Indonesia tidak mencakup pembayaran bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan pinjaman dari luar negeri, karena hal itu merupakan kebijaksanaan moneter yang bukan merupakan kegiatan komersial perbankan, sedangkan pada PDRB seri lama masih mencakup kedua jenis bunga tersebut. 3.8.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank Kegiatan lembaga Keuangan bukan bank meliputi kegiatan asuransi, koperasi, pegadaian dan sebagainya. 25

3 PDRB Kota Batu 2013 Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh melalui cara pendekatan pendapatan. Output diperoleh dari SHU untuk kegiatan koperasi, bunga yang diperoleh dari penjumlahan pelunasan uang pinjaman, lelang uang pinjaman, dan sisa uang pinjaman dikurangi kredit uang pinjaman merupakan output dari kegiatan pegadaian yang datanya didapat dari Kantor Pegadaian, sedangkan pengurangan antara besarnya premi dengan klaim asuransi merupakan output dari kegiatan asuransi yang datanya diperoleh dari hasil survei oleh Badan Pusat Statistik. Rasio nilai tambah diperoleh dari hasil SKPR. Perkiraan penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi dengan deflator IHK Kelompok Umum Kota Malang. 3.8.3. Sewa Bangunan Sektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah bangunan sebagai tempat tinggal rumahtangga dan bukan sebagai tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah bangunan itu milik sendiri atau disewa. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan pendekatan produksi, output didapat dari pengeluaran konsumsi rumahtangga khususnya pengeluaran untuk sewa rumah dan rasio nilai tambah dari hasil SKPR. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dengan metode revaluasi. 3.8.4. Jasa Perusahaan Sub sektor ini meliputi jasa pengacara, jasa akuntan, biro arsitektur, jasa pengolahan data, jasa periklanan, fotokopi, jasa persewan alat-alat pesta, dan sebagainya. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan kepada metode pendekatan produksi, output merupakan perkalian dari jumlah usaha masing masing jenis jasa perusahaan sebagai indikator produksi 26

3 PDRB Kota Batu 2013 dengan rata-rata output per indikator sebagai indikator harga. Indikator produksi diperoleh dari pengumpulan data sekunder yang dilakukan Badan Pusat Statistik. Untuk indikator harga dan rasio nilai tambah, didapat dari hasil survey khusus. Jika tersedia data mengenai laporan keuangan (laporan rugi laba) dari perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam sub sektor ini, maka output dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dapat diperoleh dari laporan tersebut. Sedangkan nilai tambah atas dasar harga konstan dapat dihitung dengan cara ekstrapolasi atau cara deflasi dengan menggunakan jumlah tenaga kerja atau jumlah perusahaan sebagai ekstrapolator atau indek harga konsumen kelompok aneka (komponen terkait) Kota Malang sebagai deflator. 3.9. JASA-JASA Sektor ini dibagi menjadi dua sub sektor yaitu: sub sektor jasa pemerintahan umum dan jasa swasta. Sub sektor jasa pemerintahan umum meliputi jasa pemerintahan, administrasi pemerintahan, dan pertahanan keamanan. Sub sektor jasa swasta meliputi jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayaan, dan jasa perorangan rumah tangga. 3.9.1. Jasa Pemerintahan Umum Nilai tambah bruto sub sektor jasa pemerintahan umum terdiri dari jumlah upah dan gaji rutin pegawai pemerintah pusat dan daerah, perkiraan komponen upah dari belanja pembangunan ditambah dengan perkiraan penyusutan sebesar 5 persen dari total gaji yang telah dihitung. Data yang dipakai didasarkan pada realisasi pengeluaran pemerintah pusat yang diperoleh dari dinas instansi vertikal yang berada di Kota Batu. Sedangkan data pemerintah daerah tingkat II dan pemerintah desa, diperoleh dari hasil survei keuangan pemerintah daerah tingkat II dengan blangko K2 dan survei keuangan pemerintah desa dengan blangko K3. Sedangkan untuk pertahanan keamanan, 27

3 PDRB Kota Batu 2013 diperoleh dengan metode alokasi yang datanya bersumber dari BPS Propinsi Jawa Timur. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks jumlah pegawai negeri sipil. 3.9.2. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Sub sektor ini mencakup jasa pendidikan, jasa kesehatan, serta jasa kemasyarakatan lainnya seperti jasa penelitian, jasa palang merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat, dan rumah ibadat. Kegiatan-kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan hanya terbatas yang dikelola diluar pemerintah. Sedang kegiatan sejenis yang dikelola pemerintah termasuk dalam sektor pemerintahan. Penghitungannya dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Jasa Pendidikan Perkirakan output sektor ini adalah perkalian antara murid sekolah swasta menurut jenjang pendidikan yang datanya diperoleh dari Dinas Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan biaya pendidikan selama satu tahun untuk masing masing jenjang pendidikan yang diperoleh dari pengumpulan data sekunder setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik. Rasio nilai tambah menurut hasil survey khusus. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan metode deflasi yaitu IHK Kelompok Pendidikan Kota Malang sebagai deflatornya. b. Jasa Kesehatan Sub sektor jasa kesehatan mencakup jasa rumah sakit swasta, rumah bersalin, dokter praktek, dan jasa kesehatan lainnya yang dikelola oleh swasta. Perkiraan output untuk masing-masing kegiatan didasarkan kepada hasil perkalian antara rata-rata output 28

3 PDRB Kota Batu 2013 per indikator dengan indikator produksinya. Indikator produksi untuk kegiatan rumah sakit umum dan rumah sakit bersalin menggunakan indikator jumlah pasien rawat inap, untuk komoditi lainnya dengan indikator kegiatan. Baik indikator produksi maupun indikator harga, diperoleh dari pengumpulan data sekunder setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik sedangkan rasio nilai tambah menurut hasil survey khusus. Perkiraan penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dengan cara deflasi, sebagai deflatornya IHK Kelompok Kesehatan Kota Malang. c. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Lainnya Output/nilai tambah bruto diperoleh dengan cara mengalikan jumlah anak yang diasuh dengan rata-rata outputnya. Data jumlah anak asuh diperoleh dari Dinas Sosial Kota Batu. Demikian pula untuk rumah ibadah, data rata-rata input rumah ibadah dikalikan dengan jumlah tempat ibadah di Kota Batu. Rasio Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi dengan indeks harga konsumen kelompok jasa-jasa Kota Malang sebagai deflatornya. 3.9.3. Jasa Hiburan dan Kebudayaan Sub sektor ini mencakup tempat rekreasi, televisi swasta, radio swasta, rumah bilyar, dan sebagainya. Output tempat rekreasi diperoleh dari rekap laporan triwulanan tempat rekreasi di Kota Batu selama satu tahun, output rumah bilyar merupakan perkalian antara jumlah meja bilyar dengan rata-rata output per meja bilyar yang diperoleh dari survei yang dilakukan setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik, sedangkan untuk output dari panggung kesenian serta tontonan lainnya diperoleh dengan membagi realisasi pajak tontonan dari Dinas Pendapatan Daerah dengan persentase ketentuan penarikan pajak, sedangkan untuk televisi swasta dan radio swasta output diperoleh dari perkalian 29

3 PDRB Kota Batu 2013 antara banyaknya perusahaan radio swasta di Kota Batu dengan ratarata output per perusahaan yang diperoleh dari survei khusus. Jika tersedia data mengenai indicator produksi (jumlah penonton atau pengunjung per jenis kegiatan) dan indicator harga (rata-rata output per indicator) maka penghitungan output dan nilai tambah bruto dapat dilakukan dengan pendekatan produksi. Perkiraan rasio biaya antara yang merupakan faktor pengurang untuk mendapat nilai tambah bruto didapat dari hasil survei khusus. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung menggunakan cara deflasi dengan deflator IHK aneka komponen sebagai deflator. Jika indicator produksi tersedia maka dapat digunakan metoda ekstrapolasi. 3.9.4. Jasa Perorangan dan Rumahtangga Sub sektor ini meliputi segala jenis kegiatan jasa yang pada umumnya melayani perorangan dan rumah tangga yang terdiri antara lain, jasa perbengkelan, reparasi, jasa pembantu rumah tangga dan jasa perorangan lainnya. Penghitungan output dan nilai tambah dapat dilakukan dengan cara pendekatan produksi atau pendekatan pendapatan tergantung pada tersedianya data. Sedangkan dalam pendekatan produksi, indicator produksi yang digunakan dapat berupa jumlah kendaraan/barang yang diperbaiki atau dengan menggunakan jumlah tenaga kerja. Output dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dapat dihitung dengan cara metoda ekstrapolasi dengan jumlah indikator produksi sebagai ekstrapolatornya atau metode inflasi dengan IHK aneka komponen sebagai deflator. 30