JURNAL SKRIPSI IMPLEMENTASI ALGORITMA DEMPSTER SHAFER DALAM PEMBUATAN ITS UNTUK MATAKULIAH SIMULASI DAN PERMODELAN ABSTRAKSI

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PAKAR ( EXPERT SYSTEM )

Analisa Dan Perancangan Sistem Pakar Kerusakan Pada Aset UKM STIKOM Bali Menggunakan Metode Dempster Shafer

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan nyawa seseorang, Ironisnya gejala gejala tersebut seringkali

APLIKASI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM. serangan musuh, dengan terlihat sehat, musuh tidak akan menyerang. Berdasarkan

JURNAL DETEKSI KERUSAKAN MESIN MOTOR TIPE GL MENGGUNAKAN METODE DAMPSTER SHAFER DAMAGE DETECTION ENGINE MOTO TYPE GL USE DAMPSTER SHAFER METHOD

BAB I PENDAHULUAN. membuat orang tertarik untuk menciptakan hal-hal yang baru agar dapat lebih

METODE PENALARAN SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MODEL HIBRID FUZZY DEMPSTER SHAFER UNTUK IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG

overacting dan menyerang organ tubuh sendiri. Lupus juga mengenai banyak organ tubuh dan memiliki gejala klinis yang sangat bervariasi sehingga dikena

BAB 2 LANDASAN TEORI. bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan di masa depan.

Mata Kuliah : Penerapan Komputer Dosen : Toto Haryanto Hari, tanggal : Senin, SISTEM PAKAR. Kelompok 1. Nama Kelompok

BAB 2 LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI METODE DEMPSTER-SHAFER DALAM SISTEM PAKAR DIAGNOSA ANAK TUNAGRAHITA BERBASIS WEB

PROGRAM STUDI D3 JURUSAN TEKNIK KOMPUTER POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG TK Teori Dempster-Shafer Hand On Lab 3 Inteligensi Buatan 100 menit

INFERENSI DENGAN KETIDAKPASTIAN. PERTEMUAN 9 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom

KETIDAKPASTIAN. 4.1 PROBABILITAS DAN TEOREMA BAYES Bentuk Th. Bayes:

KETIDAKPASTIAN MATERI KULIAH Kecerdasan Buatan Kecerdasan

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PAKAR ANGGREK COELOGYNE

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya probabilitas klasik (classical probability), probabilitas

BAB I PENDAHULUAN. adalah program artificial inteligence ( kecerdasan buatan atau AI) yang

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PAKET WISATA DENGAN ALGORITMA DEMPSTER SHAFER

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya probabilitas klasik ( classical probability), probabilitas Bayes

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT PADA ANAK MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

Implementasi Metode Dempster Shafer Pada Sistem Pakar Untuk Diagnosa Jenis-jenis Penyakit Diabetes Melitus

Jurnal Teknik Informatika Vol. 1 September 2012 APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT LEUKEMIA MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER-SHAFER BERBASIS WEB

BAB I PENDAHULUAN. parasit, bakteri, jamur dan virus yang berakibat kematian udang windu secara

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

Ketidakpastian & Kepastian (REASONING)

Deteksi Sepsis pada Bayi Menggunakan Metode Dempster-Shafer

BAB 1 PENGENALAN KECERDASAN BUATAN 2 Dengan definisi ini, Kecerdasan Buatan menawarkan baik media maupun uji teori kecerdasan. Teori-teori ini dapat d

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI DASAR. dalam penelitian yang akan dilakukan. Pustaka yang digunakan ditinjau dari objek

Aplikasi Diagnosa Penyakit Jantung Koroner Menggunakan Metode Dempster-Shafer

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT HEWAN TERNAK LEMBU MENGGUNAKAN METODE DUMPSTER SHAFER

PENGGUNAAN METODE DEMPSTER SHAFER UNTUK MENGANALISA PENYAKIT PADA SISTEM REPRODUKSI WANITA DENGAN SOLUSI PENANGANAN OBAT HERBAL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT SYSTEMS-DSS)

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT PARU-PARU PADA ANAK DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

IMPLEMENTASI ALGORITMA SAW(SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING) DEMPSTER SHAFER PADA DIAGNOSA AWAL POSTPARTUM DEPRESSION

Jurnal Sarjana Teknik Informatika e-issn: Volume 1 Nomor 1, Juni 2013

Diagnosa Kerusakan Sepeda Motor Vespa Menggunakan Metode Dempster Shafer Berbasis Android

Artificial Intelegence. Eka Yuniar

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

SISTEM PAKAR PENDEKTESI PENYAKIT KANKER MENGGUNAKAN METODE DEMSTER SHAFER

BAB I PENDAHULUAN. menjadi mampu untuk menyediakan pilihan-pilihan sebagai pendukung

Pengenalan Kecerdasan Buatan (KB)

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari variasi warna, ukuran dan bentuk bunga yang dihasilkan. Hal lain

ARTIFICIAL INTELLIGENCE / AI (Kecerdasan Buatan)

Sekilas Tentang Kecerdasan Buatan

SISTEM PAKAR UNTUK MENGANALISIS TINGKAT STRES PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Dalam suatu serangan jantung (myocardial infarction), bagian dari otot

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengan suatu media konsultasi yang bersifat online. mengemukakan pesoalan-persoalan yang terjadi kemudian pakar akan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya beberapa pengguna mesin air yang kurang mengerti

SISTEM PAKAR DIAGNOSA KERUSAKAN SEPEDA MOTOR MATIC INJEKSI MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT SAPI DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER BERBASIS WEB

Deteksi Sepsis pada Bayi Menggunakan Metode Dempster-Shafer

Jurnal Mahajana Informasi, Vol.1 No 2, 2016 e-issn: SIMULASI PERGERAKAN CHESS KNIGHT DALAM PAPAN CATUR

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau bahkan melebihi kemampuan kerja manusia.

Pemodelan Sistem Pakar Untuk Identifikasi Kerusakan Kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR) Canon Menggunakan Metode Dempster - Shafer

Artificial Intelegence EKA YUNIAR

BAB 1 PENGENALAN SISTEM PAKAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jalan Raya Dukuhwaluh PO.BOX 202 Purwokerto, Jawa Tengah )

SISTEM PAKAR GANGGUAN PERKEMBANGAN PADA BALITA BERBASIS WEB

RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT SAPI DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER BERBASIS WEB

BAB I PENDAHULUAN. kini, perkembangan teknologi semakin tinggi dengan ditemukannya suatu sistem

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

FM-UDINUS-BM-08-04/R0 SILABUS MATAKULIAH. Revisi : - Tanggal Berlaku : September 2014

BAB IV HASIL DAN UJI COBA. yang digunakan untuk memperjelas tentang tampilan-tampilan yang ada pada

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang dapat menghambat pengetahuan anak. Masalah tersebut akan

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

PENERAPAN NAIVE BAYES CLASSIFIER DALAM IDENTIFIKASI PENYAKIT ANTRAKS PADA SAPI ABSTRAK

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT PADA TANAMAN PADI MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

L ctur er: M. Mift Mi ak ft ul Am A i m n i,,s. Kom om,. M. M. ng.

BAB I PENDAHULUAN. adalah hak dasar bagi setiap warga Negara, dan Negara bertanggungjawab untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan/knowledge khusus untuk memecahkan masalah pada level human

KECERDASAN BUATAN Artificial Intelligence (AI)

BAB I PENGENALAN INTELEGENSI BUATAN

Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Ikan Nila Menggunakan Dempster Shafer Berbasis Web

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015

OTOMASI PENJADWALAN KEGIATAN PRKULIAHAN DI PERGURUAN TINGGI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA ( STUDI KASUS STIKI )

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir manusia yang disebut sebagai artificial intelligence atau lebih

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. nya. Karena diare merupakan hal yang sering dan rentan terjadi pada anak-anak di

BAB I PENDAHULUAN. membantu menjalankan kegiatannya adalah bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. komputer adalah internet atau International Networking merupakan sarana

BAB II LANDASAN TEORI

TEKNIK SIMULASI. Nova Nur Hidayati TI 5F

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi perangkat lunak pada masa sekarang ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat ditularkan melalui sentuhan fisik melalui kulit. sentuhan kulit sangatlah besar dan sering terjadi.

PEMANFATAN TEOREMA BAYES DALAM PENENTUAN PENYAKIT THT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR 20 BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR

Transkripsi:

Nama : Muhammad Untung Ariessandi Email : sandi_ozora@yahoo.com JURNAL SKRIPSI IMPLEMENTASI ALGORITMA DEMPSTER SHAFER DALAM PEMBUATAN ITS UNTUK MATAKULIAH SIMULASI DAN PERMODELAN ABSTRAKSI Muhammad Untung Ariessandi.50401963. IMPLEMENTASI ALGORITMA DEMPSTER SHAFER DALAM PEMBUATAN ITS UNTUK MATAKULIAH SIMULASI DAN PERMODELAN Skripsi.Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,2006-03-03 Kata Kunci: Intelligent Tutoring System, Dempster-Shafer, Kecerdasan buatan (x+34+lampiran) Pada penulisan skripsi ini penulis mencoba membahas mengenai Intelligent Tutoring System, dimana kita dapat mengetahui bagaimana cara kerja dari system pengajaran cerdas ini. Dengan Intelligent Tutoring Sistem ini, kita dapat belajar sendiri simulasi dan permodelan secara online dimana saja dan kapan saja. Intelligent Tutoring System merupakan suatu system cerdas yang digunakan untuk pengajaran, system ini menggunakan kecerdasan buatan yang merujuk pada teori Dempster-Shaffer. Dengan adanya Intelligent Tutoring System ini, diharapkan kita dapat lebih memahami simulasi dan permodelan. Daftar Pustaka (2001-2005) 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modul pembelajaran dibutuhkan untuk membantu para mahasiswa dalam menekuni mata kuliahnya, namun modul yang dibutuhkan adalah modul yang dapat berinteraksi dengan mahasiswa, mengukur seberapa jauh pemahaman mahasiswa dalam menguasai mata kuliah, serta dapat memberikan saran-saran kepada mahasiswa tentang apa yang sebaiknya ia lakukan terhadap materi-materi yang belum ia kuasai. Modul seperti ini dapat dibangun dengan cara menambahkan suatu system pengajaran cerdas pada modul ini atau biasa dikenal dengan ITS(Intelligent Tutoring System). ITS (Intelligent Tutoring System) adalah sebuah sistem cerdas yang memberikan tutoring atau pengajaran perseorangan. Dalam ITS mahasiswa dituntut belajar memecahkan masalahnya sendiri, sistem menyeleksi masalah, dan membandingkan solusinya dengan jawaban siswa, perbedaan-perbedaan yang timbul akan menjadi diagnosa dasar dalam memecahkan permasalahan tersebut. Seperti yang kita ketahui bersama, mata kuliah Simulasi merupakan mata kuliah yang membutuhkan banyak konsentrasi dan tergolong sulit untuk bisa menguasainya. Hal ini yang mendorong saya untuk membuat modul mata kuliah Simulasi yang disertakan dengan Sistem Pengajaran Cerdas atau ITS (Intelligent Tutoring System) dengan harapan mahasiswa tersebut selain dapat paham, mengerti mata kuliah simulasi, diharapkan juga agar mahasiswa tersebut dapat memecahkan permasalahanpermasalahan yang ditemui di dunia nyata dengan cara memodelkannya, sehingga permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan mudah. 1.2 Batasan Masalah Penulisan skripsi ini baru merupakan pengenalan dari ITS, sehingga yang akan dibahas antara lain adalah cara kerja dari ITS, pengaplikasian ITS terhadap mata kuliah simulasi, serta kelebihan dan kekurangan ITS dibanding sistem pengajaran biasa. Selain 2

itu pada penulisan ini komponen ITS yang di bahas hanya sampai pada tahap present feedback. 1.3 Perumusan Masalah Modul berisi soal-soal dari mata kuliah Simulasi sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Pada setiap soal yang diberikan hasilnya dapat memberikan gambaran tingkat pemahaman mahasiswa. Modul dapat memberikan analisa kepada mahasiswa untuk menunjukkan materimateri apa saja yang belum dikuasai oleh mahasiswa tersebut. Tujuan akhir adalah agar mahasiswa dapat memodelkan suatu permasalahan dengan simulasi, sehingga mahasiswa dapat memecahkan permasalahanpermasalahan yang ditemui di dunia nyata dengan mudah. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Mengenalkan ITS atau Sistem Pengajaran Cerdas 2. Membantu mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah simulasi 3. Untuk menerapkan Sistem Pengajaran Cerdas secara online 1.5 Metode Penelitian Dalam penulisan ini penulis melakukan penelitian yang terbagi atas tahap perancangan dan analisa, tahap pengembangan dan tahap implementasi. A. Tahap Perancangan dan Analisa Sistem Sistem ini dibuat berdasarkan analisa dari domain, pengguna dan strategi mengajar, serta merujuk kepada referensi-referensi mengenai Sistem Pengajaran Cerdas. Jadi tahap pertama untuk merancang sistem pengajaran cerdas adalah melakukan analisa-analisa sebagai berikut: 3

1) Analisa domain. Domain disini adalah topik atau kurikulum dari mata kuliah yang sedang diajarkan. Jadi pada tahap ini akan dilakukan analisa dari mata kuliah Simulasi sesuai kurikulum yang berlaku untuk dimasukkan ke dalam sistem. 2) Analisa pengguna sistem. Pengguna sistem disini adalah tiap user yang akan bergabung dalam ITS untuk mempelajari simulasi dan permodelan B. Tahap Pengembangan Sistem Sistem ini dibuat berdasarkan analisa dari domain, pengguna, serta merujuk kepada referensi-referensi mengenai ITS. Tahap selanjutnya adalah tahap pengembangan sistem. Tahap ini terdiri dari: 1) Tahap Identifikasi Komponen ITS. Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi mengenai komponen-komponen ITS untuk pembuatan sistem ini. 2) Tahap pengembangan naskah. Pada tahap ini akan dikembangkan soal-soal yang akan diujikan oleh sistem berdasarkan kurikulum. 3) Tahap Pengembangan logika program. Pada tahap ini soal dikembangkan sesuai alur logika penyajian soal yang dapat mendorong motivasi dan interaksi mahasiswa dalam belajar. C. Tahap Implementasi Tahap akhir dalam pembuatan sistem ini adalah tahap implementasi, sistem akan diujicobakan kepada mahasiswa yang sedang menekuni mata kuliah simulasi. 4

BAB II LANDASAN TEORI Artificial intelligence Artificial Intelligence / AI adalah aktifitas mengikut sertakan mesin seperti computer yang mempunyai kemampuan untuk menampilkan tingkah laku yang dianggap intelligent jika dibandingkan dengan manusia. AI muncul sejak dua tahun setelah komputer pertama diinstal untuk kebutuhan bisnis. Sejarah AI Tahun 1956 diselenggarakan meetingdi Dartmounth Colleg, yang dihadiri oleh Maein Minsky dan john McCartly dari Dartmounth, Nathaniel Rochester dari IBM, dan Claude Shannon dari Bell Laboratories. Pada pertemuan itu berhasil menemukan istilah Artificial Intelegence, dan mereka menamakan program komputer AI yang pertama dengan nama Logic Theorist. Logic Theorist adalah produk hasil kerja yang beberapa tahun sebelumnya telah diterapkan di Carnegie Institute Of Technology ( sekarang namanya Carnegie Mellon University ) oleh Herbert Simon dan Alan Newell. Bidang AI AI terdiri dari bidang kerja sebagai berikut : a. Persepsi Penggunaan tampilan visual dan signal auditory untuk memberikan instruksi kepada komputer dan peralatan lain seperti robot. b. Belajar Kemampuan komputer dan peralatan lain untuk mendapatkan pengetahuan, selain apa yang telah dimasukkan ke dalam memorinya oleh pembuatnya. c. Pemrograman otomatis. Kemampuan komputer untuk mengkodeprogram dari instruksi yang diberikan oleh pemakai dalam bahasa yang menyerupai percakapan sehari-hari. 5

AI dan Intelligent Tutoring System Pada tahun 1982, Sleeman dan Brown mengulas kembali keberadaan CAI dengan istilah Intelligent Tutoring System ( ITS ) untuk menggambarkan perkembangan sistem dan membedakannya dari system CAI yang dibuat sebelumnya. Asumsi yang terkandung tentang pelajar sekarang memusat kepada learning-by-doing (pembelajaranoleh-tindakan).mereka menggolongkan keberadaan ITS sebagai sistem yang berbasiskomputer sebagai : ( 1) pengamat permasalahan dan pemecahannya, ( 2) pengajar, ( 3) instruktur laboratorium, dan ( 4) konsultan. ( Sleeman& Brown, 1982) Penekanan di dalam sistem ini masih merupakan bentuk penelitian untuk menyaring teori AI, tetapi sekarang peneliti sedang berpikir tentang cara menyajikan pengetahuan siswa di dalam sistem ini. Di sini kita temukan penggunaan pertama kali istilah model dari siswa untuk menggambarkan suatu penyajian abstrak mengenai siswa di dalam program komputer. Banyak tehnik yang digunakan dalam kecerdasan buatan, diantaranya adalah sistem pakar, algoritma genetika, logika fuzzy, jaringan bayes, dempster-shafer dan lain sebagainya. Pada Sistem ini kecerdasan buatan yang digunakan merujuk kepada teori dempster-shafer. Pengertian ITS ITS (Intelligent Tutoring System) adalah sebuah sistem yang memberikan pengajaran secara privat atau perseorangan. Setiap ITS harus mempunyai 3 hal berikut: 1. Pengetahuan tentang domain 2. Pengetahuan tentang siswa 3. Pengetahuan tentang pengajaran. Domain disini adalah topik atau kurikulum yang sedang diajarkan. Siswa disini adalah orang yang menggunakan ITS, sedangkan pengajaran disini adalah metode pengajaran apa yang akan digunakan dan bagaimana seharusnya materi disampaikan kepada siswa. Cara kerja dari ITS adalah Mahasiswa dituntut belajar memecahkan masalahnya sendiri, sistem menyeleksi masalah, dan membandingkan solusinya dengan jawaban Mahasiswa, perbedaan-perbedaan yang timbul akan menjadi diagnosa dasar untuk memecahkan permasalahan tersebut. Hal ini menjadi pedoman sejak 1973, dikenalkan oleh H. Sleeman and J.R. Hartley. Tujuan utama setiap ITS adalah menyampaikan ilmu pengetahuan secara efektif. 6

Komponen-komponen ITS Intelligent Tutoring System memiliki komponen-komponen sebagai berikut: 1. Kurikulum 2. Pengajar 3. Domain Expert dan Bug Library 4. Student Advisor Gambar 2.1 Komponen ITS Teori Dempster-Shafer Teori Dempster-Shafer adalah suatu teori matematika untuk pembuktian ([SH76]) berdasarkan belief functions and plausible reasoning(fungsi kepercayaan dan pemikiran yang masuk akal), yang digunakan untuk mengkombinasikan potongan informasi yang terpisah ( bukti) untuk mengkalkulasi kemungkinan dari suatu peristiwa. Teori ini dikembangkan oleh Arthur P. Dempster dan Glenn Shafer. 7

Secara umum Teori Dempster-Shafer ditulis dalam suatu interval: [Belief, Plausibility] Belief (Bel) adalah ukuran kekuatan evidence(bukti) dalam mendukung suatu himpunan proposisi. Jika bernilai 0 maka mengindikasikan bahwa tidak ada evidence, dan jika bernilai 1 menunjukkan adanya kepastian. Plausability (Pl) dinotasikan sebagai: Pl(s)=1-Bel(-s) Plausability juga bernilai 0 sampai 1. Jika kita yakin s, maka dapat dikatakan bahwa Bel=( s)=0. Pada teorema Dempster-Shafer kita mengenal adanya frame of discernment yang dinotasikan dengan θ. Frame ini merupakan semesta pembicaraan dari sekumpulan hipotesis. Misalkan : θ={a,f,d,b} Dengan : A = Alergi; F = Flu; D = Demam; B = Brokitis. Tujuan kita adalah membangkitkan kepercayaan elemen-elemen θ. Tidak semua evidence secara langsung mendukung tiap-tiap elemen. Sebagai contoh, panas mungkin hanya mendukung {F,D,B}. Untuk itu perlu adanya probabilitas densitas(m). Nilai mtidak hanya mendefinisikan elemen-elemen θ saja, namun juga semua subset-nya. Sehingga jika θ berisi n elemen, maka subset dari θ semua berjumlah 2 n. Kita harus menunjukkan bahwa jumlah semua m dalam subset θ sama dengan 1. Andaikan tidak ada informasi apapun untuk memilih keempat hipotesis tersebut, maka nilai: M{θ}=1,0 8

Jika kemudian diketahui bahwa panas merupakan gejala dari flue, demam dan bronchitis dengan m= 0,8, maka: M{F,D,B}= 0,8 M{θ}= 1-0,8 = 0,2 Andaikan diketahui X adalah subset dari θ, dengan m1 sebagai fungsi densitasnya, dan Y juga merupakan subset dari θ dengan m 2 sebagai fungsi densitasnya, maka kita dapat membentuk fungsi kombinasi m 2 sebagai m 3, yaitu: m3(z) = 1 X X Y Y Z m1( X ). m2( Y ) m1( X ). m2( Y ) Nilai yang dihasilkan dari teori ini berupa persentase tiap elemen-elemen θ, dan juga semua subset-nya. Makin rendah persentase frame of discernment menggambarkan makin baik tingkat pemahaman user dalam materi tersebut. Penilaian diberikan penilaian kepada elemen-elemen berdasarkan hasil persentasi ini 9

BAB III PEMBANGUNAN SISTEM Analisa data Sebelum membangun Intelligent Tutoring System kita harus melakukan analisa terhadap komponen-komponen sistem terlebih dahulu. Komponen-komponen yang kita perlukan adalah sebagai berikut: 1. Kurikulum 2. Pengajar 3. Domain Expert dan Bug Library 4. Student Advisor Kurikulum Kurikulum merupakan komponen yang sangat penting dalam system ini, karena system ini di buat berdasarkan kurikulum yang berlaku saat ini. Pada penulisan ini, kurikulum yang digunakan dalam membangun Intelligent Tutoring Sistem untuk matakuliah Simulasi dan Permodelan adalah sebagai berikut: 10

Gambar 3.1 Bagan Kurikulum Simulasi dan Permodelan Gambar 3.1 merupakan gambaran dari kurikulum matakuliah simulasi dan permodelan. Setiap materi dalam kurikulum mempunyai keterhubungan antara satu dengan lainnya, untuk lebih jelasnya, maka dapat kita lihat pada table dibawah ini: I. Simulation in Brief I.1 Analisa Simulasi dan Simualsi dan permodelan Pengambilan Keputusan I. Elemen-elemen Simulasi Formulasi masalah Pengumpulan data dan Analisa Pengembangan Model Verifikasi dan Validasi Model Eksperimen dan Optimisasi Model II Simulasi dan II. 1 Pengembangan Model Model Simulasi Sederhana 11

Permodelan Simulasi Dynamic Discrete event Modeling A Time Shared Computer System Programming Consideration II.2 Simulation Language for modelling II.3 Model Analytic dan Simulasi Analytic vs Simulation III Membangun dan memvalidasi Model Simulasi III.1 Pengumpulan dan Analisa data Statistik Deskriptif Statistik Inferensial Distribusi diskrit Distribusi Kontinu III.2 Random Number dan Random Variate Generation Generating Random Numbers Statistical Test of Pseudorandom Number Methods of Generating Random Variates IV Using Simulation Models III.3 Verifikasi dan validasi Model IV.1 Analysa Output Peranan Verifikasi dan validasi Verifying and Validating Logical Model Verifikasi Model Computer Validasi Model Simulasi IV.2 Model Experimentation and Optimization IV.3 Implementasi Hasil Simulasi Tabel 3.1 Silabus Matakuliah Simulasi 12

Pengajar Pada sistem ini, pengajar berfungsi untuk membuat dan menyiapkan persoalanpersoalan untuk dipecahkan oleh siswa. Dalam membuat soal, pengajar harus mengikuti kurikulum yang telah ada. Untuk itu pengajar sebaiknya adalah seseorang yang : 1. Mampu dan menguasai simulasi dan permodelan 2. Dapat membuat soal-soal simulasi yang berbobot dan sesuai kurikulum Berdasarkan hal tersebut, maka dosen untuk matakuliah simulasi dan permodelan dapat dijadikan seorang tutor atau pengajar dalam Inteligent Tutoring System ini. Domain Expert dan Bug Library Domain Expert adalah suatu domain yang berisi materi-materi, persoalanpersoalan mengenai simulasi dan permodelan yang lengkap. Hasil atau solusi persoalan yang dikerjakan oleh komputer adalah berdasarkan Domain Expert ini. Data-data dari domain expert dimasukkan kedalam database yang akan menghasilkan solusi computer. Domain expert juga bisa merupakan sekumpulan soal-soal yang akan dimasukkan ke dalam system. Bug library adalah kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi di dalam sistem, namun pada system ini bug library tidak digunakan, untuk kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi ditangani langsung oleh domain expert Student Advisor Student Advisor bertugas memberikan tanggapan atau umpan balik kepada siswa mengenai hasil yang diperolehnya. Untuk memberikan umpan balik/ tanggapan, student advisor mengolah data yang dihasilkan dari perbandingan solusi siswa dan komputer terlebih dahulu. Umpan balik ini menjelaskan secara terperinci mengenai semua materi-materi yang dikerjakan oleh siswa. Berdasarkan umpan balik ini siswa dapat mengetahui seberapa jauh pemahamannya dalam simulasi dan permodelan. 13

Hubungan antar Komponen Komponen-komponen yang terdapat dalam Intelligent Tutoring Sistem saling berhubungan satu dengan lainnya. Komponen Tutor dan kurikulum bekerjasama dalam pembuatan soal-soal simulasi. Komponen Domain Expert dan Bug Library akan menghasilkan solusi komputer, student advisor memberikan umpan balik berdasarkan perbandingan solusi yang dihasilkan siswa dan komputer. Untuk lebih jelasnya, keterhubungan antara komponen Intelligent Tutoring System dapat dilihat pada gambar 2.1 Cara Kerja Intelligent Tutoring System Dengan melihat keterhubungan antara komponene-komponen Inteligent Tutoring Sistem pada gambar 3.2, maka kita dapat mengetahui bagaimana tahapan-tahapan kerja dari Intelligent Tutoring System, yaitu: 1. Generate Problem 2. Present Problem 3. Student Solution 4. Computer Solution 5. Present Feedback Generate Problem (Membuat Soal) Dalam pembuatan Form Generate Problem tahap pertama yang kita lakukan adalah membuat tabel soal yang berfungsi untuk menampung soal-soal yang dimasukkan oleh pengajar. Tabel terdiri dari 9 field, yaitu soal_id, no, soal, jwb_1, jwb_2, jwb_3, jwb_4, kunci dan keterangan. Pada tabel ini yang dijadikan primary key adalah soal_id. Pada tahap ini Tutor atau pengajar berperan penting, karena soal-soal yang akan di pecahkan oleh siswa dibuat oleh pengajar. Dalam membuat soal, pengajar harus merujuk kepada kurikulum yang telah ditetapkan dalam system. Pada system ini telah dibuat sebuah form untuk membuat soal-soal, dimana pengajar dapat memasukkan atau mengupdate soal-soal. 14

Present Problem (Menampilkan Soal) Pada tahap ini soal ditampilkan untuk dikerjakan oleh siswa. Soal terdiri dari 50 soal pilihan ganda, siswa harus mengisi nama dan npm terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal ini, sehingga data siswa dapat dimasukkan dalam database admin. Tampilan soal dapat dilihat pada gambar dibawah ini Student Solution (Solusi Siswa) Student Solution adalah hasil dari pekerjaan siswa dalam memecahkan persoalan yang dibuat oleh pengajar. Computer Solution (Solusi Komputer) Solusi computer adalah solusi yang diisi oleh admin (pengajar) perbandingan terhadap solusi dari solusi siswa. Solusi komputer ini disimpan dalam tabel soal pada field kunci. Compare Solution Pada tahap ini system membandingkan antara solusi yang dihasilkan oleh computer dan solusi yang dihasilkan siswa. Siswa akan diberi presentase 99% untuk setiap materi yang dijawab dengan sempurna, dan diberikan persentase 1% apabila sama sekali tidak menjawab. Persentase ini yang akan diolah oleh system untuk menghasilkan feedback terhadap siswa. Present Feedback (Umpan Balik) Present Feedback(umpan balik) adalah suatu respon dari system terhadap hasil yang dikerjakan siswa dalam memecahkan soal-soal simulasi. Present feedback ini dibuat berdasarkan teori Dempster-Shafer, dalam Present Feedback siswa dapat melihat hasil dari solusinya baik hasil pada tiap-tiap materi, maupun hasil umum atau keseluruhan. Hal ini sangat membantu siswa dalam mempelajari materi simulasi, karena ia dengan mudah mengetahui materi-materi apa saja yang penting dan pokok agar ia dapat menguasai simulasi dan permodelan. 15

Pengembangan logika program Untuk membuat presentasi feedback dengan teori Dempster-Shafer, maka yang pertama kita lakukan adalah mendefinisikan frame of discernment yang dinotasikan dengan θ. Frame ini merupakan semesta pembicaraan yang disusun berdasarkan domain atau kurikulum simulasi dan permodelan. Dibawah ini adalah gambar dari kurikulum simulasi yang akan definisikan oleh frame of discernment. 3.3 Uji Coba dan Analisa Pada tahap ini dilakukan uji coba terhadap beberapa kasus dalam mengerjakan soal matakuliah simulasi yang disusun berdasarkan silabus sesuai pada tabel 3.1, yang hasilnya adalah sebagai berikut: 1. Materi simulasi akan bernilai baik apabila presentase materi simulasi, elemen simulasi, formulasi masalah, pengumpulan data dan analisa, serta materi pengembangan model baik 2. Untuk materi pengumpulan data dan analisa akan bernilai baik apabila presentasi dari materi pengembangan model, statistik deskriptif,statistik inferensial, distribusi diskrit, distribusi kontinu, dan mater generating random baik 3. Makin tinggi presentase suatu materi menunjukkan makin baik pemahaman siswa tersebut. 4. Untuk materi yang tidak dikerjakan maka presentasenya akan di bawah presentasi frame of discernment 5. Untuk presentase nilai di bawah frame of discernment maka materi tersebut bernilai sangat kurang 6. Untuk nilai di atas frame of discrenment dapat bernilai baik, cukup dan kurang 7. Meskipun tiap materi rata-rata bernilai baik pada hasil umum belum tentu bernilai baik, begitu pula hasil umum yang baik belum tentu semua materi bernilai baik. 16

BAB IV PENUTUP Kesimpulan yang diambil dari pembuatan sistem ini adalah sistem pengajaran cerdas dibuat dengan menggunakan kecerdasan buatan. Dasar teori kecerdasan buatan yang di aplikasikan pada ITS ini adalah pada saat memberikan feedback (umpan balik) atas jawaban user (mahasiswa) yang mengerjakan soal-soal ITS. Pemberian feedback (umpan balik) didasarkan atas teori Dempster Shafer yang bersifat uncertainty (ketidak pastian) Teori ini akurat dalam memberikan penilaian, meskipun secara umum siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan soal dengan baik, namun dalam system ini belum tentu siswa tersebut di anggap telah menguasai simulasi, dikarenakan keterkaitan antara materi yang satu dengan yang lain. Meskipun demikian, teori ini masih mempunyai kekurangan, apabila ada penambahan materi diluar domain, maka akan terjadi perubahan susunan pada program dan apabila materi yang dimasukkan terlalu banyak, maka akan terjadi kesalahan yang di akibatkan oleh pembulatan komputer. 17