1.3. Current Transformer (CT)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT)

UNIT 1 TRAFO INSTRUMEN PRE-TEST UNIT

CURRENT TRANSFORMER DAN POTENSIAL TRANSFORMER

BAB III PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS (CURRENT TRANSFORMER / CT)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN ANALISA A. Pengujian Trafo Arus Proteksi dan Metering Lulus Uji (Passed) Trafo Arus Proteksi 300A/5A 5P-15 (Passed)...

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

TRANSFORMATOR ARUS DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS PADA PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JAWA TENGAH & DIY UPT SEMARANG GIS 150kV SIMPANG LIMA

D. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN...

Institut Teknologi Padang Jurusan Teknik Elektro BAHAN AJAR SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK. TATAP MUKA X&XI. Oleh: Ir. Zulkarnaini, MT.

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

Komponen Sistem Proteksi 1. Peralatan Utama Sistem Proteksi Sistem proteksi pada sistem tenaga didukung oleh beberapa peralatan utama.

Studi Perencanaan Penggunaan Proteksi Power Bus di Sistem Kelistrikan Industri Gas

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR. Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan

Setting Rele Diferensial Bus High Impedance Pada Sistem Distribusi Ring 33 kv di PT. Pertamina RU V Balikpapan

BAB III METODOLOGI. 3.2 Tahap Pelaksanaan Penyusunan Laporan Akhir

TRANSFORMATOR ARUS DAN PEMELIHARAANNYA PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

R A N S F O R M A T O R A R U S D : P D M / P G I

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :

INSTRUMENT TRANSFORMERS. 4.1 Pendahuluan

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG

KARTU SOAL BENTUK PILIHAN GANDA

BAB III PEMBAHASAN RELAY DEFERENSIAL DAN RELEY DEFERENSIAL GRL 150

Setting Rele Diferensial Bus High Impedance Pada Sistem Distribusi Ring 33 kv di PT. Pertamina RU V Balikpapan

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

BAB VI. RELE DIFFERENTIAL

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

JOB SHEET MESIN LISTRIK 2. Percobaan Paralel Trafo

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

Sidang Tugas Akhir (Genap ) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS

RELE TEGANGAN ELEKTRONIK

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PEMBAHASAN. P 1 P 2. Gambar 4.1 Rangkaian Pengujian Rasio Trafo Arus S 2 S 1. Alat Uji Arus 220 V

Rele Tegangan Elektronik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

Teknik Tenaga Listrik (FTG2J2)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Penentuan Setting Rele Arus Lebih Generator dan Rele Diferensial Transformator Unit 4 PLTA Cirata II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN RELAY DIFFERENSIAL. Relay differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya berdasarkan

ANALISIS SISTEM TENAGA. Analisis Gangguan

ANALISA TROUBLE DIFFERENTIAL RELAY TERHADAP TRIP CB ( CIRCUIT BREAKER ) 150 KV TRANSFORMATOR 30 MVA PLTGU PANARAN

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai adalah tegangan dan arus bolak-balik ( AC). Sedangkan tegangan dan arus

BAB IV ANALISA HASIL PENYETINGAN RELAI DIFFERENSIAL

PENGARUH INSTRUMENT PENGUKURAN PADA METER TRANSAKSI TENAGA LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENENTUAN VECTOR GROUP

Click to edit Master text styles

PEMILIHAN CT UNTUK PENINGKATAN KINERJA PROTEKSI DAN PENGUKURAN

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

BAB III LANDASAN TEORI

PEMILIHAN CT DAN PT UNTUK METER TRANSAKSI TENAGA LISTRIK

Elektronika daya. Dasar elektronika daya

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

47 JURNAL MATRIX, VOL. 7, NO. 2, JULI 1971

Kegiatan 2 : STARTING MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

OCR/FGR untuk mendeteksi gangguan fasa-fasa dan fasa-tanah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Presentasi Sidang Tugas Akhir (Ganjil 2013) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS. Nama : Rizky Haryogi ( )

Pertemuan ke : 4 Bab. III

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) Vista, 7, dan 8. ETAP merupakan alat analisa yang komprehensif untuk

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung

ABSTRAK Kata Kunci :

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PROTEKSI TRANSFORMATOR 150 kv DENGAN MENGGUNAKAN RELE DIFERENSIAL DI PLTG PAYA PASIR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

Desain dan Simulasi Average Model Voltage Source Inverter pada Generator Induksi

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL

Studi Proteksi Gangguan Hubung Tanah Stator Generator 100% Dengan Metode Tegangan Harmonisa Ketiga

Evaluasi Koordinasi Proteksi pada Pabrik III PT. Petrokimia Gresik Akibat Penambahan Current Limiter

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Analisa Pengujian Rasio Kumparan / Belitan Trafo Dengan TTR

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

PENGUJIAN RELAY DIFFERENSIAL GI

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979.

MINGGU V Instrument Transformers 4,6 Konstruksi Current Transformer Core dan gulungan Sekunder Tank dan Insulator.

Evaluasi Koordinasi Proteksi pada Pabrik III PT. Petrokimia Gresik Akibat Penambahan Current Limiter

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

Transkripsi:

1.3. Current Transformer (CT) Untuk pemasangan alat-alat ukur dan alat -alat proteksi / pengaman pada instalasi tegangan tinggi, menengah dan rendah diperlukan trafo pengukuran. Fungsi CT : Memperkecil besaran arus pada sistem tenaga listrik menjadi besaran arus untuk sistem pengukuran. Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer Standarisasi rating arus untuk peralatan sisi sekunder Berdasarkan rumus : I1 N1 = I2 N2 I1 N2 1 = = I2 N1 a N1 dimana a = N2 I1 N1 N2 I2 I1 > I2 sehingga N1 < N2 N1 = jumlah lilitan Primer N2 = jumlah lilitan sekunder CT dalam sistem tenaga listrik digunakan untuk keperluan pengukuran dan proteksi. Perbedaan mendasar pada kedua pemakaian diatas adalah pada kurva magnetisasinya. 11

B proteksi pengukuran H Gambar 1.3. Kurva kejenuhan untuk pengukuran dan proteksi Untuk pengukuran, memiliki kejenuhan sampai dengan 120 % arus rating tergantung dari kelasnya, hal ini untuk mengamankan meter pada saat gangguan Untuk proteksi, memiliki kejenuhan cukup tinggi sampai beberapa kali arus rating. Hubungan antara belitan primer dan sekunder membagi jenis CT menjadi tipe bar (batang) dan tipe wound (lingkaran) seperti pada gambar 1.3.a dan 1.3.b. Gambar 1.3.a. Bar primary Gambar 1.3.b. Wound primary Contoh kontruksi lengkap seperti pada gambar 1.3.c dan1.3.d 12

Gambar 1.3.c. Conventional Dead Tank CT Gambar 1.3.d. Inverted CT 1.3.1. CT dengan 2 Pengenal Primer a. Primer Seri atau paralel Contoh : 500 1000 / 5 A Rangkaian paralel 1000 / 5A, seri 500 / 5A S1 S2 Gambar 1.3.1.a. Rangkaian Primer paralel S1 S2 Gambar 1.3.1.b.Rangkaian Primer seri 13

b. Sekunder di Tap S1 S2 S3 Gambar 1.3.1.c. Sekunder CT di tap dengan rasio 500 1000/5A c. Primer Seri atau Paralel dan sekunder di Tap S1 S2 S3 S1 S2 S3 1.3.2. Ratio CT dengan Multi Ratio Contoh : 100 200 300 400 500 1000 / 5A S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 Gambar 1.3.2. Sekunder CT di tap dengan multi rasio 14

1.3.3. CT Dengan Inti Lebih dari 1 (satu) Digunakan untuk keperluan yang berbeda seperti untuk kebutuhan pengukuran dan proteksi. Contoh : CT dengan 2 inti 500 / 5 5 A Penandaan primer - Penandaan sekunder inti ke 1 1S1 1S2 adalah untuk pengukuran Penandaan sekunder inti ke 2 2S1 2S2 adalah untuk proteksi CT dengan 2 inti 500 / 1 1 1 1A Penandaan primer Penandaan sekunder inti ke 1 1S1 1S2 untuk pengukuran Penandaan sekunder inti ke 2 2S1 2S2 untuk rele arus lebih Penandaan sekunder inti ke 3 3S1-3S2 untuk rele jarak Penandaan sekunder inti ke 4 4S1 4S2 untuk diffrensial 1.3.4. Rating CT Rating beban Rating dari beban dimana akurasi masih bisa dicapai yang dinyatakan dalam VA. Umumnya bernilai 2.5, 5, 7.5, 10, 15, 30 VA Rating Arus Kontinue Biasanya pada batas arus primer Rating Arus Sesaat Biasanya dalam batas waktu 0.5, 1, 2 atau 3 detik Rating Arus Dinamik Perbandingan I peak : I rated dimana Ipeak adalah arus maksimum CT yang diijinkan tanpa menimbulkan kerusakan. 15

1.3.5. Akurasi CT a. Kesalahan rasio CT Kesalahan besaran arus karena perbedaan rasio name plate dengan rasio sebenarnya dinyatakan dalam : % = 100 ( Kn Is Ip ) / Ip. dimana Kn = rating rasio transformer Ip = arus primer aktual Is = arus sekunder actual b. Kesalahan fasa Akibat pergeseran fasa antara arus sisi primer dengan arus sisi sekunder : bernilai positip ( + ) jika Is mendahului Ip bernilai negatip ( - ) jika Is tertinggal dari Ip c. Komposit error Komposit error merupakan nilai rms dari kesalahan trafo dan ditunjukkan oleh persamaan berikut : Εc = 100 / Ip 100/T T (Kn is ip)² dt 0 1.3.6. Kelas CT Menyatakan prosentase kesalahan pengukuran CT pada rating atau pada rating akurasi limit. a. Accuracy Limit Factor ( ALF ) Disebut juga faktor kejenuhan inti Perbandingan dari I primer : I rated Nilai dimana akurasi CT masih bisa dicapai Contoh : CT (CT) 200 / 1 A dengan accuracy limit faktor (ALF) = 5 Maka batas akurasi < 5 x 200 A = 1000 A 16

b. Kelas untuk CT Pengukuran Tabel 1.3.6.a. Kesalahan rasio dan pergeseran fasa CT pengukuran Klas ± % kesalahan rasio pd % beban Pergeseran fasa dalam menit pada % beban 20<%< 100 100<%<In<120 20<%In<100 100<%In<120 0.1 0.2 0.1 8 5 0.2 0.35 0.2 15 10 0.5 0.75 0.5 45 30 1 1.5 1 90 60 c. Kelas untuk CT Proteksi Klas. P Dinyatakan dalam bentuk seperti contoh berikut 15 VA,10 P, 20 dimana : 15 VA = Rating beban CT sebesar 15 VA 10 P = Klas proteksi, kesalahan 10 % pada rating batas akurasi 20 = accuracy limit faktor, batas akurasi CT sampai dengan 20 kali arus rating Tabel 1.3.6.b. Kesalahan rasio dan pergeseran fasa CT proteksi Klas % kesalahan rasio pada 100 % In. Pergeseran fasa pada % In (menit). Kesalahan Komposit error 5P ± 1% ± 60 5 10P ± 3% 10 17

d. Kelas TPX, TPY dan TPZ CT dimana performance transientnya signifikan. Trafo arus yang mempunyai sirkit tanpa dan dengan celah udara serta mempunyai tipikal konstanta waktu sekunder yang pada umumnya digunakan pada sistem 500 kv khususnya jawa bali sebagai berikut : e. Kelas TPX ( non gapped core CT) Tanpa celah udara Konstanta waktu lebih lama dari 5 detik. CT ini mempunyai akurasi yang tinggi, arus magnetisasi yang sangat rendah, presisi pada transformasi AC dan DC komponen. Cocok untuk semua jenis proteksi. Mempunyai faktor remanansi K R 0.8 CT ini mempunyai core yang besar karena itu berat dan mahal. Dapat dikombinasikan dengan TPY. User harus menspesifikasikan harga minimum dari V knee dan harga rms maksimum dari arus eksitasi Klass TPX ini pada umumnya digunakan pada sistem 500 kv untuk Proteksi : Busbar, CCP, REF, f. Kelas TPY (anti remanence gapped core) Dengan celah udara kecil (pada inti ), dengan konstanta waktu 0.2 s/d 10 detik. CT ini hampir sama dengan tipe TPX tetapi transformasi DC komponen tidak seakurat TPX. Hal ini berarti kesalahan transient lebih besar pada konstanta waktu yang kecil. Mempunyai faktor remanansi KR < 0.1. CT ini mempunyai core yang besar dan mahal. Cocok untuk semua jenis proteksi. Toleransi konstanta waktu sekunder ± 20 % jika Ts < 2 detik dan CT digunakan untuk Line Protection ( LP). 18

g. Kelas TPZ (linear core) Dengan konstanta waktu 60 milidetik +/- 10 % Arus magnetisasi 5.3 % dari arus sekunder pada keadaan steady state. Faktor remanensi KR 0 Ukuran core 1/3 dari tipe TPX dan TPZ untuk keperluan yang sama, hanya dapat dikombinasikan dengan tipetpz saja. 1.3.7. Pengecekan Kejenuhan Inti Diketahui If max = 7266 A rasio Ct 1000 / 5 A dan klas 7.5 VA 100 Rct = 0.26 ohm Rr = 0.02 ohm Rl = 0.15 ohm Periksa apakah V knee memenuhi kebutuhan untuk rele arus lebih dan rele hubung tanah. Jawab Untuk rele arus lebih tegangan pada sisi sekunder CT Vs = If ( Rct + Rr + Rl ) = 7226 x 5 / 1000 ( 0.26 + 0.02 + 0.15 ) = 15.54 volt V knee CT dapat sebagai berikut Vk = VA/In x ALF + Rct x In x ALF = 7.5 / 5 x 20 + 0.26 x 5 x 20 = 56 volt Vk > Vs dengan demikian CT masih memenuhi kebutuhan 19