BAB I PENDAHULUAN. (Aries & Midford dalam Corr 2012). Setiap individu memiliki respon yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

MENGENAL GUILLAIN BARRE SYNDROME) (GBS) Tutiek Rahayu Dosen Jurdik Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

SINDROMA GUILLAINBARRE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Angka penderita kanker di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Dying & Bereavement. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Sejarah kasus dari penyakit dan serangkaian treatment atau

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peran fisioterapi memberikan layanan kepada individu atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. terjadi gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. juga perlu, seperti halnya di Negara berkembang seperti Indonesia banyak orang yang

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J

BAB I PENDAHULUAN. Padjajaran, 1974, hlm. 8 4 S.d.a

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya polusi lingkungan, tanpa disadari dapat mempengaruhi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem tingkat resiko penyakit jantung koroner.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

2014 D INAMIKA PSIKOLOGIS PENERIMAAN D IRI PASIEN KANKER PAYUD ARA PRIA

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dalam pekerjaan. Perubahan gaya hidup tersebut diantaranya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. serta dapat menjalar ke ke tempat yang jauh dari asalanya yang disebut metastasis.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting serta mahal nilainya. 2011). Cahyono (2008) menambahkan penyakit jantung koroner, stroke sebagian

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam diri manusia, dibuktikan dengan kata mutiara kesehatan bukanlah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian merupakan suatu kebenaran atau fakta yang tidak bisa dihindari oleh siapapun. Setiap individu, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, kelak akan menuju kematian, meski tidak seorangpun tahu kapan waktu itu akan terjadi (Aries & Midford dalam Corr 2012). Setiap individu memiliki respon yang berbeda dalam memandang kematian (Kastenbaum, 2000). Ada yang mengatakan kematian merupakan bagian dari kehidupan, ada juga yang mengatakan kematian merupakan bagian lain dari kehidupan, serta ada juga yang mengatakan bahwa kematian merupakan masa transisi dalam kehidupan (Watts, 2009). Salah satu faktor yang mempengaruhi respon individu akan kematian adalah kesehatan (Fortner & Neimer, 1994). Individu yang sehat dan individu yang sakit memiliki kecemasan yang berbeda dalam menyikapi kematian. Josua (2007) menemukan bahwa bahwa individu yang sehat baik secara fisik maupun mental memandang kematian sebagai sesuatu yang akan dihadapi oleh setiap individu namun dengan tingkat kecemasan dan ketakutan yang rendah terhadap kematian tersebut. Sedangkan, individu yang sakit baik secara mental maupun fisik menyikapi kematian dengan kecemasan dan ketakutan yang tinggi. Ketakutan akan kematian tersebut menyebabkan distress yang intens, berkurangnya kesenangan dan kepuasan akan hidup, dan mulai menutup diri dari pergaulan dengan lingkungan sekitar (Patricia, Walker & Stein, 2007). 1

2 Dari banyak penyakit, penyakit kronis merupakan penyebab kematian tertinggi (Carr, 2012). Menurut WHO 2011, di Indonesia pada tahun 2008 terdapat 582.300 laki-laki dan 471.800 wanita meninggal disebabkan oleh penyakit kronis (Departemen Kesehatan Indonesia, 2007). Menurut organisasi kesehatan dunia atau WHO penyakit kronis merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia. Penyakit kronis ini merupakan penyakit tidak menular (PTM), yang banyak disebabkan oleh diet yang buruk, pengaruh lingkungan yang tidak baik, pola hidup yang tidak sehat atau makan makanan yang tidak sehat dan mengkonsumsi minuman beralkohol, seperti penyakit kanker, jantung, dan diabetes, dan lainnya, merupakan penyebab utama kematian saat ini (Voa Indonesia, 2014). Penyakit kronis cenderung diderita oleh individu yang telah memasuki masa dewasa awal, yang memiliki kemungkinan menderita penyakit kronis dengan tingkat kematian yang tinggi, seperti jantung, kanker, stroke maupun penyakit kronis lainnya (Sarafino, 2011). Remaja dan dewasa awal yang mengalami penyakit kronis menyadari mereka akan sulit menerima kematian dalam usia yang sangat muda, merasa marah karena merasa hidup mereka akan sia-sia dan merasa tidak adil karena tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan hidup dan memperbaikinya. Lebih jauh lagi individu dewasa muda memikirkan apa yang akan terjadi setelah kematian, bagaimana dampak kematian mereka terhadap lingkungan, merasa hidup yang dia miliki tidak ada artinya karena masih banyak hal yang ingin dilakukan tapi tidak bisa diwujudkan. Dewasa tua memikirkan kematian lebih dari apa yang dipikirkan oleh dewasa muda, dewasa

3 tua memikirkan martabat, autonomi, seperti kehilangan kendali dalam hidup (Cicirelli, Thorson & Powell dalam Josua, 2007). Sarafino (2011) mengatakan seseorang yang mengetahui bahwa dirinya terkena penyakit kronis akan menunjukkan sikap terkejut atau shock. Hal ini bisa berlangsung beberapa saat bahkan bisa berminggu-minggu jika hal yang dialami merupakan hal yang berat. Pernyataan ini juga didukung oleh Ross (2009) yang mengatakan bahwa saat dihadapkan dengan suatu penyakit kronis yang dekat dengan kematian seseorang akan terkejut dan menolak (denial) bahwa tidak mungkin hal tersebut terjadi dalam hidupnya. Hal ini seperti yang dirasakan oleh salah satu penderita penyakit kronis yang mengatakan bahwa: Tetapi ketika diriku yang mendapat vonis sakit dan ga ada obatnya, akhirnya aku mengerti dan bisa merasakan bagaimana shock dan stressnya memikirkan apa yang akan terjadi, otak jadi buntu. (DD Februari 2015, diakses pada September 2016) Livneh (2007) mengatakan seseorang yang mengetahui bahwa dia menderita penyakit kronis akan menolak keadaannya dan juga mengalami kecemasan. Dia juga menjelaskan bahwa seseorang yang menderita penyakit kronis akan mengalami depresi juga mengalami masalah adaptasi. Sejalan dengan hal tersebut Ross (2009) menjelaskan ketika pasien tidak mampu mengontrol penolakan terhadap keadaannya maka respon yang dilakukan pasien dapat berupa kemarahan (anger), individu tersebut akan marah dengan apa yang terjadi pada dirinya dan mengatakan mengapa saya. Akan sulit bagi individu dengan terminal illness menerima kenyataan bahwa kematian dekat dengan orang yang mengalami penyakit tersebut. Menerima kenyataan bahwa seseorang dihadapkan dengan penyakit kronis bukanlah hal yang mudah. Menolak penyakit yang

4 diderita, beradaptasi dengan obat-obatan yang selama ini tidak dikonsumsi oleh pasien juga dialami oleh salah satu penderita penyakit kronis seperti yang dinyatakan di bawah ini: Kenapa aku bisa sampai terkena penyakit ini? Harus diet makanan yang ketat,menjaga cairan yang masuk ke tubuh,gak boleh kecapekan dan banyak pantangan lainnya. Hal itulah yang kujalani selama 4 tahun ini. Setiap hari minum obat, tiap 2 minggu sekali harus merelakan tubuhku ditusuk jarum dan dipasang selang untuk cuci darah. (D Desember 2008, diakses pada September 2016) Rider, Fournier & Bensing 2004 (dalam Livneh 2009), mengatakan bahwa seseorang dengan penyakit kronis akan menjadi seseorang yang pesimis. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa seseorang dengan penyakit kronis juga mengalami ketidakberdayaan terhadap dirinya sendiri. Individu akan merasakan kekecewaaan ketika mereka dalam kondisi kronis, hal ini karena mereka tidak mampu mewujudkan tujuan ataupun mimpi yang mereka ingin capai juga akan mengalami ketakutan akan kehilangan tubuhnya sendiri (Hayship & Peveto, dalam Despelder dkk 2005). Hal ini juga dialami oleh salah satu pasien penyakit kronis sebagaimana dalam kutipan berikut ini : Sudah lama saya hidup dengan penyakit ini, semua pengobatan sudah dicoba namun tidak memberikan dampak yang baik. Saya malu dengan kondisi saya, hanya duduk di kursi roda tidak bisa melakukan apapun sendiri, saya malu keluar rumah dan bertemu dengan teman-teman. (Rest in Peace, Kalimantan 2014) Jika masih ada waktu (belum dihadapkan dengan kematian) maka pasien akan berusaha kompromi (bargaining) dengan Tuhan, membuat perjanjian bahwa jika diberi kesempatan maka pasien akan mengubah hidupnya menjadi lebih baik lagi. Namun, jika harapan yang dibuat oleh pasien tidak membuahkan hasil pasien akan mulai depresi. Beberapa pasien memutuskan untuk mengakhiri hidupnya

5 karena seakan-akan tidak ada jalan keluar bagi masalahnya. Bagi beberapa pasien ada yang mampu bertahan lebih lama bahkan menerima kenyataan bahwa kematian telah dekat. Bagi pasien yang telah berdamai dan menerima (acceptance) kematian memandang kematian itu bukanlah akhir dari segalanya, kematian adalah tempat peristirahatan sebelum memulai perjalanan panjang (Ross, 2009). Masing-masing individu dengan penyakit kronis akan memiliki reaksi yang berbeda terhadap kematian. Reaksi yang ditunjukkan oleh individu juga tergantung pada bagaimana dukungan sosial yang dia dapatkan, bagaimana tipe kepribadian yang dia miliki, penyakit kronis seperti apa yang dihadapinya saat ini, apa efek yang ditimbulkan oleh penyakit kronis tersebut, bagaimana pengetahuannya akan penyakit tersebut, apakah ada treatment yang cocok untuk menangani penyakit kronis tersebut, dan lainnya. Orang dengan sakit kronis secara teratur perlu melakukan pemeriksaan medis atau mengubah gaya hidup. Banyak kondisi kronis yang tidak hanya menyebabkan cacat, bahkan tak jarang penyakit kronis menyebabkan kematian (Sarafino, 2011). Alternatif pengobatan yang tersedia juga mempengaruhi bagaimana respon individu terhadap kematian. Seiring dengan berkembangnya teknologi, alternatif pengobatan dalam bidang kesehatan pun semakin banyak ditemukan. Misalnya, untuk penyakit kanker, pengobatan dapat berupa pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi, terapi kombinasi, dan sebagainya (diakses pada 14 Juli 2014, dalam Pengobatan Kanker).

6 Namun tidak semua penyakit kronis memiliki alternatif pengobatan yang baik. Salah satu penyakit kronis tersebut adalah Guillain Barre Syndrome (GBS). Guillain Barre Syndrome (GBS) merupakan penyakit yang langka. Banyak dokter yang belum pernah menemukan pasien dengan penyakit ini, mengalami kesalahan diagnosa di awal pemeriksaan. Meskipun angka kejadian sindroma yang menyerang saraf tepi ini, di dunia, terbilang masih cukup kecil, yaitu 0,6-1,9 per 100.000 penduduk, namun para neurolog sering tersamarkan dengan gejala-gejala yang timbul, karena hampir sama dengan jenis kelainan saraf lainnya (Darma Imran, dalam Medicinus edisi Agustus 2012). Menurut Darma, penyakit Guillain Barre Syndrome ini merupakan penyakit yang berbahaya, hal ini dikarenakan anti bodi yang seharusnya melindungi berubah menjadi antigen bagi tubuh yang menyerang sistem saraf. Penyakit GBS berbeda dengan penyakit kronis lainnya, GBS merupakan penyakit yang langka dan sangat jarang ditemukan. Pengobatan untuk penyakit ini belum ditemukan, sedangkan penyakit kronis lainnya, seperti kanker telah ditemukan treatment untuk penanganannya, misalnya dengan melakukan kemoterapi, terapi oksigen untuk penyakit paru obstruktif kronik, dan sebagainya (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2014). GBS merupakan penyakit akut peripheral neuropathy sebuah kondisi dimana terjadi degenerasi yang melibatkan sistem saraf dan meluas hingga ke bagian kepala, tubuh, dan sistem limbik (Parry & Steinberg, 2007). GBS dapat juga dijelaskan sebagai serangan sistem kekebalan tubuh terhadap selaput myelin, menyebabkan lepasnya myelin dari dinding tempat melekatnya myelin, dan

7 mengarah kepada short circuit, sehingga pesan elektrikal tidak dapat dikirim ke bagian otak dan bagian perifer tubuh (Parry & Steinberg, 2007). Hal ini menyebabkan terjadinya kesalahan penerjemahan pesan di bagian otak. Efek yang terjadi pada pasien Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah melemahnya otot-otot tubuh, hal ini merupakan gejala primer dari GBS. Melemahnya otot ini terjadi dengan sangat cepat, hitungan hari hingga minggu, dan umumnya terlebih dahulu menyerang bagian kaki. Melemahnya otot tubuh mempengaruhi sistem pernapasan, bicara, dan menelan. Besar kemungkinan menyebabkan kelumpuhan total (Parry & Steinberg, 2007). Salah satu penyebab terjadinya GBS adalah infeksi virus, meskipun hingga saat ini masih menjadi pertanyaan apa sebenarnya penyebab munculnya penyakit ini (Parry & Steinberg, 2007). Berdasarkan hal tersebut dikatakan bahwa virus yang telah laten pada tubuh sewaktu-waktu akan menyerang kembali tubuh dan menyebabkan menurunnya kembali fungsi tubuh, seperti virus AIDS. Jika pasien GBS tersebut terserang virus dan virus tersebut laten pada tubuhnya maka ada kemungkinan pasien akan mengalami penurunan kembali fungsi tubuhnya (Wikipedia, diakses pada 25 November 2013). Bahkan virus tersebut mampu memunculkan penyakit lain pada pasien. Dalam kasus yang ekstrim, seorang pasien Guillain Barre Syndrome (GBS) akan kehilangan seluruh pergerakan ototnya dan membuat pasien tidak mampu berkomunikasi, dan kasus ini merupakan severe cases. Kasus ini juga sering disebut dengan locked-in syndrome. Seseorang dengan kondisi seperti ini akan mengalami koma atau tidak sadar, sehingga orang-orang di sekitarnya perlu

8 tetap berjaga-jaga (Parry & Steinberg, 2007). GBS merupakan penyakit cronic illness yang menyebabkan rasa sakit serius pada penderita juga menyebabkan kematian. Meskipun tersedia peralatan medis (ICU, ventilator, terapi, dsb) yang dapat menunjang kesembuhan pasien, sekitar 5 % dari pasien GBS dapat mengalami kematian dan 12 % tidak dapat berjalan tanpa bantuan selama 48 minggu setelah gejala pertama muncul, 20 % pasien akan tetap hidup dengan memiliki gejala sisa (Frans Irapanusa, diakses pada 17 Oktober 2016). Penyakit GBS merupakan penyakit kronis langka yang mengakibatkan kelumpuhan pada penderita. Penyebab utama mengapa seseorang menderita penyakit ini belum diketahui secara pasti dan pengobatan yang tepat untuk pasien juga belum ditemukan. Resiko kematian pada pasien dengan penyakit ini juga tinggi seperti penyakit kronis lain. Pasien dengan penyakit GBS tidak mudah menjalani kehidupan dengan penyakit ini serta adanya kemungkinan kematian yang terjadi pada pasien. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa pasien dengan penyakit Guillain Barre Syndrome (GBS) sebagai salah satu penyakit kronis yang langka, dapat membuat seorang yang didiagnosa penyakit ini merasa kematian dekat pada dirinya, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana seseorang pasien yang menderita penyakit Guillain Barre Syndrome (GBS) berespon dalam setiap stase kematian berdasarkan teori Kubler Ross.

9 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran Stage of Dying pada seorang pasien Guillain Barre Syndrome (GBS)? C. Tujuan Penelitian Tujuan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Menggambarkan Stage of Dying pada pasien Guillain Barre Syndrome (GBS). D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pengetahuan terhadap ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis mengenai Stage of Dying pada pasien dengan penyakit kronis (Guillain Barre Syndrome). 2. Manfaat Teoritis a. Untuk pasien GBS Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pasien GBS mengenai aspek-aspek psikologis yang dirasakan oleh pasien ketika dalam kondisi sakit dengan penyakit terminal illnes. Dengan demikian diharapkan pasien mampu menerima penyakitnya ataupun kondisi yang dihadapinya serta menerima kematian dirinya sendiri. Menerima kematian diri sendiri akan membantu pasien mensyukuri hidupnya dan bersukacita menjalani hidup meskipun dalam kondisi sakit.

10 b. Untuk keluarga dan masyarakat 1. Dapat menjadi sumber informasi mengenai aspek psikologis yang dirasakan oleh pasien juga tahap-tahap kematian yang dialami oleh pasien sehingga keluarga mampu merawat dan memberikan dukungan kepada pasien, agar pasien dapat menerima baik penyakit maupun kemungkinan terjadinya kematian dan merasa dihargai serta didukung. 2. Dapat menjadi sumber informasi kepada masyarakat untuk mengetahui penyakit GBS, apa dampak secara fisik terutama psikologis yang dirasakan oleh pasien, dan bagaimana tahap-tahapan kematian yang dialami pasien. Sehingga, ketika ada anggota keluarga ataupun saudara yang mengalami penyakit ini mengetahui hal apa yang dilakukan, secara psikologis, terhadap penderita. E. Sistematika Penelitian Sistematika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini digambarkan latar belakang masalah berupa kematian, aspek psikologis yang ditemukan pada pasien dengan penyakit kronis, juga penjelasan mengenai GBS, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

11 BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori Stage of Dying oleh Kubler Ross, pasien, dan Guillain Barre Syndrome (GBS). BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini berisikan subjek penelitian, informan penelitian dan lokasi penelitian. Selain itu juga teknik pengambilan sampel yang dipergunakan dalam penelitian dan metode pengambilan data. BAB IV : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan tentang gambaran subjek penelitian, setting penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dijelaskan di bab sebelumnya. Selain itu, bab ini juga akan memuat saran penyempurnaan penelitian berikutnya.